1
Elsi, 2Juninho Meldy Siwu,3Junior J. Najoan
1,2,3
Jurusan Biologi
1,2,3
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
1,2,3
Universitas Negeri Manado
Email: elsieci02@gmail.com, juninhosiwu@gmail.com, juniornajoan3@gmail.com
ABSTRAK
Pendidikan merupakan dasar dari kemajuan pembangunan generasi bangsa. Peserta didik
sebagai generasi emas penerus bangsa dipersiapkan mulai sejak dini untuk masa depan depan
bangsa. Kunci utama untuk menghasilkan generasi emas Indonesia yang dicanangkan akan
tercapai pada tahun 2045 dengan generasi yang bermutu, berbobot dan berkualitas adalah tak
lepas dari peran para tenaga pendidik. Tetapi saat ini, negara kita sedang menghadapi wabah
pandemi Covid-19 yang menimbulkan dampak yang sangat signifikan pada beberapa sektor
seperti sektor ekonomi, industri, pendidikan dan lain sebagainya. Tak dapat disangkal, di
dunia pendidikan proses belajar dan mengajar menjadi terhambat, pembelajaran yang
awalnya tatap muka kini beralih menjadi pembelajaran secara daring untuk menghindari
terpaparnya Covid - 19. Tentunya dalam pelaksanaan pembelajaran daring banyak kendala
yang ditemui, bukan hanya datang dari peserta didik tetapi juga datang dari para pendidik.
Mau tak mau kegiatan pembelajaran harus tetap dilaksanakan, hingga 1 Juni 2020 yang lalu
telah diadakan penerapan New Normal yang mana masyarakat harus hidup berdampingan
dengan pandemi Covid-19 tetapi tetap memperhatikan segala aspek protokol kesehatan.
Kebijakan pemerintah di Era New Normal ini, sistem pembelajaran di wilayah Indonesia
sebagian besar masih dilaksanakan secara daring, sedangkan untuk daerah yang berada di
zona hijau telah diberikan izin untuk mengadakan pembelajaran tatap muka dengan protokol
kesehatan yang ketat. Tetapi hal tersebut memancing banyaknya spekulasi mulai dari pro
dan kontra dari berbagai pihak. Dalam tulisan ini membahas pembelajaran daring apakah
merupakan suatu solusi atau malah sebaliknya menimbulkan masalah pembelajaran di Era
New Normal?. Hal tersebut perlu dikritisi dan ditelaah lebih lanjut guna meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia menjadi lebih baik untuk menuju generasi emas 2045.
Kata kunci: Covid-19, Daring, Kebijakan, Luring, New Normal.
1
PENDAHULUAN
Negara kita saat ini sedang menghadapi pandemi Covid-19, yang berdampak
sangat besar terhadap perubahan tatanan kehidupan manusia. Tidak hanya merugikan
di bidang kesehatan, dampak covid-19 kini turut mempengaruhi pendidikan negara-
negara di dunia termasuk Indonesia. Bahkan sampai saat ini wabah covid-19 masih
terus melanda dunia. Berita terkini pada tanggal 4 Desember 2020, kasus positif
Covid-19 di Indonesia mencapai 563.680 kasus. Dan juga saat ini pemerintah
menerapkan kebijakan New Normal yang implikasinya berpengaruh terhadap sektor
pendidikan.
2
dibuka secara bertahap. Mulai dari tingkat SMP-SMA sederajat dan disusul oleh
tingkat SD-sederajat dua bulan kemudian, dan tingkat PAUD-sederajat empat bulan
kemudian. " kenapa yang paling mudah itu kita terakhirkan? Karena bagi mereka
lebih sulit melakukan social distancing untuk SD, apalagi PAUD," Ujar Nadiem
dalam paparannya secara virtual, Senin (15/5). Itu pun, jika daerah tersebut berubah
statusnya menjadi zona kuning, orange, atau merah, kegiatan belajar-mengajar tatap
muka harus dihentikan. Setelah daerah itu menjadi hijau kembali, skema pembukaan
sekolah tersebut diulang lagi dari awal. Sedangkan, untuk tingkat universitas, masih
akan diberlakukan pembelajaran daring, kecuali untuk kegiatan praktik yang
berkaitan dengan syarat kelulusan mahasiswa. Misalnya, kegiatan di laboratorium,
studio, bengkel, hingga praktikum. Alasannya karena mahasiswa mempunyai potensi
mengadopsi belajar jarak jauh lebih mudah daripada pendidikan menengah dan dasar.
