Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN DASAR

KELOMPOK 1
Nama :
Fatimah Asri Nul Hakim (20010020)
Giva (20010024)
Intan Mirnawati (20010027)
Maya Permadani (20010032)
Resita (20010040)
Restidwi (20010042)
Rizqi Amelia (20010047)
Shelvy Dwi Argita (20010048)
Widya Dieva Erista (20010054)
Yona Sandika (20010055)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN
PANGKALPINANG
2020/2021
Skenario Konsep Kecelakaan Motor

Pada hari Rabu tanggal 2 Maret 2021, ibu Retno mendengar kabar bahwa anaknya yang
bernama Ano mengalami kecelakaan motor dan meninggal ditempat. Kecelakaan terjadi di
jl.jendral sudirman.Kecelakaan terjadi setelah Ano bertengkar dengan ibunya kemudian
meninggalkan rumah membawa motor bersama teman temannya dan mengendarai dengan
kecepatan penuh. Tidak ada saksi mata saat kecelakaan terjadi. Ano ditemukan oleh warga
yang lewat dan dibawa kerumah sakit terdekat. Bu Retno yang tidak terima atas kecelakaan
anaknya menangis histeris dan menyalahkan dirinya sendri atas kematian Sang anak. Bu Retno
tidak menyangka anaknya begitu cepat meninggalkanya. Bu Retno sangat terpukul sekali
ketika mendengar kabar bahwa anaknya sudah meninggal.

SP 1 : Mengajarkan bagaimana cara mengungkapkan perasaan sedih secara verbal

Fase Orientasi :
Perawat : "Assalamualaikum Ibu."
Pasien :"Waalaikumsalam." (Tampak sedih dan menjawab dengan nada rendah)
Perawat : "Perkenalkan nama Saya perawat Andini, saya senang dipanggil Dini. Ibu, hari
ini saya yang akan bertanggung jawab untuk merawat ibu. Sebelumnya, nama
Ibu siapa?"
Pasien :"Retno" (Tampak sedih dan menjawab dengan nada rendah)
Perawat :"Senangnya dipanggil siapa Ibu?"
Pasien :"Retno"
Perawat :"Ibu, kalau Saya perhatikan Ibu tampak lebih senang untuk menyendiri. Bahkan
Saya sering melihat Ibu mengeluarkan air mata. Ap benar seperti itu Bu?"
Pasien :(Tampak sedih dan tidak menjawab)
Perawat :"Baik Ibu, kalau boleh Saya tau, apa yang Ibu rasakan saat ini?" (Touching dan
tersenyum)
Pasien :"Saya merasa sangat sedih Sus." (Pasien mengeluarkan air mata)
Perawat :"Nah, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang apa yang Ibu
rasakan saat ini?"
Pasien :"Boleh Sus."
Perawat :"Kalau boleh saya usulkan, mungkin sekitar 15 menit. Apakah itu terlalu lama
menurut Ibu?"
Pasien :(Menggelengkan kepala)
Perawat :"Ibu ingin kita ngobrol-ngobrol dimana?"
Pasien :"Di sini aja."

Fase Kerja :
Perawat : "Baik Ibu, tadi Ibu mengatakan Ibu merasa sangat sedih. Apa yang
menyebabkan Ibu merasa sangat sedih?
Pasien : "Saya kehilangan anak Saya Sus. (Nada tinggi dan menangis)
Perawat : "Jadi, Ibu merasa sangat sedih karena ditinggal mati anak Ibu. Betul seperti
itu?"
Pasien : (menangis)
Perawat : "Apakah itu merupakan anak satu-satunya Ibu?
Pasien : "Tidak, dia anak kedua. Suster, Saya tidak percaya anak saya meninggal
karena kecelakaan motor. Saya yakin anak saya akan pulang." (Mengingkari)
Perawat : "Jadi anak Ibu meninggal karena kecelakaan motor dan Perawat sebenarnya
Ibu masih memiliki anak lagi. Kalau boleh Saya tau, berapa umur Ibu sekarang?
Pasien :"35 tahun."
Perawat :"Begini Ibu, Saya sangat paham sekali jika Ibu sedih dan sering menangis
karena ditinggal mati anak Ibu. Tetapi, apakah ketika Ibu terus menerus
menangis, hingga lupa makan dan mandi, akan mengembalikan anak Ibu?
Pasien :"Tidak Sus. Tapi Suster tidak merasakan apa yang saya rasa. Saya kehilangan
anak Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya Suster bilang seperti itu."
(Marah)
Perawat :"Saya tidak bermaksud untuk tidak memahami Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika
Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan anak Ibu karena anak
Ibu memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Allah. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini."
Pasien : "Andaikan Saya tidak mengizinkan anak Saya untuk pergi bermain dengan
temannya, pasti ini tidak akan terjadi." (Tawar menawar)
Perawat :"Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Allah. Meninggalnya
anak ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak
ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk Saya ataupun Ibu
sendiri."
Pasien :"Kalau begitu saya mau menyusul anak Saya sekarang juga. (Depresi. Pasien
mengambil pisau yang ada di meja untuk mengiris tangan, tepatnya di nadi) ”
Perawat :"Tidak boleh seperti itu Ibu, tidak baik. (Perawat langsung mengambil pisau
itu). Begini saja Bu, Saya memiliki 2 cara untuk membantu mengurangi
perasaan sedih yang Ibu alami. Pertama, mengungkapkan perasaan secara
verbal. Kedua, mengalihkan ke aktifitas fisik. Apakah Ibu mau mencoba cara
Saya?
Pasien : "Mau Sus."
Perawat : "Alhamdulillah, terimakasih ibu mau mencobanya. Untuk cara yang pertama
sudah dilakukan tadi ya dengan cara Ibu mengungkapkan perasaan secara
verbal. Kemarahan Ibu tadi juga merupakan sebuah proses yang normal. Nah,
cara yang pertama ini bisa Ibu lakukan lagi dengan Saya atau perawat lainnya
yang Ibu percaya. Dengan mengungkapkan, harapan kami, Ibu akan jauh merasa
lebih nyaman. Apakah Ibu bersedia mecobanya kembali suatu saat nanti?
Pasien : "Iya Sus, Saya akan mencobanya."
Perawat :"Bagus sekali kalau Ibu bersedia mencobanya kembali."

