Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Masa Kehamilan

Hasil pemeriksaan ANC pada Ny. M hamil anak pertama, kehamilan ini

adalah kehamilan yang direncanakan dan diharapkan oleh suami dan keluarga.

Selama kehamilan ini Ny. M melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester

III sebanyak 5 kali. Pada kunjungan pertama Ny. M dilakukan pemeriksaan fisik

secara lengkap, imunisasi T5, temu wicara dilakukan setiap kunjungan kehamilan,

pemberian tablet Fe setiap kali kunjungan sebanyak 10 tablet, sedangkan keadaan

janin baik, pemeriksaan ANC Terpadu dilakukan Pada kunjungan kedua Ny.M

datang ingin memeriksakan kehamilannya tanpa keluhan dan dilakukan

pemeriksaan fisik secara lengkap dengan hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin

baik.

Agar kehamilan berlangsung secara normal, maka dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan harus sesuai dengan standar asuhan 10T. Asuhan standar

pada ibu hamil, yang terdiri dari: timbang berat badan dan ukur tinggi badan,

Pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas),

pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), tentukan presentasi janin dan

denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan berikan

imunisasi tetanus toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zatbesi minimal
90 tablet selamakehamilan, teslaboratorium(rutin dan khusus), tatalaksana atau

penanganan khusus, temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca salin. Hal itu sesuai dengan

program dari Depkes RI, 2009 yang dilakukan oleh bidan yaitu standar asuhan

10T. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk

memenuhi kebutuhan fisiologik pada kehamilan. Pemberian zat besi minimal 90

tablet selama kehamilan (Romauli,2011).

Setelah dilakukan pemeriksaan pada setiap kunjungan kehamilan, Ny.

Kmendapatkan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC) yaitu 10T secara

lengkap. Ny. M mendapatkan pelayanan timbang BB dan PB, ukur TD, ukur

Lila, ukur TFU, menentukan presentasi janin dan djj, pemberian tablet Fe,

tatalaksana kasus dan temu wicara (konseling), namun tidak mendapatkan

pelayanan skrining status dan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), serta

ANC Terpadu Ny.M dianggap sudah mendapatkan imunisasi (TT) lengkap pada

kehamilan yang sebelumnya dan ibu juga dianggap tidak beresiko terhadap

penyakit menular seksual (PMS), HIV, atau malaria. Penyebab lainnya yaitu

dikarenakan keterbatasan sarana untuk dilakukan tes penyakit menular (PMS),

HIV, atau malaria sehingga Ny. M tidak dilakukan pemeriksaan PMS, HIV atau

malaria. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

fakta yang telah ada di lapangan.


B. Persalinan

Ny. M datang dengan keluhan merasa mules pada perut bagian bawah

menjalar ke pinggang sejak tanggal 24-02-2019 jam 04.00 wib dan keluar lendir

bercampur darah sejak jam 02.00 wib dengan usia kehamilan 37 minggu. Pada

kala II berlangsung selama 30 menit tanggal 24-02-2019 jam 07.00 wib. Ibu

melahirkan bayi secara spontan tanggal 24-02-2019 jam 07.30 wib ,jenis kelamin

Laki-laki dengan apgar score 8-9, kondisi bayi baik. Pada kala III berlangsung

selama 5 menit setelah bayi lahir dan setelah disuntikkan oksitosin Plasenta lahir

secara lengkap, Pada kala IV dilakukan pemantauan khusus dengan hasil kondisi

ibu baik dan kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong dan tidak terjadi

perdarahan.

Menurut teori lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan

pada multigravida sekitar 8 jam dalam fase laten, sedangkan fase aktif

berlangsung sekitar 6 jam. Lama kala II berlangsung 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida. Lama kala III berlangsung 30 menit pada

primigravida dan 15 menit pada multigravida. Pada kala IV di lakukan observasi

terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama

yaitu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua

(Sulistiyawati dan Esti Nugraheny,2010).

perlukaan jalan lahir bisa disebkan diantaranya oleh perlukaan dinding

vagina, perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perenium jarang

sekali terjadi.
Bisa juga disebabkan oleh robekan serviks, persalinan selalu mengakibatkan

robekan serviks, sehingga serviks seseorang multipara berbeda dengan yang

belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan serviks menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus (Asuhan persalinan

normal bagi bidan,2014).

Dari hasil yang telah dikaji bahwa lama proses persalinan Ny.M ada

kesenjangan antara fakta dan teori. Lama proses persalinan dalam setiap kala

masih dalam batasan normal menurut teori. Apabila dikaji ulang, lama fase aktif

kala I tidak dikaji karena pasien datang dengan pembukaan 7 cm, sedangkan

untuk kala II berlangsung selama 30 menit dan kala III berlangsung selama 5

menit tidak ada robekan perineum. Proses persalinan pada Ny. M tersebut masih

dikatakan fisiologis dan ada kesenjangan antara teori dan fakta.

C. Masa Nifas

Berdasarkan dari hasil asuhan yang di lakukan pada Ny. M pada kunjungan

post natal care pertama 6 jam post partum tanggal 24-02-2019 didapatkan keluhan

yaitu Ny. M merasa perutnya masih mules. Hasil pemeriksaan TFU 2 jari bawah

pusat, dan lochea rubra (merah segar). Pada kunjungan ke 6 hari post partum

tanggal 02-03-2019 ASI keluar banyak dan mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.

Didapatkan hasil pemeriksaan keadaan ibu baik, TFU pertengahan pusat sympisis.

Pada pemeriksaan fisik inspeksi genetalia didapatkan lochea sanguinolenta dan

vagina tidak oedem.


Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Vivian, 2011).Pada uterus terjadi

proses involusi yaitu proses kembalinya uterus kedalam sebelum hamil setelah

melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi

otot-otot polos uterus. Menurut (Mas’adah, 2010).

Perut mules yang dirasakan oleh Ny.M merupakan hal yang fisiologis

setelah ibu melahirkan dikarenakan uterus masih berkontraksi sehingga ibu

merasakan mules, dan berdasarkan pemeriksaan pada kunjungan pertama

keadaan umum Ny. M baik sehingga keadaan ibu nifas tidak ada komplikasi,

kooperatif dan memenuhi semua anjuran bidan.

D. Bayi Baru Lahir

Pada kunjungan pertama pada By.Ny.M neonatus cukup bulan usia 6 jam

tanggal 24-02-2019 dengan keadaan normal, ditandai dengan tidak ada keluhan

dan cacat bawaan, serta refleks bayi baik. Pada kunjungan kedua By.Ny.M

neonatus cukup bulan usia 6 hari tanggal 02-03-2019 didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baik serta pertumbuhan dan perkembangan bayi baik,

tidak ikterus dan tali pusat bayi lepas pada hari ke 4 dan tidak terjadi perdarahan

atau infeksi pada tali pusat, Tali pusat sudah lepas.

Menurut (Sitiatava, 2012). normalnya pelepasan tali pusat yaitu lepas pada

hari ke 7 sampai hari ke 10. Menurut (Rizema P, 2012) kebutuhan ASI dihari

pertama kelahiran apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10-100 mL ASI. Normalnya berat badan bayi yang

baru lahir berkisar 2,5-4 kg, pada minggu pertama akan mengalami penurunan

antara 7-10%,setelah memasuki antara minggu kedua dan minggu ketiga maka

akan mengalami kenaikan berat badan kembali tidak perlu khawatir dikarenakan

tidak ada pengaruh yang berarti pada bayi apabila terjadi penurunan berat badan

pada minggu pertama bayi dilahirkan. Penurunan berat badan bayi ini

dimaksudkan untuk mengeluarkan cairan yang dibawa sejak lahir, bahkan dapat

membuat adaptasi sistem pernapasan dan kardiovaskuler menjadi seimbang.

Hal ini merupakan hal yang fisiologis karena lepasnya tali pusat yang di

alami By.Ny.M masih dalam batasan normal. Hal ini terjadi karena perawatan

tali pusat yang benar, tidak ditambah dengan bahan tradisional maupun medis

lainnya, melainkan hanya membungkus tali pusat dengan kasa steril saja,

sehingga tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti berwarna kemerahan,

bengkak, bernanah dan berbau. Pelepasan tali pusat By.Ny.M sesuai dengan teori

yang telah dijelaskan oleh Sitiatava.

E. Kontrasepsi

Ny M datang ke POLINDES Hj,AYU MARWATI S,ST bersama suami

pada tanggal 12-04-2019 jam 08.30 WIB ingin ikut KB. Menjelaskan tentang

macam-macam kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, AKBK, dan kontrasepsi

non hormonal yaitu AKDR, serta metode alamiah seperti senggama terputus,

kondom, dan sistem kalender, namun ibu mengatakan ingin menggunakan KB pil
kemudian di lakukan pemeriksaan hasilnya tidak ada masalah untuk

menggunakan KB pil dan bidan menganjurkan tentang KB pil Andalan Lactasi

yang sesuai dan cocok untuk ibu menyusui.

Menurut (Saifudin, 2011), yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin

(KB suntik 3 bulan) salah satunya adalah ibu menyusui karena tidak mengganggu

produktivitas ASI.

Ibu memilih ikut KB Pil ,kemudian memberitahu ibu keuntungan, kerugian

dan cara meminumnya. Setelah mendapatkan penjelasan tentang KB, ibu

mengerti dan ibu sudah benar ikut KB Pil karena tidak mengganggu produksi

ASI selama proses menyusui,serta praktis dan murah. dan ibu akan kembali

sesuai yang dianjurkan bidan.

Anda mungkin juga menyukai