Anda di halaman 1dari 127

DIKTAT

INSPEKSI SANITASI LINGKUNGAN

SANG GEDE PURNAMA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA

2017

1
DAFTAR ISI

Bab 1. Inspeksi sanitasi rumah makan ………………………………………………………4


Bab 2. Inspeksi sanitais kolam renang ………………………………………………………17
Bab 3. Inspeksi sanitasi sumur bor dan gali ………………………………………………….35
Bab 4. Grading Pasar sehat …………………………………………………………………49
Bab 5. Inspeksi jamban sehat ………………………………………………………………..68
Bab 6. Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat ……………………………………………………..78
Bab 7. Inspeksi sanitasi Pasar sehat (form)………………………………………………….89
Bab 8. Inspeksi sanitasi Pangkas rambut ……………………………………………………108
Bab 9. Inspeksi sanitasi depot air isi ulang…………………………………………………..116
Bab 10. Sanitasi Perusahaan Jasa Boga ………………………………………………………137

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya tulis ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga buku ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam karya tulis ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan buku ini.

Hormat saya

Sang G. Purnama

3
BAB 1

INSPEKSI SANITASI RUMAH MAKAN

Pendahuluan

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003


tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran pada pasal (1) terdapat pengertian restaurant.
Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang
permanen di lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian
dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Hygiene Sanitasi makanan adalah
upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-
ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya
yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika.

Keberadaan rumah makan saat ini mengalami perkembang yang sangat pesat, mulai dari kelas bawah,
menengah hingga kelas atas seperti restaurant. Melihat kondisi seperti ini, keadaan hygiene sanitasi kurang
diperhatikan oleh sebagian besar pemilik rumah makan hingga penjamah makanan. Hal ini didukung oleh
sedikitnya rumah makanan tersebut yang tidak memiliki sertifikat laik sehat. Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran, pasal (2) ayat (2) disebutkan untuk memiliki izin usaha, rumah makan dan restoran
harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

STANDAR YANG HARUS DIPENUHI

Persyaratan Higiene Sanitasi makanan dan minuman Berdasarkan KEPMENKES RI Nomor


1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi, tempat pengelolaan makanan (TPM)
haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh bahan
pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau) bahan padat (sampah, serangga, tikus).
2. Kontruksi
Secara umum kontruksi dan rancangan bangunan harus aman dan memenuhi peraturan perundang-
undangan tentang Keselamatan dan Keamanan yang berlaku, seperti memenuhi undang-undang dan
sesuai dengan peruntukan wilayahnya.
3. Halaman
Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor pendaftaran/laik higiene
sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.
4. Tata ruang

4
Pembagian ruang untuk jasaboga, restoran dan rumah makan minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang
makan, toilet, ruang karyawan, dan ruang administrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk
memisahkan ruangan yang satu dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu.
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah rusak, tidak mudah lembab,
tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat
miring kea rah tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi genangan air,
serta mudah untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus kuat, rata, kedap air ada dipasang dengan
rapi.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, bewarna terang dan tidak lembab dan mudah dibersihkan.
Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak.
7. Atap dan Langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan kotoran lain, sehingga tidak
mengotori makanan yang sedang diolah. Atap tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi
sarang serangga dan tikus.
8. Pintu dan Jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan
lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat yang dapat dibuka dan
dipasang.
9. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk melakukan pekerjaan.
10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat
menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara 28oC-32oC. sejauh mungkin ventilasi harus
cukup untuk mencegah udara ruangan tidak terlalu panas, mencegah terjadinya kondensasi (perubahan
uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun) uap air atau lemak
pada lantai, dinding atau langit-langit, dan membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
11. Ruangan Pengolahan Makanan
Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang bekerja dengan mudah dan efisien,
mencegah kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan
makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, tempat buang air kecil dan kamar mandi
harus dibatasi dengan dinding atau ruangan antara.
12. Fasilitas Pencucian dan Peralatan Bahan Makanan Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak
pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 2 (dua) bak pencuci yaitu untuk merendam, dan membilas
13. Tempat Cuci Tangan Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun
antara bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak
penampungan, sabun dan pengering.
14. Air Bersih Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan makanan.
Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :

5
416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air biasanya harus direbus terlebih dahulu.
Jamban dan Peturasan TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Plumbing adalah teknologi pemipaan dan
peralatan yang menyediakan penyediaan air bersih dan membuang air bekas (kotor).

CONTOH KEGIATAN

HASIL

A. Umum
Nama Rumah Makan : Kubal Restaurant
Alamat : Jalan Raya Batu Belig No. 33A, Kerobokan Kelod
Nama Pengusaha : Drs. A.A Md Narmada

B. Penilaian
NO. VARIABEL SKOR KETERANGAN
A. Lokasi & bangunan
1. Lokasi 20 Lokasi restaurant sudah jauh dan terhindar dari
pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh
bahan pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk,
bau) bahan padat (sampah, serangga, tikus)
2. Bangunan 12 Ada dua komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak rapat serangga dan tikus.
3. Pembagian ruang 8 Ada dua komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak memiliki gudang bahan makanan dan
tidak memiliki gudang peralatan.
4. Lantai 13,5 Semua komponen memenuhi syarat yaitu keadaan
lantai bersih, kedap air, tidak licin, rata, kering.
5. Dinding 5 Semua komponen pada dinding memenuhi syarat
yaitu dinding kedap air, rata, dan bersih.
6. Ventilasi 10 Semua komponen ventilasi memenuhi syarat
dimana ventilasi berfungsi dengan baik, dapat
menghilangkan bau tak enak, dan cukup menjamin
rasa nyaman.
7. Pencahayaan 10 Telah memenuhi semua syarat untuk variable
pencahayaan merata disetiap ruangan, intensitas
cahaya baik, dan tidak menyilaukan

6
8. Atap 5 Semua komponen pada atap telah memenuhi syarat
yaitu tidak menjadi sarang tikus dan serangga,
tidak bocor, cukup landai.
9. Langit-langit 5 Semua komponen telah memenuhi syarat pada
kondisi langit-langit yaitu kondisi langit-langit
tinggi minimal 2,4 m, rata dan bersih, dan tidak
terdapat lubang-lubang.
10. Pintu 0 Pada variabel pintu tidak memenuhi syarat karena
pintu restaurant tidak rapat serangga dan tikus,
tidak tertutup dengan baik.
B. Fasilitas sanitasi
1. Air bersih 21 Ada dua komponen yang belum memenuhi syarat
yaitu angka kuman pada air bersih dan kadar bahan
kimia yang belum diketahui jumlahnya.
2. Pembuangan air 10 Ada dua komponen yang tidak memenuhi syarat
limbah yaitu tidak terdapat grease trap dan saluran tidak
kedap air.
3. Toilet 8 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak tersedia sabun dan alat pengering.
4. Tampat sampah 16 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu tempat sampah tidak dibuat dari bahan kedap
air dan mempunyai tutup.
5. Tempat cuci tangan 20 Telah memenuhi syarat untuk variable tempat cuci
tangan yaitu tersedia air cuci tangan yang cukup,
tersedia sabun dan alat pengering serta jumlah
yang cukup.
6. Tempat mencuci 6 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
peralatan yaitu tidak terdiri dari tiga bilik/ bak pencuci.
7. Tempat pencuci 6 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
bahan makanan yaitu air pencuci yang dipakai mengandung larutan
anti hama.
8. Loker karyawan 8 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu locker karyawan tidak terpisah antara pria
dan wanita.
9. Peralatan pencegah 0 Di warung Restaurant Kubal tidak memiliki alat
masuknya serangga pencegah masuknya serangga dan tikus.
dan tikus
C. Dapur, ruang
makan dan gudang
bahan makanan

7
1. Dapur 56 Ada dua komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak memiliki cerobong asap dan tidak
terpasang pesan hygiene.
2. Ruang makan 35 Ada dua komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu pintu tidak otomatis, dan tempat peragaan
makanan tidak tertutup.
3. Gudang bahan 30 Semua komponen telah memenuhi syarat pada
makanan gudang bahan makanan yaitu terdapat bahan
makanan saja, tersedia rak yang memadai, rapat
serangga dan tikus.
D. Bahan makanan
dan makanan jadi
1. Bahan makanan 35 Ada satu komponen belum memenuhi syarat yaitu
belum diketahui angka kuman dan bahan kimia
pada makanan memenuhi syarat atau tidak.
2. Makanan jadi 42 Ada satu komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu angka kuman dan bahan kimia pada makanan
jadi tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.
E. Pengolahan
makanan
1. Proses pengolahan 50 Semua komponen telah memenuhi syarat pada
proses pengolahan makanan yaitu pengolah
makana bekerja dengan bersih dan menggunakan
peralatan khusus dengan benar.
2. Penyimpanan bahan 40 Semua komponen memenuhi syarat dalam
makanan penyimpanan bahan makanan seperti suhu dan
kelembaban sesuai persyaratan jenis makanan,
penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat
bersih, disimpan pada rak dengan tersusun rapi.
3. Penyimpanan 0 Restaurant Kubal tidak menyimpan makanan jadi
makanan jadi karena membuat makanan sesuai permintaan
konsumen.
G. Penyajian makanan
1. Cara penyajian 40 Ada satu komponen yang belum memenuhi syarat
yaitu cara membawa dan menyajikan makanan
tidak tertutup.
H. Peralatan
1. Ketentuan peralatan 150 Semua komponen memenuhi syarat dari cara
pencucian alat, penyimpanan alat yang khusus, dan
tidak kontak dengan zat beracun.
I. Tenaga kerja

8
1. Pengetahuan/sertifik 0 Variabel pengetahuan/sertifikat penyehatan
at penyehatan makanan tidak memenuhi syarat karena pemilik,
makanan supervisor, penjamah belum pernah mengikuti
kursus.
2. Pakaian kerja 20 Semua komponen telah memenuhi syarat seperti
memiliki 2 atau lebih seragam kerja yang bersih
dan rapi.
3. Sertifikat kesehatan 4 Ada tiga komponen yang tidak memenuhi syarat
yaitu karyawan tidak pernah check up 6 bulan
sekali, tidak check up penyakit khusus, dan tidak
memiliki buku kesehatan.
4. Personal hygiene 56 Ada satu komponen yang belum memenuhi syarat
yaitu tidak menutup mulut dengan sapu tangan bila
batuk-batuk atau bersin.

Hasil skoring yang didapat dari hasil observasi di Kubal Restaurant sebesar 741, 5. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa restaurant tersebut memiliki kategori grade C dimana grade C berkisar antara 700-800
dari jumlah skor total.

MASALAH YANG DIHADAPI

1. Bangunan
Pada variable bangunan tidak memenuhi syarat karena tidak rapat serangga dan tidak rapat tikus.
2. Pembagian ruang
Belum memenuhi syarat karena gudang bahan makanan dan gudang peralatan jadi satu tempat dengan
dapur.

3. Pintu
Variabel pada pintu yaitu hanya tedapat pagar restaurant saja dan terbuka terus-menerus.

4. Air bersih
Belum dilakukan uji lab untuk mengetahui jumlah kuman dan zat kimia pada ketersediaan air bersih di
restaurant tersebut.

5. Pembuangan air limbah


Tidak ada grease trap sehingga limbah mengandung minyak disalurkan begitu saja ke saluran
drainase.
6. Tempat sampah
Tempat sampah di dapur tidak memiliki tutup.
7. Tempat mencuci peralatan
Tidak terdiri dari 3 bilik bak pencuci, hanya terdapat 2 bilik pencuci.
8. Tempat pencuci bahan makanan
Air yang dipakai untuk mencuci bahan makanan tidak mengandung larutan cuci hama.
9. Loker karyawan

9
Loker karyawan digabung antara loker pria dan loker wanita.
10. Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus
Tidak ada alat pencegah masuknya serangga dan tikus.
11. Dapur
Tidak ada cerobong asap dan tidak terdapat tulisan pesan hygiene bagi penjamah makanan.
12. Ruang makan
Tidak terdapat pintu untuk mencegah masuknya debu, serangga, dan tikus. Tempat peragaan makanan
tidak tertutup.
13. Bahan makanan dan makanan jadi
Belum pernah melakukan uji lab untuk mengetahui jumlah kuman dan bahan kimia sebagai
persyaratan hygiene.
14. Cara penyajian makanan
Tidak tertutup pada saat disajikan kepada konsumen.
15. Pengetahuan/sertifikat penyehatan makanan
Variabel pengetahuan/sertifikat penyehatan makanan tidak memenuhi syarat karena pemilik, supervisor,
penjamah belum pernah mengikuti kursus.

16. Sertifikat kesehatan


Karyawan penjamah makanan tidak melakukan check up kesehatan 6 bulan sekali dan tidak memiliki
buku kesehatan.
17. Personal hygiene
Tidak menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk-batuk atau bersin karena menggunakan sapu
tangan dianggap sebagai penghalang pada saat bekerja.

