Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rara Hiya Najwa Amoen Amrulloh

No. Absen : 26

Kelas : XII MIPA 1

BIOGRAFI TOKOH SENI RUPA

1. Henk Ngantung

Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau juga dikenal dengan nama Henk Ngantung (lahir di Manado,
Sulawesi Utara, 1 Maret1921 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 1991 pada umur 70 tahun) adalah
pelukis Indonesia dan Gubernur Jakarta untuk periode 1964-1965. Henk merupakan seorang pelukis dan
budayawan, ia juga memprakarsai berdirinya Sanggar Gotong Royong.

Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal. Bersama
Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut medirikan "Gelanggang". Henk juga pernah menjadi pengurus
Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958. Henk di angkat sebagai Gubernur Jakarta pada
tahun 1964, ia dianggap memiliki bakat artistik sehingga diharapkan mampu untuk menjadikan Jakarta
sebagai kota budaya.

Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan
yang berada di bundaran Hotel Indonesia merupakan hasil sketsa Henk. Ide pembuatan patung ini
berasal dari Presiden Soekarno dan design awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu
merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat sketsa lambang DKI Jakarta dan lambang
Kostrad namun ironisnya, hal tersebut belum diakui oleh pemerintah.

2. Dullah Suweileh

Pelukis Dullah lahir di Solo, Jawa Tengah, 17 September 1919, ia dikenal sebagai seorang pelukis realis.
Corak lukisannya realistik. Mempunyai kegemaran melukis portrait (wajah) dan komposisi-komposisi
yang menampilkan banyak orang (group). Diakui, Dullah belajar melukis dari dua orang Gurunya yang
sekaligus merupakan pelukis ternama, yaitu S. Sudjojono dan Affandi. Meskipun demikian corak
lukisannya tidak pernah mempunyai persamaan dengan dua orang gurunya tersebut.

Pernah dikenal sebagai pelukis istana selama 10 tahun sejak awal tahun 1950-an, dengan tugas
merestorasi lukisan (memperbaiki lukisan-lukisan yang rusak) dan menjadi bagian dalam penyusunan
buku koleksi lukisan Presiden Soekarno. Dullah juga dikenal sebagai pelukis revolusi, karena dalam
karya-karyanya banyak menyajikan lukisan dengan tema-tema perjuangan selama masa
mempertahankan kemerdekaan.

Pada waktu perang kemerdekaan II, saat Yogyakarta diduduki oleh tentara Belanda pada 19 Desember
1949 hingga 29 Juni 1950, Dullah memimpin anak didiknya yang masih belum berumur 17 tahun untuk
melukis langsung peristiwa-peristiwa selama pendudukan Yogyakarta sebagai usaha pendokumentasian
sejarah perjuangan bangsa. Lukisan-lukisan yang dihasilkan ketika itu diulas di surat-surat kabar, bahkan
oleh Affandi dinilai sebagai karya satu-satunya di dunia.

3. Basuki Abdullah

Basuki Abdullah merupakan pelukis potret yang terkenal di dunia. Ia lahir di Surakarta, 25 januari 1915
dan meninggal pada 5 November 1993.

Pelukis terkenal Indonesia yang beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis Istana
Kerajaan Thailand pada tahun 1960-an dan pelukis resmi Istana Merdeka pada tahun 1974.

Lebih dari itu, obsesinya yang mengejar kemiripan wajah dan bentuk membuat Basuki Abdullah disukai
orang-orang kalangan atas. Berbagai negarawan dan istri mereka berlomba meminta agar dilukis
olehnya, seperti Bung karno, Pangeran Philip dari Inggris, Pangeran Bernard dari Belanda, Sultan Brunei
sampai kaum jetset seperti Nyonya Ratna Sari Dewi.

Bakat melukis Basuki Abdullah terwarisi dari jiwa seni ayahnya, Abdullah Suriosubroto yang juga sebagai
pelukis.

Basuki Abdullah memulai pendidikannya di HIS Katolik dan Mulo Katolik Solo, Jawa Tengah. Kemudian ia
mendapatkan beasiswa pada tahun 1933 untuk belajar di Academie Voor Beeldende Kunsten Den Haag,
Belanda.

Ia juga merupakan salah satu pelukis Indonesia yang mengharumkan nama bangsa, karena pada 6
September 1948, sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Belanda Basuki berhasil mengalahkan 87 pelukis
kaliber internasional dalam sebuah sayembara yang diadakan di Amsterdam.

Selain di Indonesia, ia sering menyelenggarakan pameran tunggal di luar negeri, seperti Thailand,
Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris dan Negara-negara lainnya. Bahkan tidak kurang dari 22 negera di
dunia mengoleksi karyanya.

Anda mungkin juga menyukai