Halaman 1 '' prosedur pidana '' dan '' prosedur perdata.

''
- Bab 11 -
Bukti Hukum
Alvin I. Goldman
Cakupan Topik
Topik pembuktian dalam hukum dapat
diterapkan
diberitakan baik secara sempit atau
luas. Sempit
konstrual membatasi topik untuk keputusan
tentang
mengakui atau tidak termasuk bukti di
pengadilan. Bukti
buku teks cenderung fokus pada aturan yang
mengatur
misi atau pengecualian dan konsekuensi dari
aturan ini. Penelitian tentang aturan bukti
menangani
setidaknya dua masalah lain: pertanyaan
historis tentang
bagaimana dan mengapa aturan yang ada
muncul dan
pertanyaan kebijakan tentang apakah aturan
saat ini ada
kebutuhan reformasi. Pertanyaan tentang
bukti yang mana
aturan yang harus diadopsi terkait dengan
epistemol-
ogy, cabang filsafat yang tidak
menggambarkan
menonjol di bagian lain filsafat hukum.
Penafsiran yang lebih luas dari topik bukti
juga
bisa jadi. Konstruksi seperti itu akan
melampaui pertanyaan-
tions penerimaan di pengadilan dengan
memasukkan praperadilan
prosedur penanganan bukti seperti
pengumpulan
penemuan bukti selama investigasi kriminal
atau
pengambilan deposisi praperadilan dan
pengungkapan-
bukti dari satu pihak ke pihak lain selama
tahap '' penemuan '' litigasi. Yang terakhir
topik biasanya diperlakukan di bawah judul
Bahkan lebih luas lagi, topik pembuktian
bisa
menangani kecukupan umum hukum umum
kerangka musuh. Apakah format musuh
struktur kelembagaan terbaik untuk
dijalankan
ajudikasi hukum? Bab ini mengadopsi
konstruksi yang luas, mencurahkan sedikit
ruang
untuk masalah di luar lingkup sempit ''
aturan
bukti. '' Segmen selanjutnya dari bab ini,
bagaimana-
selalu, berpegang teguh pada perhatian inti
dari hukum
bukti.
Teori bukti hukum terutama menyangkut
resolusi masalah fakta, yang '' trier
fakta '' (juri, hakim, atau hakim)
bertanggung jawab-
sible untuk menentukan. Penentu penting
lainnya-
asi juga dibuat di pengadilan, misalnya,
penentuan tentang konten atau penerapan
hukum. Keputusan ini berada di luar
cakupan
teori bukti seperti yang biasanya dipahami,
terutama karena mereka membahas sifat
hukum, atau
apa sebenarnya yang membuat pernyataan
hukum benar, salah,
atau tidak pasti (kurang dalam nilai
kebenaran). Ini
pertanyaan milik yurisprudensi, yang ad-
berpakaian di tempat lain di volume
ini. Lihat BISA DI SANA
MENJADI TEORI HUKUM ?
Sebuah Teori Terpadu: Pencarian
Kebenaran
Sebuah teori bukti hukum bisa lebih
menyatu
atau bentuk yang kurang menyatu. Teori
pluralistik bisa
mengatakan bahwa multiplisitas tujuan yang
sangat berbeda
dan standar mendasari pilihan bukti-
prosedur penanganan, tidak ada yang sentral
atau dominan. Sebaliknya, teori yang bersatu
akan
menjelaskan semua atau sebagian besar
prosedur pengumpulan bukti
produksi dan pemanfaatan dalam hal satu
ing rasional, atau hierarki tunggal bersarang
alasan. Versi murni dari tesis persatuan
akan mengatakan bahwa setiap praktik
menyangkut bukti
dapat digabung di bawah satu tujuan
dominan, dengan
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
---- 163
---------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------

Halaman 2
tidak ada daya tarik bagi elemen independen
mana pun. Sebuah
versi yang tidak murni akan menyoroti satu
alasan
(atau hierarki alasan) tetapi juga mengakui
berbagai macam kendala samping yang ada
di samping
alasan dominan. Bab ini dimulai dengan de-
veloping kasus untuk tesis kesatuan yang
tidak murni.
Tesis persatuan adalah tesis tentang
(dominan)
tujuan atau alasan dari prosedur penanganan
bukti
ures. Tesis semacam itu tidak mengklaim
hadiah itu
prosedur benar-benar mencapai tujuan yang
diajukan. Itu
hanya menyatakan bahwa lembaga
pengadilan hukum-
tion (atau penegakan) paling baik dipahami
dalam
persyaratan tujuan ini, betapapun berhasil
atau tidak
Cessful cara yang dipilih saat ini
mungkin. Apa
dimaksudkan di sini dalam berbicara tentang
tujuan kelembagaan
atau rasional adalah alasan yang paling
menjelaskan dan
membenarkan kebijakan dan pernyataan
resmi yang ditawarkan di
atas nama kebijakan
tersebut. Mengidentifikasi satu atau lebih
alasan untuk prosedur saat ini penting untuk
teori bukti karena memberikan beberapa
standar yang digunakan untuk mengevaluasi
baik yang ada maupun
prosedur yang diusulkan.
Tesis persatuan yang didukung secara luas
adalah bahwa prinsip-
sobat tujuan dari prosedur penanganan bukti,
dan
Tujuan yang paling relevan dengan teori
bukti, adalah
tujuan mempromosikan yang akurat atau
jujur
penentuan fakta yang relevan dengan kasus
di
tangan (Twining 1984: 261, 272). Namun,
mencari kebenaran bukanlah tingkat
tertinggi, atau melebihi
arching, tujuan ajudikasi. Yang menyeluruh
tujuannya adalah untuk mengamankan
perlakuan yang adil secara substansial
terhadap
dividual. Keadilan substantif adalah masalah
memperlakukan individu dengan cara yang
sesuai diberikan
(1) isi hukum dan (2) asli,
atau benar, fakta tentang tindakan mereka
(dan
orang lain) dilakukan dan keadaan
tindakan itu. Mengingat karakterisasi sub-
keadilan yang tegas, terutama unsur (2),
sudah jelas
yang menentukan kebenaran tentang
seseorang
tindakan (dll.) adalah sarana penting untuk
pengobatan yang adil.
Dengan demikian, penentuan fakta yang
benar menjadi a
tujuan turunan dari sistem hukum, tetapi
para-
tingkat tujuan dalam hal penanganan barang
bukti.
Keadilan substantif harus dibedakan
dari keadilan prosedural. Keadilan
prosedural adalah
pengobatan yang dihasilkan dari aplikasi
yang benar
prosedur atau proses yang tepat. Jika orang
dihukum dengan prosedur yang sepenuhnya
tepat
kejahatan yang tidak mereka lakukan, apa
yang dilakukan adalah pro-
secara substansial adil tetapi secara
substansial tidak adil. Pencarian
karena kebenaran adalah alat untuk keadilan
substantif, dan
banyak jika bukan sebagian besar prosedur
yang berhubungan dengan bukti
dipilih dengan keteguhan mata untuk
kebenaran.
Tetapi beberapa prosedur dalam domain
bukti
tidak dirancang untuk mempromosikan
pencarian kebenaran,
dan bahkan dikenal memiliki countervailing
kecenderungan. Mereka dipilih untuk tujuan
seperti
menjaga hak dan hubungan tertentu, dan
untuk menjaga lamanya dan biaya litigasi
batas yang wajar.
Tesis itu prosedur penanganan bukti
didedikasikan terutama untuk mencari
kebenaran
paling jelas didukung di domain inti
teori bukti: aturan bukti. Peraturan dari
bukti dalam sistem hukum Amerika
berbeda-beda
yurisdiksi ke yurisdiksi, tetapi aturan federal
ada di
pusat sistem peradilan dan sangat
berpengaruh
ence yang diadopsi di tingkat negara
bagian. Mendukung
tujuan kebenaran ditemukan di banyak
tempat, termasuk
pernyataan sentral dari Federal Rules of Evi-
dence (FRE) dan beberapa kepemilikan
Mahkamah Agung-
ings. FRE 102 mengatakan bahwa '' akhir ''
dari
perkembangan hukum pembuktian adalah ''
bahwa
kebenaran dapat dipastikan dan berjalan
dengan adil
ditentukan. '' FRE 611 (a) mengatakan: ''
Pengadilan akan
melakukan kontrol yang wajar atas mode
dan
perintah untuk menginterogasi saksi dan
menghadirkan
bukti untuk (1) melakukan interogasi dan
presentasi efektif untuk memastikan
kebenaran .... '' Dalam salah satu memegang
Mahkamah Agung
mengamati bahwa '' [t] tujuan dasar dari
sebuah percobaan adalah
penentuan kebenaran '' (Tehan v. US ex.
rel. Shott 1966).