UPAYA PENGENDALIAN

1. Memberikan informasi syarat hygiene sanitasi rumah makan atau restaurant kepada pemilik
restaurant maupun karyawan atau penjamah makanan.
2. Alokasikan dana untuk perbaikan beberapa konstruksi seperti pintu restaurant yang belum ada,
cerobong asap pada dapur, ruang gudang alat dan bahan makanan agar dipisahkan, pembuatan
IPAL disertai grease trap, keberadaan alat pencegah masuknya serangga maupun tikus seperti
kawat anti serangga, loker karyawan pria dan wanita dibedakan.
3. Dalam penyajian makanan harus memperhatikan jumlah kuman maupun zat kimianya maka
disarankan agar melakukan uji lab sebagai persyaratan standar.
4. Tempat sampah agar tertutup untuk mencegah masuknya seranga maupun tikus.
5. Menyajikan makanan disarankan agar tertutup supaya makanan tidak dihinggapi lalat.
6. Menggunakan apd atau alat pelindung diri seperti topi, sarung tangan, dan sebagainya. Biasankan
membawa sapu tangan sehingga bila batuk atau bersin dapat ditutup dengan sapu tangan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan.
7. Segera memiliki sertifikat laik sehat dan melakukan grading makanan dan uji lab seperti rectal swab
pada penjamah makanan, alat memasak, dan makanan dengan melibatkan Dinas Kesehatan dan
Puskesmas di wilayah tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (1989). Penjamahan Makanan dan Minuman, DitJen. P2MPLP, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2003). Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, DitJen. P2MPLP,
Jakarta.

SARI, Nomia; DITA, Gusti Ayu. EFEKTIVITAS PERSYARATAN HYGIENE SANITASI TERHADAP
USAHA RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR
1098/MENKES/SK/VII/2003. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), 2016.

11
Gambar 13.tempat sampah dapur dan restaurant

12
BAB 2.

INSPEKSI SANITASI KOLAM RENANG

PENGERTIAN
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat menjalankan segala aktivitasnya.
Pengaruh air sangat luas bagi kehidupan, khususnya untuk makan dan minum. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416 Tahun 1990 menyebutkan, bahwa yang dimaksud air adalah air minum, air bersih, air kolam
renang dan air pemandian umum. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
Kolam renang merupakan suatu media yang dapat menularkan penyakit kepada masyarakat, hal ini
dapat terjadi apabila kualitas air kolam renang tidak sesuai dengan standar persyaratan kualitas air kolam
renang seperti yang tercantum pada Permenkes No 416/1999 tentang syarat-syarat dan kualitas air bersih.
Kualitas air kolam renang yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi salah satu penyebab berkembangnya
bakteri dan kuman dalam air yang mungkin saja telah terdapat secara langsung dalam air maupun melalui
penyakit kulit pada pengguna kolam renang yang dapat berpindah pada air kolam renang yang dapat
menginfeksi pengguna kolam renang.

Kondisi sanitasi lingkungan kolam renang yang buruk dapat disebabkan karena kurangnya
pengelolaan kebersihan. Kebersihan lingkungan kolam renang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
karena berhubungan dengan aspek kesehatan terutama faktor penularan penyakit dilingkungan kolam renang
(Mukono,200:107). Kualitas air kolam renang yang tercemar juga dapat menjadi sarana penyebaran bibit
penyakit maupun gangguan kesehatan.

Pencemaran pada air kolam renang dapat disebabkan oleh pencemaran kimia dan mikrobiologis.
Pencemaran kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh prenang seperti
keringat,urin,sisa sabun dan komestik (WHO,2006:60). Sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam
renang dapat berasal dari kontaminasi kotoran dari perenang ,kontaminasi kotoran dari hewan yang ada
dilingkungan kolam renang,serta kontaminasi kotoran dari hewan yang ada dilingkungan kolam renang,serta
kontaminasi kotoran yang terdapat pada sumber air yang digunakan sebagai kolam renang (WHO,2006:26).
Adanya kontaminasi kotoran tersebut akan menyebabkan tingginya kandungan mikrobiologis dalam air kolam
renang yang dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan pengguna kolam renang. Beberapa penyakit
yang dapat ditularkan melalui media air kolam renang antara lain penyakit mata,penyakit kulit,penyakit
hepatitis,serta penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti diare dan typus
(Mukono,2000:107). Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh mikroorganisme pathogen dalam air
kolam renang seperti bakteri ,virus,jamur dan protozoa (WHO,2006:27).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dalam air kolam renang
adalah dengan desinfeksi menggunakan metode klorinasi. Jenis khlorin yang sering digunakan dalam proses
klorinasi air kolam renang adalah kaporit (Ca(OCl)2). Penggunaan kaporit sebagai desinfektan harus sesuai
dengan batas aman, sebab dalam konsentrasi yang kurang akan menyebabkan kuman dalam air tidak
terdesinfeksi dengan baik, sedangkan dalam konsentrasi yang berlebih kaporit akan meninggalkan sisa khlor
yang tinggi dan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan (Dian Wahyu, 2013:27). Efek kesehatan
yang umumnya muncul akibat terpapar khlorin yang berlebih antara lain yaitu keluhan iritasi saluran napas,

13
dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, batuk, keluhan iritasi pada kulit, dan keluhan iritasi pada mata
(New York State Department Of Health, 2004).

Kualitas air kolam renang juga dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti bagaimana tipe pertukaran
air kolam renang tersebut, bagaimana sistem pengolahan air yang dilakukan yang meliputi bagaimana waktu
dan cara dan pemberian desinfektan, jumlah pengunjung yang menggunakan kolam renang, bagaimana proses
pembersihan kolam renang, sumber air kolam renang dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan kadar sisa
khlor yang berfungsi untuk membunuh kuman pada air kolam renang, kadar sisa khlor dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pengunjung yang menggunakan kolam renang.

Berdasarkan hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan kolam renang sebagai
sarana olahraga dan rekreasi keluarga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit kulit pada
masyarakat mengingat ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air yang dapat menyebabkan
terjadi keluhan penyakit kulit pada pengguna kolam renang sebagai sarana olahraga dan rekreasi keluarga.

2.1 STANDAR YANG HARUS DIPENUHI

Beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan
juga mikrobiologi. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau, suhu tidak berbeda lebih dari 3oC dari suhu udara dan tidak meninggalkan endapan. Syarat
kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat
kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5 –8,5. Syarat mikrobiologi, antara lain: tidak
mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit
(Depkes RI, 2002).

Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa memenuhi syarat keamanan,
kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam renang diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi para
pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor keamanan, terutama untuk semua fasilitas penunjang
yang berada di dalam area kolam renang. Selain itu, aspek kebersihan juga merupakan hal penting untuk
diperhatikan karena berkaitan erat dengan aspek kesehatan. khususnya faktor penularan penyakit. Penyakit-
penyakit yang dapat ditularkan di kolam renang meliputi semua penyakit food and water borne disease, seperti
penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan
(Mukono, 2000). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun 1991, suatu kolam renang harus
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan kolam renang, antara lain :
a. Persyaratan umum
1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah kemungkinan
terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.
2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan kesehatan
serta dapat mencegah tejadinya kecelakaan.
b. Persyaratan tata bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai fungsinya dan harus memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.
c. Persyaratan konstruksi bangunan
1) Lantai

14
- Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang rata, tidak licin, dan mudah
dibersihkan.
- Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki kemiringan yang cukup (2-3
persen) ke arah saluran pembuangan air limbah.
2) Dinding Kolam Renang
- Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.
- Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap
air.
3) Ventilasi
Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang dengan baik.
4) Sistem Pencahayaan
- Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.
- Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari atap harus dilengkapi dengan lampu
berkapasitas 12 volt.
5) Atap
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
6) Langit-langit
Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai dan mudah dibersihkan.

7) Pintu
Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lain.

d. Persyaratan Kelengkapan Kolam Renang


Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya : bak cuci kaki, kamar dan pancuran
bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan,
serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan perlengkapan lain.
e. Persyaratan Bangunan dan Fasilitas Sanitasi
1) Area Kolam Renang
- Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area lainnya.
- Kolam harus selalu terisi air dengan penuh
- Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas permukaan kolam dibagi 3m2
- Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Sudut
dinding dan dasar kolam harus melengkung.
- Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak terjadi kontak antara air bersih yang
masuk dengan air kotor. Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam renang yang paling
rendah dan berseberangan dengan lubang masuknya air.
- Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji tidak membahayakan perenang.
- Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%. Pada kedalaman > 1,5 meter
kemiringan lantai kolam tidak > 30%.

15
- Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan maka pegangan dan tangga tidak
boleh ada penonjolan, terbuat dari bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
- Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.
- Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter, tidak licin, dan permukaannya
miring keluar kolam.
- Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman kolam dan tanda pemisah untuk
orang yang dapat berenang dan tidak dapat berenang.
- Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi ketentuan teknis untuk mencegah
kecelakaan.
2) Bak Cuci Kaki
- Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5 meter, lebar 1,5 meter, dan
kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang penuh.
- Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
3) Kamar dan Pancuran Bilas
- Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.
- Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk wanita.
4) Tempat Sampah
- Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.
- Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan
yang halus pada bagian dalamnya.
- Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang sesuai untuk menampung
sampah dari tiap kegiatan.
- Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat dari beton permanen dan tidak
menjadi ternpat perindukan vektor penyakit.
- Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3 x 24 jam.
5) Jamban dan Peturasan
- Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah jamban untuk tiap 60 orang
pria dan harus terpisah antara jamban untuk pria dan wanita.
- Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
- Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas, maka harus disediakan
minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.
- Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna terang, jamban leher angsa, memiliki
ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai minimal
1 m2
- Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem leher angsa, luas lantai minimal
1,5 m2
- Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap satu peturasan panjangnya
minimal 60 m.

6) Tempat Cuci Tangan


Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan jamban peturasan
dan kamar ganti pakaian serta dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin.
16
7) Gudang Bahan Kimia
- Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.
- Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat atau bahan-bahan kimia
lainnya.
8) Perlengkapan Lain
- Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan berenang bagi penderita penyakit kulit,
penyakit kelamin, penyakit epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.
- Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain : pelampung, tali penyelamat dan lain-
lain.
- Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam renang secara berkala. Hasil
pengukuran sisa khlor dan pH air kolam renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan
pengumuman.
- Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.
f. Persyaratan Air Kolam Renang
Kualitas air yang digunakan sebagai air kolam renang harus memenuhi standar persyaratan yang telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Adapun persyaratan kualitas air untuk kategori kolam renang yang telah ditetapkan
meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, dan persyaratan mikrobiologis.
A. Persyaratan fisik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, syarat fisik yang
ditetapkan untuk air kolam renang antara lain:
1) Bau
Air yang digunakan dalam kolam renang harus terbebas dari bau yang mengganggu. Bau pada air
kolam renang dapat disebabkan oleh tumbuhan algae yang belebihan, serta dari kontaminasi
limbah. Selain itu, bau pada air juga dapat disebabkan karena kandungan khlor yang tinggi dalam
air kolam renang akibat proses desinfeksi (Soemirat, 2011).
2) Benda Terapung
Benda terapung merupakan benda-benda asing yang ada di permukaan air yang dapat berasal dari
kotoran-kotoran. Kotoran dapat dibawa oleh pengguna kolam renang maupun berasal dari
lingkungan disekitar kolam renang. Air kolam renang harus terbebas dari benda terapung supaya
tidak mengganggu kenyamanan dari pengguna kolam renang.
3) Kejernihan
Kejernihan air kolam renang dapat dilihat dengan piringan yang diletakan pada dasar kolam yang
terdalam. Air kolam renang dapat dikatakan jernih apabila piringan tersebut dapat dilihat dengan
jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 7m (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990).
B. Persyaratan kimia Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, syarat kimia yang
ditetapkan untuk air kolam renang antara lain:
1) Aluminium
Aluminium merupakan metal yang mudah dibentuk. Sumber alamiah dari aluminium adalah
bauksit dan kryolit. Pada dosis tinggi aluminium dapat menimbulkan ganguan kesehatan. Sifat
toksisitas aluminium bergantung dari senyawanya, jika berikatan dengan arsen seperti Al-arsenat
zat tersebut sangat toksik (Soemirat, 2011). Batasan maksimal kandungan aluminium dalam air

