Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

kenaikan gula darah karena terganggunya hormon insulin yang berfungsi sebagai

hormon untuk menjaga homeostatis tubuh dengan cara penurunan kadar gula

darah (kemenkes RI). Diabetes melitus merupakan penyakit yang setiap tahun

penderitanya meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan

prevalensi penderita diabetes melitus orang dewasa diatas 18 tahun pada tahun

2014 berjumlah 422 juta (WHO, 2016:25). Prevalensi diabetes melitus Asia

Tenggara telah berkembang pada tahun 1980 sebesar 4,1% dan pada tahun 2014

menjadi 8,6%. Menurut Riset Kementerian Kesehatan pada tahun 2018,

Prevalensi diabetes Indonesia sebesar 2,0%, sedangkan di Jawa Timur sebesar

2,6% pada penduduk umur diatas 15 tahun (Kemenkes, 2019:127). Dinas

Kesehatan Kota Malang menjelaskan bahwa pada tahun 2016 sebesar 4.854

orang dengan rincian perempuan sebanyak 2482 orang dan laki-laki sebanyak

1372 orang yang menderita penyakit diabetes melitus. Penderita diabetes melitus

yang semakin meningkat, merupakan bukti bahwa penyakit diabetes melitus

merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat yang serius dan perlu menjadi

prioritas masalah kesehatan di Indonesia.


Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan

dunia. International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa

epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.

Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,

Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia

20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Pencegahan dan pengendalian diabetes jelas

membutuhkan perhatian semua orang dan juga kebijakan nasional dengan

pendekatan revolusioner. Penyelesaian masalah diabetes terkait dengan

perubahan perilaku dan membangun sinergi positif antar keluarga dan

lingkungan untuk menumbuhkan iklim yang kondusif pada aspek pencegahan

dan perubahan perilaku pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat serta

institusi seperti tempat kerja. 3 (tiga) hal utama perlu dilakukan yakni (1)

perubahan perilaku yang terkait makanan sehat dan berimbang, aktivitas fisik,

menghindarkan diri dari rokok dan alkohol; (2) melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala; dan (3) perbaikan tatalaksana penanganan penderita

dengan memperkuat pelayanan kesehatan primer, akan menjadi prioritas dalam

beberapa tahun ke depan.

DM (diabetes mellitus) merupakan penyakit menahun yang disebabkan

karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik

absolute maupun relatif. Absolut terjadi apabila sel beta pancreas tidak dapat

menghasilkan insulin dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga


penderita membutuhkan suntikan insulin. Relative terjadi apabila sel beta

pankreas masih mampu memproduksi insulin yang dibutuhkan tetapi hormon

yang dihasilkan tersebut tidak dapat bekerja secara optimal (Risty, 2008).

Penyebab utama diabetes di era globalisasi ini adalah adanya perubahan

gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Gejala lain

adalah adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin tua dapat pula

menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes (Sinaga, 2003).

Agar penyakit diabetes ini tidak bertambah parah dan menyebabkan komplikasi

yang lebih berat maka perlu dilakukan kontrol terhadap penyakit ini. Salah satu

cara untuk mengontrol penyakit ini adalah dengan melakukan diet dan menjaga

pola makan, periksa rutin serta terapi obat. Namun demikian tidak semua

penderita diabetes memiliki kemauan yang keras untuk melakukan diet. Hal

inilah yang menjadi kendala bagi penderita diabetes dapat terlepas dari jeratan

penyakitnya dan terjadinya komplikasi terhadap penyakit-penyakit lain.

Dalam Pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.

Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah

satu kendala pada pelayanan diabetes, terapi gizi merupakan komponen utama

keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Model Terapi Gizi Medis pada

Rekomendasi American Diabetes Association (ADA) 2011 memerlukan

pendekatan tim yang terdiri dari dokter, dietisien, perawat dan petugas kesehatan
lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam

mencapai kontrol metabolik yang baik (Sukardji, 2004).

