Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling
umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air,
serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi
streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system
ginjal. (Kathhleen, 2008)

Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak


perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.

Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama


sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita
yang mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008).

Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi dari
data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan
separuh pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi
tidak terdeteksi.

1
Glomerulonefritis akut pascastreptokok terutama menyerang anak pada masa
awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3 tahun.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil
penelitian multicentre di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat 170
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di
Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki
dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim dingin
dan puncaknya pada musim semi

MakasesuaidenganperandanfungsiperawatadalahsebagaipelaksanaAsuhankepe
rawatanmencakupaspekpreventif,
promotifdanrehabilitatifinginberpartisipasimelakukanasuhankeperawatansehin
ggapenulistertarikmengambiljudul “AsuhanKeperawatanPada An. Dengan
GNA”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i memahamitentangAsuhan Keperawatan Pada An.
DenganGlomeruloNefritisAkut (GNA)
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Klien dengan
GlomeruloNefritisAkutdiharapkan:
a. Mampumemahamitentangkonsepmedismulaidaridefinisisampaidengan
komplikasiserta prognosis GlomeruloNefritisAkut.
b. Mampu melakukan pengkajian padaanakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)

2
c. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anakdengan
GlomeruloNefritisAkut (GNA)

C. MetodePenulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami mengggunakan metode penulisan study
kepustakaan dan pengambilan data melalui internet dan beberapa sumber yang
lain.

D. Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang
“Asuhan Keperawatan Pada An. DenganGlomeruloNefritisAkut
(GNA)”meliputi pengertian,etiologi,patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan,
konseptumbuhkembanganakprasekolah,
konsephospitalisasianakprasekolahkomplikasi, prognosis dan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, evaluasi

3
E. Sistematika Penulisan
1. Kata pengantar
2. Daftar isi
3. BAB IPENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika
penulisan.
4. BAB II TINJAUAN TEORITIS : A. KonsepDasarMedis
:pengertian,etiologi,patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, konseptumbuhkembanganakprasekolah,
konsephospitalisasianakprasekolahkomplikasi, prognosisB. KonsepDasar
Keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
evaluasi.
5. BAB IIIterdiri dari : kesimpulan dan saran
6. Daftar Pustaka.

4
BAB II

PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang
paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut
memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan
retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi
terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka
panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi
yang biasa diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan
diuretic juga restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.
GNA adalah suatu reaksi imunnologi pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karna kuman streptococcus. Data
ini sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibanding anak perempuan. GNA didahului oleh
adanya infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas
atau kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A, tipe 12,
4, 16, 25, dan 40. Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini
ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina

5
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi
di glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering
pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah
infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999).
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus,
sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)
Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi
imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi
ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7
tahun.

2. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama
kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama
lebih kurang 10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih
bersifat nefritogen daripada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih
bersifat nefritogen daripada yang lainnya belum diketahui dengan jelas.
Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi terjadinya GNA
setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat disebabkan

6
oleh sifilis, keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid, thrombosis
vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus erimatosis.

3. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan
proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam
ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding
kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang
mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan
perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
a. Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada
binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis
sebagai penyebab. Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis
sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam
tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk
zat anti yang berlangsung merusak membrane basalis ginjal
b. Patologi

7
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat
titik-titik perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper
semua glomerulus terkena sehingga dapat disebut glomerulus
difus. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras
sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan ruang simpai Bowman
menutup. Disamping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul,
infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemerksaan
mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal tidak
teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin
dibentuk oleh globulin-gama, komplemenbdan antigen
streptokokus.

4. Menifestasi klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari,
kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari
(edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak
mengenal anak dengan baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi
tinggi sekali pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama
juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah
akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen
jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.

8
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,
kejang dan kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laju Endap Darah (LED) meningkat
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air)
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila
fungsi ginjal mulai menurun.
d. Jumlah urine berkurang
e. Berat jenis meninggi
f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit dan hialin.
h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika
ditemukan infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus
yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk
identifikasi mikroorganisme.
j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan
temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus
dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan
komplemen.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis

9
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-
8 minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg
BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan
pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu
normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa
komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan,
sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema,
hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus
dibatasi.
4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi
dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat
parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.