17
kolam renang yang ditetapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990
adalah sebesar 0,2 mg/l.
2) Kesadahan (CaSO3)
Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion magnesium atau kalsium. Ion-ion tersebut
terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, hidrogen karbonat. Sedangkan pada air alam,
kesadahan dapat disebabkan oleh garam karbonat atau garam asamnya. Adanya kalsium klorida
atau magnesium sulfat disebabkan oleh geologi tanah disekitarnya (Tresna Sastrawijaya, 2009).
Batasan minimum kesadahan dalam air kolam renang yang ditetapkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 adalah 50 mg/l dan maksimalnya adalah 500 mg/l.
3) Oksigen terabsorbsi (O2)
Kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Jika tingkat
oksigen terlarut terlalu rendah, maka organisme anaerob dapat mati ataupun menguraikan bahan
organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang dapat menyebabkan air
berbau busuk (Tresna Sastrawijaya, 2009:100-102). Kadar oksigen terabsorbsi maksimal yang
ditetapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk air kolam renang
adalah 0,1 mg/l dalam waktu 4 jam pada suhu udara.
4) pH
pH dalam air sebaiknya netral yaitu tidak asam maupun basa. Kualitas air dengan pH 6,7 - 8,6
dapat dikatakan normal dan tidak terganggu. Air yang berasal dari pegunungan biasanya memiliki
pH yang tinggi. Akan tetapi semakin lama pH akan menurun menuju suasana asam akibat dari
pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian membebaskan CO2 jika mengurai (Tresna
Sastrawijaya, 2009). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, standar pH
untuk air kolam renang adalah 6,5 – 8,5.
5) Sisa khlor
Sisa khlor merupakan sebagian khlor yang tersisa akibat dari reaksi antara senyawa khlor dengan
senyawa organik maupun anorganik yang terdapat di dalam air (Tri Joko, 2010). Kandungan sisa
khlor bebas dalam air sengaja dipertahankan sebesar 0,2 mg/l untuk membunuh kuman patogen
dalam air (Budiman Chandra, 2007). Batas kandungan sisa khlor dalam air kolam renang menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 sebesar 0,2 - 0,5 mg/l.
6) Tembaga (Cu)
Tembaga pada umumnya diperlukan oleh tubuh untuk perkembangan tubuh manusia. Akan tetapi
jika dosisnya terlalu tinggi, tembaga justru bersifat racun yaitu dapat mengganggu enzim yang
terkait dengan pembentukan sel darah, dapat menimbulkan gejala pada ginjal, hati, muntaber,
pusing, lemah, anemia, kram dan lain sebagainya. Pada dosis yang terlalu rendah, tembaga dalam
air dapat menimbulkan rasa kesat, berwarna, dan korosi pada pipa (Soemirat, 2011). Kadar
maksimal tembaga dalam air kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416
Tahun 1990 ditetapkan sebesar 1,5 mg/l.
C. Persyaratan mikrobiologis Persyaratan mikrobiologis yang ditetapkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk kategori kolam renang antara lain:
1) Bakteri Coliform
Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang memiliki ciri berbentuk batang, gram negatif,
tidak membentuk spora, serta bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi
18
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, batasan kandungan bakteri Coliform dalam
air kolam renang adalah 0 per 100 ml sampel air.
2) Kuman
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, jumlah angka kuman yang ada di
dalam air kolam renang ditetapkan sebesar 200 koloni per 1 ml sampel air.
g. Persyaratan Lingkungan dan Bangunan Kolam Renang
Dalam Permenkes No. 061/Menkes/Per/1991 disebutkan persyaratan kesehatan lingkungan kolam
renang. Secara umum lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah
kemungkinan terjadinya peredaran penyakit serta tidak memungkinkan bersarang dan berkembangbiaknya
vector penularan penyakit.
Beberapa persyaratan sanitasi kolam renang berdasarkan aspek bangunan, antara lain :
a. Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, bila diperlukan fasilitas injakan, pegangan dan tangga,
tidak diperbolehkan adanya penonjolan.
b. Dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.
c. Tangga kolam renang harus vertikal dan terbuat dari bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
d. Lantai di tepi kolam renang yang kedap air memiliki lebar minimal 1 meter, tidak licin dan
permukaannya miring ke luar kolam.
e. Harus ada tanda-tanda yang jelas untuk menunjukkan kedalaman kolam renang dan tanda pemisah
untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat berenang.
f. Apabila dilengkapi dengan papan loncat, papan luncur, harus sesuai dengan ketentuan teknis untuk
dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Sedangkan menyangkut standar sanitasi Bak Cuci Kaki Untuk Kolam Renang, antara lain disebutkan bahwa
harus tersedia dengan ukuran minimal panjang 1.5 meter lebar 1.5 meter dlam 20 cm dan harus terisi air yang
penuh. Standar kadar sisa chlor pada air bak cuci kaki adalah 2 ppm.

3.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI


Ada banyak faktor yang menyebabkan kolam renang dikatagorikan kurang baik, diantaranya yang
terjadi dalam permasalahan kolam renang Kubal adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan ruang yang kurang sesuai
2. Ruang istirahat karyawan sempit dan tidak adanya ruangan yang terpisah antara karyawan dan
karyawati
3. Tempat sampah yang disediakan tidak dibuat dari bahan yang kuat dan kedap air karena tempat sampah
hanya terbuat dari plastik yang mudah penyok dan juga berlubang
4. Tidak adanya peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus
5. Kontruksi kolam renang tidak membentuk sudut-sudut dinding dan dasar kolam renang tidak
melengkung (conus)
6. Tidak ada tanda-tanda yang jelas tentang kedalaman kolam, lantai di tepi kolam tidak kedap air dan
licin, tidak ada papan loncat yang sesuai persyaratan teknis yang berlaku
7. Tidak ada bak cuci kaki

19
8. Tidak ada pemerikasaan secara kimia yang menyebabkan kurangnya keseimbangan asam air yang
baik: menguji pH, alkalinitas total, dan kandungan kekerasan kalsium yang sesuai dengan kebutuhan
bisa mempengaruhi kejernihan air kolam renang.
9. Tidak adanya pemeriksaan secara mikrobiologi

4.1 UPAYA PENYELESAIAN

Ada banyak faktor mengapa kolam renang dikatagorikan kurang baik, adapun upaya penyelesaian
yang dapat diterapkan pada kolam renang Kubal adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan ruangan yang khusus dan terpisah agar aktivitas menjadi teratur dan terstruktur
2. Menyediakan ruangan istirahat karyawan yang nyaman dan terpisah agar karyawan maupun karyawati
dapat beristirahat dengan nyaman dan aman
3. Menyediakan tempat sampah yang kuat dan kedap air agar sampah yang basah tidak menjadi
berserakan di lantai yang menyebabkan bau tak sedap
4. Menyediakan perangkap serangga dan tikus yang tertutup didaerah sekitar kolam karena kolam renang
terletak didekat persawahan dan daerah sekitaran lembab bisa menjadi sarang nyamuk
5. Mendesain kontruksi kolam dengan dinding dan dasar kolam renang yang melengkung (kondus) agar
terhindar dari penumpukkan debu di susut-sudut kolam
6. Membuat tanda-tanda yang jelas mengenai kedalaman kolam agar pengunjung bisa memperkirakan
untuk berenang dan membuat kondisi yang aman dengan membuat lantai yg kedap air dan juga
meyediakan papan loncat sesuai persyaratan agar tidak membahayakan perenang.
7. Menyediakan bak cuci kaki sebelum perenang masuk ke kolam untuk menjaga kebersihan dan
kerjernihan air kolam
8. Perlu adanya pengecekan secara berkala kondisi pH air kolam. Pengujian perlu dilakukan oleh ahli
jasa kolam renang untuk mempertahankan kualitas air kolam yang baik
9. Perlu adanya pengecekan mikrobiologi secara berkala agar dapat mengetahui kadar kuman dan
coliform total, dengan demikian pengelola kolam dapat membersihkan kolam secara berkala.

5.1 FORMULIR INSPEKSI SANITASI

20
21
22
Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan kolam renang ini termasuk kategori kurang
baik karena skore berjumlah 664.

catatan : bobot 100 skore ≥ 1000 = baik

bobot 100 skore < 1000 = kurang baik

23
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I. "Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum." Departemen Kesehatan. Jakarta
(2002).

KRISDIARTO, COSMAS HENDHY. MERAPI WATER PARK DI SLEMAN. 2015. PhD Thesis. UAJY.

Mukono, H.J, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press,Surabaya
New York State Departement Of Health, 2004, The Facts About Chlorine. Diakses 7 April 2015,
(https://www.health.ny.gov/environmental/emergency/chemical_terrorism/d
ocs/chlorine_general.pdf direvisi tahun 2011).

WHO, 2006, Guidelines For Safe Recreational Water Environment Volume 2 Swimming Pools And Similar
Environments, WHO Press, Switzerland.

BAB 3.

24
INSPEKSI SANITASI SUMUR BOR DAN GALI

A. Pengertian
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya air, manusia/mahluk
hidup tidak akan bisa melewati proses kehidupan, sehingga tidak akan ada kehidupan jika tidak ada
air di bumi ini. Kualitas air menjadi hal utama yang diperhatikan oleh manusia. Sebab kualitas air akan
mempengaruhi kondisi dan kasus sehat atau sakit dari masyarakat. Disebutkan pada permenkes No
416 tahun 1990 mengenai syarat kualitas air minum dan pengawasan kualitas air disebutkan bahwa
kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia dan
radiokatif. Dengan hal ini harus diadakan pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air. Kegiatan pengawasan kualitas air diharapkan mampu menciptakan dan
menjamin suatu sistem yang akan melaksanakan tindakan lanjut penanggulangan, agar diperoleh
pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan atau dengan risiko kesehatan yang sekecil-
kecilnya
Kegiatan inspeksi sarana air bersih merupakan kegiatan pengamatan keadaan fisik sarana,
lingkungan, dan perilaku masyarakat yang diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas air dari sarana
yang diinspeksi dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan. (Arum, Iftitah, 2015). Pada
isnpeksi ini dilakukan dengan menginspeksi sumber penyedian bahan baku air minum. Diantaranya
adalah inspeksi sumur gali, inspeksi sumur gali plus (sumur gali dengan pompa mesin), dan inspeksi
sumur bor. Bedasarkan inspeksi tersebut, dikategorikan menjadi 4 tingkat resiko pencemar, yakni (1)
Resiko Rendah, (2) Resiko Sedang, (3) Resiko Tinggi, (4) Resiko Amat Tinggi.
Sumur gali merupakan satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan
untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum
dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal
dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah
terkena kontaminasi melalui rembesan. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun
dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Selain pengambilan dengan timba, cara pengambilan air pada sumur
dilakukan dengan penambahan pompa mesin pada sumur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
masyarakat dalam mempergunakan air pada sumur.
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih
dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit
dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara
langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa
tangan maupun pompa mesin.

B. Standar yang harus dipenuhi

25
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan
jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran
lainnya. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur merupakan sumber kontaminasi,
misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap
mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara
manusia dengan air di dalam sumur. Sumur gali ada yang memakai dinding sumur dan ada yang tidak
memiliki dinding sumur. Syarat konstruksi pada sumur gali meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar.
1. Dinding sumur berfungsi mencegah merembesnya pencemar yang berasal dari permukaan
tanah maupun dari samping, juga sebagai penahan tanah supaya tidak terkikis atau longsor.
2. Bibir sumur gali berfungsi sebagai pelindung keselamatan bagi pemakai dan untuk mencegah
masuknya limpahan air/pencemaran ke dalam sumur.
3. Lantai sumur berfungsi untuk mencegah merembesnya air buangan ke dalam sumur dan
sebagai tempat untuk melakukan aktifitas di sumur
4. Saluran pembuangan air limbah berfungsi untuk menyalurkan air limbah ke tempat
pembuangan yang jauh dari sumur.
5. Jarak dengan sumber pencemar dimaksudkan adalah jarak antara sumur dengan septi tank.

Kriteria sumur yang memenuhi syarat kesehatan ialah:


1. Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari tembok yang
tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak/longsor) untuk mencegah
perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Ke dalaman 3 m diambil karena bakteri
pada umunya tidak dapat hidup lagi.
2. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa
semen, yang bertujuan sebagai bidang perembesan, penguat dinding dan untuk mencegah
runtuhnya tanah.
3. Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur ± 1 meter dari lantai, terbuat dari bahan
yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak masuk ke dalam sumur, serta
juga untuk keselamatan pemakai.
4. Bibir sumur gali berada di atas tanah dengan tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm
untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan dan dinding
sumur di atas perukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir,
apabila daerah tersebut adalah daerah banjir.
5. Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur ± l,5 m dari tepi
bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak retak/bocor, mudah
dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5% ke arah saluran pembuanagan air limbah
agar air bekas dapat dengan mudah mengalir ke saluran air limbah.
6. Tanah sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat
saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kra-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk.
Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan.

26
7. Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk ke
dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di bawah/lantai tetapi digantung.
8. Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan
penjangnya sekurang-kurangnya 10 m. sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa,
pada dasarnya pembuatannya sama denfan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil
dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
9. Pencegahan pencemaran sumur gali oleh bakteri coliform, yang harus diperhatikan adalah jarak
sumur dengan cubluk (kakus), lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah (cesspool;
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak ini tergantung pada keadaan tanah
dan kemiringan tanah. Pada umumnya dapat dikatakan jarak yang aman tidak kurang dari 10
meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat sumber pengotoran
seperti yang disebutkan di atas (Entjang, 2000:78 dalam Azura, 2013).

C. Permasalahan yang dihadapi


Secara umum permasalahan yang dihadapi pada penyediaan air dengan sumur gali, sumur gali
plus, dan sumur bor di 3 rumah warga banjar gemeh gang 1 diantaranya yaitu:
1. Jarak jamban dengan sumur masih berada dalam kurang dari radius 10 meter, hal ini akan
mempermudah adanya pencemaran coliform terhadap sumber air tanah.
2. Sumur tidak dilengkapi dengan pagar/pembatas, sehingga sumur mudah tercemar oleh kotoran
hewan, seperti anjing atau ayam. Dan disekeliling sumur masih terdapat genangan yang dapat
mencemari air sumur.
3. Terdapat sumur warga yang secara fisik, air pada sumur berwarna hitam dan berbau, sehingga
warga itu tidak berani menggunakannya untuk mandi, cuci kakus, namun hanya digunakan
untuk menyiram tanaman saja.
4. Pada dinding sumur gali tidak diplester dengan rapat pada kedalaman 3 meter dari permukaan
lantai/tanah. Hal ini akan membuat sumur mudah retak/longsor. Untuk sumur yang sehat,
idelanya sumur dinding dibuat dengann pipa beton sampai kedalaman 3 meter dari permukaan
tanah, hal ini disebabkan karena pada umumnya bakteri tidak dapat hidup lagi pada kedalaman
tersebut.
5. Masih terdapat sumur gali yang dibuat dengan batu bata pada kedalaman 3 meter dari
permukaan tanah, hal ini akan membuat sumur menjadi tembus air dan tentunya mudah
longsor.
6. Sumur gali tidak ditutup dengan baik, masih ada sumur yang ditutup dengan seng, sehingga
sumur mudah tercemar dan tutup sumur terlihat kotor. Hal ini akan mempermudah adanya
pencemaran pada air sumur.