Fase Terminasi :
Perawat : "Baiklah Ibu, bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang
masalah Ibu tadi?
Pasien :"Perasaan Saya sudah mulai tenang Sus."
Perawat : "Nah, apakah Ibu dapat menjelaskan cara pertama untuk Pasien Perawat
membantu mengurangi perasaan sedih?"
Pasien : "Cara pertama dengan mengungkapkan perasaan secara verbal kepada orang
yang Saya percaya."
Perawat :"Bagus sekali, Ibu sudah mengikuti kegiatan ini dengan baik.Saya rasa kita
sudah ngobrol-ngobrol selama 15 menit ya Bu. Bagaimana kalau besok pagi jam
09.00 Saya ajarkan cara yang kedua, apakah Ibu bersedia?”
Pasien :"Bersedia Sus"
Perawat :"Tempatnya mau dimana Ibu?"
Pasien :"Di sini lagi aja Sus."
Perawat :"Baik Kalau begitu Saya permisi dulu ya Bu. Terimakasih atas waktu dan
kerjasamanya. Selamat beristirahat. Wassalamualaikum."

SP II: Mengajarkan cara untuk mengurangi perasaan sedih

Fase Orientasi :
Perawat :"Selamat pagi Ibu Avi, masih ingat dengan Saya Ibu?"
Pasien :"Ingat Sus, dengan Susten Andini ya?"
Perawat : "Betul sekali Ibu, Saya Andini. Bagaimana Bu, apakah saran Saya dipertemuan
yang lalu sudah Ibu terapkan?
Pasien :"Sudah Suster."
Perawat :"Bagus sekali kalau Ibu sudah mencobanya. Dengan siapa Ibu menceritakan
perasaan Ibu?
Pasien :"Dengan suami Saya Sus."
Perawat :"Baiklah Ibu, sesuai janji Saya yang kemarin, sekarang Saya akan mengajarkan
cara yang kedua untuk mengurangi perasaan sedih Ibu. Waktunya 15 menit.
Apakah Ibu bersedia?"
Pasien :"Bersedia Suster silahkan."

Fase Kerja
Perawat :"Cara yang kedua yaitu dengan melakukan aktivitas fisik yang bermanfaat,
Kalau boleh saya tahu, pekerjaan apa yang senang Ibu lakukan di ruangan ini?
Pasien :"Saya suka menyapu, mengepel lantai Sus."
Perawat :"Jadi Ibu senang menyapu dan mengepel lantai. Bagus sekali, Ibu Pasien dapat
segera melakukan aktivitas yang Ibu sukai. Hal ini akan sedikit mengalihkan
perasaan sedih Ibu. Apakah Ibu bersedia melakukannya sekarang?"
Pasien :"Boleh Sus." (Pasien Melakukan kegiatanya)

Fase Terminasi :
Perawat :"Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?"
Pasien :"Saya merasa tenang Sus. Suster Saya sadar dengan cara menangis dan sedih
yang berlarut tidak membuat anak Saya kembali. Saya ikhlas dan menerima
dengan kepergiannya anak Saya. (Penerimaan)
Perawat :"Alhamdulillah jika Ibu merasa tenang dan sudah bisa menerima kepergian
anak Ibu. Mungkin dengan cara Ibu selalu mendoa'akan dan berkunjung ke
makamnya Ibu semakin lebih tenang. Semoga anak Ibu ditempatkan di sisi-Nya.
Pasien :"Amin, terimakasih Suster sudah membantu Saya.”
Perawat : "Iya Ibu. Baik kalu begitu saya permisi dulu, silahkan dilanjut kembali.
Terimakasih atas waktu dan kerjsama Ibu. Wassalamu'alaikum”

No. Tahapan respon Percakapan (Ungkapan verbal) dan respon pendukung


berduka/kehilangan
1. Deniel Pasien : "Tidak, dia anak kedua. Suster, Saya tidak
(Panyangkalan) percaya anak saya meninggal karena
kecelakaan motor. Saya yakin anak saya
akan pulang."

2. Anger Pasien :"Tidak Sus. Tapi Suster tidak merasakan


(Marah) apa yang saya rasa. Saya kehilangan anak
Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya
Suster bilang seperti itu.”

3. Bergaining Pasien : "Andaikan Saya tidak mengizinkan anak


(Tawar menawar) Saya untuk pergi bermain dengan
temannya, pasti ini tidak akan terjadi."

4. Depretion Pasien :"Kalau begitu saya mau menyusul anak


(Depresi) Saya sekarang juga. (Depresi. Pasien
mengambil pisau yang ada di meja untuk
mengiris tangan, tepatnya di nadi)

5. Acceptance Pasien :"Saya merasa tenang Sus. Suster Saya


(Menerima) sadar dengan cara menangis dan sedih yang
berlarut tidak membuat anak Saya kembali.
Saya ikhlas dan menerima dengan
kepergiannya anak Saya. (Penerimaan)

Anda mungkin juga menyukai