Anda di halaman 1dari 10

PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah “Manajemen Investasi dan
Keuangan Derivatif” yang Dibina Oleh :
Dr. Atim Djazuli, SE, MM

Kelas : BA
Disusun Oleh :

Nadia Enhashita Fairuza 195020201111029

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL
Untuk membuat portofolio yang optimal menggunakan analisis Markowitz. Investor
harus:
1. Mengidentifikasi kombinasi risiko pengembalian yang optimal yang tersedia dari
sekumpulan aset berisiko yang dipertimbangkan dengan menggunakan analisis batas
efisien markowitz. Dengan memperhatikan:
• The attainable set of portofolio
• Efficient portofolio
• Efficient set (frontier)
• Memahami solusi markowitz
2. Memilih portofolio optimal di antara yang berada dalam urutan efisien berdasarkan
preferensi investor menggunakan kurva indeferens dan setelah itu baru dapat memilih
portofolio yang optimal.

1.1 Model Utilitas yang Diharapkan


Model utilitas yang diharapkan (expected utility model) merupakan suatu model yang
mendasari pemilihan portofolio dalam konteks mean-variance model. Kesulitan merumuskan
preferensi risiko dalam model ini akan diatasi dengan pemilihan dua investasi yang hipotesis
ekuivalen.
Dalam model utilitas yang diharapkan menyatakan bahwa para pemodal akan memilih
suatu kesempatan investasi yang memberikan utilitas yang diharapkan yang tertinggi. Utilitas
yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan
tertinggi. Terdapat beberapa aksioma tentang perilaku pemodal dalam pengambilan keputusan
investasi, di antaranya:
1. Para pemodal mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun peringkat dari
alternatif-alternatif sehingga bisa diambil keputusan.
2. Setiap peringkat alternatif-alternatif tersebut bersifat transitif.
3. Para pemodal akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan, dan tidak
memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut.
4. Para pemodal mampu menentukan certainty equivalent dari setiap investasi yang tidak
pasti.
Empat aksioma tersebut bisa dipergunakan untuk menyusun fungsi utilitas dari pemodal
yang bisa dipergunakan sebagai basis untuk model sikap pemodal terhadap risiko, dengan
tujuan untuk memaksimumkan indeks utilitas yang diharapkan.
1. Sikap Pemodal terhadap Risiko
Model utilitas yang diharapkan menggunakan asumsi terhadap
sikap pemodal terhadap risiko, yang dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Risk averse (tidak menyukai risiko), pemodal umumnya akan menolak taruhan yang
fair.
b. Risk neutral (netral terhadap risiko), pemodal bersikap indifference terhadap taruhan
yang fair.
c. Risk seeker (menyukai risiko), pemodal cenderung memilih taruhan yang fair.
2. Penyusunan Fungsi Utilitas
Misalkan ada suatu kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
Present value dari hasil yang
Probabilitas
diperoleh
+ Rp 5.000 0,80
− Rp 2.000 0,20

Expected value hasil yang diperoleh dari investasi tersebut adalah (+ Rp5.000)
(0,80) + (-Rp2.000) (0,20) = +Rp3.600. Jika investasi ini ditawarkan pada seorang
pemodal, maka untuk menyusun fungsi utilitas diperlukan suatu ukuran atau indeks
utilitas. Penentuan indeks bersifat sembarang, tetapi untuk mudahnya kita berikan +1
untuk hasil Rp5.000 dan 0 untuk hasil –Rp2.000. Dengan demikian, maka:
Present value dari hasil yang
Indeks Fungsi Utilitas
diperoleh
+ Rp5.000 1,00
− Rp2.000 0,00

U(+Rp. 5.000) = +1 U(-Rp. 2.000) = 0


Apabila probabilitas hasil +Rp. 5.000 adalah sebesar p dan probabilitas hasil –Rp. 2.000
adalah sebesar (1 - p), maka expected utility investasi tersebut adalah:
P x U (+Rp. 5.000) + (1 – p) x U(-Rp. 2.000)
Karena U(+Rp. 5.000) = 1, dan U(-Rp. 2.000) = 0, maka expected utility investasi
tersebut menjadi,
P x 1 + (1 – p) x 0 = p
Aksioma 4 mengatakan bahwa pemodal bisa menentukan nilai certainty equivalent
(CE) untuk inestasi tersebut. Dari contoh diatas, utilitas certainty equivalent dapat
dituliskan menjadi,
U(CE) = pU(+Rp. 5.000) + (1 – p) U(-Rp. 2.000)
U(CE) = p1 + (1 – p)0 = p
Fungsi utilitas yang akan disusun bersifat unik, terbatas pada contoh hipotesis pemodal
yang akan digunakan. Setiap pemodal bisa mempunyai fungsi utilitas yang berbeda.
3. Bentuk Fungsi Utilitas

• Untuk pemodal yang risk averse, bentuk kurva utilitasnya adalah melengkung
dengan peningkatan yang makin berkurang.
• Untuk pemodal yang risk neutral, bentuk kurva utilitasnya akan berupa garis
lurus.
• Untuk pemodal yang risk seeker, bentuk kurva utilitasnya akan melengkung
dengan peningkatan yang makin meningkat.
4. Penggunaan Model Utilitas yang Diharapkan untuk Memilih Investasi
Fungsi utilitas dapat digunakan untuk memilih investasi yang mempunyai unsur
ketidakpastian. Misalkan indeks utilitas seorang pemodal terhadap nilai-nilai hasil yang
diharapkan disajikan sebagai berikut:
PV Hasil yang diharapkan Indeks Utilitas
(Rp1.000) 0,28
Pemodal Rp 500 0,59
Rp1.500 0,74
tersebut Rp2.000 0,80
dihadapkan Rp2.500 0,85
Rp5.000 1,00
pada pilihan
dua kesempatan investasi yang mempunyaikarakteristik sebagai berikut:
Investasi A Investasi B
Keuntungan Prob. Keuntungan Prob.
(Rp1.000) 0,30 Rp 500 0 , 20
Rp2.000 0,40 Rp1.500 0 , 60
Rp5.000 0,30 Rp2.500 0 , 20
• Tingkat keuntungan (E[R]) masing-masing investasi adalah:
E(RA) = 0,3(-1.000) + 0,4(2.000) + 0,3(5.000)
= Rp 2.000
E(RB) = 0,2(500) + 0,6(1.500) + 0,2(2.500)
= Rp 1.500
• Expected utility masing-masing investasi adalah:
E(UA) = 0,3(0,28) + 0,4(0,80) + 0,3(1)
= 0,704
E(UB) = 0,2(0,59) + 0,6(0,74) + 0,2(0,85)
= 0,732
Seandainya pemodal memilih investasi-investasi tersebut berdasarkan atas
keuntungan yang diharapkan, maka investasi A yang dipilih. Namun investasi A
mempunyai kemungkinan untuk memperoleh keuntungan negatif, dan juga distribusi
keuntungannya lebih tidak pasti. Sedangkan jika pemodal menggunakan kriteria utilitas
yang diharapkan, maka investasi B yang dipilih.

1.2 Memperluas Diversifkasi


Kegiatan ekonomi didunia saat ini menjadi makin berkait dan bergantung satu sama lain.
Hampir tidak ada negara yang tidak mempunyai interaksi dengan dunia luar. Interaksi kegiatan
ekonomi tersebut baik menyangkut kegiatan sektor riil maupun sektor keuangan. Interaksi
kegiatan ekonomi sektor riil bisa dilihat dari kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan oleh
berbagai negara.
Lembaga-lembaga keuangan tersebut mungkin bergerak dalam bidang pasar uang
maupun pasar modal. Pasar uang merupakan perteuan antara supply dan demand akan dana
jangka pendek. Sedangkan pasar modal adalah pertemuan antara supply dan demand akan dana
jangka panjang, yang diwujudkan dalam bentuk instrument-instrumen keuangan yang bisa
diperjualbelikan.
Dengan adanya pasar modal internasional, para pemodal bisa melakukan investasi
diberbagai negara bukan dengan melakukan investasi langsung, seperti yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional, tetapi dengan jalan membeli
sekuritas-sekuritas yang ditawarkan di bursa efek.

1.3 Pasar Modal Internasional


Saat ini, tidak hanya negara-negara barat yang mempunyai pasar modal. Negara
yang sedang berkembang pun banyak yang mempunyai pasar modal. Tabel berikut ini
menunjukkan perbandingan ukuran pasar saham di beberapa bursa efek yang relatif besar,
baik di Eropa, Asia, maupun Amerika Utara.

Dengan runtuhnya komunisme di bekas Uni Soviet dan Eropa Timur pada awal 1990-an,
maka pasar modal juga muncul di berbagai negara Eropa Timur, seperti Cekoslovakia,
Hungaria, Polandia, dan lain-lain. Fenomena tersebut menunjukkan perlunya pasar modal
untuk mengalokasikan dana secara efisien, juga menjadi kesempatan untuk melakukan
diversifikasi internasional yang makin luas.
Diversifikasi internasional hanya bisa dilakukan apabila pasar-pasar modal membuka diri
bagi pemodal asing. Pemodal asing diizinkan untuk membeli sekuritas-sekuritas yang
diperdagangkan karena dana domestik mungkin dirasa terbatas. Umumnya pemodal asing
diberi kesempatan untuk masuk ke pasar modal dengan batasan-batasan tertentu. Apakah
nantinya para pemodal asing bersedia menanamkan dana mereka di pasar modal tergantung
dari berbagai faktor, sebagai berikut:
1. Nilai kapitalisasi sekuritas yang terdapat di suatu bursa
2. Likuiditas sekuritas yang terdaftar di bursa
3. Peraturan yang melindungi pemodal dari kecurangan
4. Mutu dan penyebaran informasi
5. Terbuka kesempatan untuk terjadi capital inflows dan capital outflows.
• Negara yang sedang berkembang umumnya mengizinkan pemodal asing ikut
memiliki sekuritas yang diperdagangkan di bursa negara tersebut dengan maksud
untuk memancing capital inflows. Seringkali ditempuh upaya melakukan dual
listing, yaitu saham-saham terdaftar di bursa negara tempat perusahaan berdomisili
dan juga di bursa luar negeri. Jadi, pemodal luar negeri bisa membeli saham kita
tetapi pemodal kita tidak bisa membeli saham luar negeri.
• Negara maju sering melakukan cross listing yang berarti beberapa saham negara
tersebut terdaftar di bursa luar negeri dan sebaliknya beberapa saham luar negeri
terdaftar di bursa kita. Juga trbuka kesempatan membeli saham asing oleh pemodal
domestik.

1.4 Risk & Return Investasi di Pasar Modal Internasional


1. Tingkat Keuntungan Investasi di Pasar Modal Internasional
Bagi pemodal asing, kesempatan investasi di pasar modal internasional perlu
memperhatikan adanya faktor perubahan kurs valuta asing, faktor yang tidak perlu
diperhatikan bagi pemodal domestik.
Misalnya, pada t0 harga saham A sebesar Rp20.000 dan pada t1 sebesar Rp24.000,
selama satu tahun saham tersebut tidak membagikan dividen. Misalkan pada t0 kurs
poundsterling (£) = Rp2.900 dan pada t1 sebesar £1 = Rp3.600. Dipandang dari
pemodal domestik, tingkat keuntungan yang diperolehnya adalah 20%.
• Pada t0 untuk membeli 1 lembar saham A, pemodal Inggris menginvestasikan
dana senilai (Rp20.000/Rp2.900) x £1 = £6.90.
• Pada t1 saham A tersebut nilainya menjadi Rp24.000. nilai ini ekuivalen dengan
(Rp24.000/Rp3.600) x £1 = £6.67.
• Dari sudut pandang pemodal Inggris, investasi ini memberikan tingkat
keuntungan yang negatif. Dihitung sebagai berikut: (£6.67−£6.90 )
×100%=−3,33%
£ 6.90
• Dari sudut padang pemodal domestik, investasi ini memberikan tingkat
keuntungan yang positif. Dihitung sebagai berikut:
(Rp2.900−Rp3.600)
×100%=−24,14%
Rp2.900
Tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal asing dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(1+R d)
(1+RN)=[ 1+RX)]
(