D. Upaya Penyelesaian
Dari permasalahan tersebut, maka ada beberapa upaya dalam penyelesaian masalah tersebut,
diantaranya:
1. Untuk sumur yang memiliki fisik berbau dan berwarna, disarankan untuk memberikan kaporit
atau kalsium hipoklorit (Ca (ClO)2) pada air sumur. Dengan cara mencampur kaporit ke dalam

27
air centong dan lalu memasukan air tersebut ke dalam sumur, dan diamkan air sumur selama
24 jam sebelum digunakan kembali.
2. Pemilik sumur sebaiknya mengganti tutup sumur dengan yang lebih permanen, tujuannya
untuk mengurangi cemaran masuk ke dalam air sumur, dan tentunya untuk mejaga keselamatan
pengguna.
3. Pihak puskesmas atau tenaga kerja, sebaiknya melakukasn program edukasi ke masyarakat
mengenai informasi syarat pembangunan sumur gali/bor yang sehat. Hal ini bertujuan agar
sebelum masyarakat melakukan penggalian sumur atau pembuatan septi tank, masyarakat
sudah tau bahwa jarak antara sumur dan septi tank tidak kurang dari radius 10 meter.
4. Memastikan untuk menyedot septi tank dalam kurun waktu 5 tahun sekali, dengan tujuan agar
septi tank tidak penuh dan tidak bocor, sehingga dapat mengurangi cemaran coliform/ecoli
pada sumber air.
5. Sebaiknya masyarakat memperbaiki dinding sumur dan bibir sumur agar lebih ideal dan
meningkatkan keamanan pengguna sumur.
6. Sebaiknya pemilik sumur gali memperbaiki cekungan di sekitar lantaai yang mengelilingi
sumur gali agar tidak membuat genangan air, serta membuat lantai sumur kedap air minimal 1
meter.

E. Formulir Inpeksi Sanitasi

1. Formulir Inspeksi Sanitasi Sumur Gali (SGL)


Nama pemiliki : Made Subawa
Alamat : Jl. Sutoyo gg.1 No. 10, Banjar Gemeh Denpasar Barat
Umur : 62 tahun
Kualitas Fisik Air :

Indikator Ya Tidak
Keruh √
Berbau √
Berasa √

Uraian Diagnosa

No Diagnosa Ada(-) Tidak (√)


1. Apakah ada jamban pada radius 10 m √
sekitar sumur gali yang menjadi sumber
pencemar?
2. Apakah ada sumber pencemar lain pada √
radius 10 m sekitar sumur?

28
Misalnya kotoran hewan, genangan air,
sampah, dll
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan √
air pada jarak 2 m sekitar sumur?
4. Apakah saluran pembuangan limbah -
rusak/tidak ada?
5. Apakah lantai sekeliling sumur -
mempunyai radius kurang dari 1 m?
6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan -
air di atas lantai semen sekeliling sumur?
7. Apakah ada keretakan pada lantai -
sekeliling lantai semen di sekeliling
sumur?
8. Apakah ember/tali timba diletakkan -
sedemikian rupa sehingga memungkinkan
terjadinya pencemaran?
9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak √
sempurna sehingga memungkinkan air
merembes ke dalam sumur?
10. Apakah dinding semen sepanjang -
kedalaman 3 m dari atas permukaan tanah
tidak diplester cukup rapat/sempurna?
11. Apakah Pagar sekeliling sumur tidak √
sempurna/tidak ada sehingga
memungkinkan binatang masuk

Tingkat Risiko Pencemaran

Kategori Skor
Resiko Rendah 0-2
Resiko Sedang 3-5
Resiko Tinggi 6-8
Resiko Amat Tinggi 9-11

2. Formulir Inspeksi Sanitasi Sumur Gali Plus

29
Nama : Wayan Paris
Umur : 63 Tahun
Alamat : Jalan Sutoyo gg.1 No. 4 Denpasar Barat
Kualitas Fisik Air :

Indikator Ya Tidak
Keruh √
Berbau √
Berasa √

Uraian Diagnosa

No Diagnosa Ada(-) Tidak (√)


1. Apakah ada jamban pada radius 10 m √
sekitar sumur gali yang menjadi sumber
pencemar?
2. Apakah ada sumber pencemar lain pada √
radius 10 m sekitar sumur?
Misalnya kotoran hewan, genangan air,
sampah, dll
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan √
air pada jarak 2 m sekitar sumur?
4. Apakah saluran pembuangan limbah -
rusak/tidak ada?
5. Apakah lantai sekeliling sumur √
mempunyai radius kurang dari 1 m?
6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan -
air di atas lantai semen sekeliling sumur?
7. Apakah ada keretakan pada lantai √
sekeliling lantai semen di sekeliling
sumur?
8. Apakah sewaktu-waktu dipergunakan -
ember juga?
9. Apakah dudukan pompa yang berbatasan -
dengan lantai kuran rapat/lepas (yang
memungkinkan air merembes masuk ke
dalam saluran pompa?)
10. Apakah dinding sumur tidak rapat di √
semen sepanjang kedalam 3 m dibawah
permukaan?
11. Apakah penutup sumur tidak bersih? √

30
12. Apakah pagar sekeliling sumur tidak √
sempurna/tidak ada sehingga
memungkinkan binatang masuk ?

Tingkat Risiko Pencemaran

Kategori Skor
Resiko Rendah 0-2
Resiko Sedang 3-5
Resiko Tinggi 6-8
Resiko Amat Tinggi 9-11

31
3. Formulir Inspeksi Sanitasi Sumur Bor
Nama : Ida Ayu Supadmi
Umur : 66 tahun
Alamat : Jln Sutoyo gg. 1 No. 16
Kualitas Fisik Air :

Indikator Ya Tidak
Keruh √
Berbau √
Berasa √

Uraian Diagnosa

No Diagnosa Ada(-) Tidak (√)


1. Apakah ada jamban pada radius 10 m √
sekitar sumur yang menjadi sumber
pencemar?
2. Apakah ada sumber pencemar lain pada √
radius 10 m sekitar sumur?
Misalnya kotoran hewan, genangan air,
sampah, dll
3. Apakah ada lantai rapat air dengan -
kemiringan cukup di sekitar casing pompa
untuk mencegah masuknya air
permukaan?
4. Apakah casing sumur menonjol setinggi -
30 cm di atas lantai dan tidak retak?
5. Apakah ada pipa casing ke bawah paling -
sedikit 3 m dari muka tanah dan tidak
retak?
6. Apakah air di daerah sekitar sumur bisa -
mengalir jauh?
7. Apakah pagar sekeliling sumur tidak -
sempurna/tidak ada sehingga
memungkinkan binatang masuk ?

Tingkat Risiko Pencemaran

Kategori Skor
Resiko Rendah 0-2
Resiko Sedang 3-5
Resiko Tinggi 6-8

32
Resiko Amat Tinggi 9-11

33
F. hasil Pembahasan
Hasil tingkat resiko pencemaran air dari uraian diagnosa pada 3 warga banjar gemeh gang 1,
denpasar barat didapatkan tingkat resiko yakni :
No Jenis Sumur Jumlah jawaban tidak () Tingkat Resiko
1. Sumur Gali (SGL) 5 Jawaban TIDAK Resiko Sedang
2. Sumur Gali Plus 8 Jawaban TIDAK Resiko Tinggi
(pompa mesin)
3. Sumur Bor 2 Jawaban TIDAK Resiko Rendah
Dari hasil tersebut dapat saya simpulkan bahwa:

- Sumber air dengan sumur gali di banjar gemeh gang 1 masih berada dalam tingkat resiko sedang.
Dengan hal ini sebaiknya dilakukan tindakan perbaikan baik secara fisik maupun biologis terhadap
air maupun sumur tersebut.
- Sumber air dengan sumur gali plus di banjar gemeh gang 1 berada dalam tingkat resiko yang tinggi,
hal ini disebabkan karena air pada sumur gali plus di ibu Paris terlihat sangat kotor dan tercemar
oleh barang bekas. Dan sebaiknya dilakukan tindakan perbaikan baik secara fisik maupun biologis
terhadap air maupun sumur tersebut.
- Sumber air dengan sumur bor di banjar gemeh gang 1 di rumah ibu Dayu Supadmi mempunyai
resiko tercemar yang rendah. Hanya saja letak jamban di rumah ibu dayu yang belum berada dalam
lebih dari radius 10 meter.
- Dari ketiga jenis sumur tersebut, rata-rata masalah yang terjadi adalah jarak sumur dengan septi
tank yang masih berada kurang dalam radius 10 meter. Selain itu kesadaran terhadap kebersihan
dari pemilik sumur yang masih kurang.

34
G. Daftar Pustaka

anonym. 2016. Syarat Fisik sumur Gali Berdasarkan Standard Kesehatan. Retrieved from
http://www.indonesian-publichealth.com/syarat-fisik-sumur-sesuai-standard-kesehatan/, diakses
pada tgl 6 maret 2017.
Arum, iftitah. Suryani, Risma dkk. 2015. Inspeksi Sanitasi Sumur Gali. Retrieved from
http://www.academia.edu/9646877/Inspeksi_Sanitasi_Sumur_Gali, diakses pada tanggal 4 Maret
2017.
Azura. 2013. Jarak Septi Tank. Retrieved from http://publichealth-
journal.helpingpeopleideas.com/jarak-septic-tank, diakses pada tangga 6 Maret 2017.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Andi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan, Jakarta.

35
BAB 4.

GRADING PASAR SEHAT

1.1 Latar Belakang


Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama bagi golongan
masyarakat menengah ke bawah. Pada saat yang sama, pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran
penyakit seperti kasus kolera di Amerika Latin, SARS dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Konferensi
gabungan WHO/ FAO/ OIE/ World Bank tentang flu burung dan pandemi flu pada manusia yang diadakan di
Jenewa (November 2005), menekankan pentingnya mencegah penyebaran flu burung H5N1 pada sumbernya
termasuk pasar tradisional.
Pasar memiliki posisi yang sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman; dan pasar tersebut
dipengaruhi oleh keberadaan produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok,
penjual, konsumen, manajer pasar, petugas yang berhubungan dengan kesehatan dan tokoh
masyarakat. Oleh karena itu, komitmen dan partisipasi aktif para stakeholder dibutuhkan
untuk mengembangkan Pasar Sehat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/Menkes/Sk/Vi/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, Pasar tradisional adalah pasar yang sebagian besar dagangannya
adalah kebutuhan dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan yang masih sederhana dengan fasilitas
infrastukturnya juga masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah
kesehatan. Sedangkan Pasar Sehat adalah kondisi pasar yang bersih, nyaman, aman dan sehat melalui
kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan pangan yang aman dan
bergizi bagi masyarakat.
Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya memperkuat biosekuriti pada rantai pangan
yang akan (i) meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi, (ii) mendidik produsen,
pemasok, pedagang, dan konsumen, dan (iii) sebagai konsekuensinya, kesadaran mereka akan meningkat
terhadap risiko keamanan pangan, seperti kontaminasi silang, penularan flu burung dan penyakit-penyakit lain
yang dihantarkan pangan, dan perilaku berisiko tinggi.
Biosekuriti dimaksudkan sebagai suatu rangkaian praktek-praktek manajemen seluruh faktor resiko
kesehatan biologis dan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian penyakit untuk mengurangi potensi
penularan terhadaap dan antar tempat, hewan dan manusia.

Untuk mewujudkan hal diatas perlu disusun pedoman penyelengaraan Pasar Sehat bagi
stakeholder yang terlibat dalam Pasar Sehat di Indonesia, seperti lembaga terkait yang
berwenang di jajaran Pemerintah Pusat dan Daerah, konsultan, lembaga donor dan
stakeholder kunci pada komunitas pasar antara lain manajer pasar (Kepmenkes RI No.
519/Menkes/Sk/Vi/2008).