10
5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya.
6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,
tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara
intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat
buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu
dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein
sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena
terjadi kerusakan pada glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun
terhadap adanya infeksi streptococcus ekstrarenal) menyebabkan
gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia metabolism
tidak dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat ureum, dan
lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi tubulus karena
tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion natrium

11
yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah
oliguria sampai anuria.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine,
dan foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur
banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan
pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah urine
kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena
selain tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam
ruangan. Penampung urine harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket
selain “nama” juga jam dan tanggal mulai urine ditampung. Hati-hati
jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor tempat
tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung urine harus
dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok
pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat
baru kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis
di samping obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan
dianjurkan agar anak banyak minum (ad libitum) kecuali jika
banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa banyak pasien dapat
menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus dan
dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti
sbelum mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus
diterangkaan dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan
mengapa air kemih harus ditampung. Jika anak akan buang air besar
supaya sebelumnya berkemih dahulu ditempat penampungan urine
baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian
bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan urine
pada hari itu.

12
Resiko terjadi komplikasi.Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis
menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia,
hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal
ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya
mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium
dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan
terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran
jantung. Jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung.
Keadaan uremia yang makin menngkat akan menimbulkan keracunan
pada otak yang biasanya ditandai dengan adanya gejala hipertensif
ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah, kesadaran
menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
1) Istirahat
2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu
apakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan
tunggu sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering
terjadi obat tidak diminum dan disimpan di bawah bantal pasien).
Jika hal itu terjadi penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg
BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-
60 mg% protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah
garam. Jika pasien tidak mau makan karena merasa mual atau
ingin muntah atau muntah-muntah segera hubungi dokter, siapkan
keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan ialah
glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika infuse

13
diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau
tekanan darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi
yang telah dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja
jantung.

6) Gangguan rasa aman dan nyaman.


Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar
sering kontak dan berkomunikasi dengan pasien akan
menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan
duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya membaca buku
(anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga
harus mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang
memerlukan hiburan agar tidak bosan.
7) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien
adalah:
a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit
menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat.
b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat
dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha
pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan,
sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah

14
sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua
diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan
mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan
pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat
cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi
belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam
masih perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar
normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit
protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya).
Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada
kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan
untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan
perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya
streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik
atau bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk
mengenai kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.

7. Konsep Tumbuh Kembang Anak Prasekolah


Secara ilmiah, setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan
dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya
mengalami perkembangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
anak bervariasi dari satu anak dengan anak lainnya bergantung pada
beberapa hal yang mempengaruhinya, sedangkan pendekatan dalam

15
melaksanakan asuhan keperawatan sangat bergantung pada tahapan
perkembangan mana yang sedang dilalui anak pada saat itu.
Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa
factor baik secara herediter maupun lingkunagan (Wong, 2000). Terdapat
berbagai pandangan teori pertumbuhan dan perkembangan anak.
a. Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Fase falik (3 – 6 tahun) selama fase ini, genitalia menjadi area yang
menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari
adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki – laki dengan
mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin. Sering kali anak sangat
penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan
perbedaan ini. Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan
tentang hal ini sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya
agar anak mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu, untuk
memahami identitas gender, anak sering meniru ibu dan bapaknya,
misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibu. Secara,
psikologis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai
berkurang sifat egosentris.
b. Perkembangan Psikososial ( Erikson )
Inisiatif versus rasa bersalah ( 3 – 6tahun ) perkembangan inisiatif
diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan
indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi
terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh
adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak
tercapai.
c. Perkembanagan Kognitif ( Piaget )

16
Praoperasional ( 3 – 6 Tahun ) karakteristik utama perkembangan
intelektual pada tahapan praoperasional didasari oleh sifat egosentris.
Ketidakmampuan untuk menempatkan diri. Pemikiran didominasi
oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya.
Pada anak usia 2 – 3 tahun, anak berada diantara sensori – motori dan
praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab akibat, trial
and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian. Anak prasekolah
( 3 – 6 tahun ) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki
dunia sekolah.
Anak prasekolah berada pada fase peralihan antara preconceptual dan
intuitive thought. Pada fase preconceptual, anak sering menggunakan
satu istilah untuk beberapa orang yang mempunyai ciri yang sama,
misalnya menyebut nenek untuk setiap wanita tua, sudah bongkok,
dan memakai tongkat. Sedangkan pada fase intuitive thought, anak
sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukannya. Satu hal
yang harus di ingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa orang
lain berpikirseperti mereka sehingga perlu menggali pengertian
mereka dengan pendekatan nonverbal.

8. Konsep Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah


Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah.
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Masa prasekolah ( 3 – 6 tahun ) perawatan anak dirumah sakit
memaksa anak untuk berpisah dari lingkunagan yang dirasakan aman,
penuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu lingkungan rumah,
permainan dan teman sepermainannya. Reaksi trerhadap perpisahan
yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,

17
sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan dan tidak
kooperatif terhadap pertugas kesehatan. Perawatan dirumah sakit juga
membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di
rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anakingga
anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan dirumah sakit sering
kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak
akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap
perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya
mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan
reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
mengucapkan kata – kata marah, tidak mau berkerja sama dengan
perawat dan ketergantungan pada orang tua.
b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah
bagi anak tetapi juga bagi orang tua. Reaksi orang tua terhadap
perawatan anak di rumah sakit dan latarbelakang yang
menyebabkannya, yaitu :
1) Perasaan cemas dan takut.
Perasaan tersebut akan muncul pada saat orang tua mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infuse
dan prosedur invasive lainnya.
2) Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminal dan orang tua mengetahui tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh.
3) Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun

18
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi.
c. Reaksi Saudara Kandung Terhadap Perawatan Anak Di Rumah Sakit
Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung ( Sibling ) terhadap
kondisi ini adalah marah, cemburu, benci, takut, cemas dan rasa
bersalah. Rasa bersalah muncul karena jengkel tehadap orang tua
yang dinilai tidak memperhatikannya. Cemburu atau iri timbul karena
dirasakan orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang sedang
ada dirumah sakit, dan ia tidak dapat memahami kondisi ini dengan
baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya tetapi
juga pada situasi yang dinilainya sangat tidak menyenagankan. Selain
perasaan tersebut, rasa bersalah, takut dan bcemas juga dapat muncul
karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya
serta perasaan cemas dan takut tentang keberadaan saudaranya yang
sedang dirawat yang sering kali muncul karena ketidaktahuan tentang
kondisi saudaranya. Perasaan sepi dan sendiri muncul karena situasi
dirumah yang dirasakan tidak seperti biasanya ketika anggota
keluarga lengkap berada di rumah, dalam situasi penuh kehangatan,
bercengkerama dengan orang tua dan saudaranya.

9. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang

19
terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis
(bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi
gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

10. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan
darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi
normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat
menetap selama 4-6 minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah
eritrosit untuk 4 bulan atau lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-
kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine dan menetap untuk beberapa
bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase
penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.
Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1 tahun dianggap menderita
glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna.
Laju endap darah (LED) digunakan untuk mengukur progresivitas
penyakit ini karena umumnya tetap meninggi pada kasus-kasus yang

20
menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan sembuh sempurna, 2% meninggal
selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis
kronik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Genitourinaria
1) Urine berwarna coklat keruh
2) Proteinuria
3) Peningkatan berat jenis urine
4) Penurunan haluaran urine
5) Hematuria
b. Kardiovaskular
Hipertensi ringan

21
c. Neurologis
1) Letargi
2) Iritabilitas
3) Kejang
d. Gastro Intestinal
1) Anoreksia
2) Muntah
3) Diare
e. Mata, Telinga, hidung dan tenggorokan
Edema periorbital sedang
f. Hematologis
1) Anemia sementara
2) Azotemia
3) Hiperkalemia
g. Integumen
1) Pucat
2) Edema menyeluruh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi
air dan hipernatremia
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
e. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas
dan edema

22
f. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak
dirumah sakit
g. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi
perawatan dirumah

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan
dengan retensi air dan hipernatremia
Hasil yang diharapkan: anak memiliki perfusi jaringan normal
yang ditandai oleh TD normal, penurunan retensi cairan, dan tidak
ada tanda hipernatremia.
Intervensi:
1) Pantau dan catat TD anak setiap 1-2 jam selama fase akut
Rasional: pemantauan sering memungkinkan deteksi dini, dan
penanganan segera terhadap TD anak
2) Lakukan tindakan kewaqspadaan berikut ini bila terjadi kejang:
a) Pertahankan jalan napas melalui mulut dan letakkan
peralatan penghisap disisi tempat tidur anak
b) Sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan pada pintu,
berisi peringatan tentang status kejang anak yang ditujukan
untuk petugas kesehatan.

Rasional: melakukan tindak kewaspadaan bila terjadi kejang


dapat mencegah cedera selama episode serangan kejang.
Kendati tidak umum pada glomerulusnefritis akut, kejang
dapat terjadi akibat kurang perfusi oksigen ke otak.