Domain penanganan bukti lain di mana
tujuan kebenaran tampaknya kritis adalah
arena 'dis-
covery '' atau '' disclosure ''. Pada tahap
praperadilan a
proses hukum perdata, para pihak
diharuskan untuk membatalkan
tutup bukti relevan yang mereka miliki
dengan
pihak lain, dan masing-masing pihak berhak
membuat '' dis-
covery '' meminta lawan mereka yang
yang terakhir wajib dihormati. Dalam
tindakan sipil ini
materi pelajaran diperlakukan di bawah
judul
'' prosedur sipil '' daripada '' aturan
bukti, '' namun masih menyangkut
penanganan
bukti. Tahap persidangan ini belum
menyangkut presentasi bukti kepada trier
fakta,
hanya untuk pihak lawan. Namun, jika bukti
diungkapkan kepada suatu pihak akan
membantu kasusnya, pihak tersebut
akan menyajikan bukti itu kepada trier di ap-
titik yang tepat. Jadi, prosedur penemuan
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------------ Bukti Hukum
------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Halaman 3
dirancang untuk membantu mendapatkan
fakta yang relevan sebelum
pengadilan. Tujuan akhir dari penemuan ini
adalah
persyaratan adalah keadilan substantif, untuk
dicapai
melalui penentuan kebenaran oleh trier
fakta. Ide-ide tersebut disampaikan sebagai
berikut
bagian oleh Charles Alan Wright:
[Aturan penemuan sipil federal] didasarkan
pada a
filosofi bahwa sebelum pengadilan setiap
pihak ke sipil
tindakan berhak atas pengungkapan semua
yang relevan
informasi yang dimiliki oleh siapa pun,
kecuali informasi tersebut diistimewakan ....
Kemenangan
dimaksudkan untuk pergi ke pihak yang
berhak, secara keseluruhan
fakta, bukan ke sisi yang paling baik
menggunakannya
kecerdasan. (Wright 1983: 540; penekanan
ditambahkan)
Kemenangan itu harus pergi ke pesta ''
berhak ''
berbicara dengan tujuan keadilan
substantif. Bahwa
keadilan substantif bergantung pada '' semua
fakta ''
berbicara tentang keinginan membawa
semua yang relevan
kebenaran menjadi perhatian pencari fakta.
Jelas tidak semua aturan penanganan barang
bukti
memiliki alasan yang berorientasi pada
kebenaran. Pertama, (consti-
institusional) aturan eksklusi yang melarang
administrasi
bukti yang diperoleh secara ilegal jelas
memiliki a
alasan yang berbeda dari kebenaran, dan
pasti bisa
bertentangan dengan tujuan
kebenaran. Kedua, variasi
'' hak istimewa '' memungkinkan bukti
testimonial potensial
untuk dijauhkan dari pengadilan, terlepas
dari kenyataan bahwa ini
tidak diragukan lagi menghalangi pencarian
kebenaran. Yang menonjol di antara hak
istimewa ini adalah
hak istimewa pengacara-klien, dokter-pasien
hak istimewa, dan hak istimewa
pernikahan. Masing-masing
aturan mengizinkan orang yang memiliki
andal, relevan
informasi untuk merahasiakan apa yang
mereka ketahui. Ini
pengecualian kontras dengan jenis
pengecualian lainnya,
seperti desas-desus dan bukti karakter
dianggap meningkatkan pencarian
kebenaran karena
mereka mengecualikan bukti yang diyakini
preju-
keras, tidak dapat diandalkan, atau
cenderung mengganggu
dengan penentuan kebenaran. Adanya non-
Aturan eksklusif yang mempromosikan
kebenaran berbicara kepada
penerimaan sistem atas nilai atau tujuan lain
dalam
selain penentuan kebenaran. Persis apa
nilai atau tujuan ini, bagaimanapun,
kontroversial.
Juga kontroversial hak istimewa mana yang
dimiliki
tujuan kebenaran dan mana yang
tidak. Pertimbangkan privi-
lege melawan tindakan memberatkan diri
sendiri, perintah dari
Konstitusi (Amandemen Kelima)
daripada aturan federal yang diberlakukan
secara kongres
bukti. Klausul Amandemen Kelima, yang
berbunyi '' Tidak ada orang ... yang akan
dipaksa
kasus pidana untuk menjadi saksi melawan
dirinya sendiri, '' adalah
juga menjadi dasar hak Miranda yang
mengatur
interogasi polisi (Miranda v. Arizona
1966). Apa alasan hak istimewa tersebut
melawan tindakan memberatkan diri
sendiri? Pandangan dominan adalah
bahwa alasannya tidak terkait dengan
kebenaran, tapi apa
nilai yang dilindungi oleh hak istimewa?
Salah satu alasan yang diusulkan adalah
bahwa perbuatan
klausa ination melindungi zona khusus
mental
privasi (Murphy v. Waterfront Commission
1964:
55). Tetapi apakah sistem hukum kita
berkomitmen untuk itu
zona khusus? Akhil Amar (1997: 65–6)
berpendapat dalam
negatif. Penggugat sipil sering dipanggil
bersaksi tentang hal-hal yang sangat pribadi,
untuk
Misalnya dalam kasus perceraian. Bahkan
dalam kasus pidana,
saksi diberikan kekebalan dari penuntutan
dapat dipaksa untuk bersaksi tentang apa
pun di dalamnya
kantong mental pribadi. Ini menunjukkan
bahwa pra-
melayani zona pribadi bukanlah hal yang
mendasar.
persyaratan dari sistem
hukum. Lihat PRIVASI .
Fondasi lain yang mungkin dari pemburukan
diri
klausa inasi adalah '' noninstrumentalization,
'' itu
Gagasan bahwa pemerintah harus
menghormati individu sebagai
orang, yang menyiratkan tidak
menggunakannya sebagai sarana
kehancuran mereka sendiri. Tapi
noninstrumen-
alasan talization terbukti terlalu
banyak. Pemerintah-
ment '' menggunakan '' orang sebagai saksi
sepanjang waktu,
apakah mereka mau atau tidak. Itu adalah
seorang jenderal
kewajiban kewarganegaraan untuk menjadi
saksi ketika
diperlukan untuk menegakkan hukum, dan
pemerintah-
ment diizinkan untuk memaksa tahanan
untuk tunduk
memotret, sidik jari, dan tes suara
yang hasilnya dapat digunakan untuk
melawan mereka dalam
pengadilan akhir (Amar 1997: 66–7).
Penjelasan Amar tentang pemberantasan diri
klausa adalah yang berbasis
kebenaran. Kebenaran dikatakan a
nilai acara pidana yang diunggulkan dalam
RUU
Hak; kebanyakan prosedur dirancang untuk
melindungi
terdakwa yang tidak bersalah dari hukuman
yang salah
(1997: 84). Apalagi saat ditekan, orang
mungkin mengaku - atau tampak mengaku -
kejahatan yang mereka lakukan
tidak pernah berkomitmen. Seperti yang
dikatakan Sir William Blackstone
itu, pengakuan '' adalah yang paling lemah
dan paling mencurigakan.
memperhatikan semua kesaksian; pernah
bertanggung jawab untuk diperoleh
kecerdasan, harapan palsu, janji bantuan
atau ancaman;
jarang diingat secara akurat, atau dilaporkan
dengan
karena presisi; dan tidak mampu dalam
sifatnya
dibantah oleh bukti negatif lainnya ''
-------------------------------------------------- ---
Alvin I. Goldman
-------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Halaman 4
([1765–9] 1979: 357). Perhatikan baik ke
dalam file
abad kedua puluh banyak terdakwa tidak
bersalah di
kasus nonkapital tidak mampu membayar
pengacara dan
pengacara tidak dilengkapi oleh
pemerintah. Jika
dipaksa untuk mengambil sikap, malu-malu
atau gugup dengan-
nesses akan sering mempermalukan diri
sendiri seperti itu
derajat untuk meningkatkan daripada
menghilangkan preju-
dadu melawan mereka (Wilson v. United
States 1893:
66). Jadi, hak istimewa untuk tidak
memberikan kesaksian
terhadap diri sendiri dalam kasus pidana
melayani tujuan
keandalan. Terlepas dari pertimbangan ini,
interpretasi berbasis kebenaran dari
Amandemen Kelima-
ini cukup kontroversial (lih. Luban 1988).
Terlepas dari soal keistimewaan, kebenaran
alasan tersebut sangat kuat sebagai alasan
pemersatu
untuk berbagai aturan, prinsip, dan
kebijakan
di arena bukti. Apakah ada pesaing lain
untuk peran alasan pemersatu? Satu
kemungkinan
adalah keadilan atau
ketidakberpihakan. Menurut ap-
Proach, bukti harus ditangani sedemikian
rupa
memperlakukan semua pihak secara adil
atau tidak memihak. Utama
pertanyaan tentang pendekatan ini adalah
apakah keadilan
dapat dibongkar dengan memuaskan tanpa
diam-diam
menarik untuk alasan kebenaran. Salah satu
cara
membongkar keadilan adalah dengan
mengatakan bahwa masing-masing pihak ke
litigasi harus memiliki kesempatan yang
sama untuk menang-
ning, dan prosedur penanganan bukti harus
dirancang untuk menjaga kesetaraan
itu. Tetapi jika
Alasan utama adalah peluang kemenangan
yang sama, mengapa tidak
kecualikan semua bukti sepenuhnya dan
cukup balik a
koin? Jelas kami tidak menginginkan sistem
masuk
yang mana terdakwa tidak bersalah hanya
memiliki 50-50
kesempatan pembebasan, atau di mana
seseorang yang
tidak menyebabkan kerusakan atau
kerusakan adalah 50-50
kemungkinan dimintai pertanggungjawaban
dalam gugatan perdata. Sebuah
Kesempatan yang sama untuk menang atau
kalah bukanlah sebuah keputusan-
atum prosedur penanganan bukti. Itu
keputusan yang tepat adalah bahwa pihak-
pihak yang pantas mendapatkan korban
teori berdasarkan fakta material harus
berakhir
disukai oleh sistem penanganan bukti
(disukai
dalam arti lebih mungkin untuk menang),
dan
pihak yang pantas kalah harus diuntungkan
oleh itu. Ini hanyalah cara lain untuk
mengatakan bahwa a
sistem yang baik harus menghasilkan
aktivitas yang berhubungan dengan bukti
ity yang menghasilkan penilaian yang
mencerminkan prestasi,
putusan yang sesuai dengan fakta kasus,
yang tepatnya merupakan aplikasi yang
berorientasi pada kebenaran.
proach memegang (Goldman 1999: 280–1).