Selain itu, untuk sekolah asrama seperti pondok pesantren juga belum dibuka meski
berada di zona hijau. Alasannya, sekolah berasrama mempunyai karakteristik berbeda
dari sekolah umum dan lebih berisiko menjadi tempat penularan jika dibuka lebih
awal.
PEMBAHASAN
3
Di Era New Normal ini, mau tidak mau akan banyak perubahan dalam bidang
pendidikan. Semula pembelajaran yang dilaksanakan secara luring atau pembelajaran
dengan tatap muka langsung di kls, kini digantikan dengan pembelajaran secara
daring, walaupun ada beberapa sekolah yang berada di zona hijau telah diizinkan
untuk mengadakan pembelajaran luring, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa semakin
kita nekat untuk mengadakan pembelajaran secara langsung, maka semakin susah
juga untuk memutus rantai virus Corona di Indonesia.
Penerapan sistem zonasi dan shift di New Normal ini menimbulkan banyak
spekulasi, mulai dari pro hingga kontra. Orang tua khawatir akan kesehatan anaknya
yang akan kembali belajar di sekolah karena kurangnya kesadaran pada anak-anak
mentaati protokol kesehatan, sehingga tanpa didampingi oleh orang tua akan
mengakibatkan siswa rentan terinfeksi virus Covid-19. Meskipun beberapa guru dan
sekolah telah menyanggupi dan telah siap mendamping siswa dalam melaksanakan
protokol kesehatan, tetapi banyak orang tua atau wali murid tidak setuju apabila
sekolah kembali aktif pada masa New Normal ini alasannya karena penyebaran virus
Corona sangat cepat dan kurva yang semakin meningkat setiap hari.
Ternyata kekhwatiran orang tua tidaklah salah, sejumlah kasus Covid-19 baru
mulai bermunculan di sekolah. Penularan terjadi setelah pemerintah mengizinkan
pembelajaran tatap muka di daerah zona hijau dan kuning. Perhimpunan untuk
Pendidikan dan Guru (P2G) mencatat ratusan siswa/mahasiswa dan puluhan guru
terkonfirmasi positif Covid-19. Catatan itu diperoleh dari pantauan P2G dalam
periode 22 November-6 Desember 2020. Terkait hal itu, Juru Bicara Satuan Tugas
Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito angkat bicara. Wiku menegaskan,
pemerintah mengizinkan pembukaan sekolah tatap muka dengan sejumlah syarat
yang ketak. Jika masih terjadi penularan, maka Wiku menilai syarat-syarat tersebut
belum dijalankan dengan baik.
4
Selain orang tua yang khawatir akan anaknya yang rentan tertular Virus
Corona, terdapat spekulasi lain. Terdapat orang tua yang menyetujui apabila sekolah
diaktifkan pada masa New Normal, hal ini dikarenakan kekhawatiran yang terjadi jika
anak terlalu lama melaksanakan pembelajaran secara daring akan mengakibatkan
anak kurang bersosialisasi, tidak disiplin, dan cenderung mengabaikan pendidikan.
Berbagai keluhan itu banyak diungkap para orang tua di media sosial. Bahkan
beberapa masuk dalam portal berita karena kasusnya terbilang istimewa. Data
Crawling dari twitter pada periode 25 Maret-25 Mei 2020 dengan kata kunci dan
hastag 'kuliah', 'belajar', #belajardirumah dan #belajardarirumah. Berdasarkan
analisis, sentimen positif dan negatif cenderung berimbang masing-masing mendapat
porsi 48% dengan sisanya 4% dianggap netral.
Namun tak sedikit pula pelajar dan mahasiswa mengeluh karena harus belajar
secara daring dari rumah. Pasalnya, tugas yang diberikan secara tatap muka di
sekolah dengan tugas yang diberikan secara online sangat berbeda, yakni tugas online
jauh lebih banyak. Hingga beberapa dari mereka menyatakan sampai tensinya naik
akibat terlalu lama berada di depan laptop ataupun handpone genggam. Merekapun
merasa materi yang diberikan para guru atau dosen ada yang di mengerti dan ada
yang kurang di mengerti. Tak hanya itu pembelajaran secara online menyita banyak
kuota internet. Mengenai hal demikian terdengar kabar bahwa siswa yang mengeluh
teman-temannya kerap datang ke rumahnya lantaran tidak memiliki cukup kouta
5
untuk bisa mengikuti pembelajaran secara online dari guru atau dosen, oleh karena
itu, kebijakan Social Distance atau berjaga jarak pun tidak terealisasi.