Keterangan:
RN = Tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal asing
Rd = Tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal domestik
RX = Perubahan kurs valuta asing
Dalam kasus di atas, dengan demikian maka: (1 + RUK) = [(1
+ 0,2) / (1 – 0,2414)]
= (0,967)
RUK = (0,967 – 1)
= -0,333
Untuk menyederhanakan perhitungan juga dapat dihitung dengan cara:
RUK = Rd – RX
= 0,20 – 0,2414
= -0,0414
2. Risiko Investasi di Pasar Modal Internasional
Pemodal asing perlu mengperhatikan factor perubahan kurs valuta asing dalam
perhitungan risiko investasi. Standar deviasi tingkat keuntungan yang akan diperoleh
pemodal asing akan tinggi apabila terdapat dua sumber risiko investasi yaitu perubahan
kurs valuta asing dan perubahan harga saham. Risiko yang di tanggung pemodal asing
dapat lebih rendah dari risiko yang ditanggung pemodal domestic apabila perubahan
harga saham berkorelasi negative (dan sangat rendah) dengan perubahan kurs valuta
asing.
Salah satu daya Tarik dilakukannya diversifikasi adalah dapat berkurangnya
risiko yang ditanggung pemodal. Diversifikasi semakin menarik ketika koefisien
korelasi antar tingkat keuntungan rendah. Diversifikasi internasional memungkinkan
pemodal bukan hanya melakukan diversifikasi antar industry, melainkan juga antar
negara. Apabila koefisien korelasi tingkat keuntungan antar negara (yang diwakili oleh
indeks pasar pada bursa-bursa tersebut) rendah, maka diversifikasi internasional akan
semakin menarik.

1.5 Diversifikasi Internasional


Artikel klasik tentang portofolio internasional ditulis oleh Solnik (1974) yang
menjelaskan tentang manfaat diversifikasi internasional untuk mengurangi risiko. Ditunjukkan
bahwa diversifikasi internasional mampu mengurangi systematic risk sampai sebesar 12% dari
total risk, dan angka ini jauh lebih kecil dari systematic risk yang masih sebesar 27% apabila
diversifikasi hanya dilakukan secara domestik (untuk jumlah saham yang sama).
Berikut dijelaskan bagaimana seorang pemodal (misalkan ia adalah pemodal Amerika
Serikat) akan memilih menginvestasikan dananya di pasar modal internasional dan tidak hanya
membatasi investasinya di pasar modal domestik, apabila:
E (RN )−Rf E (RUS)−Rf
> k N.US
σN σ US
E(RN) = Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk sekuritas non-AS.
E(RUS) = Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk sekuritas AS. σ N =
Deviasi standar sekuritas non-AS.
σ US = Deviasi standar sekuritas AS.
KN.US = Koefisien korelasi antara sekuritas non-AS dengan sekuritas AS.
Rf = Tingkat keuntungan bebas risiko.
Apabila pasar modal terintegrasikan sepenuhnya, atau para pemodal dapat melakukan
diversifikasi internasional dengan bebas, tentunya terdapat dampak dalam equilibrium pricing
sekuritas-sekuritas tersebut dalam konteks internasional ( dunia). Kompleksitas muncul apabila
dipertimbangkan bahwa para pemodal di berbagai negara menggunakan mata uang yang
berbeda dan mempunya preferensi risiko yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Bodie Kane Markus: Investment, 10 Edition, McGraw Hill, 2014


Pulungsari, 2019. Model Indeks Tunggal. Diakses 22 September 2021 dari
https://www.coursehero.com/u/file/76969742/MAKALAH-RPS-6docx/#question

Anda mungkin juga menyukai