36
37
2.1 HASIL
A. Umum
Nama Pasar : Pasar Umum Blahbatuh
Alamat : Jl. Wisma Gajahmada, Blahbatuh, Gianyar
Nama Pengelola Pasar : I Gusti Ngurah Endrawan
Jumlah Kios/Los : Didalam 37, Diluar 19
Jumlah Pedagang : 400 orang
Jumlah Asosiasi/Kelompok Pedagang : 4 kelompok

B. Penilaian
NO VARIABEL SKOR KETERANGAN
A. LOKASI
1. Lokasi 500 Semua komponen telah terpenuhi.
B. BANGUNAN PASAR
1. Umum 50 Komponen telah terpenuhi.
2. Peralatan ruang dagang 220 Satu komponen belum terpenuhi yaitu
pembagian area sesuai peruntukannya
3. Ruang kantor pengelola 50 Semua komponen telah terpenuhi.
4. Tempat penjualan bahan
pangan dan makanan :
4.1 Tempat penjualan bahan 136 Empat komponen utama tidak terpenuhi
pangan basah yaitu karkas daging digantung; alas
pemotong tidak terbuat dari kayu, tidak
beracun, kedap air dan mudah
dibersihkan; bebas binatang penular
penyakit (vektor) & tempat
perindukannya; dan tempat penyimpanan
bahan pangan dengan lantai dingin (cold
chain) bersuhu (4-0 0C).
4.2 Tempat penjualan bahan 60 Dari lima komponen anya satu komponen
pangan kering yang terpenuhi yaitu meja tempat
penjualan dengan: permukaan rata, mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60cm.
4.3 Tempat penjualan 87 Dari sepuluh komponen hanya terpenuhi
makanan matang/siap saji dua komponen yaitu tempat cuci tangan
dan tempat penyajian makanan, namun
pada tempat penyajian makanan
komponen tertutup dan bahan tahan karat
tidak terpenuhi.

38
4.4 Area parkir 35 Tiga komponen terpenuhi yaitu ada
pemisah yang jelas dengan batas wilayah
pasar; parkir mobil, motor, sepeda,
andong/dokar, becak terpisah; tidak ada
genangan air.
4.5 Kontruksi : 1460
4.5.1 Atap Hanya satu komponen yang terpenuhi
penuh yaitu kemiringan atap cukup dan
tidak kemungkinan genangan air.
4.5.2 Dinding Satu komponen terpenuhi namun tidak
penuh yaitu keadaan dinding meliputi
bersih dan tidak lembab.
4.5.3 Lantai Semua komponen terpenuhi namun satu
komponen tidak terpenuhi penuh yaitu
pada poin keadaan lantai tidak kedap air.
4.5.4 Tangga Tidak ada komponen yang terpenuhi
karena pasar umum blahbatuh hanya satu
lantai.
4.5.5 Ventilasi Komponen terpenuhi yaitu minimal 20%
dari luas lantai.
4.5.6 Pencahayaan Komponen terpenuhi yaitu pencahayaan
cukup untuk melakukan pekerjaan
pengelolaan dan pembersihan bahan
makanan minimal 100 lux.
4.5.7 Pintu Komponen tidak terpenuhi karena los/kios
penjual daging tidak terdapat pintu.
C. SANITASI
1. Air bersih 400 Semua komponen telah terpenuhi.
2. Kamar mandi dan toilet 360 Dari sepuluh komponen hanya satu
kompone yang tidak terpenuhi yaitu letak
toilet tidak 10m dari tempat penjualan
makanan dan bahan pangan.
3. Pengelola sampah 60 Dua komponen terpenuhi namun hanya
satu komponen yang terpenuhi penuh
yaitu sampah diangkut minimal 1x24 jam
4. Drainage 80 Dua komponen terpenuhi yaitu tidak ada
bangunna diatas saluran dan pengujian
kualitas limbah secara berkala setiap 6
bulan.
5. Tempat cuci tangan 400 Semua komponen terpenuhi.

39
6. Binatang penular Tidak ada komponen yang terpenuhi.
penyakit/vektor
7. Kualitas makanan dan 40 Satu komponen terpenuhi yaitu
bahan pangan penyimpanan bahan makanan dengan
jarak 15cm dari lantai, 5cm dari dinding
dan 60cm dari langit-langit.
8. Desinfeksi pasar 0 Komponen tidak terpenuhi.
D. PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT
1. Pedagang dan pekerja 0 Komponen tidak terpenuhi karena tidak
melakukan wawancara dan pengecekan
secara spesifik.
2. Pengunjung 10 Komponen terpenuhi.
3. Pengelola 0 Komponen tidak terpenuhi karena
pengelola tidak pernah mengikuti
pelatihan dibidang sanitasi dan gygiene
makanan dan pangan.
E. KEAMANAN
1. Pemadam kebakaran 90 Satu komponen terpenuhi namun tidak
terpenuhi secara penuh yaitu ada peralatan
pemadam kebakaran dan 80% berfungsi.
2. Keamanan 200 Semua komponen terpenuhi.
F. FASILITAS LAIN
1. Tempat/sarana ibadah 80 Satu komponen terpenuhi karena dalam
pasar tidak ada fasilitas ibadah non Hindu.
2. Tempat penjualan unggas 100 Satu komponen terpenuhi yaitu adanya
hidup tempat khusus yang terpisah dari pasar
utama.
3. Tersedia pos pelayanan 0 Komponen tidak terpenuhi
kesehatan dan
pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K)

Dari hasil observasi dan pengisian form yang dilakukan di pasar Umum Blahbatuh, maka jumlah
skornya yaitu 4.418. Hasil tersebut menunjukan bahwa pasar Umum Blahbatuh dikaterogikan tidak sehat
karena skor kurang dari 6.000.

2.2 PEMBAHASAN
A. Standar Yang Harus Dipenuhi
Persyaratan Higiene pasar sehat berdasarkan KEPMENKES RI Nomor 591/Menkes/SK/VI/2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
A. Lokasi

40
1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar, rawan
longsor, banjir dsb
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan
4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi
pertambangan
5. Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya

B. Bangunan
1. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku
2. Penataan Ruang dagang
a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya seperti :
basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas
b. Pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
c. Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus
d. Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5 meter
e. Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah dilihat
f. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10
m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m
g. Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan berbahaya lainnya
ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan
3. Ruang Kantor Pengelola
a. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai sesuai ketentuan yang
berlaku
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir
4. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan
a. Tempat penjualan bahan pangan basah
1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan kemiringan yg cukup
shg tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki
sekat pembatas dan mudah dibersihkan dg
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bhn tahan karat dan bukan dari kayu
2. Penyajian karkas daging harus digantung
3. Alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan
beracun, kedap air dan mudah dibersihkan
4. Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat
5. Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging
41
menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10º C)
6. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
7. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
8. Saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan
9. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
10. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti : lalat,
kecoa, tikus, nyamuk
b. Tempat penjualan bahan pangan kering
1. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai
2. meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
3. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat
4. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
5. tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat
perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
c. Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji
1. tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan mudah dibersihkan, dengan
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yg tahan
karat dan bukan dari kayu
2. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
3. tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah berkarat
dan mudah dibersihkan
4. saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan
kemiringan yg cukup
5. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
6. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
7. pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak boleh
digunakan untuk makanan kering/mentah
5. Area Parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti : mobil, motor,
sepeda, andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah yg cukup,
minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur masuk dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
42
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir
6. Konstruksi
a. Atap
1. atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
binatang penular penyakit
2. kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya
genangan air pada atap dan langit2
3. ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
4. atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir
b. Dinding
1. permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang
2. permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yg
kuat dan kedap air
3. pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya harus
berbentuk lengkung (conus)
c. Lantai
1. lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak
dan mudah dibersihkan
2. lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnyaharus mempunyai
kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak
terjadi genangan air
7. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux
8. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling berhadapan (cross
ventilation)
9. Pencahayaan
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengelolaan
bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas minimal 100 lux
10. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam
agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk
menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk

C. Sanitasi
1. Air Bersih
a. Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara berkesinambungan,
minimal 40 liter per pedagang
43
b. Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan
c. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi
dengan kran yg tidak bocor
d. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m
e. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali
2. Kamar Mandi dan Toilet
a. Harus tersedia toilet laki2 dan perempuan yg terpisah dilengkapi dengan tanda/simbol yg jelas
dengan proporsi sbb :

b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg cukup dan
bebas jentik
c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan sabun
dan air yg mengalir
e. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yg tidak mencemari
air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga tidak terjadi genangan
g. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan danbahan pangan
h. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
i. Tersedia tempat sampah yg cukup
3. Pengelolaan Sampah
a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering
b. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan
c. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air
atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
4. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam sehingga mudah
dibersihkan
b. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah

44
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku sehingga mencegah genangan
air
e. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali
5. Tempat cuci tangan
a. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau
b. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan limbahnya dialirkan ke
saluran pembuangan yg tertutup
6. Binatang penular penyakit (vektor)
a. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus
b. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol
c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai dengan area pasar
d. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net
e. Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %
7. Kualitas Makanan dan Bahan Pangan
a. Tidak basi
b. Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna textil yg berbahaya
sesuai dengan peraturan yg berlaku
c. Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas
d. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu 2003 tentang makanan
jajanan
e. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-10ºC), tidak kadaluwarsa dan
berlabel jelas
f. Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur, buah dan minuman disimpan
dalam suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7 ºC
g. Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan langit-langit : jarak dg lantai 15
cm, dg dinding 5 cm, dg langit2 60 cm
h. Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100 kuman per cm3
permukaan dan kuman esdhericiacoli adalah nol
8. Desinfeksi Pasar
a. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan
b. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pedagang dan Pekerja
a. Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas menggunakan alat
pelindung diri sesuai dg pekerjaanannya (sepatu boot, sarung tangan, celemek, penutup
rambut dll)
b. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangn dg sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang terutama
bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidak meludah dan buang
dahak sembarangan dll)
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6 bulan sekali
45
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti : diare,
hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll
2. Pengunjung
a. Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak merokok, tidak
meludah dan buang dahak sembarangan dll
b. Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup, daging, ikan
3. Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan keamanan pangan

E. Keamanan
1. Pemadam Kebakaran
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran yg cukup dan berfungsi serta tidak kadaluwarsa
b. Tersdia hidran air dg jumlah cukup menurut ketentuan berlaku
c. Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan diri
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran
2. Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya

F. Fasilitas Lain
1. Tempat Sarana Ibadah
a. Tersedia tempat ibadah dan tempat wudlu dg lokasi yg mudah dijangkau dengan sarana yg bersih dan
tidak lembab
b. Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yg cukup
c. Ventilasi dan pencahayaan sesuai dg persyaratan
2. Tempat Penjualan Unggas Hidup
a. Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utam
b. Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri
c. Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yg kuat dan mudah dibersihkan
d. Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yg memenuhi persyaratan yg ditetapkan oleh
Departemen Pertanian
e. Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dg sabun dan air besih yg cukup
f. Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus
g. Tersedia penampungan sampah yg terpisah dari sampah pasar
h. Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan pengangkut dan kandang
unggas
3. Pos Pelayanan Kesehatan
Tersedia pos pelayanan kesehatan yg mudah dijangkau dan peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) yg memadai

B. Masalah Yang Dihadapi


1. Penataan ruang pedagang belum sesuai zoning
46
2. Karkas daging tidak digantung
3. Tempat penyimpanan bahan pangan basah tidak dengan lantai dingin
4. Alas pemotong terbuat dari kayu
5. Tidak adanya tempat sampah yang hygiene disetiap pedagang
6. Saluran drainase yang tertutup sampah dan tergenang limbah cair
7. TPS terbuka dan terletak didepan kios pedagang
8. Meja masih terbuat dari kayu
9. Toilet tidak berjarak 10m dari los/kios pedagang
10. Tidak semua kios/los memakai lantai yang rata dan tidak licin
11. Tidak adanya tanaman hijau diareal parkir
12. Saluran drainase yang terbuka
13. Kios/los pegdagang daging tidak dilengkapi dengan penutup/tirai
14. Sayur, buah-buahan, susu, telur dan bahan olahannya tidak disimpan pada suhu yang telaah
ditetapkan
15. Pengelola pasar tidak memiliki keterampilan tentang hygiene sanitasi dan keamanan pangan
16. Tidak tersedianya hidran air dan hanya ada satu alat pemadam kebakaran
17. Tidak ada memiliki akses khusus untuk kendaraan pengangkut unggas
18. Tidak tersedia pos kesehatan dan P3K didalam pasar

C. Upaya Pengendalian
1. Diperlukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dan pembinaan pasar sehat dari puskesmas
yang mewilayahi pasar umum Blahbatuh, dikarenakan masih banyak komponen yang ada dalam form
penilaian inspkesi pasar sehat belum dipenuhi oleh pasar umum Blahbatuh.
2. Jika pembinaan dan KIE sudah terlaksana dilanjutkan dengan pemantauan atau inspeksi pasar oleh
puskesmas terkait secara rutin untuk memantau hasil KIE dan pembinaan yang telah dilakukan.
3. Untuk variable atau komponen yang belum dipenuhi pada form penilaian grading rumah makan
seperti:
 Penataan ruang pedagang belum sesuai zoning
Dilakukan penataan/zoning pedagang sesuai barang yang dijual, agar pasar terlihat tertata rapi dan
bersih, serta tidak terkesan kumuh.
 Karkas daging tidak digantung
Dibuatkan tempat untuk menggantung gading agar daging tidak tergeletak begitu saja dimeja.
 Tempat penyimpanan bahan pangan basah tidak dengan lantai dingin
Disediakan tempat penyimpanan untuk pangan basah agar tidak cepet terjadi proses pembusukan
atau agar tidak dihinggapi binatang pembawa penyakit
 Alas pemotong terbuat dari kayu
Sebaiknya alas pemototng diganti menggunakan bahan yang tidak dapat mencemari daging,
karena jika alas pemotong terbuat dari kayu terdapat risiko penyakit akibat daging yang tersisa
pada alas pemotong.
 Tidak adanya tempat sampah yang hygiene disetiap pedagang