Dampak lainnya juga berkaitan dengan pola hidup si pelajar dan mahasiswa
karena mereka yang biasa makan tepat waktu, semenjak banyaknya tugas online yang
diberikan para guru atau dosen, tak sedikit dari mereka tidak teratur menjaga
kesehatan dan pola hidup yang baik. Sehingga, tak sedikit pula dari mereka yang
jatuh sakit akibat tidak teraturnya pola hidup. Walaupun ada pernyataan bahwa, para
pengajar tidak akan membebani murid-murinya apalagi guru tersebut tidak tertekan
oleh para pemangku ataupun dinas pendidikan.
Banyak keluhan yang datang bukan hanya dari peserta didik dan orang tua,
tetapi juga dari para pendidik yang mengajar, di antaranya yaitu, susahnya untuk
mendapatkan sinyal dan gadget yang mendukung dan ada beberapa guru yang belum
memiliki kemampuan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang mereka punya.
Selain masalah fasilitas, tenaga pendidik juga merasakan permasalahan terkait
kehadiran para murid saat mengajar melalui online. " kalau jadwal pagi biasanya 32
peserta didik, yang respons untuk belajar online di grup WA sekitar 5 peserta didik
saja, Ungkap Efendi, guru SMPN di Jawa tengah." Yang lain jika ditanya. 'Pada
kemana anak-anak?' Jawabnya ' ada yang mabar dan ada yang belum bangun Pak'."
6
berdampak pada mudahnya serangan virus," ujar Retno. Retno juga menuturkan
bahwa pembelajaran secara online harus bisa dimanfaatkan oleh tenaga pengajar
sebagai kesempatan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, memotivasi, mempererat
hubungan dan saling membahagiakan. Guru harus kreatif dalam memberikan
penugasan," Ucapnya.
Siswa belajar di rumah dan menentukan sendiri sumber belajar dan cara
belajarnya. Sekolah hanya berperan sebagai lembaga mitra yang
7
memfasilitasi, membimbing informasi kurikulum, dan melakukan penilaian
hasil belajar.
Pembelajaran dilakukan secara online dan lebih bersifat satu arah. Siswa
dominan belajar konten di luar sekolah.
8
pendidikan. Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang pertama bagi peserta didik
berperan penting dalam mendampingi peserta didik. Peserta didik sebagai tujuan
kebijakan diharapkan keterlibatannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Serta semua
pihak harus ikut berkontribusi dalam mengevaluasi sistem pembelajaran yang pernah
dilakukan sebelumnya, dengan melihat alternatif skenario pembelajaran sehingga
dapat memahami dan kritis terhadap kebijakan pemerintah dengan harapan
pembelajaran di New Normal ini dapat dijalankan dengan lebih optimal, efektif, dan
adaptif.
PENUTUP
Selain itu, mengaktifkan sekolah kembali pada masa New Normal ini dapat
menjadi solusi yang terbaik jika peserta didik maupun sekolah dan universitas siap
untuk melakukan protokol kesehatan seperti, memakai masker, menjaga jarak,
menyiapkan hand sinitizer, tisu basah. Peran orang tua dan sekolah sangat penting
dalam menjalankan sekolah di masa New normal. Karena sekolah yang menjamin
9
akan kesehatan peserta didik akan dirasa percuma bila di rumah anak tidak dikontrol
atau diperhatikan dengan benar.
REFERENSI
2020.https://www.suara.com/news/2020/03/19/172639/keluhan-siswa-belajar-online-karena-
corona-boros-kouta-hingga-tensi-naik (Diakses pada 7 Desember 2020)
2020.https://ibtimes.id/strategi-sekolah-menyelenggarakan-pembelajaran-new-normal/
(Diakses pada 7 Desember 2020)
2020.https://www.kompasiana.com/dheanurmalita/5f17107fd541df77b700fbd2/keluhan-
pelajar-dan-mahasiswa-tentang-pembelajaran-online-selama-adanya-pandemic-covid-19
(Diakses pada 7 Desember 2020)
2020.https://kumparan.com/dantiatiyas/pro-kontra-sekolah-kembali-aktif-pada-era-new-
normal-1tfPO6PV2nA (Diakses pada 7 Desember 2020)
2020.https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/amp/pr-011071335/klaster-sekolah-
bermunculan-siswa-dan-guru-banyak-tertular-covid-
19#aoh=16073309953857&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20
%251%24s (Diakses pada 7 Desember 2020)
10