23
3) Beri obat anti-hipetensi, misalnya hidralazin hidroksida
(Aprisonilene) sesuai program. Pantau anak untuk adanya efek
samping.
Rasional: pemberian obat anti hipertensi dapat diprogramkan,
karena hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan
kerusakan ginjal. Kendati penyebab persis hipertensi tidak
diketahui, hipertensi mungkin berhubungan dengan kelebihan
beban cairan didalam system sirkulasi.
4) Pantau status volume cairan anak setiap 1-2 jam. Pantau
haluaran urine; haluaran harus 1-2ml/kg/jam.
Rasional: pemantauan sangat penting dilakukan, karena
penambahan volume lebih lanjut akan meningkatkan TD.
5) Kaji status neurologis anak ( tingkat kesadaran, reflek dan
respon pupil) setiap 8 jam. Beritahu dokter segera setiap ada
perubahan signifikan pada status anak
Rasional: pengkajian yang sering memungkinkan deteksi dini
dan terapi yang memadai untuk setiap perubahan status
neurologi anak.
6) Beri obat diuretic misalnya hidroklorotiazi (Esidrix) atau
puromesid (lasix) sesuai program.
Rasional: diuretic meningkatkan ekskresi cairan.
b. Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
oliguria
Hasil yang diharapkan: anak dapat mempertahankan volume cairan
normal yang ditandai oleh haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2
ml/kg/jam
intervensi:
1) Timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau haluaran
urine setiap 4 jam.

24
Rasional: menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan
haluaran urine yang sering, memungkinkan deteksi dini dan
terapi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi pada status
cairan anak. Kenaikan berat badan yang cepat mengindikasikan
retensi cairan. Penurunan haluaran urin dapat mengindikasikan
ancaman gagal ginjal.
2) Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8
jam, dan (untuk anak laki-laki periksa pembengkakan pada
skrotum.
Rasional: pengkajian dan pengukuran yang sering,
memungkinkan deteksi dini dan pemberian terapi yang tepat
terhadap setiap perubahan kondisi anak. Lingkar abdomen
yang bertambah dan pembengkakan pada skrotum biasanya
mengindikasikan asites.
3) Pantau anak dengan cermat untuk melihat efek samping
pemberian terapi diuretic, khususnya ketika menggunakan
hidroklorotizid atau furosemid.
Rasional: obat-obatan diuretic dapat menyebabkan hipokalemia
sehingga membutuhkan pemberian suplemen kalium per
intravena.
4) Pantau dan catat asupan cairan anak.
R/: anak membutuhkan pembatasan asupan cairan akibat
retensi cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus; ia juga
membutuhkan retriksi asupan natrium.
5) Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak.
Rasional: urine yang berbusa mengindikasikan peningkatan
deplesi protein, suatu tanda kerusakan fungsi ginjal.
6) Pantau semua hasil uji laboratorium yang di programkan.

25
Rasional: peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin
dapat mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal.
c. Diagnosa 3: Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia
Hasil yang diharapkan: anak akan mengalami peningkatan asupan
nutrisi yang ditandai oleh makan sekuran-kurangnya 80% porsi
setiap kali makan.
Intervensi:
1) Beri diet tinggi karbohiodrat.
Rasional: diet tinggi karbihidrat biasanya terasa lebih lesat dan
member kalori esensial bagi anak.
2) Beri makanan porsi kecil dalam frekuensi sering, yang
mencakup beberapa makanan favorit anak.
Rasional: menyediakan makanan dalam porsi yang lebih kecil,
untuk satu kali makan tidak akan membebani anak sehingga
mendorongnya makan lebih banyak setiap kali anak duduk.
Dengan member anak makanan favoritnya, akan memastikan ia
mengkonsumsi setiap porsi makanan lebih banyak.
3) Batasi asupan natrium dan protein anak sesuai program.
Rasional: karena natrium dapat menyebabkan retensi cairan,
biasanya natrium dibatasi dengan gangguan ini. Pada kasus-
kasus berat, ginjal tidak mampu memetabolisasi protein
sehingga membutuhkan retriksi protein.
d. Diagnosa 4: Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan
kelelahan
Hasil yang diharapkan: anak akan mengalami peningkatan
toleransi beraktivitas yang ditandai oleh kemampuan bermain
dalam waktu yang lama.
Intervensi:

26
1) Jadwalkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas.
Rasional: periode istirahat yang sering dapat menyimpan
energy dan mengurangi produksi sisa metabolic yang dapat
membebani kerja ginjal lebih lanjut.
2) Sediakan permainan yang tenang, menantang dan sesuai usia.
Rasional: permainan yang demikian dapat menyimpan energy
tetapi mencegah kebosanan.
3) Kelompokan asuhan keperawatan anak untuk memungkinkan
anak tidur tanpa gangguan dimalam hari.
Rasional: mengelompokkan pemberian asuhan keperawatan,
membantu anak tidur sesuai dengan kebutuhan.
e. Diagnosa 5: Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema.
Hasil yang diharapkan: anak akan mempertahankan integritas kulit
normal, yang ditandai oleh warna kulit kemerah mudaan, dan tidak
ada kemerahan, edema, serta kerusakan kulit.
Intervensi:
1) Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak.
Rasional: matras busa berlekuk mengatasi bagian-bagian
tulang yang menonjol sehingga mengurangi resiko kerusakan
kulit.
2) Bantu anak mengubah posisi setiap 2 jam.
Rasional: mengganti posisi dengan sering dapat mengurangi
tekanan pada area kapiler dan meningkatkan sirkulasi sehingga
mengurangi resiko kerusakan kulit.
3) Mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun yang
mengandung lemak tinggi