Mungkin ada cara lain untuk memahami file
proposal keadilan. Mungkin artinya hanya
itu
prosedur penanganan bukti yang sama
seharusnya
berlaku sama untuk pihak yang
berlawanan. Satu masalah
dengan proposal ini adalah bahwa bukti
asim-
pertemuan antara penggugat dan tergugat
tidak
tidak pantas dalam hal keadilan. Sebagai
contoh,
bahu penggugat dan tergugat berbeda
'' beban pembuktian '' di pengadilan. Kedua,
penerapan yang sama
kation prosedur penanganan bukti tidak
cukup untuk kepuasan. Seperti sebelumnya,
misalkan
sistem ajudikasi yang dibutuhkan masing-
masing pihak
cukup nyatakan pandangannya tentang kasus
(buat saja
'' memohon '') tanpa menunjukkan bukti
apapun
jenis normal sama sekali. Ini akan
memperlakukan keduanya
pihak secara simetris tetapi sistemnya akan
sangat tidak memuaskan, justru karena ada
tidak ada alasan untuk mengharapkan
kebenaran muncul.
Pendekatan keadilan mungkin terkait dengan
gagasan tentang keadilan
prosedural. Banyak orang akan
melakukannya
bersikeras bahwa keadilan prosedural
merupakan tujuan penting dari
sistem hukum yang isinya tidak seluruhnya
dapat dilacak pada maksimisasi
kebenaran. Contoh dari
konten tersebut mungkin termasuk
pemberitahuan, hak untuk
didengar, dan hak untuk menghadapi
saksi. ini
tidak sepenuhnya jelas, bagaimanapun,
tepatnya apa pengertiannya
keadilan akan merasionalisasi desiderata
prosedur-
keadilan ural. Sepertinya juga tidak
keadilan atau keadilan prosedural bisa
menggantikan
penentuan kebenaran sebagai tujuan
menyeluruh dari
prosedur penanganan bukti.
Pesaing lain untuk peran pemersatu
alasannya adalah penerimaan ajudikasi
sistem, baik diterima oleh penggugat atau
ak-
penerimaan publik secara luas. Hal-hal lain
sama, ini tentu saja merupakan fitur
pembuatan yang bagus dari sebuah
sistem ajudikasi yang dapat diterima oleh
semua
Para Pihak. Tetapi apakah ini perlu atau
cukup
kondisi untuk nilai tinggi yang pantas? Ini
bukan
kondisi yang diperlukan karena terdakwa
yang bersalah mengaku
dituduh melakukan kejahatan mungkin
menemukan kesalahan dengan efektif
dan sistem yang akurat, tetapi itu seharusnya
tidak mendiskual-
jika sistem seperti itu layak. Ini bukan
kondisi yang cukup karena pihak mungkin
pra-
dikupas untuk menerima sistem ajudikasi,
kutil dan
semua, karena putus asa untuk melakukan
yang lebih baik di luar
sistem atau memperbaikinya (Goldman
1999:
282). Bagaimana dengan penerimaan publik
di
besar? Sekali lagi, ini adalah fitur
pembuatan yang bagus dari sebuah
sistem ajudikasi, tapi hampir tidak
memuaskan
standar. Mayoritas masyarakat mungkin
menerima sistem yang mengabaikan hak
minoritas.
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Halaman 5
Selanjutnya, masyarakat mungkin menerima
suatu sistem
karena mereka mengabaikan konsekuensi
yang sebenarnya-
pertanyaan, misalnya, seberapa sering itu
menghasilkan
tions yang tidak bersalah, termasuk
frekuensi
dengan itu menempatkan orang yang tidak
bersalah pada kematian
baris. Pada tahun 2002 Gubernur Ryan dari
Illinois mengampuni
sejumlah terpidana mati justru karena
bukti yang menentukan dari narapidana yang
salah secara faktual
tions. Fakta bahwa kebanyakan orang di
Illinois
telah menemukan sistem dapat diterima
tidak menunjukkan
bahwa itu benar-benar diterima. Warga
relatif sedikit
cukup menyadari fakta lengkap dari ini
kasus, terutama sebelum temuan di luar
hukum
badan investigasi dan tes DNA yang
terlambat.
Singkatnya, penentuan kebenaran adalah
yang paling utama
tujuan yang masuk akal atau alasan
penanganan bukti
prosedur, meskipun itu adalah tambahan dari
yang diinginkan-
atum penyelenggaraan keadilan substantif.
Sistem Musuh dan Pencarian
untuk Kebenaran
Sistem penanganan bukti janji Amerika
secara khusus menampilkan bentuk litigasi
musuh.
Pengacara partisan untuk kedua belah pihak
mempersiapkan semua bukti
dence dan memulai dan melakukan kasus di
pengadilan,
sementara hakim yang sebagian besar pasif
bertindak sebagai wasit. Ini
sistem turun, tentu saja, dari bahasa Inggris
tradisi hukum umum. Dalam sejarah hukum
Barat
ini berbeda dengan tradisi hukum perdata
Benua Eropa, di dalamnya merupakan
kelompok netral
hakim mengumpulkan semua bukti (di
kedua sisi
case), menyusun bukti, dan berperan sebagai
trier
fakta (mirip dengan juri). Dalam tradisi
hukum perdata,
tidak ada '' pertempuran '' antara sisi yang
berlawanan
jenis yang ditemukan dalam pengadilan
Amerika.
Seberapa baik sistem musuh dari
sudut pandang kebenaran? Bagaimana
perbandingannya
rasa hormat ini dengan tradisi hukum
perdata? Satu
titik kuat dari sistem musuh adalah mar-
penyerahan bukti. Pendukung yang
bersemangat sangat tinggi
termotivasi untuk mengejar jalur investigasi
thor-
sungguh, dan itu tampaknya pertanda baik
untuk bukti
koleksi. Agaknya, saat masing-masing pihak
melakukan ini
dengan energik, lebih sedikit item yang
berpotensi relevan
bukti tidak ditemukan atau tidak digunakan
daripada
akan terjadi di bawah sistem yang
berbeda. Jika netral
hakim melayani sebagai simpatisan,
misalnya, mereka
mungkin tidak memiliki tingkat motivasi
yang sebanding
atau dedikasi.
Kebajikan prima facie kedua dari musuh
sistem, dalam hal penentuan kebenaran,
adalah
argumentasi dialektis dari
pengadilan. Kapan
pengacara mengkritik kesimpulan lawan
mereka dan
memeriksa saksi mereka, ada yang lebih
baik
peluang untuk menunjukkan dengan tepat
status yang salah atau menyesatkan-
ments, dengan demikian mengungkapkan di
mana kebenaran itu berada. Di
setidaknya ini adalah kesimpulan yang
masuk akal jika argumen kritis-
mentasi memang merupakan metode
pencarian yang bagus
untuk kebenaran.
Meskipun demikian, ada banyak kelemahan
di file
sistem musuh seperti yang dinilai oleh
standar
penentuan kebenaran. Pertama, diberi
pengaruh
ditugaskan ke pengacara, disparitas dalam
perwakilan hukum-
Perselisihan antara pihak yang berlawanan
menjadi serius
kewajiban. Retorika yang biasa untuk
mendukung iklan
sistem versary mengasumsikan bahwa dua
sisi adalah
diwakili dengan kekuatan yang sama, tetapi
asumsi itu-
cara ini sering kali tidak akurat. Banyak
modal
kasus adalah kasus di mana terdakwa miskin
berada
diwakili oleh pembela umum yang
kekurangan waktu,
keterampilan, dan / atau motivasi untuk
melakukan pekerjaan yang memuaskan
pertahanan. Di Texas dan Illinois,
underqualified atau
pembela umum yang lalai mengakibatkan a
jumlah yang mengejutkan dari hukuman
mati, seringkali
di mana bukti selanjutnya menunjukkan atau
sangat menyarankan tidak bersalahnya
pembela-
semut. Litigasi perdata memberikan contoh
lain dalam
yang membedakan sumber daya hukum
daripada
Kelebihan kasus tampaknya menjelaskan
hasil.
Dalam litigasi perdata yang kompleks,
jumlah jam a
tim hukum mencurahkan untuk kasus bisa
membuat besar
perbedaan hasil, jadi sisi yang bisa
membeli tagihan yang lebih besar memiliki
peluang yang jauh lebih baik
menang, hal-hal lain dianggap
sama. Aplikasi yang sama
berlaku untuk memimpin pengacara dengan
keterampilan luar biasa atau
kekuatan persuasif. Kemenangan sepertinya
akan pergi ke liti-
memberi yang mampu pengacara itu, fitur
tidak mungkin sangat berkorelasi dengan
kebenaran.
Kedua, bahkan jika argumentasi permusuhan
umumnya meningkatkan kebenaran, tidak
semuanya
san pengacara terdiri dari argumentasi. Di
pemeriksaan silang, misalnya, yang
berpengalaman
pengacara bisa menghadirkan saksi yang
sangat jujur
untuk menyembunyikan fakta
penting. Dalam ac-
Tivitas, pengacara tidak hanya
memperdebatkan a
badan bukti tetap, tetapi sebenarnya terlibat
dalam '' mencetak '' atau '' memodifikasi ''
bukti oleh
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
-------------------------------------------------- ---
Alvin I. Goldman
-------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Halaman 6
menghasilkan tindakan atau ekspresi saksi
yang menyampaikan kesan berbeda dengan
fakta. Jika pemeriksaan silang sangat
partisan
bukan bagian integral dari proses litigasi, ini
skenario akan lebih jarang terjadi.
Ketiga, pengacara partisan dapat
memiringkan bukti dalam
cara lain, dengan seleksi, persiapan, dan
pembayaran saksi ahli. Hukum umum
Sistem memberikan kebebasan yang luas
bagi pengacara untuk memilih
ahli yang akan bersaksi untuk proposisi yang
diinginkan,
bahkan jika itu tidak benar (Gross 1991:
1113–14). Di
banyak masalah keahlian profesional, ada
kandang orang-orang yang berkarir sebagai
saksi
di satu atau sisi lain dari serangkaian
masalah yang berulang.
Saksi ahli ini sering dijelaskan oleh
hakim dan pengacara sebagai '' pelacur '',
yaitu,
orang yang hidup dengan menjual jasa yang
seharusnya
tidak untuk dijual (Gross 1991:
1115). Pengacara
pilih saksi yang pandai membujuk
anggota juri dari jenis proposisi yang
mendukung
mewakili partai, meskipun itu tidak
benar. Tentu saja,
hal serupa terjadi di sisi lain. Ini
situasi cenderung dihadapi pencari fakta
dua pos yang dipersiapkan dengan baik
tetapi sangat menentang
itions, dan sangat sulit untuk menentukan
yang mana
satu benar. Bahkan ada konsensus
substansial di antara
ahli di bidangnya dapat dengan mudah
tenggelam atau
diabaikan dalam pertempuran
partisan. Tidak satu pun dari ini
kondusif untuk penentuan
kebenaran. Masalah ini
fitur lematik dari sistem hukum umum
adalah
absen dalam tradisi hukum perdata, di mana
para ahli
ditunjuk oleh hakim daripada pengacara,
dan kontak antara pengacara dan ahli
(biasa disebut '' judges 'aides' ') sangat keras
patah semangat.
Ajudikasi hukum adalah contoh menarik
dari
'' epistemologi sosial '' (Goldman 1999),
karena
itu dikhususkan untuk akhir epistemik -
menemukan
kebenaran - dan banyak dari praktiknya
bersifat sosial di
rasa melibatkan interaksi di antara banyak
peserta. Pertanyaannya ditujukan di sini
bagian apakah sistem musuh, dengan nya
penekanan pada kontes antara pendukung
yang bersemangat,
adalah cara kelembagaan yang optimal
untuk menemukan
kebenaran. Kasus uji yang baik melibatkan ''
penemuan ''
bukti, terutama bukti dokumenter, di
tahap praperadilan litigasi perdata.
Jika, dalam gugatan perdata, satu penggugat
memiliki dokumen
bukti mental yang mendukung kasusnya,
akan, dari
Tentu saja, perkenalkan bukti itu di
pengadilan. Jika
memiliki bukti yang tidak mendukung
kasusnya, itu
tidak akan memperkenalkan bukti itu di
pengadilan dan surat wasiat
lebih suka bahwa itu tetap dirahasiakan oleh
lawan-
ition. Mari kita sebut bukti pertama '' posi-
tive '' dan jenis kedua '' negatif '' (Talbott
dan Goldman 1998). Peraturan Federal
tahun 1938
Prosedur Perdata memasukkan prosedur
untuk
mendapatkan pengungkapan praperadilan
dari bukti potensial
dence, baik positif maupun negatif. Satu
tujuan
adalah untuk memecahkan masalah '' trial by
penyergapan, '' di
yang dirahasiakan oleh penggugat dari bukti
positifnya
sampai benar-benar mengenalkannya di
pengadilan, mencegah
oposisi dari mengembangkan sanggahan
yang efektif
bukti secara tepat waktu. Tujuan kedua
adalah untuk mencegah salah satu pihak
menjaga hal negatifnya
bukti sama sekali rahasia dan tidak pernah
diperkenalkan
di Pengadilan.
Aturan penemuan tahun 1938 cukup berhasil
dalam mencegah '' percobaan dengan
penyergapan, '' tetapi tidak terlalu
berhasil membuat pihak mengungkapkan
negatif
bukti. Partai dan pengacaranya bisa jadi
tenang
terampil dalam menghindari ekstraksi bukti
negatif-
yakin bahwa oposisi ingin (tapi mungkin
tidak mengetahui keberadaannya
sebelumnya). The federal dis-
peraturan covery diubah pada tahun 1993
untuk mensyaratkan
pengungkapan wajib atas informasi yang
relevan, di-
termasuk bukti negatif yang diketahui. Tapi
itu tidak-
jelas seberapa efektif amandemen ini. Jika
sebuah
partai memiliki dokumen '' pistol merokok ''
yang mengancam kasusnya, dan jika
kerugian
dari kasus ini mungkin menghabiskan jutaan
dolar dalam bendungan-
usia, partai mungkin siap untuk bertindak
ekstrim
untuk menjaga sifat dan keberadaan
dokumen
rahasia. Contoh nyata dari hal ini terjadi di
Pertukaran Asuransi Dokter Negara Bagian
Washington
& Association v. Fisons Corp. (1993).
Masalah penemuan terjerat dalam
sistem advokasi musuh. Jika seorang
pengacara tahu
bahwa kliennya dalam gugatan perdata
memiliki bukti
dence yang berpotensi merusak kasusnya,
apa tanggung jawab pengacara di bawah
hukum dan aturan perilaku profesional untuk
pengacara? Ini adalah masalah yang
peka. Talbott dan
Goldman (1998) berpendapat bahwa
perdagangan adversarial
ition menumbuhkan etos '' Pertarungan yang
Adil '' dalam litigasi, di
dimana masing-masing pihak seharusnya
melakukan yang terbaik untuk menang
dan tidak ada yang diharapkan melakukan
apa pun itu
'' membantu '' sisi lain. Ini mungkin
mendorong
gagasan bahwa itu sah untuk pengacara
membantu klien mereka dalam '' menghindar
dan menghindari ''
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------------ Bukti Hukum
------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------------------------
Halaman 7
ketika lawan mencoba mengekstrak negatif
bukti, tetapi konsepsi ini tidak konsisten
dengan alasan kebenaran untuk sistem
litigasi.
Talbott dan Goldman (1998) mengusulkan
amandemen-
ments untuk prosedur penemuan yang akan
diberlakukan
sanksi tegas bagi pengacara karena tidak
membantu
penentuan kebenaran secara keseluruhan
(dan karenanya hanya-
es), bahkan jika itu berarti pengenceran
murni dan
versi murni dari etos permusuhan.
Jika analisis masalah ini adalah latihan di
epistemologi sosial, kemudian epistemologi
sosial
berangkat dari eksklusif epistemologi
tradisional
fokus pada kehidupan mental orang
percaya. Mengejar
kebenaran memang tergantung pada apa
yang terjadi di kepala
individu, tetapi beberapa informasi yang
menjangkau
kepala-kepala itu melakukannya karena
kelembagaan
praktek. Suatu institusi dapat mempengaruhi
kinerja
formance atau nonperformance of
information-
mentransmisikan tindakan oleh orang-orang
di bawah lembaga itu-
perlindungan, dan transmisi informasi
semacam itu
tindakan sering kali penting bagi
kemampuan orang lain untuk melakukannya
tentukan kebenarannya.
Kebenaran, Keandalan, dan Bayesianisme
Apapun kebaikan dan keburukan musuh
sistem, diskusi bukti di Amerika
sistem hukum umumnya menerima begitu
saja. Paling
diskusi juga menerima begitu saja pra-
cepts of the rules of evidence, dan lanjutkan
ke
pertimbangkan kemungkinan reformasi dan
penyesuaian
aturan yang lebih spesifik. Namun, masih
ada
beberapa masalah filosofis mendasar tentang
sila-sila dasar, dan ini layak untuk dicermati.
Inti dari Aturan Pembuktian Federal adalah
konsep bukti yang relevan. Bukti yang
relevan
dence umumnya dapat diterima, sedangkan
tidak relevan
bukti tidak bisa diterima. FRE 401
mendefinisikan
'' bukti yang relevan '' sebagai bukti yang
memiliki '' sepuluh
dency untuk membuat keberadaan fakta
yang ada
konsekuensi dari penentuan tindakan
lebih mungkin atau kurang mungkin
daripada yang seharusnya
tanpa bukti. '' Bagaimana kalimatnya
'' lebih mungkin '' dan '' kemungkinan kecil ''
berada di-
terpreted? Satu kemungkinan adalah
menafsirkannya dalam
hal derajat kepercayaan rasional. Di inter-
ini
pretasi, FRE 401 mengatakan bahwa bukti
yang relevan
bukti sedemikian rupa sehingga orang yang
rasional akan menetapkan a
tingkat kepercayaan yang lebih tinggi atau
lebih rendah (atau subjektif
kepercayaan) dalam keberadaan fakta jika
mereka
diberikan bukti daripada yang akan mereka
berikan-
keluar buktinya. Tapi yang menentukan apa
itu
rasional untuk dilakukan? Menurut
Bayesianisme, file
teori probabilitas dan bukti yang paling
menonjol
Oleh karena itu, adalah rasional untuk
menyesuaikan derajat seseorang
keyakinan terhadap kalkulus
probabilitas. Tapi menurut
kepada Bayesianisme yang membuatnya
rasional untuk dibesarkan,
menurunkan, atau mempertahankan tingkat
kepercayaan seseorang pada a
hipotesis tergantung pada derajat
sebelumnya dari seseorang
keyakinan tentang kemungkinan
(probabilitas bersyarat-
ity) untuk mendapatkan bukti jika
hipotesisnya
benar versus kemungkinan mendapatkan
bukti itu
jika hipotesisnya salah.
Agen Bayesian menggunakan rumus berikut
untuk
perbarui tingkat kepercayaan mereka pada
hipotesis H jika
diberikan bukti E:
P (H / E) ¼
P (E / H) P (H)
P (E / H) P (H) þ P (E / H) P (H)
Agen Bayesian yang menerima bukti baru
dence E dan menggunakan rumus ini akan
meningkatkan mereka
tingkat kepercayaan pada hipotesis H jika
subjek-
Estimasi ive P (E / H) melebihi subjektifnya
perkiraan P (E / H), akan menurunkan
derajatnya
keyakinan pada H jika perkiraan subjektif
mereka dari P (E /
H) kurang dari perkiraan subjektif P (E /
H), dan akan meninggalkan tingkat
kepercayaan mereka pada H
tidak berubah jika perkiraan subjektif
mereka dari P (E / H)
sama dengan perkiraan subjektif mereka dari
P (E / H). Begitu,
di bawah Bayesianisme ortodoks, baik yang
diberikan
potongan bukti bertambah, berkurang, atau
menghilang
tidak mengubah tingkat kepercayaan pada
hy- faktual
hipotesis tergantung pada kemungkinan
subjektif mereka
rasio, yaitu P (E / H) dibagi dengan P (E /
H).
Karena orang yang berbeda mungkin
memiliki sub-
rasio kemungkinan jective, yang
kemungkinan subjektifnya
rasio tudung harus digunakan dalam
memutuskan apakah
bukti memenuhi uji relevansi? Secara praktis
istilah, tentu saja, juri akan menggunakan
sub-
rasio kemungkinan jective. Tapi apakah itu
benar
standar yang FRE 401 maksudkan untuk
disajikan? Apa
jika seorang hakim memiliki kemungkinan
subjektif yang sangat tidak akurat
rasio kap? Mungkin akan dijawab bahwa
hakim telah
tugas menjadi cukup baik diberitahu bahwa
miliknya
atau rasio kemungkinannya akurat. Tapi ''
akurasi ''
menunjukkan bahwa ada juga, terlepas dari
pendapat hakim, kemungkinan objektif
(benar)
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
-------------------------------------------------- ---
Alvin I. Goldman
-------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
-------------------------------------------------- \
Halaman 8
rasio terhadap rasio kemungkinan subjektif
dapat diukur keakuratannya. Ini akan dengan
cepat
menyelesaikan interpretasi FRE 401 - bukti
membuat hipotesis lebih mungkin atau
kurang prob-
mampu selama rasio kemungkinan obyektif
tidak
1.0. Tapi kebanyakan Bayesian tidak
menerima as-
asumsi kemungkinan obyektif dan
kemungkinan
rasio. Bayesianisme Ortodoks murni
subyektif
ist, atau '' personalistic. ''
Namun, jika kemungkinan obyektif
diasumsikan,
yang akan membantu memahami
persyaratan lainnya
dari Aturan Federal Bukti, dan keseluruhan
alasan kebenaran yang
berkomitmen. Mempertimbangkan
FRE 403, yang mengatakan bahwa bukti
yang relevan mungkin
dikecualikan jika, antara lain,
pembuktiannya
value '' sebanding dengan bahaya
menyesatkan
juri. Apa artinya bukti untuk '' mis-
memimpin '' juri? Interpretasi yang masuk
akal adalah itu
anggota juri disesatkan jika mereka
membuat kesalahan (serius)
tentang nilai pembuktian nyata dari bukti. Di
Istilah bayesian, ini terjadi jika juri
berasosiasi
dengan bukti kemungkinan subjektif yang
berbeda
rasio dari rasio kemungkinan sebenarnya,
dan karenanya
cenderung merevisi tingkat kepercayaan
mereka pada hy-
hipotesis yang tidak tepat, misalnya,
merevisinya
ke atas atau ke bawah secara berlebihan,
tidak sesuai
dengan rasio kemungkinan yang
sebenarnya. Ini hanya apa
Richard Lempert menyarankan, bahwa
anggota juri yang '' menyesatkan ''
mungkin anggota juri yang salah
memperkirakan kemungkinan
rasio (Lempert 1977; Lempert, Gross, dan
Lieb-
manusia 2000: 232–3). Lempert juga
menyarankan itu
pengadilan mungkin peduli dengan pra-
Justru bahaya ini tidak termasuk bukti
karakter-
sifat atau pengakuan bersalah yang
ditarik. Juri mungkin
memiliki kecenderungan untuk
memperbesar impor karakter-
sifat atau pengakuan bersalah yang ditarik. ''
Misestima-
tion '' atau '' magnification '' dari rasio
kemungkinan
harus melibatkan membuat perkiraan yang
terlalu tinggi
atau terlalu rendah relatif terhadap rasio
kemungkinan objektif.
Jadi, asumsi kemungkinan obyektif akan
terjadi
pengertian Aturan Federal Bukti.
Alasan lain juga membuat sulit untuk
menafsirkan
peraturan federal dalam istilah Bayesian
yang murni subyektif.
Aturan federal sangat mengacu pada tujuan
kebenaran, tapi
tidak ada hubungan yang erat antara
subjektif
Bayesianisme dan penentuan kebenaran,
karena
Bayesianisme subjektif tidak memberikan
pedoman tentang
bagaimana membentuk '' prior '' (yaitu, prior
tugas untuk hipotesis target) atau satu
perkiraan kemungkinan. Tidak adanya
kesepakatan yang ketat
hubungan dengan penentuan kebenaran
secara jujur diterima.
diketahui oleh Joseph Kadane dan David
Schum,
rekan penulis salah satu suguhan paling
canggih-
materi Bayesianisme dalam domain hukum
(Kadane dan Schum 1996). Mereka
mengakui sub-
metode jectivist tidak bisa menjanjikan
objektivitas atau
kebenaran-kondusif. '' Haruskah orang
mengadopsi
sebuah . . . pendekatan [seperti
kita]. . . percaya bahwa ap- nya
proach membawa kita lebih dekat ke
'kebenaran' ...? Itu
jawabannya tidak '' (1996: 197). Jika
Bayesianisme ingin
bertautan dengan alasan kebenaran, itu tidak
bisa
dipuji melalui variasi subjektivis yang biasa
Bayesianisme.
Istilah menonjol lainnya dalam literatur
yudisial-
bukti yang ada adalah "keandalan". Di
banyak bidang
kesaksiannya, Mahkamah Agung telah
mengajukan banding
keandalan sebagai elemen penting untuk
diterima
kesaksian. Dalam kasus terkenal Daubert,
cerning testimoni para ahli ilmiah,
Pengadilan memutuskan bahwa di bawah
Federal Rules of Evi-
dence '' hakim pengadilan harus memastikan
bahwa setiap dan
tidak semua kesaksian atau bukti ilmiah
yang diakui
hanya relevan, tetapi dapat diandalkan ''
(Daubert v. Merrell
Dow Pharmaceuticals 1993: 589). Kesaksian
adalah
dianggap dapat diandalkan jika
kemungkinan itu benar atau
tepat. Jadi tampaknya kondusif-kebenaran
lagi
menjadi yang terpenting. Jika Bayesianisme
ingin berguna
sebagai teori umum bukti hukum, itu harus
melampaui bentuk-bentuk subjektivis murni
Bayesianisme.
Dalam mempertimbangkan Bayesianisme
dalam konteks
bukti hukum, dua hal mungkin
dimaksudkan. Pertama,
orang mungkin mengusulkan bahwa triers
fakta (juri)
harus menggunakan metode Bayesian, dan
oleh karena itu
harus diinstruksikan dalam metode ini
dengan sesuai
ahli. Kedua, orang mungkin mengusulkan
Bayesian
metode sebagai alat untuk ahli teori hukum,
yang berusaha
menganalisis dampak dari berbagai
aturan. Sehubungan dengan
proposal pertama, Pengadilan Banding di
Inggris memiliki
menolak anggapan bahwa para juri harus
didorong-
tua untuk menggunakan metode
Bayesian. Itu membantah
angka yang tepat menyembunyikan elemen
judg-
ment, dan mengklaim bahwa tugas numerik
diskrit-
ments tidak dapat diberikan ke item terpisah
dari
bukti, seperti yang dipersyaratkan dalam
Bayesianisme.
Kritik serupa telah dibuat oleh
Lawrence Tribe (1971). Tapi harus ahli
dengan-
khan tidak memberikan nomor sama sekali
kepada juri? Ian Evett
(1987), seorang ilmuwan forensik Inggris,
telah menyarankan
bahwa saksi ahli dapat menerjemahkan
kemungkinan
Halaman 9
rasio ke dalam ekuivalen verbal berapa
banyak sup-
port bukti memberikan proposisi.
Mereka bisa mengatakan bahwa bukti ''
sedikit di-
lipatan, '' '' meningkat, '' '' sangat meningkat,
'' atau
'' sangat meningkatkan '' dukungan untuk
prop-
osition. Ini mungkin mendorong juri untuk
mengeksploitasi
konsep di balik metode Bayesian tanpa
keberadaan
terbebani dengan matematika.
Bisakah Bayesianisme secara sah digunakan
secara legal
ahli teori, seperti yang diusulkan di
sini? Para ahli teori akan menggunakan
sekutu membuat pernyataan seperti, '' Jika
pencari fakta beralasan masuk
gaya Bayesian, maka hasil ini dan itu akan
terjadi. '' Masalahnya adalah apakah file
anteseden pernah terpenuhi, atau bahkan
diperkirakan.
Apakah anggota juri biasa mampu bernalar
dalam Baye-
sian fashion? Program penelitian yang
berpengaruh di
'' heuristik dan bias '' mempertahankan
kebohongan itu
penalaran melanggar norma Bayesian
(Tversky dan
Kahneman 1982), dan ini merupakan serius
tantangan untuk penerapannya dalam
konteks hukum.
Namun, psikolog lain menemukan bukti itu
orang awam mampu membuat bayesian
kasar
penggunaan probabilitas jika disajikan
secara bebas
format quency (sebenarnya, Tversky dan
Kahneman
adalah orang pertama yang menyadari hal
ini, tetapi tidak menekankan
Itu). Casscells, Schoenberger, dan Grayboys
(1978)
telah menemukan bahwa fakultas
kedokteran Harvard memberi dengan liar
jawaban yang salah untuk masalah inferensi
probabilistik
lem dalam diagnosis medis. Tapi ketika
masalah yang sama
lem disajikan dalam format frekuensi -
menggunakan
bahasa pengambilan sampel, seperti '' 8 dari
10 '' atau
'' 1 dari 100 '' - jawaban Bayesian yang benar
naik
dari 18 menjadi 76 persen (Cosmides dan
Tooby
1996). Jadi mungkin orang awam mampu
menerapkan
memperkirakan penalaran Bayesian ketika
mereka
tahan informasi probabilistik dengan lebih
baik.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya,
bagaimana bisa
Penalaran bayesian memajukan penyebab
kebenaran?
Penjelasan tentang ini membutuhkan
pendekatan itu
Saya menyebutnya '' Bayesianisme kuasi-
objektif '' (Goldman
2002). Pendekatan teoritis mempelajari apa
akan terjadi jika agen bernalar dalam
Bayesianisme
fashion dan perkiraan kemungkinan
subjektif mereka
menanggung hubungan tertentu dengan nilai
obyektif
kemungkinan ini. Dalam kasus hukum,
target hy-
hipotesis mungkin H ¼ '' Brown shot Jones,
'' dan
buktinya mungkin E ¼ '' pistol dengan jari-
sidik jari yang cocok dengan sidik jari
Brown ditemukan
dekat tubuh Jones. '' Kemungkinan yang
menarik adalah
P (E / H) dan P (E / H). Ciri khasnya
Bayesianisme kuasi-objektif adalah asumsi
bahwa probabilitas bersyarat ini memiliki
tujuan
serta nilai subjektif. Mengingat asumsi ini-
tion, penggunaan kemungkinan subjektif
yang cocok
kemungkinan obyektif, rata-rata, akan
menghasilkan a
alasan lebih dekat dengan kebenaran. Ini
mengikuti dari
teorema berikut:
Teorema Peningkatan yang Diharapkan
dalam Kepemilikan-Kebenaran-
sion: Jika agen menggunakan bukti baru
untuk memperbaruinya
tingkat kepercayaan dalam hipotesis oleh
Bayesian
metode, dan jika kemungkinan subjektifnya
cocok
kemungkinan obyektif (dan probabilitas
sebelumnya
ities bukan 0 atau 1.0 dan rasio
kemungkinan
tidak sama dengan 1,0), maka ada tujuan
harapan bahwa dia akan meningkatkan
gelarnya
kepemilikan kebenaran sehubungan dengan
hipotesis ini
(Goldman dan Shaked 1991; Goldman 1999:
115–21).
Mengabaikan detail, teorema mengatakan
bahwa
Penggunaan Bayesian dari bukti baru
bersama dengan ac-
kurasi kemungkinan subyektif memerlukan
tujuan
ekspektasi peningkatan positif dalam derajat
kepemilikan kebenaran sehubungan dengan
hipotesis H.
Apa yang dimaksud dengan '' derajat
kebenaran-
milik''? Jika seseorang percaya proposisi
yang benar
langsung, seseorang '' memiliki '' kebenaran
itu sepenuhnya,
sampai derajat 1.0. Lebih umum, jika gelar
seseorang
kepercayaan pada proposisi yang benar
adalah n (0 # n # 1.0), lalu
tingkat kepemilikan seseorang atas
kebenaran itu adalah n. Untuk
meningkatkan derajat kepemilikan
kebenaran vis-a`-vis
pertanyaan H vs H, seseorang harus
meningkatkannya
tingkat kepercayaan vis-a`-vis anggota sejati
itu
pasangan. Teorema yang disebutkan di atas
mengatakan bahwa, tidak masalah
whatone'spriordegreeofbeliefvis-a`-visH
(kecuali
0 dan 1.0), jika kemungkinan subjektif
seseorang cocok
kemungkinan obyektif yang sesuai, dan jika
satu
alasan dengan kondisionalisasi Bayesian,
lalu satu
menikmati harapan obyektif untuk
meningkatkan seseorang
tingkat kepemilikan kebenaran sehubungan
dengan H vs.
H saat berpindah dari prior ke posteriors. Di
khususnya, perubahan yang diharapkan
secara obyektif
kebenaran-kepemilikan adalah positif
apakah H atau H adalah
anggota pasangan yang sebenarnya.
Bagaimana teorema ini berhubungan dengan
kemampuan seorang juri-
ity untuk membuat penilaian yang benar,
atau akurat, faktual?
Jika juri menerima bukti baru yang relevan
dengan hy-
hipotesis yang berkaitan dengan kasus ini,
dan jika mereka
kemungkinan subjektif sesuai dengan tujuan
--------------------------------------------------
-------------------------------------------------- ---
Alvin I. Goldman
------------------------------------------
Halaman 10
kemungkinan, teorema mengatakan mereka
berada di pos-
ition untuk mendapatkan peningkatan yang
diharapkan dalam kepemilikan kebenaran-
sion dengan terlibat dalam kesimpulan
Bayesian dari itu
bukti. Bahkan jika ada kemungkinan
obyektif,
tentu saja, jauh dari mudah untuk
menandingi
kerudung. Tetapi teorema hanya mengatakan
kemungkinan itu
pencocokan sudah cukup untuk peningkatan
yang diharapkan pada
kebenaran-kepemilikan, tidak perlu. Dan ada
prospek bagus untuk meningkatkan
kepemilikan kebenaran
bahkan ketika pencocokan tepat tidak terjadi
(Emas-
man 2002). Apalagi saat seorang ahli
menjelaskan
metodologi yang digunakan untuk
menghubungkan hipotesis target
dengan bukti yang telah disajikan, dan kapan
bahwa metodologi dapat diandalkan, ini
biasanya membantu a
juri membuat perkiraan yang lebih akurat
tentang objek
kemungkinan jective. Inilah yang terjadi,
atau seharusnya
terjadi, ketika seorang ahli menjelaskan
pentingnya
Bukti DNA.
Teorema tentang diskriminasi relatif
sebuah item bukti juga bermanfaat:
Teorema Diskriminasi Relatif: Lainnya
hal-hal dianggap sama, semakin ekstrim
objek-
rasio kemungkinan ive terkait dengan item
tertentu dari
bukti, semakin besar peningkatan yang
diharapkan
Kebenaran-kepemilikan yang berasal dari
conditionaliz-
mengambil bukti itu (Goldman dan Shaked
1991;
Goldman 1999: 121–3).
Semakin '' menentukan '' atau '' pembuktian ''
bukti
Oleh karena itu, semakin besar peningkatan
yang diharapkan. Sup-
menunjukkan tingkat kepercayaan
sebelumnya dari seorang juri terhadap H
adalah
0,50, dan dia menerima bukti E yang
mengandung
pada H vs. H. Jika rasio kemungkinan
obyektif
¼ 0.60 / 0.20 ¼ 3, dan jika juri subjektif
rasio kemungkinan cocok dengan tujuan,
kemudian perubahan yang diharapkan dalam
kepemilikan kebenaran
¼ þ0,083. Jika rasio kemungkinan ¼ 0,80 /
0,10 ¼ 8, maka perubahan yang diharapkan
oleh anggota juri
kepemilikan kebenaran ¼ þ0.247. Secara
umum, lebih
rasio kemungkinan ekstrim membantu
penyidik
membuat lompatan yang diharapkan lebih
besar ke arah
kebenaran, hal-hal lain dianggap sama.
Signifikansi teorema ini tergantung, dari
Tentu saja, tentang keberadaan kondisional
obyektif
probabilitas, masalah bermasalah. Objektif
probabilitas bersyarat - terutama jika
diterapkan
diterapkan pada probabilitas tentang
peristiwa tertentu oc-
arus pada waktu tertentu, seperti standar di
hukum - bukan sekadar fungsi tarif dasar
aktual,
yaitu, frekuensi relatif yang diamati. Satu
pro-
posal untuk menafsirkan kemungkinan
obyektif (Goldman
2002) mengadopsi pendekatan modal untuk
masalah tersebut,
memohon kemungkinan nonaktual dengan
cara
dikembangkan dalam perawatan filosofis
negara-
kondisional terfactual (Lewis
1973). Rinciannya
proposal ini tidak dapat dilanjutkan di
sini. Memang
tampaknya, bagaimanapun, bahwa hukum
pembuktian membutuhkan
akun kemungkinan obyektif cukup terpisah
dari
teorema spesifik yang diperkenalkan di atas,
karena
kemungkinan obyektif dipanggil dalam
penggunaan sentral
bukti, seperti bukti DNA.
Penerapan Quasi-tujuan
Bayesianisme
Dapatkah Bayesianisme kuasi-objektif
diterapkan
masalah standar dalam bukti hukum? Seperti
yang kita miliki
terlihat, FRE 403 memberikan keleluasaan
hakim untuk mengecualikan
bukti yang relevan ketika kemungkinan
besar menyesatkan
juri, misalnya, melalui kesalahan estimasi
dari proba-
Lima kekuatan bukti. Tapi harus pengadilan
ikuti saran ini setiap kali terjadi kesalahan
kawin akan menjadi besar? Lempert
dkk. (2000) membantah
sebaliknya: '' [I] f kemungkinan [objektif]
rasio bukti adalah 100: 1 dan factfinder
salah anggap sebagai 1000: 1, kesalahannya
tidak mungkin terjadi
menjadi kritis karena buktinya apakah benar
ditimbang atau ditimbang biasanya akan
mengarah ke
kesimpulan yang sama: bahwa hipotesis
yang disukai adalah
ditetapkan oleh standar pembuktian yang
sesuai ''
(2000: 233). Perhatikan bahwa diskusi ini
presup-
menimbulkan fitur dasar kuasi-objektif
Bayesianisme: adanya kemungkinan
obyektif
kerudung. Padahal maksud mereka pada
dasarnya bagus
satu, itu membutuhkan beberapa
kualifikasi. Perhatian masuk
memesan dengan kemungkinan meningkat
karena meningkat
kemungkinan, tidak seperti yang akurat
sempurna, miliki
properti penurunan yang diharapkan dalam
kebenaran-pos-
sesi untuk beberapa prior. Namun, malah
membengkak
kemungkinan dapat menyebabkan
peningkatan yang diharapkan
kebenaran-kepemilikan untuk rentang yang
sangat luas
sebelumnya, meskipun, tidak seperti
kemungkinan yang akurat,
mereka tidak menghasilkan peningkatan
seperti itu secara keseluruhan
berbagai prior (lihat Goldman 2002 untuk
ilusi-
tration).
Selanjutnya mari kita tanyakan apakah
kuasi-objektif Baye-
sianisme dapat membantu memperjelas
standar bukti hukum,
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------------ Bukti Hukum
------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
------
Halaman 11
standar dalam kasus pidana '' di luar alasan
diragukan lagi. '' Meskipun pengadilan
memiliki
mengetahui bahwa standar keraguan yang
wajar
itu sendiri probabilistik, mereka dengan
gigih menyatakan
clined untuk menetapkan probabilitas
tertentu padanya,
seperti 90, 95, atau 99 persen. Bahkan jika
tertentu
ambang probabilistik dipilih, apakah itu
menyelesaikan seluruh masalah? Agaknya,
tubuh
bukti tidak cukup sebagai '' bukti ''
hanya karena hal itu menimbulkan tingkat
kepercayaan
bagian dari pencari fakta yang melintasi
yang dipilih
ambang. Keyakinan seperti itu mungkin
diperoleh
bukti yang sangat tipis, di mana pencari
fakta
memanjakan diri dalam prasangka dalam
sampai pada levelnya
kepercayaan. Tingkat kepercayaan itu
sendiri
tidak akan menunjukkan bahwa bukti
tersebut dibuat
bukti tanpa keraguan. Goldman
(2002) mengemukakan bahwa apa
sebenarnya sistem hukum
ingin adalah bahwa tubuh bukti menjadi
seperti itu
adalah triers fakta untuk menerapkan tanpa
cela
dengan alasan itu, mereka akan mencapai
yang sesuai
tingkat kepercayaan. Apa konsepsi '' impec-
kabel '' atau '' ideal '' apakah alasannya
tepat? Sini
adalah tempat Bayesianisme semu objektif
mungkin
bermanfaat. Bagian dari penalaran ideal
(dalam hukum
konteks) dimulai dari praduga inno-
cence. Jadi tingkat kepercayaan awal fakta-
der melekat pada tuduhan faktual seharusnya
rendah yang sesuai. Bagian lainnya adalah
pencari fakta
harus alasan dari total bukti yang disajikan
diadili sesuai dengan probabilistik yang
benar
penalaran, yaitu, penalaran
Bayesian. Ketiga, file
penalaran harus menggunakan kemungkinan
yang cocok,
atau setidaknya perkiraan, kemungkinan
obyektif.
Proposal tidak mengatakan bahwa pencari
fakta harus
benar-benar memenuhi kondisi ini agar a
tubuh bukti untuk memenuhi '' di luar nalar-
mampu meragukan '' standar. Dikatakan
bahwa standar ini
bertemu hanya jika kepercayaan ambang
batas yang sesuai
akan dicapai oleh pencari fakta jika,
hipotesis-
ical, itu terlibat dalam penalaran ideal dari
tipe tersebut
ditentukan. Pendekatan ini memiliki
kemiripan dengan
upaya filosofis lainnya untuk menjelaskan
hal biasa
pengertian dalam hal prosedur yang ideal,
untuk
Misalnya, upaya John Rawls (1971) untuk
menjelaskan
pengertian keadilan dari segi hipotetis
hasil dari prosedur yang ideal.
Ilustrasi lain dari kuasi-objektif Baye-
sianisme menyangkut pemilihan ahli dengan
nesses. Untuk alasan yang dijelaskan
sebelumnya, partisan
pemilihan saksi ahli memiliki sejumlah
kelemahan, dan penunjukan ahli di
pengadilan dengan
nesses tampaknya menjadi solusi yang
menjanjikan bagi sebagian orang
masalah ini. Penunjukan pengadilan
diizinkan-
di bawah FRE 706, tetapi jarang
digunakan. Berikut adalah
analisis Bayesian kuasi-objektif tentang
mengapa pengadilan
ahli yang ditunjuk dapat memecahkan satu
masalah juga-
terkait dengan ahli yang ditunjuk
pengacara. Sebagaimana dicatat
Sebelumnya, pengacara biasanya memilih
ahli dari
kandang saksi yang mencari nafkah dengan
bersaksi-
dengan cara standar pada masalah yang
berulang. Di sebuah
Dalam kasus tertentu, anggota juri dapat
dihadapkan pada dua orang
saksi seperti itu untuk pihak yang
berlawanan. Satu bersaksi
ke H dan yang lainnya ke H. Masing-masing
sangat mungkin
bersaksi untuk kesimpulan yang sama
apakah H atau H.
itu benar. Dengan kata lain, untuk saksi
pertama,
yang sebenarnya bersaksi untuk H, masalah
bersyarat
kemampuan yang dia akan bersaksi H jika H
adalah
true sangat dekat dengan probabilitas
bersyarat
bahwa dia akan bersaksi kepada H jika H
benar.
Dan untuk saksi kedua, yang bersaksi
kepada H,
probabilitas bersyarat yang dia inginkan
bersaksi kepada H jika H benar sangat dekat
dengan
probabilitas bersyarat bahwa dia akan
menguji-
ify ke H jika H benar. Jadi, kondisional
probabilitas bahwa mereka berdua akan
bersaksi seperti yang mereka lakukan
jika H benar sangat dekat dengan
kondisional
probabilitas bahwa mereka berdua akan
bersaksi sebagaimana mereka
lakukan jika H benar. Jika juri memiliki
perkiraan yang akurat
kawan dari kemungkinan ini, mereka akan
sangat berhasil
perubahan kecil, paling banyak, sebagai
hasil dari pendengaran
saksi ini. Jadi, harapan mereka kecil
untuk meningkatkan derajat kepemilikan
kebenaran mereka
sangat banyak untuk H versus H dengan
mendengarkan testi-
bukti monial dari dua saksi ini. Jika neu-
Namun, saksi tral dipilih, namun saksi itu
kesaksian lebih cenderung sensitif terhadap,
yaitu, berbeda dengan, kebenaran H versus
H.
Saksi netral tidak begitu terikat pada salah
satu dari
proposisi ini berdasarkan profesinya-
reputasi sional. Ini adalah jenis saksi yang a
pengadilan lebih mungkin untuk menunjuk,
dan ini hanya
semacam saksi yang menawarkan bukti
testimonial
prospek yang lebih baik untuk peningkatan
kebenaran yang diharapkan
milik. Pertama-tama, kemungkinan obyektif
rasio terkait dengan kesaksian saksi netral-
mony akan lebih ekstrim dari koresponden-
ing rasio kemungkinan obyektif yang terkait
dengan
kesaksian berpasangan dari dua ahli pertama
de-
tertulis di atas. Seperti yang kita ketahui dari
Teorema
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
-------------------------------------------------- ---
Alvin I. Goldman
Halaman 12
tentang Diskriminasi Relatif, bukti semacam
itu
menawarkan prospek peningkatan yang
diharapkan lebih besar
dalam kepemilikan kebenaran. Tidak ada
jaminan, dari
Tentu saja, para juri akan membuat
perkiraan yang akurat
dari kemungkinan yang terkait dengan pakar
ini
kesaksian. Tapi yang paling tidak bisa
dikatakan adalah itu
perkiraan yang agak akurat menawarkan
cukup baik
prospek untuk kepemilikan kebenaran
meningkat, dan
tidak ada yang sebanding dapat dikatakan
untuk pasangan parti-
san ahli seperti yang telah kami jelaskan. Ini
adalah
satu alasan untuk memilih pengadilan yang
ditunjuk daripada partai-
ahli yang ditunjuk.
Sebagian besar komentar ilmiah tentang
aturan bukti menyangkut aturan yang
membutuhkan
pengecualian jenis bukti tertentu. Ada
aturan yang membutuhkan pengecualian
kedua karakter
bukti (untuk membuktikan perilaku sesuai
dengan
karakter) dan bukti desas-desus, meskipun
keduanya
peraturan sangat memenuhi syarat dengan
kelimpahan
klausul pengecualian. Dalam kasus desas-
desus, mantan
persepsi praktis meniadakan pengecualian
fundamental
aturan sion. Para sarjana sering mengkritik
aturan ini
dan menawarkan penggantian. Karena
banyak kritik
kisme memiliki alasan yang berorientasi
pada kebenaran, quasi-ob-
jective Bayesianism mungkin membantu
dalam mengevaluasi
kritik seperti itu. Domain lain di mana itu
mungkin bisa membantu adalah pengobatan
cross-
pemeriksaan. Aturan pembuktian sangat
penting
pada pemeriksaan silang karena secara
tradisional
berpikir bahwa trier fakta dapat
membedakan witnes-
kredibilitas ses 'dengan sikap mereka,
dengan kata lain,
dapat menetapkan, berdasarkan sikap, cukup
akurat-
makan kemungkinan kesaksian itu benar
atau salah.
Tetapi bukti eksperimental menunjukkan
bahwa orang awam-
anak laki-laki tidak pandai menyimpulkan
kebenaran
dari sikap, dan itu melemahkan tradisional
desakan pemeriksaan silang (Wellborn
1991).
Dalam banyak kasus tidak jelas apakah, atau
untuk apa
sejauh mana, pengecualian didasarkan pada
rasio kebenaran-
bir putih. Misalnya, FRE 410 menyatakan
tidak dapat diterima
(untuk digunakan terhadap terdakwa) bukti
permohonan,
diskusi pembelaan, dan pernyataan terkait
yang dibuat
konteks tawar-menawar pembelaan. Alasan
untuk
pengecualian ini mungkin sebagian
berdasarkan kebenaran, karena
triers fakta mungkin membebani nilai
pembuktian
pernyataan yang dibuat dalam konteks
tawar-menawar pembelaan.
Namun, alasan yang berbeda juga
dimungkinkan.
Sistem mungkin hanya berusaha untuk
mendorong pembelaan
tawar-menawar karena efisiensinya, dan
harus diakui
pernyataan tawar-menawar sebagai bukti di
persidangan
dapat secara substansial mengurangi
kesediaan terdakwa
untuk mengajukan penawaran. Kita
seharusnya tidak melebih-lebihkan
peran kebenaran-alasan dalam teori umum
bukti hukum. Dimana itu adalah peraturan
yang mengatur
sideration, bagaimanapun, Bayesianisme
kuasi-objektif
dapat menjadi alat analisis yang berguna
untuk mengevaluasi aturan
bukti.
Referensi
Amar, AR 1997. Konstitusi dan Pidana Pro-
cedure. New Haven, CT: Yale University
Press.
Blackstone, W. [1765–9] 1979. Komentar
tentang
Hukum Inggris. Chicago: Universitas
Chicago
Tekan.
Casscells, W., Schoenberger, A., dan
Grayboys, T. 1978.
Interpretasi oleh dokter laboratorium klinis
hasil. Jurnal Kedokteran New England 299:
999–1000.
Cosmides, L. dan Tooby, J. 1996. Apakah
manusia itu baik
ahli statistik intuitif setelah
semua? Memikirkan kembali beberapa
kontra
klusi dari literatur tentang penilaian di
bawah un-
kepastian. Kognisi 58: 1–73.
Daubert v. Merrell Dow
Pharmaceuticals. 1993. 509
KAMI 579.
Evett, IW 1987. Inferensi Bayesian dan ilmu
forensik
ence: Masalah dan perspektif. Ahli Statistik
36:
99–105.
Goldman, AI 1999. Pengetahuan dalam
Dunia Sosial.
Oxford: Oxford University Press.
Goldman, AI 2002. Bayesianisme kuasi-
objektif dan
bukti hukum. Jurimetrics 42: 237–60.
Goldman, AI dan Shaked, M. 1991.
Ekonomi
model kegiatan ilmiah dan perolehan
kebenaran.
Studi Filsafat 63: 31–55.
Gross, SR 1991. Bukti ahli. Hukum
Wisconsin
Ulasan 1991: 1113–1232.
Kadane, JB dan Schum, DA 1996. Sebuah
Probabilistik
Analisis Bukti Sacco dan Vanzetti. Baru
York: Wiley.
Lempert, RO 1977. Relevansi
pemodelan. Michigan
Tinjauan Hukum 75: 1021–57.
Lempert, RO, Gross, SR, dan Liebman, JS
2000.
A Modern Approach to Evidence, edisi ke-
3. St. Paul,
MN: Grup Barat.
Lewis, DK 1973. Kontrafaktual. Oxford:
Blackwell.
Luban, David. 1988. Pengacara dan
Keadilan. Princeton,
NJ: Princeton University Press.
Miranda v. Arizona. 1966. 384 US 436.
Komisi Murphy v. Tepi Laut. 1964. 378 AS
52.
Rawls, J. 1971. Teori Keadilan. Cambridge, Teori 4: 3–163.
MA: Tehan v. US ex. rel. Shott. 1966. 382 US
Harvard University Press. 406.
-------------------------------------------------- Tribe, LH 1971. Percobaan dengan
-------------------------------------------------- matematika: Presisi dan
-------------------------------------------------- ritual dalam proses hukum. Tinjauan Hukum
-------------------------------------------------- Harvard 84:
-------------------------------------------------- 1329–93.
-------------------------------------------------- Tversky, A. dan Kahneman, D. 1982.
------------ Bukti Hukum Keputusan di bawah
------------------------------------ ketidakpastian: Heuristik dan bias. Dalam D.
-------------------------------------------------- Kahneman,
-------------------------------------------------- P. Slovic, dan A. Tversky (eds.), Judgment
-------------------------------------------------- Under
-------------------------------------------------- Ketidakpastian: Heuristik dan Bias. New
-------------------------------------------------- York: Kamera-
------------------------ Bridge University Press, 3–20.
-------------------------------------------------- Twining, W. 1984. Bukti dan teori
-------------------------------------------------- hukum. Modern
-------------------------------------------------- Tinjauan Hukum 47: 261.
-------------------------------------------------- Pertukaran & As Asuransi Dokter Negara
-------------------------------------------------- Bagian Washington
-------------------------------------------------- sociation v. Fisons Corp. 1993. 122 Mn 2d
-------------------------------------------------- 299.
---- 174 Wellborn, OG 1991. Demeanor. Tinjauan
--------------------------------------------- Hukum Cornell
76: 1075–1105.
Wilson v. Amerika Serikat. 1893. 149 AS
60.
Wright, CA 1983. The Law of Federal
Courts, edisi ke-4.
St Paul, MN: Barat.
Bacaan lebih lanjut
Cohen, LJ 1977. Kemungkinan dan
Terbukti.
Oxford: Oxford University Press.
Damaska, M. 1997. Bukti Hukum
Adrift. New Haven,
CT: Pers Universitas Yale.
Earman, J. 1992. Bayes atau
Bust? Cambridge, MA: MIT
Halaman 13 Tekan.
Talbott, WJ dan Goldman, AI 1998. Frank, J. 1949. Courts on Trial. Princeton,
Pengacara game NJ: Pangeran-
bermain: Penemuan hukum dan ton University Press.
epistemologi sosial. Hukum
Friedman, RD 1998. Kebenaran dan -------------------------------------------------- ---
pesaingnya dalam hukum Alvin I. Goldman
desas-desus dan konfrontasi. Jurnal Hukum -------------------------------------------
Hastings 49: --------------------------------------------------
545–64. --------------------------------------------------
Friedman, RD 1998. The Elements of --------------------------------------------------
Evidence, 2nd --------------------------------------------------
edn. St. Paul, MN: Grup Barat. --------------------------------------------------
Gigerenzer, G. 2000. Pemikiran Adaptif: --------
Rasionalitas --------------------------------------------------
di Dunia Nyata. New York: Universitas --------------------------------------------------
Oxford --------------------------------------------------
Tekan. --------------------------------------------------
Howson, C. dan Urbach, P. 1989. Penalaran --------------------------------------------------
Ilmiah: --------------------------------------------------
Pendekatan Bayesian. La Salle, IL: --------------------------------------------------
Pengadilan Terbuka. ---- 175
Jeffrey, RC 1983. The Logic of Decision, ---------------------------------------------
edisi ke-2. Baru --------------------------------------------------
York: McGraw Hill. --------------------------------------------------
Kaye, D. 1979. Paradoks dari gatecrasher --------------------------------------------------
dan --------------------------------------------------
cerita lain. Jurnal Hukum Negara Bagian --------------------------------------------------
Arizona 1979: --------------------------------------------------
101–43. ------
Langbein, JH 1985. Keunggulan Jerman di
bidang sipil
prosedur. Tinjauan Hukum Universitas
Chicago 52:
823–66.
Park, RC 1998. Karakter di persimpangan
jalan. Hastings
Jurnal Hukum 49: 717–79.
Posner, RA 1999. Analisis ekonomi tentang
hukum
bukti. Stanford Law Review 51: 1477–1546.
Tillers, P. dan Green, ED (eds.). 1988.
Probabilitas dan
Inferensi dalam Hukum Pembuktian:
Kegunaan dan Batasan
dari Bayesianisme. Boston: Reidel.
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------