2.1 Perjalanan Karir Seorang Liem Koen Hian Sebagai Jurnalis Tiongkok Peranakan
Liem Koen Hian lahir di Banjarmasin. Beberapa sumber memiliki perbedaan tentang
tanggal dan tahun persis ia lahir. Ada yang mengatakan bahwa ia lahir pada 3 November
1897 (goodnewsfromindonesia, 2022) dan sumber lain mengatakan bahwa Liem Koen
Hian lahir pada 3 November 1896 (Suryadinata, 1977:44). Ia adalah anak dari seorang
pebisnis Tionghoa yang bernama Liem Ke An. Ia bersekolah di HCS (Hollandsch
Chineese School). Tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya, ia kemudian sempat
bekerja disebuah perusahaan minyak di Balikpapan.
Peran serta dan perjalanan panjang Liem Koen Hian dalam media pers Tionghoa
Peranakan dimulai saat ia merantau ke Surabaya dan bekerja pada sebuah surat kabar
Tionghoa Peranakan, Tjhoen Tjhioe (1915-1917). Ia memutuskan untuk berhenti bekerja
di surat kabar tersebut pada awal tahun 1917 dan kemudian mendirikan surat kabar
mingguannya sendiri, Soon Lim Poo. Surat kabar mingguan ini tidak bertahan lama. Ia
rehat sebentar dari dunia pers dan kembali lagi menapakkan kakinya pada bidang ini
melalui tawaran menjadi pimpinan redaksi di surat kabar Sinar Soematra (1918-1921).
Di akhir tahun 1921, ia diundang menjadi pimpinan surat kabar Pewarta Soerabaia
(1921-1925).
Perjalanannya di dunia jurnalisme tidak berhenti disitu. Pada bulan Maret tahun
1925, Liem Koen Hian mengundurkan diri dari Pewarta Soerabaia dan pada bulan Mei
di tahun yang sama, ia bergabung menjadi pimpinan redaksi surat kabar Soeara Publiek
(1925-1929) dan lanjut bekerja di surat kabar Sin Tit Po (1929-1932). Ia kemudian
memprakarsai penerbitan surat kabar Kebangoenan yang sama dengan kebanyakan surat
kabar yang ia tulis sebelumnya, mempromosikan ide-ide nasionalisme Indonesia
terutama kepada orang-orang Tionghoa. Pada bulan April tahun 1937, ia menjadi
pimpinan redaksi pada surat kabar Kong Hoa Po dan di tahun berikutnya, Liem Koen
Hian kembali diajak menjadi pimpinan surat kabar Sin Tit Po.
Gambar 2.1.1 Surat Kabar Soeara Publiek, edisi Jum’at, 24 Juli 1925
Buah dari penindasan dan ketidakadilan dari pemerintah koloni Belanda yang sempat
dirasakan oleh Liem Koen Hian, ia menerbitkan beberapa artikel yang menyuarakan
tentang hal tersebut ketika ia masih bekerja di surat kabar Tjhoen Tjhioe. Dibawah surat
kabar Soerabaiasche Handelsblad, ia mengkritik kolonial Belanda dan kebijakan-
kebijakan mereka yang menyudutkan etnis Tionghoa di Hindia-Belanda. Hidup dari
seorang ayah Tionghoa dan ibu yang seorang pribumi, Liem Koen Hian memegang
teguh identitasnya sebagai seorang Tionghoa Peranakan. Selama perjalanan hidupnya
menggeluti bidang jurnalisme, ia terkenal sebagai orang yang sangat vokal menyuarakan
pendapatnya dan mendukung paham nasionalisme Tiongkok. Sikap anti-kolonialisme
dan paham yang ia miliki bahkan mendorongnya untuk mengundurkan dari dari surat
kabar Pewarta Soerabaia.
Melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di berbagai surat kabar, Liem Koen Hian
menuangkan ideologinya tersebut. Sin Tit Po yang merupakan bagian besar dalam
perjuangan pergerakan rakyat Indonesia, terutama etnis Tionghoa, mendukung penuh
gagasan nasionalisme pro-Indonesia. Sikapnya yang inklusif serta anti kolonial -Belanda,
maupun ketika Jepang menjejakkan kaki di Indonesia- dibuktikan dengan tulisa-tulisan
di surat kabar tersebut yang mengkritik pemerintah kolonial.
Selain melalui tulisan-tulisannya, ia kerap secara vokal dan langsung menyuarakan
pendapat mengenai ideologinya. Dapat dilihat dari pidato yang ia sampaikan pada 23
Agustus 1932 tentang tiga aliran politik Tionghoa Peranakan. Dalam pidatonya juga, ia
menegaskan bahwa aliran politik yang ia ikuti adalah aliran pro-Indonesia.
“Istilah ‘Indonesiër’ dapat berarti orang Indonesia tulen, itu dapat diartikan melalui
konsep etnologis. Tapi, dalam arti politis, ‘Indonesiër dapat diartikan sebagai sebagai
penduduk negara ini dan warga negaranya… Orang mungkin berpendapat bahwa selama
Indonesia belum merdeka, maka tidak akan ada istilah kewarganegaraan Indonesia atau
‘Indonesiër’ dalam pengertian politik. Pendapat ini tentu saja benar karena saya
melekatkan sebuah konsep politik kepada Indonesia di depan perkembangannya. Namun,
daripada sebuah kekeliruan, saya lebih suka menyebutnya dengan sebuah prediksi akan
keadaan Indonesia di masa depan.” (Sin Tit Po, edisi Jum’at, 26 Agustus 1932).
2.3 PTI, Bagian Dari Media Promosi Ide-Ide Nasionalis Indonesia Liem Koen Hian
Sebagai seorang nasionalis Indonesia dari kaum Peranakan, Liem Koen Hian
mendukung keterlibatan orang Cina dalam perjuangan politik antara orang Belanda dan
Pribumi. Maka dari itu, pada bulan September 1932, Liem Koen Hian bersama partner-
nya seorang pengacara Tionghoa Peranakan Ko Kwat Tiong, membentuk sebuah partai
berorientasi pro-Indonesia, yaitu Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Tujuan dari
dibentuknya PTI adalah untuk membantu Indonesia berkembang dalam aspek ekonomi,
sosial, maupun politik hingga penduduknya dapat menikmati hak serta kewajiban yang
sama (Sin Tit Po, edisi Senin, 26 September 1932). PTI berniat untuk menaikkan status
ekonomi Peranakan dan bekerja sama dengan partai-partai lain milik pribumi yang
memiliki visi dan misi yang sama.
Gambar 2.3.1 Surat Kabar Sin Tit Po, edisi Senin, 28 Desember 1931
BAB III
KESIMPULAN
Liem Koen Hian, yang dianggap sebagai ‘bapak’ dari gerakan nasionalisme pro-
Indonesia, mempunyai sepak terjang dan perjalanan yang panjang di dalam dunia pers
Hindia-Belanda. Mulai ketika ia menganut paham pro-Tiongkok, ia adalah orang yang vokal
dalam mengkritik kebijakan-kebijakan yang menyudutkan orang-orang Cina di Hindia-
Belanda pada masa itu. Bisa dibilang, tulisan-tulisannya menjadi salah satu dair banyak
dorongan atas munculnya surat kabar Tionghoa lain yang memiliki visi dan misi yang sama,
yakni menaikkan eksistensi etnis Tionghoa -terutama Peranakan- di dunia pers Hindia-
Belanda.
Jayusman, I., & Fachrurozi, M. H. (2021). Eksistensi Kaum Tionghoa dalam Dunia Pers di
Hindia Belanda Tahun 1869-1942. BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU
SEJARAH, 4(1).
Kosasih, A. (2013). Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional di Indonesia, 1900-
1942. SUSURGALUR, 1(1).
Hanggara, A. (2018). Nasionalisme etnis tionghoa di Indonesia. Equilibrium, 14(02).
Suryadinata, L. (1977). The search for national identity of an Indonesian Chinese: a political
biography of Liem Koen Hian. Archipel, 14(1), 43-70.
Suryadinata, L. (2010). Etnis Tionghoa dan nasionalisme Indonesia: sebuah bunga rampai,
1965-2008. Penerbit Buku Kompas.
Idi, A. (2019). Politik Etnisitas Hindia Belanda: Dilema dalam Pengelolaan Keberagaman
Etnis di Indonesia. Prenada Media.
AMALIA, F. (2017). PEWARTA SOERABAIA Sebagai Media Komunikasi Nasionalisme
Tiongkok Masyarakat Tionghoa Surabaya tahun 1937-1940. Avatara, 5(1).