47
Disediakan tempat sampah yang hygiene disetiap los/kios pedagang agar sampah tidak berserakan
dilantai serta saluran air pasar
 Saluran drainase yang tertutup sampah dan tergenang limbah cair
Saluran drainase hendaknya ditutup agar tidak ada pedagang yang membuang sampah disaluran
drainase, serta untuk estetika.
 TPS terbuka dan terletak didepan kios pedagang
Hendaknya TPS ditutup agar bau tidak keluar dan diletakkan minimal 10m dari kios/los pedagang
 Meja masih terbuat dari kayu
Meja untuk berjualan hendaknya diganti menggunakan bahan aluminium.
 Toilet tidak berjarak 10m dari los/kios pedagang
Dibuatkan toilet baru yang berjarak minimal 10m dari kios/los pedagang agar tidak menganggu
proses jual beli.
 Tidak semua kios/los memakai lantai yang rata dan tidak licin
Seluruh los/kios pedagang diberikan lantai yang tidak licin serta kedap air.
 Tidak adanya tanaman hijau diareal parkir
Ditanam tumbuhan perindang pada areal parkir agar ada sedikit resapan air.
 Saluran drainase yang terbuka
Saluran drainase ditutup agar bau tidak keluar dan menganggu pengunjung pasar.
 Kios/los pegdagang daging tidak dilengkapi dengan penutup/tirai
Diberikan tirai/penutup pada los/kios pedagang daging agar daging yang dijual tidak dihingapi
oleh vektor penyebar penyakit seperti lalat.
 Sayur, buah-buahan, susu, telur dan bahan olahannya tidak disimpan pada suhu yang telaah
ditetapkan
Disediakan tempat penyimpanan sayur, buah-buahan, susu, telur dan bahan olahannya agar tetap
terjaga kesegarannya.
 Pengelola pasar tidak memiliki keterampilan tentang hygiene sanitasi dan keamanan pangan
Puskesmas terkait atau Dinas Kesehatan Kota hendaknya melakukan pelatihan kepada pengelola
pasar mengenai hygiene sanitasi dan keamanan pangan sebelum pengelola mulai bertugas.
 Tidak tersedianya hidran air dan hanya ada satu alat pemadam kebakaran
Dibuatkan hidran air dibeberapa tittik didalam pasar, serta disediakan alat pemadam kebakaran
pada setiap los/kios pedagang.
 Tidak ada memiliki akses khusus untuk kendaraan pengangkut unggas
Dibuatkan akses untuk kendaraan pembawa unggas yang terletak diluar dari pasar utama.
 Tidak tersedia pos kesehatan dan P3K didalam pasar
Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota membuatkan pos kesehatan didalam pasar dan
menyediakan beberapa alat P3K disetiap kios/los.

48
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. DitJen. P2MPLP, Jakarta.

49
BAB 5.
INSPEKSI JAMBAN SEHAT

A. Pengertian Jamban Sehat


Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga lingkungan menjadi bersih dan
sehat dengan cara membangun jamban di setiap rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia. Maka diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air besar.
Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak berbau (Dedi
dan Ratna, 2013:172).

Menurut Depkes RI (2003) jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan
mengumpulkan kotoran atau najis manusia, biasa disebut kakus/ wc. Sehingga kotoran tersebut akan
tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebaran penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman.

Menurut Soemardji (1999) pembuangan tinja adalah terkumpulnya kotoran manusia disuatu tempat untuk
menghindari penyakit yang dapat disebabkan oleh kotoran manusia tersebut, sehingga jamban berguna untuk
mencegah berkembangnya penyakit.

Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah bangunan pengolah dan pengurai kotoran
tinja manusia cara setempat (onsite) dengan menggunakan bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap air
sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke dalam tanah dan akan mengalir keluar melalui saluran
yang disediakan. Septic tank (dengan disertai bidang resapan) merupakan salah satu bentuk pengolahan
limbah setempat yang umum digunakan di Indonesia dan direkomendasikan sebagai pilihan teknologi yang
relatif aman apabila memenuhi persyaratan tertentu. Kerja bakteri dalam melakukan pengolahan limbah yang
memadai dalam tangki septik sangat bergantung pada pengoperasian dan perawatan yang benar yang
dilakukan oleh rumah tangga bersangkutan. Mengingat pentingnya peran bakteri tersebut maka perlu dihindari
masuknya bahan-bahan yang berbahaya bagi keberadaan bakteri ke dalam septic tank. Bahan-bahan itu di
antaranya adalah pemutih pakaian, bahan-bahan kimia, cat, maupun deterjen.

B. Standar Yang Harus Dipenuhi


Permenkes RI No. 3 Tahun 2014 standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari

1. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)


Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan
lainnya.
2. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
a. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher
angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,
tetapi harus diberi tutup.
50
b. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan
air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
3. Bangunan bawah jamban
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah
terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran
manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,
sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.
b. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang
masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.
Beberapa pertimbangan untuk jamban sehat:

1. Pertimbangan untuk bangunan bagian atas:


 Sirkulasi udara yang cukup
 Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim panas dan hujan
 Kemudahan akses di malam hari
 Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar/ pandangan dari luar
 Disarankan untuk menggunakan bahan local
 Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan
2. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah
 Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain
 Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan keamanan pengguna (tidak licin, runtuh
dan terperosok ke dalam lubang penampungan tinja, dsb.)
 Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang tidak sedap, yang berasal dari tinja
dalam lubang penampungan
 Mudah dibersihkan dan dipelihara
 Diutamakan menggunakan bahan local
 Ventilasi udara cukup
3. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah:
 Ketinggian muka air tanah
 Daya resap tanah (jenis tanah)
 Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air minum (lebih
baik di atas 10 m)
 Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
 Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/ kapasitas)
 Diutamakan dapat menggunakan bahan local
 Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

51
C. Permasalahan Yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi pada sanitasi jamban sehat yang dimiliki Ibu Suryawarniti adalah:

1. Jarak lubang penampungan kotoran atau dinding resapan jamban masih kurang dari 10 meter dari
SPT/SGL, hal ini dapat berdampak buruk jika lubang penampung kotoran bocor akan berpotensi
mencemari SPT/SGL seperti sumur akan terkontaminasi oleh bakteri pathogen yag mengganggu
kesehatan.
2. Didalam/sekitar jamban terdapat lalat atau kecoa, binatang tersebut ada karena pada saluran
pembuangan WC tidak tertutup.
3. Luas slab jamban kurang dari 1m2 sehingga pengguna merasa tidak leluasa dan kurang nyaman.
4. Jamban tidak dilengkapi dengan penutup, sehingga dapat menyebabkan bau dan mudah dijamah oleh
serangga.
5. Ventilasi udara yang kurang sehingga sirkulasi udara tidak baik dan terasa pengap.

D. Upaya Penyelesaian
1. Pengadaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada pemilik jamban tentang jamban sehat
oleh pihak Puskesmas.
2. Jika KIE sudah berjalan dengan baik, maka Puskesmas yang mewilayahi tersebut melakukan inspeksi
jamban sehat agar mengetahui perkembangannya.
3. Tidak semua daerah harus membuat tangki septik berjarak 10 meter dari sumur. Perlu diperhatikan
arah aliran air tanah pada saat membuat tangki septic. Kecepatan aliran air tanah pada masing-masing
daerah sangat berlainan, sehingga memunculkan jarak ideal yang berbeda-beda antara sumur dan
septic tank. Hal itu sangat tergantung dari formasi batuan dan kondisi geografis pada masing-masing
daerah tersebut.
4. Untuk mengatasi serangga seperti kecoa yang masuk, maka diperlukan penutup pada saluran
pembuangan air bekas cucian atau jika memungkinkan dipasangkan kawat anti serangga.
5. Untuk jamban leher angsa tidak perlu ditutup, karena dengan air yang selalu ada dilubangnya tersebut
akan menghilangkan bau bususk, namun sebaiknya harus tetap terjaga kebersihan dari lubang jamban
agar tidak mengundang serangga.
6. Sebaiknya ventilasi kaca tersebut dibuka, agar terjadi sirkulasi udara dan tidak terasa pengap.

52
E. Pedoman Inspeksi
INSPEKSI JAMBAN KELUARGA

PUSKESMAS : Puskesmas I Denpasar Timur

DESA : Sumerta

RT/RW :

JENIS SARANA : 1. PRIBADI 1

2. UMUM

NAMA KK : Ibu Purwaniti

PENANGGUNGJAWAB :

RESIKO

YA TIDAK

1. Apakah jarak dari lubang penampungan kotoran atau


dinding resapan jamban kurang dari 10 meter dari
SPT/SGL?
2. Apabila jarak dari lubang penampungan kotoran atau
dinding resapan jamban kurang dari 10 meter, apakah
lubang/resapan tersebut dibagian yang lebih tinggi
dari sumber (SPT/SGL)?
3. Apakah air buangan dari septik tank/lubang penampungan
kotoran dialirkan kesungai/laut/kolam?
4. Apakah di dalam/sekitar jamban terdapat lalat/kecoa?
5. Apakah lantai jamban kotor?
6. Apakah luas slab jamban kurang dari 1m2?
7. Apabila jamban cemplung atau plengsengan, apakah
lubang jamban/jongkok tidak dilengkapi penutup?
8. Apakah luar slab jamban kurang dari 1m2?
9. Apakah saluran jamban tidak mudah glontor?
10. Apakah tidak tersedia sabun di jamban?
11. Apakah jamban tidak dilengkapi bak penampung air,
apakah terdapat jentik nyamuk?
JUMLAH SKOR RESIKO = 5
TINGKAT PENCEMARAN = SEDANG
Skor resiko pencemaran: 8 – 11 = Tinggi

4 – 7 = Sedang

0 – 3 = Rendah

53
F. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan pengisian formulir penilaian maka tingkat pencemaran pada jamban Ibu Purwaniti
berada pada tingkat sedang dengan jumlah jawaban “Ya” sebanyak 5 pada pertanyaan tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan jamban tersebut berada pada tingkat resiko sedang, sebaiknya
Puskesmas segera melakukan KIE pada pemiliknya agar bisa ditanganni secara cepat.

54
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. 2014. Permenkes RI No.3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Retrieved from
http://stbm indonesia.org/files/Permenkes%20no%203%20tahun%202014%20final.pdf

Water and Sanitation Program East Asia and the Pacifi c (WSP-EAP). 2009. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Retrieved
from http://www.stbm-indonesia.org/files/Katalog%20Opsi%20Jamban%20Sehat.pdf

Depkes RI. 2003. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Depkes RI. Jakarta

Dedi, A dan Ratna, M. 2013. Pilar dasar Ilmu Kesehtan Masyarakat. Yogyakarta. Nuhu Medika

Soedarmadji, Joseph. 1999. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta. EGC

55
Dokumentasi

Keadaan jamban keluarga Ibu Purwaniti

Bak penampung air

56
Keadaan lantai yang tidak terlalu kotor

Keadaan ventilasi yang ditutup

57
Keadaan lubang penyalur air yang tidak tertutup

Pipa pembuangan gas septik tank

58
Bak penampung air sumur

59
BAB 6.
INSPEKSI SANITASI RUMAH SEHAT

A. Definisi Rumah Sehat


Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah.
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa
kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan
barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan
masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan
tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang
layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat.
Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial
(Krieger and Higgins, 2002).
Menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 menjelaskan bahwa rumah adalah struktur
fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempa ttinggal dan sarana
pembinaan keluarga. Menurut WHO (2004), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya
baik untuk kesehatan keluarga dan individu.

A. Standar Rumah Sehat


Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat. Prinsip ini dapat
dibedakan atas dua bagian :
1. Yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem sanitasi,
pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik, penyiapan makanan yang
aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi perlindungan.
b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan memberikan
perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara dalam rumah, keamanan dari
bahaya kimia dan perhatian pada pnggunaan rumah sebagai tempat bekerja.
c. Stress psikologi dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi, nyaman, memberi
rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan sarana komunitas pada
perlindungan terhadap bunyi.
2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan terdiri atas :
a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan umumnya dan
kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan kampanye.
b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung penggunaan
tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek fisik, mental dan sosial.

60
c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan dan hunian harus didasarkan
pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan publik dan pemberian
pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam manajemn dan perencanaan pembangunan,
perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah, standar rumah, disain, dan konstruksi rumah,
pengadaan pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus
menerus.
d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan penentuan
kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana peningkatan kesehatan.
e. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kgiatan mandiri diantara keluarga
dan perkampungan.

Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah yang terdiri
dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu,
ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku. Aspek perilaku penghuni adalah pembukaan
jendela kamar tidur, pembukaan jendela ruang keluarga, pembersihan rumah dan halaman.

3. Komponen Rumah
1. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya
digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur
waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan, yang terdiri
dari:
a. Lantai anah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah,pasir, semen, dan kapur, seperti tanah
tercampur kapur dan semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah
sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah.
b. Lantai papan.
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasanan lantai adalah :
 Sekurang-kurangnya 60 cm diatas tanah dan ruang bawah tanah harus
ada aliran air yang baik.
 Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain,sehingga tidak
ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih
baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini
juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari dikolong
rumah.
 Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan
rayap serta untuk konstruksi diatasnya agar digunakan lantai kayu yang
telah dikeringkan dan diawetkan.

