Anda di halaman 1dari 10

NEUFROTIK SYNDROM

DISUSUN OLEH :
ERDINI CAHYA UTAMI
(20.14401.1.010)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SAMAWA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehdirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugrah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dengan baik dan dalam bentuk yang
sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar kesehatan.
Harapan ini semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengelaman bagi
para pembaca , walaupun saya akui masih banyak kekuarngan dalam penyajian makalah
ini karena ilmu yang saya miliki masih sangat kurang.
Akhir kata, saya sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini, dari awal samapai akhir hingga menjadi
sebuah makalah. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
pembuatan makalh berikutnya, terima kasih.
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai
organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak bergun
a serta bersifat toksis. Fungsi ginjal yang
terpenting adalah untuk mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal
di dalam tubuh, hal ini dilakukan dengan cara mengekskresikanzat-zat yang tidak
diperlukan lagi melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dansekresi tubulus.
Sindrom Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang seringdijumpai pada
anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri
dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta edema. 
Sekitar 90 %kasus anak merupakan Sindrom Nefrotik primer. Sindrom Nefrotik yang
paling banyakditemukan adalah jenis kelainan minimal yaitu sekitar 76 %. Pasien
yang menderitaSindrom Nefrotik untuk pertama kalinya sebagian besar datang ke
rumah sakit dengangejala edema. Pada pasien anak dengan Sindrom Nefrotik
biasanya akan didapatkankenaikan berat badan yang dapat mencapai hingga 50 %
dari berat badan sebelummenderita Sindrom Nefrotik. Hal tersebut terjadi karena
timbulnya proses edema yangmerupakan salah satu gambaran klinis dari Sindrom
Nefrotik
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai pada
anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiridari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstik ≥2+), hipoalbuminemia
<2,5 g/dl, edema, dan dapat disertai hiperlipidemia > 200 mg/dL terkait
kelainanglomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak diketahui (Trihonoet al.,
2008).
B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu
reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah
dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a) Malaria quartana atau parasit lainnya
b) Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otak, air raksa.
e) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membraneproliferatif hipokomplementemik.
C. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
padahilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekan
anosmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam
interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
denganmerangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH
dansekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan
retensinatrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatanstimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau
penurunanonkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya
produksilipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein
danlemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena
selimun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia,hiperlipidemia
D. Tanda dan Gejala
Menurut Hidayat (2006), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat,
edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine,
urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan.
E. Komplikasi
Komplikasi sindrom nefrotik mencakup infeksi akibat defisiensi responimun,
tromboembolisme (terutama vena renal), embnoli pulmoner, dan
peningkatanterjadinya aterosklerosis.(Smeltzer, SC, Bare BG, 2002: 1442). Adapun
komplikasisecara umum dari sindrom nefrotik adalah :
a. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena)
c. Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan)
d. Kerusakan kulit
e. Infeksi sekunder karena imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia
f. Peritonitis
F. Anatomi Dan Fisiologi
  Menurut Gibson,John (2013) , Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm,
lebar 7 cm, dan tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang abdomen,
posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan di sepanjang sisi corpus
vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak
agak lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi ginjal.
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat (ujung superior dan
inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada margo medialis terdapat
cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe, nervus renalis, dan
ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.

Berikut penjelasan bagian-bagian di dalam ginjal :


1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri yang telah
di belah.
2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul
sebelum mencapai kandung kemih melalui ureter.
3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin
sementara yang akan dialirkan menuju kandung kemih melalui ureter dan
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

A. Konsep dasar keperawatan


a. Pengkajian
I. Data umum
a. Identitas pasien.
b. Identitas penanggung jawab.
II. Status kesehatan saat ini.
a. Diagnosa medis
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan terdahulu
III. Riwayat kesehatan saat ini.
IV. Riwayat keluaraga.
V. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
a. Keseimbangan cairan elektrolit
1. Pemasukan (intake) cairan.
2. Pengeluaran (output) cairan.
a) Urine.
b) Feses.
c) IWL.
b. Pemeriksaan fisik.
1. Kesan umum.
2. Keadaan umum.
3. Head to toe
a) Kepala.
b) Leher.
c) Thorak.
d) Lambung.
e) Abdomen.
f) Ekstermitas.
g) Kulit.
VI. Diagnosa penunjang.
a. Laboratorium.
b. Radiologi.
c. Dan lain-lain.
VII. Thrapy medis

b. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Hipervolemia
3. Gangguan citra tubuh
4. Risiko perfusi perifer tidak efektif

c. Rencana asuhan keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif.
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 Monitor output dan input cairan
 Atur posisi semi fowler atau fowler
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
 Anjurkan mengualngi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran

2. Hipervolemia.
 Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,
edema, JVP/CVP meningkat,suara napas tambahan)
 Identifikikasi penyebab hipervolemia
 Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanna
darah)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor tanda peningkatana tekanan onkotik plasma (mis.
Kadar protein dan albumin meningkat)
 Batasi asupan cairan dan garam
 Anjurkan cara mengukur dan mencata asupan dan haluaran
cairan
 Kolaborasi pemberian diuretik

3. Gangguan citra tubuh.


 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Jelaskan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah atau
gangguan fisik yang dialami
 Jelaskan efek samping kemungkinan akibat terapi/pengobatan
saaat ini
 Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan beradaptasi
terhadap tuntutan kondisi saat ini
 Ajarkan cara meengidentifikasi adanya depresi, gangguan
proses pikir, dan ekspresi ide bunuh diri
 Ajarkan melakukan teknik proses reminisens (mis.
Mendengarkan lagu lama, mengingat peristiwa masa lalu, dan
melihat foto / benda kenangan)
 Informasikan ketersediaan sumber sumber (mis. Konseling
psikatrik atau eksual , ahli protesa, terapis okupasi)

4. Risiko perfusi perifer tidak efektif.


 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler,suhu)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang
cedera
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas dengan
keterbatasan perfusi 6. Anjurkan berolahraga secara rutin
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega 3)
 Informasihkan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pengertian menurut para ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian dari masing-masing ahli intinya adalah sama yaitu sindrom nefrotik adalah
keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma, yang menimbulkan protein urea, hipoalbuminemia atau hipoprotein,
hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, edema, hiperkoagulabilitas, lipiduria. Proteinuria
masif yang keluar lebih dari 3,5 gram setiap hari/ 173 m luas permukaan tubuh dan
hipoalbumineia (kurang dari 3,5 gr/dl) penyebab sindrom nefrotik adalah sindrom
nefrotik primer (idiopatik) yang berhubungan dengan kelainan primer dengan sebab tidak
diketahui. Sindrom nefrotik sekunder akibat penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
penyakit multi sistem, alergi, penyakit herediter, toksin, trombosis vena renalis, obesitas
masif. Penyebab umumnya adalah kelainan glomerulus akibat dari benigna,
glomenuonefritis, glomerosklerosis, nefropati IgA, penyakit minimal. Kelainan sekunder
akibat herediter, autoimun,infeksi, obat (anti inflamasi non steroid, heroin, emas)
B. Saran
Demikian makalah dan asuhan keperawatan yang kami sampaikan.
Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para teman-
temanmasiswa/i dan pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/neydavg/makalah-nefrotik-syndrom
https://smallpdf.com/id/result#r=21a5899fc85fdea5ecbd851de8ba0998&t=pdf-to-word
http://repository.ump.ac.id/3917/3/LINDA%20DWI%20MAHARANI%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai