LIM WASIM
Keberangkatan kisah hidupnya bertonggak pendapatan yang didapat dari
usaha restoran ayahnya.
Jalan perguruannya dalam melukis bertubi-tubi, berliku, atau penuh
hambatan dan tantangan.
Berprinsip: berkesenian itu seharusnya tidak menjadi surut oleh pahampaham politik.
Wasim adalah asisten Lee Man Fong sebagai Pelukis Istana. Sejak 19661990 ia bersembunyi untuk menjauh dari kejaran terhadap orang-orang
yang dianggap komunis dan Sukarnois. Dengan menjauhi keramaian/
publik, ia mencipta dalam ke-diam-annya sambil membuka usaha roti.
Berjasa mencipta atau menyimpan koleksi lukisan istana Presiden
sehingga dapat dilihat oleh masyarakat sampai sekarang.
Buku terbaru berjudul Melipat Air, Jurus Budaya Pendekar Tionghoa: Lee
Man Fong, Siauw Tik Kwie, Lim Wasim mengupas pergulatan tiga seniman
Tionghoa dan perannya dalam kebudayaan Indonesia, khususnya di
bidang seni rupa.
LIM WASIM
Keberangkatan kisah hidupnya bertonggak pendapatan yang didapat dari
usaha restoran ayahnya.
Jalan perguruannya dalam melukis bertubi-tubi, berliku, atau penuh
hambatan dan tantangan.
Berprinsip: berkesenian itu seharusnya tidak menjadi surut oleh pahampaham politik.
Wasim adalah asisten Lee Man Fong sebagai Pelukis Istana. Sejak 19661990 ia bersembunyi untuk menjauh dari kejaran terhadap orang-orang
yang dianggap komunis dan Sukarnois. Dengan menjauhi keramaian/
publik, ia mencipta dalam ke-diam-annya sambil membuka usaha roti.
Berjasa mencipta atau menyimpan koleksi lukisan istana Presiden
sehingga dapat dilihat oleh masyarakat sampai sekarang.
DIANGGAP SEBAGAI PENGANUT ALIRAN KIRI KARENA BERASOSIASI
DENGAN IDENTITAS TIONGHOA-NYA.
Para pengusaha Tionghoa itu umumnya menjadi penghubung antara pengusaha Indonesia dengan
para pengusaha di negara-negara lain
orang Tionghoa membeli produk dari bumi putra, dan kemudian orang Tionghoa menjual produk
tersebut kepada para grosir Belanda.
...kesempatan dagang adalah kunci dari tradisi orang-orang Tionghoa untuk bermain di wilayah seni
rupa. Maka mari kita hitung. Sejak memasuki boom seni rupa menjelang 1990, sekitar 90% dari 100
galeri yang lahir di Indonesia adalah milik orang-orang Tionghoa. Mereka melihat bahwa seni
(berkualitas) adalah materi komoditi. Mereka memainkan itu dengan berbagai macam gaya dan
cara. .. Harus diakui, sebagian besar upaya mereka menyenangkan dan kontributif kepada sejarah
seni di Indonesia.
Cinta bukan dicari. Cinta dibangun dalam kenyataan sehari-hari.