27
Rasional: deodorant dan sabun yang mengandung parfum
dapat mengeringkan kulit sehingga mengakibatkan kerusakan
kulit.
4) Topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami edema.
Rasional: menopang dan meninggikan ekstremitas dapat
meningkatkan aliran balik vena dan dapat mengurangi
pembengkakan.
5) Pada anak laki-laki, letakkan bantalan sekitar skrotumnya.
Rasional: pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan kulit.
f. Diagnosa 6: Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat
inap anak dirumah sakit
Hasil yang diharapkan: orang tua akan mengalami penurunan rasa
cemasyang ditandai oleh pengungkapan ketakutan mereka, dan
pemahaman tentang kondisi anak.
Intervensi:
1) Dengarkan setiap kekhawatiran orang tua.
Rasional: mendengar dapat member dukungan selama stress.
2) Jelaskan semua prosedur kepada orang tua, dan libatkan
mereka dalam diskusi tentang perawatan anak.
Rasional: dengan terus mempertahankan orang tua agar tetap
memperoleh informasi, dan melibatkan mereka dalam diskusi
tentang perawatan anak, dapat mengembangkan kemampuan
control sehingga mengurangi kecemasan.
3) Rujuk orang tua ke kelompok pendukung yang tepat, jika
dibutuhkan.
Rasional: kelompok pendukung memberi wacana bagi orang
tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran.
g. Diagnosa 7: Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan
pemahaman intruksi perawatan dirumah.

28
Hasil yang diharapkan: orang tua akan mengekspresikan
pemahaman tentang instruksi perawatan dirumah.
Intervensi:
1) Jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi penyakit.
Rasional: penjelasan yang demikian membantu orang tua
memahami penyakit dan pentingnya melanjutkan terapi
dirumah.
2) Yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut jarang
menyebabkan efek jangka panjang.
Rasional: orang tua biasanya kuatir tentang efek penyakit,
khususnya jika menjalani dialisis. Selama fase akut penyakit.
3) Jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya
mempertahankan anak pada restriksi diet natrium, sampai
edema mereda dan fungsi ginjal kembali normal.
Rasional: diet restriksi natrium diperlukan karena asupan
natrium yang berlebihan dapat menghalangi eksresi air.
4) Instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak sampai
dokter menyetujui bahwa anak dapat melakukan aktivitas
seperti sedia kala.
Rasional: restriksi aktivitas diperlukan untuk mencegah stress
pada ginjal yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit.
5) Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi pernapasan
atas, seperti meningkatnya suhu tubuh, nyeri tenggorokan dan
batuk; juga ajarkan mereka tentang tanda dan gejala gagal
ginjal misalnya penurunan haluaran urine, kenaikan berat
badan dan edema.
Rasional: dengan mengetahui tanda dan gejala infeksi berulang
serta gagal ginjal mendorong orang tua mencari bantuan medis
saat diperlukan.

29
6) Anjurkan orang tua untuk menepati semua perjanjian tindak
lanjut itu
Rasional: suatu kujungan tindak lanjut sangat diperlukan untuk
menentukan resolusi penyakit dan mendeteksi komplikasi.

4. Implemantasi
Pelaksanaanatauimplementasiadalahpemberiantindakankeperawatan yang
dilaksanakanuntukmencapaitujuanrencanatindakan yang
telahdisusun.Setiaptindakankeperawatan yang
dilakukandicatatdalampencatatankeperawatan agar
tindakankeperawatanterhadapklienberlanjut.Prisipdalammelaksanakantind
akankeperawatanyaitucarapendekatanpadaklienefektif,
tehnikkomunikasiteraupetiksertapenjelasanuntuksetiaptindakan yang di
berikankepadaklien. Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah
ditentukan.

Dalammelakukantindakankeperawatanmengunakantigatahapyaituindepen
dent, dependent, dan interdependent, tindakankeperawatansecara
independent adalahsuatutindakan yang di
lakukanolehperawattanpapetunjukdanperintahdokteratautenagakesehatanla
innya dependent adalahtindakan yang
sehubungandenganpelaksanaanrencana. Tindakanmedis. Interdependent
adalahtindakankeperawatan yang menjelaskansuatukegiatan yang
memerlukansuatukerjasamadengantenagakesehatan lain nya,
misalnyatenaga social, ahligizi, dandokter, ketrampilan yang harus di
punyaperawatdalammelaksanakantindakankeperawatanyaitukognitif,
dansikappsikomotor.

30
5. Evaluasi
Evaluasiadalahtindakanintelektualuntukmelengkapi proses kerawatan
yang
menandakanseberapajauhdiagnosakeperawatanrencanatindakandanpelaksa
naannyasudahberhasildicapaikemungkinanterjadipadatahapevaluasiadalah
masalahdapatdiatasi, masalahteratasisebagian,
masalahbelumteratasiatautimbulmasalah yang baru.
Evaluasidilakukanyaituevaluasi proses danevaluasihasil.

Evaluasi proses adalah yang


dilaksanakanuntukmembantukeefektifanterhadaptindakan.
Sedangkanevaluasihasiladalahevaluasi yang
dilakukanpadaakhirtindakankeperawatansecarakeseluruhansesuaidenganw
aktu yang adapadatujuan. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang
telah ditentukan:
a. Anak memiliki perfusi jaringan normal yang ditandai oleh TD normal,
penurunan retensi cairan, dan tidak ada tanda hipernatremia.
b. Anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang ditandai oleh
haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam
c. Anak akan mengalami peningkatan asupan nutrisi yang ditandai oleh
makan sekuran-kurangnya 80% porsi setiap kali makan.
d. Anak akan mengalami peningkatan toleransi beraktivitas yang ditandai
oleh kemampuan bermain dalam waktu yang lama.
e. Anak akan mempertahankan integritas kulit normal, yang ditandai oleh
warna kulit kemerah mudaan, dan tidak ada kemerahan, edema, serta
kerusakan kulit.
f. Orang tua akan mengalami penurunan rasa cemasyang ditandai oleh
pengungkapan ketakutan mereka, dan pemahaman tentang kondisi
anak.

31
g. Orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang instruksi
perawatan dirumah.

C. Studi Kasus
1. Resume
Anak mengalami bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Bengkak awalnya terjadi pada mata saja, timbul saat
bangun tidur, dan menghilang saat siang hari. Lama-kelamaan
bengkak menjadi menetap dan meluas hingga keseluruh tubuh. Sejak 7
hari sebelum masuk rumah sakit, BAK anak berwarna merah
kehitaman, tidak ada rasa nyeri saat BAK, tidak ada kesulitan untuk
BAK, tidak ada nyeri pinggang, nyeri perut dan tidak ada riwayat
terjatuh sebelumnya. Anak juga menjadi jarang BAK, hanya 2 kali
dalam sehari dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit anak menderita panas, panas tidak naik,
panas turun dengan obat penurun panas, siang dan malam sama,
selama panas tidak ada kejang, mengigau dan mengigil. Nafsu makan
menurun dan meminum kurang dari biasanya, BAB normal. Tidak ada
perdarahan gusi maupun mimisan. Anak juga ada menderita batuk dan
pilek. Tidak ada riwayat pemakaian obat tertentu, dan riwayat keluarga
yang menderita sakit ginjal. Sejak anak sering bermain ditanah,
muncul luka-luka yang akhirnya menjadi koreng yang menetap bila
digaruk. Tekanan darah 140/100mmHg (Normal: 100/60mmHg) N:
118x/menit, regular, Suhu: 36,6° C, Respirasi 30x/menit. Berat badan
25kg (75,09% menurut standar BB/U) panjang / tinggi badan :1117cm
(92,12% menurut standar TB/U).
a. Data apa saja yang harus dikaji lebih lanjut pada kasus diatas
b. Buatlah pengkajian sampai dengan analisa data sesuai kasus
diatas

32
c. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul berdasarkan
kasus diatas
d. Intervensi keperawatan berdasarkan diagnose yang muncul

2. Proses Keperawatan
a. Data yang dikaji harus dikaji lebih lanjut
1) Usia anak. X berumur 7 tahun
2) Rumus BB ideal anak = Umur (tahun) x 7-5
2
= 7x7-5
2
= 23,5 kg

3) Klien hanya minum 2 gelas berisi 200cc.


4) Hasil Lab:
a) Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
b) Kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
c) Klorida (Cl-) = (107,0 mEq - 112,7 mEq)

33
5) Pemeriksaan Laboratorium
Penafsiran Berdasarkan Warna Urine

No Warna Urine Penyebab Patologis Penyebab Non Patologis


1 Merah Ada hemoglobin, mioglobin -oleh karena obat tertentu
dan porfirin ( berarti ada -karena zat warna dari
perdarahan saluran kencing) makanan tertentu, misal Biet,
Senna, Robarber
2 Jingga Zat warna empedu -karena obat-obat : antisepti
saluran kencing, pyridium,
dan obat fenothiazin
3 Kuning -Urine pekat -Banyak makan wortel
- obat fenacetin, kaskara,
-Keberadaan
Nitrofurantion
urobiliin dan
bilirubin
4 Hijau -Keberadaan biliverdin -Obat preparat vitamin dan
-Keberadaan bakteri obat psikoaktif
pseudomonas
5 Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6 coklat -Keberadaan hematin asam, -Obat-obat Nitroforation,
mioglobin, dan zat warna levodopa

34
empedu
7 Hitam/hampir Keberadaan Melanin, -Obat Levodopa, Kaskara,
hitam Urobilin dan senyawa besi dan Fenol
Methemoglobin

6) Berat badan normal dan Kebutuhan Cairan menurut umur.


Umur BB (kg) Keb. Cairan
Hari 3,0 250 - 300
1 tahun 9,5 1150 - 1300
2 tahun 11,8 1350 - 1500
6 tahun 20,0 1800 - 2000
10 tahun 28,7 2000 - 2500
14 tahun 45,0 2200 - 2700
18 tahun 54,0 2200 - 2700

7) Perhitungan balance cairan anak: usia tergantung tahapan umur


untuk menentukan Air Metabolisme yaitu:
a) Usia 1-3 tahun = 8cc/kg BB/hari
b) Usia 5-7 tahun = 8-8,5cc/kg BB/hari
c) Usia 7-11 tahun = 6-7cc/kg BB/hari
d) Uisa 12-14 tahun =5-6cc/kg BB/hari
8) Balance Cairan
Intake:

35
Air (makan+minum) : 500 cc
Cairan Infus : 1000 cc/24jam
A.M : 200 cc ( AM= 8cc/kg BB/hari)
Output:
Urine : 2x200 cc
Feses : 2x100 cc (kondisi normal 1xBB
100 cc) normalnya 2x/hari

IWL :
Rumus IWL normal = 15ccxkgBB/24 jam
15ccx25kg= 375cc
Balance cairan = intake-output
= 1700-975
= 725 cc

3. Pengkajian Sampai Dengan Analisa Data

Data Fokus

36
Data Subjektif Data Objektif
1. Ibu klien mengatakan klien mengalami 1. Anak mengalami bengkak seluruh
bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari tubuh
sebelum masuk rumah sakit. 2. BAK anak berwarna merah
2. Ibu klien mengatakan klien bengkak kehitaman.
awalnya terjadi pada mata saja, timbul 3. Klien terlihat bengkak mata dan
saat bangun tidur, dan menghilang saat seluruh badannya.
siang hari. 4. BAK klien warnanya merah
3. Ibu klien mengatakan bahwa lama- kehitaman.
kelamaan bengkak menjadi menetap dan 5. Klien terlihat kurang minum dan
meluas hingga keseluruh tubuh. nafsu makan.
4. Ibu klien mengatakan klien mengalami 6. TTV : TD: 140 mmhg, N: 118x per
bengkak sejak 7 hari sebelum masuk menit, Suhu: 36,60C, RR=
rumah sakit 30x/menit.
5. Ibu klien mengatakan BAK klien
berwarna merah kehitaman, tidak ada
rasa nyeri saat BAK, tidak ada kesulitan
untuk BAK, tidak ada nyeri pinggang,
nyeri perut dan tidak ada riwayat terjatuh
sebelumnya.
6. Ibu klien mengatakan klien juga menjadi
jarang BAK, hanya 2 kali dalam sehari
dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
7. Ibu klien mengatakan nafsu makan
menurun dan meminum klien kurang dari
biasanya.

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

37
1. DS: Kelebiha Oliguria
n volume
1. Ibu klien mengatakan
cairan
klien mengalami
bengkak seluruh tubuh
sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
2. Ibu klien mengatakan
klien bengkak awalnya
terjadi pada mata saja,
timbul saat bangun tidur,
dan menghilang saat
siang hari.
3. Ibu klien mengatakan
bahwa lama-kelamaan
bengkak menjadi
menetap dan meluas
hingga keseluruh tubuh.
4. Ibu klien mengatakan
klien mengalami
bengkak sejak 7 hari
sebelum masuk rumah
sakit
5. Ibu klien mengatakan
BAK klien berwarna
merah kehitaman, tidak
ada rasa nyeri saat BAK,
tidak ada kesulitan untuk
BAK, tidak ada nyeri

38
pinggang, nyeri perut
dan tidak ada riwayat
terjatuh sebelumnya.
6. Ibu klien mengatakan
klien juga menjadi
jarang BAK, hanya 2
kali dalam sehari dengan
jumlah yang tidak terlalu
banyak.
7. Ibu klien mengatakan
nafsu makan menurun
dan meminum klien
kurang dari biasanya

DO:

1. Anak mengalami
bengkak seluruh tubuh
2. BAK anak berwarna
merah kehitaman.
3. Klien terlihat bengkak
mata dan seluruh
badannya.
4. BAK klien warnanya
merah kehitaman.
5. Klien terlihat kurang
minum dan nafsu makan.
6. TTV : TD: 140 mmhg,
N: 118x per menit,

39
Suhu: 36,60C, RR=
30x/menit.

4. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tanggal Tanggal
Keperawatan ditemukan teratasi
1. Kelebihan
volume cairan
berhubungan
dengan Oligura

40
5. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama … x 24 jam diharapkan masalah kelebihan volume cairan
dapat teratasi dengan hasil yang diharapkan:
Anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang ditandai oleh
haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam, penafsiran warna urine
menunjukkan normal, hasil laboratorium menunjukkan tanda normal
(Na, K, Cl).
Intervensi:
a. Timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau haluaran
urine setiap 4 jam.
Rasional: menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan
haluaran urine yang sering, memungkinkan deteksi dini dan
terapi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi pada status
cairan anak. Kenaikan berat badan yang cepat mengindikasikan
retensi cairan. Penurunan haluaran urin dapat mengindikasikan
ancaman gagal ginjal.
b. Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8
jam, dan (untuk anak laki-laki periksa pembengkakan pada
skrotum.

41
Rasional: pengkajian dan pengukuran yang sering,
memungkinkan deteksi dini dan pemberian terapi yang tepat
terhadap setiap perubahan kondisi anak. Lingkar abdomen
yang bertambah dan pembengkakan pada skrotum biasanya
mengindikasikan asites.
c. Pantau anak dengan cermat untuk melihat efek samping
pemberian terapi diuretic, khususnya ketika menggunakan
hidroklorotizid atau furosemid.
Rasional: obat-obatan diuretic dapat menyebabkan hipokalemia
sehingga membutuhkan pemberian suplemen kalium per
intravena.
d. Pantau dan catat asupan cairan anak.
R/: anak membutuhkan pembatasan asupan cairan akibat
retensi cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus; ia juga
membutuhkan retriksi asupan natrium.
e. Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak.
Rasional: urine yang berbusa mengindikasikan peningkatan
deplesi protein, suatu tanda kerusakan fungsi ginjal.
f. Pantau semua hasil uji laboratorium yang di programkan.
Rasional: peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin
dapat mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal.

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulanKesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu
reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering
terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada
usia 3-7 tahun. Masalahkeperawatan yang munculadalahGangguan
perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan

43
hipernatremiaKelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
oliguria, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, Intoleran aktivitas yang berhubungan
dengan kelelahan, Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema, Ansietas (orang tua) yang berhubungan
dengan rawat inapo anak dirumah sakit, Deficit pengetahuan yang
berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah. Pasien
GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk klien dan keluarga
Orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya
misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan
biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia
keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan
mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum

44
anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan
penyakit anaknya)
2. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat meningkatkan kwalitas asuhan
keperawatan dan pendokumentasian keperawatan yang lebih
akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kepuasan
klien.Pentingnyamemberikanedukasikepadaklienuntukmenambahp
engetahuanPenjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua
pasien adalah:Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa
sakit menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan pengobatan
yang tepat dan cepat.Jika anak sudah terlanjur menderita GNA
selama dirawat dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat
membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau
tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan
rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang
tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan
mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan
perkembangan penyakit anaknya). Bila pasien sudah boleh pulang,
dirumah masih harus istirahat cukup. Walaupun anak sudah
diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti kegiatan
olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan
urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit
dan sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan
lamanya). Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada
kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan untuk
mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan perlu

45
dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya streptococcus yang
menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien harus control secara
teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang mungkin
terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal
ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah
boleh dilakukan.

3. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan lebih memahami teori tentang asuhan
keperawatan pada klien
denganGlomeruloNefritisAkutsehingga mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
GlomeruloNefritisAkutsehingga secara khomprehensif.
b. Mahasiswa meningkatkan komunikasi terapeutik sehingga
terjadi trust antara klien dan mahasiswa guna tercapai tujuan
asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatri”. Jakarta: EGC.

Harnowo, Sapto. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan”.


Jakarta: Widya Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC.

46
Mansjoer, Arif M. 2000.”Kapita Selekta Kedokteran”, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.

Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC.

Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan


klinikal pathways. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2005.”Perawatan Anak Sakit”. Jakarta: EGC.

Sacharin, Rosa M. 1999. “Prinsip Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: ECG.

Santosa Budi. 2006. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006”: Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001.”Asuhan Keperawatan Anak”. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.

47

Anda mungkin juga menyukai