Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATARAK
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK
A. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
B. ANATOMI FISIOLOGI
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,
yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat
dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata
- Sclera
- Kornea
- Koroid
- Iris
- Retina
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar
mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan
fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu
area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
suatu gambaran
C. ETIOLOGI KATARAK
1. Fisik
2. Kimia
6. Usia
D. PATOFISIOLOGI
(opasitas lensa) sehingga jumlah cahaya yang masuk melalui media refraksi
berkurang dan sulit difokuskan ke retina. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
retina. Pada katarak, terdapat agregasi protein yang memecah cahaya yang masuk,
stres oksidatif dari reaksi radikal bebas, kerusakan dari sinar ultraviolet, dan
malnutrisi.
E. KLASIFIKASI KATARAK
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda
asing.
katarak ini dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
F. MANIFESTASI KLINIS
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
8
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
I. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
draping bedah.
9
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
air mata.
10
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
2. Diagnosa Keperawatan
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubunga klien self control reduction 1. Agar klien
n dengan berkurang dapat
stress setelah Indikator: 1. Berikan memperoleh
situasional dilakukan informasi informasi
1. mencari faktual
akibat perawatan informasi yang sesuai
prosedur 1x24 jam meliputi fakta
untuk dignosa,
medis mengurangi prognosis, dan 2. Pendampinga
ansietas terapi sesuai
2. menggunaka n bertujuan
kondisi klien agar klien
n koping 2. Dampingi klien
yang efektif tidak merasa
untuk sendiri
3. mengontrol mengurangi
respon sehingga
ketakutan klien menimbulkan
ansietas
4. menggunaka 3. Kaji ketakutan
respon 3. Respon
n teknik kecemasan
relaksasi kecemasan
verbal maupun digunakan
untuk non verbal
mengurani untuk
klien mengetahui
ansietas
adanya
4. Gunakan perubahan
komunikasi emosi pada
terapeutik dan klien
pendekatan 4. Komunikasi
yang baik pada terapeutik
klien untuk
membina
5. Berikan terapi hubungan
nonfarmakolog saling percaya
is untuk dan
mengurangi mengurangi
ansietas klien kecemasan
klien akan
6. Kolaborasi terapi
dengan tim 5. Terapi non
medis terkait farmakologis
pemberian obat digunakan
untuk untuk
13
menurunkan membuat
kecemasan klien nyaman
klien sekaligus
mengurangi
kecemasan
yang dialami
klien
6. Obat-obatan
digunakan
jika
kecemasan
klien
meningkat
dan
mengganggu
kehidupan
klien.
PEMERIKSAAN RINNE , WEBER, SCHWABAH
Tes garpu tala, baik Rinne, Weber, maupun Schwabah dapat mengidentifikasi penyebab
sensorineural.
Beberapa penyebab gangguan pendengaran konduktif dan gangguan sensorineural yang menjadi
1. Infeksi, menumpuknya kotoran telinga, perforasi atau pecah gendang telinga, menumpuknya
cairan di telinga tengah, dan kerusakan pada tulang-tulang kecil di telinga tengah yang
menyebabkan gangguan pada hantaran bunyi dari telinga tengah ke telinga dalam.
2. Kerusakan pada saraf-saraf telinga (saraf pendengaran, sel rambut, dan rumah siput) yang
1. Tes Rinne:
Pendengaran yang normal menunjukkan hantaran bunyi melalui udara lebih lama dua kali
dibandingkan hantaran bunyi melalui tulang, atau Anda mendengar bunyi lebih lama bila
garpu tala diletakkan di dekat lubang telinga, dibandingkan diletakkan di tulang mastoid. Bila
Anda menderita gangguan pendengaran konduksi, maka hantaran bunyi melalui tulang akan
lebih lama dibandingkan dengan hantaran bunyi melalui udara. Jika mengalami gangguan
pendengaran sensorineural, maka hantaran bunyi melalui udara akan lebih lama dibandingkan
dengan hantaran bunyi melalui tulang. Namun, perbedaan lamanya tidak sampai dua kali
lipat.
2. Tes Weber:
15
Pendengaran dikatakan normal bila bunyi garpu tala terdengar seimbang di kedua telinga.
Anda dinyatakan mengalami gangguan pendengaran konduktif bila bunyi garpu tala
terdengar lebih baik di telinga yang sakit. Anda dinyatakan mengalami Gangguan
pendengaran sensorineural, jika bunyi garpu tala terdengar lebih baik di telinga yang normal.
3. Tes Schwabach:
Pendengaran dikatakan normal apabila dengungan garpu tala yang tidak bisa didengar oleh
pasien, juga tidak bisa didengar oleh orang yang pendengarannya normal.Pendengaran
dikatakan tidak normal apabila dengungan garpu tala masih dapat didengar oleh orang yang
pendengarannya normal, sedangkan pada pasien dengungan tersebut tidak dapat didengar.
Tidak ada risiko dari prosedur tes garpu tala Rinne, Weber, maupun Schwabah karena
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html