Terdapa dua tipe diabetes, yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II.

Penderita DM tipe II berbeda dengan DM tipe I dimana Dm tipe I merupakan

penyakit diabetes yang mengalami ketergantungan terhadap insulin sedangkan

DM tipe II tidak mengalami ketergantungan terhadap insulin namun biasanya

lebih karena factor gaya hidup sehingga upaya untuk mengendalikannya juga

sangat berkaitan dengan gaya hidupnya termasuk salah satunya adalah diet.

Kemampuan penderita diabetes mellitus tipe II untuk mengontrol

penyakitnya dengan melakukan diet ditentukan oleh kemampuan penderita untuk

memahami persepsi pada model kepercayaan kesehatan (Healt Believe Model)

dengan mempraktekkan persepsi-persepsi tersebut dalam kehidupannya sehari-

hari. Persepsi-persepsi tersebut meliputi persepsi kerentanan, persepsi keparahan,

persepsi rintangan dan persepsi isyarat (Notoatmodjo, 2007).

Pelaksanaan diet pada penderita diabetes ini tergantung pada persepsi dan

pemahaman penderita diabetes tersebut. Seorang penderita diabetes yang

memiliki persepsi yang baik tentang penyakitnya tentunya akan memahami

bagaimana cara untuk mengontrol penyakit diabetes ini. Pemahaman yang baik

inilah yang akhirnya dapat menimbulkan kesadaran bagi penderita untuk

melakukan pola atau gaya hidup sehat terutama berkaitan dengan pola makan.

Sebagaimana diketahui bahwa penyakit diabetes mellitus sebagai penyakit yang


tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol ini memerlukan kesadaran yang

tinggi pada para penderitanya untuk dapat mengontrolnya. Upaya untuk

mengontrol penyakit diabetes mellitus ini sangat dipengaruhi oleh persepsi

penderita (Notoatmodjo, 2014). Persepsi sendiri merupakan hasil penginderaan

dari stimulus yang diterima oleh indera sehingga menimbulkan suatu pandangan

tertentu terhadap suatu objek (Walgito, 2013).

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat

terhadap penyakit diabetes mellitus terbilang sangat kurang peduli. Dimana

masyarakat terlihat acuh terhadap penyakit diabetes yang terlihat dari pola makan

yang kurang diperhatikan, padahal mereka mengetahui dampak dari hal tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut, persepsi menjadi hal yang sangat

diperhitungkan dalam penyembuhan penyakit diabetes mellitus. Persepsi bisa

menjadi faktor penanganan yang baik untuk penderita diabetes mellitus. Namun

persepsi di kalangan masyarakat di pengaruhi banyak faktor seperti usia, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, status

pernikahan, lokasi geografi dan juga kelas sosial. Sehingga penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap

persepsi penyakit diabetes mellitus pada masyarakat di kota Malang.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2004). Diagnosis and classification of diabetes


mellitus. Diabetes care 27(S1):5-10

Bimo,Walgito. (2013). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: C.V Andi.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Risty. (2008). Diabetes Mellitus. http://3rr0rists.net/medical/diabetesmellitus.html

Sukardji, K. 2004. Bagaimanakah Perencanaan Makan pada Penyandang Diabetes.


Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. FKUI. Jakarta : 257 – 266

Sinaga,M.S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penerbit, Swadaya


Universitas Sumatera Utara.

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 16 November 2016.

World Health Organization (WHO). 2007. Global surveillance, prevention and


control of chronic respiratory diseases: a comprehensive approach. Diunduh
dari www.who.int/gard/publications/GARD%20Book%202007.pdf 16
November 2016.
http://journal2.um.ac.id/index.php/preventia/article/download/2773/1698

https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/diabetes-stat-report.html

https://www.kemkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-
prevent-the-voice-of-the-world-fight-diabetes.html

Anda mungkin juga menyukai