61
c. Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan
karena : Lantai ubin murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah
dirusak rayap.

2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:
a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin, dan bila
sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya.
b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurangkurangnya 15
cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak
dapat meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan
tampak bersih tidak berlumut.
c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan
batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas lubang harus dipasang balok
lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
d. Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari
plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.

3. Langit – langit
Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit yang
tujuannya antara lain:
a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidak terlihat dari
bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.
b. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air hujan yang
menembus melalui celah-celah atap.
c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas tidak
mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:
 Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap.
 Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan
konstruksi bebas tikus.
 Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai
 Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40
m,dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75m
 Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang kurangnya sampai 2,40
m.
4. Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti dan dapat
dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidak disyaratkan adanya perhitungan-
perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam
62
bangunan serta penghuninya terhadap panas dan hujan, oleh karena itu harus dipilih penutup atap
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudah bergeser.
b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama Bentuk atap yang biasa
digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksi.

Beton bertulang dan bidang atap miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen
gelombang. Pada bidang atap miring mendaki paling banyak digunakan penutup/atap genteng karena
harga rumah dan cukup awet.

5. Pembagian Ruangan
Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah sehat harus mmpunyai
cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang duduk/ruang makan, kamar tidur, kamar mandi,
jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan tempat beristirahat, dengan tujuan agar
setiap penghuninya merasa nikmat dan merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-
syarat pembagian ruangan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami istri) dengan
kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama anak-anak yang sudah
dewasa.
b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan perhubungan antara
ruangan didalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan kerahasiaan pribadi masing-
masing terpenuhi.
c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai sekurang-
kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kgiatan
kehidupan.
d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh kurang dari 11
m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini harus dipisah.
e. Dapur (a) Luas dapur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2 , (b) Bila penghuni tersebut
lebih dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2 , (c) Di dapur harus tersedia
alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air bersih, (d)
Didapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan. Atau makanan yang siap
disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-lain dan
mencegah sinar matahari langsung.
f. Kamar Mandi dan jamban keluarga
 Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya yang
berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi
dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban
tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain.
 Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.
 Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila jamban
tersebut terpisah dari kamar mandi.
6. Ventilasi

63
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran udara
kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar
diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada
suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah
(Sanropie, dkk, 1989) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
d. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan manusia.
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit
pernafasan manusia. Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin
adanya gerak.

udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam
ruangan udara yang bersih dan segar melalaui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan
udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan.

Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras, karena gerak
angin atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan
penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir akan
berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada
bakteri-bakteri penyakit berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan,
yang antara lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini
terutama terjai pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk
ini , maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu
sedikit.

Agar dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak
jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-rintangan,
jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai
ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang
angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai.
Diberi lubang hawa atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling)
yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian
lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit bergua sekali untuk mengluarkan udara
panas dibagian atas dalam ruangan tersebut.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang umum dan
untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah
pengunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin dapat
dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai laut dan
daerah rendah yang berhawa panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin
harus diperbesar dan dapat mncapai 1/5 dari luas lantai ruangan.

64
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat,
sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem
pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki keadaan udara dalam ruangan, sistem
mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas
angin (ventilating, fan atau exhauster), atau air conditioning.

7. Pencahayaan.
Menurut Sanropie, dkk (1989) dalam Mukono (2000) bahwa cahaya yang cukup kuat untuk
penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan
pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alam
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak
terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan
standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar
tidur mnurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik atau tidaknya penerangan
alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :
 Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.
 Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil.
 Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca
 Buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh letak
dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal
sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit
mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20 % dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat
menimbulkan suasana gelap dan pengap.

b. Pencahayaan buatan
Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan dengan
suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah
yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat
memenuhi kebutuhan penerangan karena pada penerangan yang relatif rendah mampu
menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila
ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan
dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang
kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt
dengan lampu pijar.
4. Sarana Sanitasi

65
1. Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang syaratnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari penyediaan air minum
(Dep Kes RI,2002). Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah untuk digunakan bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-
hari Yang perlu diperhatikan antara lain:
a. arak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan
sampah, air limbah) minimal 10 meter.
b. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air,yaitu dilengkapi
dengan cincin dan bibir sumur.
c. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran
atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada tiap
negara. Pada umumnya dapat dikatakan dinegara-negara yang sudah maju, umlah pemakaian
air per hari per kapita lebih besar dari pada negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih
didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air
tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air
baku air minum.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK.
Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun
2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:
 Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50.
 Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100.
 Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000.
 Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400.
 Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400.
2. Penggunaan Jamban
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa
memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan sumber-
sumber penyediaan air. Disamping itu, juga akan dapat memberi kesempatan bagi lalat-lalat dari
species tertentu untuk bertelur, bersarang, makan bahan tersebut, serta membawa infeksi, menarik
hewan ternak, tikus serta serangga lain yang dapat menyebarkan tinja dan kadang-kadang
menimbulkan bau yang tidak dapat ditolerir.
Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan penanganan pembungan tinja yang memenuhi
persyaratan sanitasi. Tujuan dilakukannya pembuangan tinja secara saniter adalah untuk
menampung serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat tercegah terjadinya hubungan
langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia, dan dapat dicegah terjadinya

66
penularan faecal borne diseases dari penderita kepada orang yang sehat, maupun pencemaran
lingkungan pada umumnya.
Adapun persyaratan sarana pembuangan tinja yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
adalah:
a. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan.
b. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air atau sumur.
c. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
d. Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat atau kuman.
e. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat dihindarkan, harus ditekan
seminimal mungkin.
f. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
g. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraannya.
3. Sarana Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan metode tertentu dengan
tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Ada
dua istilah yang harus dibedakan dalam lingkup pembuangan sampah solid waste (pembuangan
sampah saja) dan final disposal (pembuangan akhir). (Sarudji. D,2006).
Pembuangan sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan adalah:
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya tikus, lalat dan
binatang pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu persyaratan
kontainer sampah harus mendapatkan perhatian.
b. Pengumpulan sampah
Terjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga tergantung pada
pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau oleh pengurus
kampung atau pihak pengelola apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya.
Keberlanjutan dan keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.
Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber makanan lalat
dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor penyakit terutama penyakit saluran
pencernaan seperti Thypus abdominalis, Cholera. Diare dan Dysentri (Sarudji, 2006).

4. Pembuangan Air Limbah


Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia. sumber air
limbah yang lazim dikenal adalah :
a. Berasal dari rumah tangga misalnya air, dari kamar mandi, dapur.
b. Berasal dari perusahaan misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
c. Berasal dari industri seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat.
d. Berasal dari sumber lainnya seperti air tinja yang tercampur air comberan, dan lain sebagainya.

67
B. Permasalahan Yang Dihadapi

Adapun yang menjadi permasalahan didaerah Br. Gameh yaitu :


1. Dari hasil survey yang saya lakukan hampir semua warga didaerah tersebut tidak memiliki tempat
pembuangan limbah dikarenakan mereka wajib menggunakan DSDP ( ).
2. Dari rumah warga yang saya kunjungi, rumah-rumah tersebut hampir sebagian besar tidak ada
yang memiliki tempat sampah terpilah di lingkungannya. Mereka cenderung membuang sampah
di satu wadah tanpa adanya proses pemilahan derlebih dahulu.
3. Kendala utama masyarakat Br. Gemeh Kec. Denpasar Barat yaitu bamyaknya vector pembawa
penyakit seperti tikus yang masuk kerumah mereka melalui drienase-drienase pemukiman. Ketik
pada saat musim hujan vector ini meningkat derastis dirumah mereka.

C. Solusi.

1. Masyarakat harus memiliki tempat penampungan air limbah yang sesuai dengan standar agar
terhindar dari penyakit-penyakit yang disebebkan oleh virus yang diakibatkan karena buruknya
hygiene sanitasi.
2. Kami menyarakan agar setiap rumah didaeah Br. Gameh Kec. Denpasar Barat memiliki tempat
sampah yang terpilah agar memudahkan masyarakat dalam mengolah kembali barang yang masih
layak pakai untuk dijadikan bahan keterampilan dan dapat memberikan dampak ekonomi dari hasil
keterampilan tersebut.
3. Masyarakat itu sendiri harus memiliki kesadaran untuk membersihkan drienase-drienase yang ada
dilingkungan mereka agar terhindar dari vector dan melakukan pemberantasan dirumah dengan
menggunakan alat pembasmi vector itu sendiri.

D. Kesimpulan

Bahwa rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempa ttinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO (2004), rumah adalah
struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu. Serta melihat
apakah rumah-rumah warga didaerah Br. Gameh Kec. Denpasar Barat apakah sudah memenuhi
standar rumah sehat yang diteteapkan oleh Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

68
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, D., & WINANTI, E. T. (2014). PENGARUH SISTEM SANITASI TERHADAP


KUALITAS AIR SUMUR DANGKAL PADA PERUMAHAN TIPE KECIL DI KABUPATEN
SIDOARJO. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 3(3/rekat/14).
Kartiningrum, E. D. (2015). KONDISI RUMAH SEHAT DESA GAYAMAN
KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO. HOSPITAL MAJAPAHIT, 5(2).
Kurnianingrum, R. (2016). KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN
KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG. Jurnal Geografi, 13(1), 71-78.
Sanropie, D. (1989). Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Pusdiknakes
Depkes RI.

Undang-Undang, R. I. No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 10 Maret 2017
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 10 Maret 2017

69
BAB 7.

INSPEKSI SANITASI PASAR SEHAT (FORM OBSERVASI)

Pengertian
Menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang
dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda
yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar memiliki posisi yang
sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman; dan pasar tersebut dipengaruhi oleh keberadaan
produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok, penjual, konsumen, manajer pasar, petugas yang
berhubungan dengan kesehatan dan tokoh masyarakat. Oleh karena itu, komitmen dan partisipasi aktif para
stakeholder dibutuhkan untuk mengembangkan Pasar Sehat.
Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya memperkuat biosekuriti pada rantai pangan
yang akan (i) meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi, (ii) mendidik produsen,
pemasok, pedagang, dan konsumen, dan (iii) sebagai konsekuensinya, kesadaran mereka akan meningkat
terhadap risiko keamanan pangan, seperti kontaminasi silang, penularan flu burung dan penyakit-penyakit lain
yang dihantarkan pangan, dan perilaku berisiko tinggi.
Biosekuriti dimaksudkan sebagai suatu rangkaian praktek-praktek manajemen seluruh faktor resiko
kesehatan biologis dan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian penyakit untuk mengurangi potensi
penularan/penyebarannya terhadap dan antar tempat, hewan dan manusia.
Untuk mewujudkan hal diatas perlu disusun pedoman penyelengaraan Pasar Sehat bagi stakeholder
yang terlibat dalam Pasar Sehat di Indonesia, seperti lembaga terkait yang berwenang di jajaran Pemerintah
Pusat dan Daerah, konsultan, lembaga donor dan stakeholder kunci pada komunitas pasar antara lain manajer
pasar.

B. Standar Pasar Sehat


Standar pasar sehat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 519/MENKES/SK/VI/2008
adalah sebagai berikut.
A. Lokasi
1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar, rawan longsor,
banjir dsb
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan penerbangan termasuk
sempadan jalan
4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi pertambangan

70
5. Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya
B. Bangunan
1. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Penataan Ruang dagang
a. pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya seperti : basah,
kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas
b. pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
c. tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus
d. setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5 meter
e. setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah dilihat
f. jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10 m atau
dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m khusus untuk jenis pestisida, bahan
berbahaya dan beracun (B3) dan bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak
berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan.
3. Ruang Kantor Pengelola
a. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai sesuai ketentuan yang berlaku
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir
4. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan
a. Tempat penjualan bahan pangan basah
1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan kemiringan yg cukup shg
tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat
pembatas dan mudah dibersihkan dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan
tahan karat dan bukan dari kayu.
2. Penyajian karkas daging harus digantung
3. Alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan beracun, kedap
air dan mudah dibersihkan
4. Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat
5. Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging menggunakan rantai dingin
(cold chain) atau bersuhu rendah (4-10º c)
6. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
7. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
8. Saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku sehingga
memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan
9. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
10. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa,
tikus, nyamuk
b. Tempat penjualan bahan pangan kering

71
1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan mudah dibersihkan, dengan
tinggi minimal 60 cm dari lantai
2. Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
3. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
4. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
5. Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat perindukannya (tempat
berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
c. Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji
1. Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan mudah dibersihkan, dengan
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
2. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
3. Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah berkarat dan mudah
dibersihkan
4. Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan kemiringan yg cukup
5. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
6. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa,
tikus, nyamuk
7. Pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak boleh digunakan untuk
makanan kering/mentah
d. Area Parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti : mobil, motor, sepeda,
andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah yang cukup,
minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur masuk dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir
e. Konstruksi
1) Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya binatang penular
penyakit
b. Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya genangan
air pada atap dan langit2
c. Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
d. Atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir
2) Dinding
a. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang

72
b. Permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan
kedap air
c. Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding lainnya harus berbentuk
lengkung (conus)
3) Lantai
a. Lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak dan mudah
dibersihkan
b. Lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya harus
mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga tidak terjadi genangan air.
f. Tangga
1) Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2) Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
3) Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
4) Memiliki pencahayaan minimal 100 lux
g. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling berhadapan
(cross ventilation).
h. Pencahayaan
1) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengelolaan bahan
makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan
2) Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas minimal 100 lux
i. Pintu masuk
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam agar
menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk
menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk.
C. Sanitasi
1. Air Bersih
a. Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara berkesinambungan, minimal 40 liter per
pedagang
b. Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan
c. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi dengan kran yg
tidak bocor
d. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m
e. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali
2. Kamar mandi dan toilet
a. Harus tersedia toilet laki2 dan perempuan yg terpisah dilengkapi dengan tanda/simbol yg jelas dengan
proporsi sbb :

73
b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg cukup dan bebas jentik
c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan sabun dan air yg mengalir
e. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari
air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga tidak terjadi genangan
g. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan bahan pangan
h. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
i. Tersedia tempat sampah yang cukup.
3. Pengelolaan Sampah
a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering
b. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan
c. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air atau kontainer, mudah
dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
4. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam sehingga mudah dibersihkan
b. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sebelum
akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku sehingga mencegah genangan air
e. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali
5. Tempat Cuci Tangan
a. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau
b. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan limbahnya dialirkan ke saluran
pembuangan yg tertutup
6. Binatang penular penyakit (vektor)
a. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus
b. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol
c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai dengan area pasar
d. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net

74
e. Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %
7. Kualitas makanan dan bahan pangan
a. Tidak basi
b. Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna textil yang berbahaya
sesuai dengan peraturan yg berlaku
c. Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas
d. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu 2003 tentang makanan jajanan
e. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-10ºC), tidak kadaluwarsa dan berlabel
jelas
f. Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur, buah dan minuman disimpan dalam
suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7 ºC
g. Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan langit-langit : jarak dengan lantai 15
cm, dg dinding 5 cm, dg langit2 60 cm
h. Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100 kuman per cm3
permukaan dan kuman esdhericiacoli adalah nol
8. Desinfeksi pasar
a. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan
b. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pedagang dan Pekerja
a. Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas menggunakan alat pelindung diri
sesuai dg pekerjaanannya (sepatu boot, sarung tangan, celemek, penutup rambut dll)
b. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangn dg sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang terutama
bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidak meludah dan buang dahak
sembarangan dll)
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6 bulan sekali
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti : diare, hepatitis,
TBC, kudis, ISPA dll
2. Pengunjung
a. Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak merokok, tidak meludah
dan buang dahak sembarangan dll
b. Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup, daging, ikan.
3. Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan keamanan pangan.

E. Keamanan
1. Pemadam Kebakaran
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran yg cukup dan berfungsi serta tidak kadaluwarsa
b. Tersdia hidran air dg jumlah cukup menurut ketentuan berlaku
c. Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah penyelamatan diri
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran
75
2. Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya

F. Fasilitas Lain
1. Tempat Sarana Ibadah
a. Tersedia tempat ibadah dan tempat wudlu dg lokasi yg mudah dijangkau dengan sarana yang bersih
dan tidak lembab.
b. Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yg cukup
c. Ventilasi dan pencahayaan sesuai dg persyaratan
2. Tempat Penjualan Unggas Hidup
a. Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utam
b. Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri
c. Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yg kuat dan mudah
d. Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yg memenuhi persyaratan yg ditetapkan oleh Departemen
Pertanian
e. Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dg sabun dan air besih yg cukup
f. Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus
g. Tersedia penampungan sampah yg terpisah dari sampah pasar
h. Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan pengangkut dan kandang
unggas.
3. Pos Pelayanan Kesehatan
Tersedia pos pelayanan kesehatan yg mudah dijangkau dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) yg memadai

C. Permasalahan yang dihadapi


Adapun permasalahan yang terdapat pada pasar tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Tidak tersedia sabun di tempat cuci tangan maupun di toilet.
2) Pengelolaan sampah yang kurang seperti antara sampah basah dan kering tidak dipisah, tidak
menggunakan tempat sampah yang kedap air, dan tidak tertutup.
3) Terdapat binatang penular penyakir dan tempat perindukannya berupa tempat sampah yang tidak
tertutup.
4) Tidak ada penangkal petir pada atap yang memiliki ketinggian lebih dari 10 meter.
5) Beberapa lantai ada yang retak.
6) Khusus kios/los penjual daging, ikan, dan sejenisnya tidak menggunakan pintu yang dapat membuka
dan menutup sendiri atau tirai plastik untuk menghalangi binatang atau serangga penular penyakit.
7) Pada toilet tidak terdapat toilet dengan leher angsa, sabun cuci tangan serta jarak toilet kurang dari 10
meter dari los/kios bahan pangan.
8) TPS berupa bangunan yang tidak dibersihkan secara total, artinya masih ada sisa-sisa sampah yang
bisa menghasilkan bau yang tidak sedap saat hujan serta bisa menjadi tempat perindukan bagi binatang
penular penyakit.

76
9) Desinfeksi pasar tidak dilakukan dalam 1 bulan sekali, hanya dilakukan pemeriksaan bahan kimia oleh
BPOM 3-4 kali dalam 1 tahun dan fogging 2 bulan sekali.
10) Pedagang daging/unggas dan ikan tidak menggunakan alat pelindung diri.
11) Tersedia hidran air tapi sudah tidak bisa digunakan.
12) Tempat penjualan unggas hidup terletak dekat dengan pasar utama (tidak pada tempat khusus).
Fasilitas untuk memotong unggas tidak memenuhi syarat (kotor) dan tidak ada tempat sampah khusus.

D. Upaya Pengendalian
Adapun upaya yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Terkait dengan tempat sampah, diperlukan tempat sampah terpisah antara sampah basah dan kering
serta perlu disediakan tempat sampah yang kedap air dan tertutup setiap 10 meter.
2) Perlu disediakan sabun di toilet maupun di tempat mencuci tangan.
3) Perlu ada penangkal petir pada atap yang memiliki ketinggian lebih dari 10 meter.
4) Mengganti lantai yang retak.
5) Untuk kios/los penjual daging, ikan, dan sejenisnya hendaknya menggunakan pintu yang dapat
membuka dan menutup sendiri atau tirai plastik untuk menghalangi binatang atau serangga penular
penyakit.
6) Dilakukan pembersihan pada TPS secara total seminggu sekali agar kotoran-kotoran sisa tidak menjadi
tempat perindukan bagi binatang penyebab penyakit dan tidak menimbulkan bau saat hujan.
7) Pedagang daging/unggas dan ikan hendaknya menggunakan alat pelindung diri dan melakukan PHBS.
Pedagang dapat diberikan KIE atau sosialisasi terkait hal tersebut.
8) Hidran air yang ada sebisa mungkin diperbaiki atau buat hidran air yang baru.
9) Tempat pemotongan unggas perlu dijaga kerbersihannya salah satunya dengan menyediakan tempat
sampah khusus dan dilakukan pembersihan terhadap alat-alat yang digunakan.

77
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pasar Sehat
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern

78
FORMULIR INSPEKSI PASAR
( UNTUK PETUGAS )

I. DATA UMUM :

1. NAMA PASAR : Pasar Agung Desa Pakraman Peninjoan


: Jl. Cekomaria No. 1 Desa Pakraman
Peninjoan, Peguyangan Kangin, Kec.
2. ALAMAT PASAR Denpasar Utara

3. NAMA PENGELOLA PASAR : Ketut Budiarta


( PENANNGGUNGJAWAB )
4. JUMLAH KIOS / LOS : 93
5. JUMLAH PEDAGANG : 353
6. JUMLAH ASOSIASI/KELOMPOK
PEDAGANG : -

II. DATA FISIK :

NO VARIABEL UPAYA BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SCORE

1 2 3 4 5 6
A LOKASI 5
(Nilai maksimal 500)

1. Sesuai Rencana UmumTata Ruang 20 0


2. Tidak terletak pada daerah rawan 20 100
bencana
3. Tidak terletak pada daerah rawan 100
kecelakaan 20
4. Tidak terletak pada daerah bekas 20 100
5. Mempunyai batas wilayah yang jelas 20 100
B BANGUNAN PASAR 20
(Nilai maksimal 2000)
1 Umum 0,5 100 0
Bangunan dan rancang bangun sesuai
dengan peraturan yang berlaku
2 Penataan ruang 4 25 100
dagang 1. Pembagian area sesuai dengan
peruntukannya (zoning)
2. Zoning dengan identitas lengkap 5 20

3. Lebar lorong antar los minimal 1,5 meter 15 60


4. Jarak tempat penampungan dan 0 0
pemotongan unggas dengan bangunan
pasar minimal 10 meter atau dibatasi
tembok
15 0
5. Pestisida dan bahan berbahaya beracun
terpisah dengan zona makanan dan bahan
pangan
3 Ruang kantor 0,5 40 20
pengelola 1. Ventilasi minimal 20 % dari luas lantai
2. Pencahayaan minimal 100 lux 40 20

3. Tersedia toilet dan tempat cuci tangan 20 0


4 Tempat penjualan 15

79
bahan pangan dan
makanan
4.1 Tempat penjualan 4 1. Meja tempat penjualan (nilai 10)
bahan pangan basah
a. Tahan Karat 4 4
b. Rata 2 2
c. Kemiringan 2 2
d. Tinggi 60 cm 2 2
2. Karkas daging digantung 4 0
15
3. Alas pemotong (talenan) tidak terbuat 0
dari kayu, tidak beracun, kedap air dan
mudah dibersihkan
15
4. Tempat penyimpanan bahan pangan 60
dengan rantai dingin (COLD CHAIN) bersuhu
(4-10 0C)
8 32
5. Tersedia tempat pencucian bahan
pangan dan peralatan
6. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
14):
a. Sabun 6 0
b. Air mengalir 8 32
7. Saluran pembuangan limbah (nilai 10) :
a. Tertutup 5 20
b. Kemiringan 5 20
8. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah (sampah basah & kering) 4 0

b. Kedap air 3 0

c. Tertutup 3 0
10 0
9 Bebas binatang penular penyakit
(vektor) & tempat perindukannya
4.2 Tempat penjualan 3 1. Meja tempat penjualan dengan:
bahan pangan kering
permukaan rata, mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal
60 cm (nilai 20)
a. Permukaan rata 10 30
b. Mudah dibersihkan 5 0
c. Tinggi minimal 60 cm 5 0
2. Meja terbuat dari bahan tahan karat 20 0
3. Tempat sampah (nilai 20) :
a. Terpisah basah dan kering 0 0
b. Kedap air 5 15
c. Bertutup 5 0
4. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
20) :
a. Dengan sabun 0 0
b. Air mengalir 14 42
5. Bebas vektor penular penyakit dan 20 0

80
4.3 Tempat penjualan 3 1. Tempat penyajian makanan
makanan matang/ (nilai 20) :
siap saji
a. Tertutup 4 12
b. Bahan Tahan Karat 3 9
c. Permukaan Rata 3 0
d. Mudah dibersihkan 3 9
e. Tinggi Minimal 60 cm 3 0
2. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai 20)
:
a. Dengan sabun 6 0
b. Air mengalir 14 42
3. Tempat cuci peralatan (nilai 20) :
a. Kuat 6 18
b. Aman 4 0
c. Tidak berkarat 4 0
d. Mudah dibersihkan 6 0
10 0
7. Pisau yang digunakan untuk memotong
bahan mentah dan bahan matang berbeda
dan tidak berkarat
8. Saluran pembuangan limbah
(nilai 10 ):
a. Tertutup 5 0
b. Kemiringan 5 0
6. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah basah dan kering 6 0
b. Kedap air 2 0
c. Bertutup 2 0
10 0
7. Bebas vektor penular penyakit dan
tempat perindukannya
4.4 Area Parkir 1 15 15
1. Ada pemisah yang jelas dengan batas
wilayah pasar
10 10
2. Parkir mobil, motor, sepeda,
andong/delman, becak terpisah
10 0
3. Tersedia area parkir khusus kendaraan
pengangkut hewan hidup
4. Tersedia area khusus bongkar muat 10 10
barang
5. Tidak ada genangan air 10 10

6. Tersedia tempat sampah setiap radius 0


10 meter 15
7. Ada jalur dan tanda masuk dan keluar 10
kendaraan yang jelas 10
8. Ada tanaman penghijauan 10 10
9. Adanya area resapan air 10 10
4.5 Konstruksi : 4

81
4.5.1 Atap 0,5 1. Atap (nilai 40) :
a. Kuat 20 10
b. Tidak bocor 10 5
c. Tidak menjadi tempat perindukan 5
vector 10
40 20
2. Kemiringan atap cukup dan tidak
memungkinkan genangan air
3. Atap dengan ketinggian lebih 10 meter 0
dilengkapi penangkal petir 20
4.5.2 Dinding 0,5 1. Keadaan dinding (nilai 40)
a. Bersih 15 0
b. Tidak lembab 15 0
c. Berwarna terang 10 5
2. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari (nilai 40) :
a. Bahan yang kuat 20 10
b. Kedap air 20 10
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus
lengkung (conus) 0
4.5.3 Lantai 0,5 1. Keadaan lantai (nilai 70) :
a. Kedap air 15 7,5
b. Rata 15 7,5
c. Tidak licin 15 7,5
d. Tidak retak 10 0
e. Mudah dibersihkan 15 0

2. Lantai kamar mandi, tempat cuci dan


15
sejenisnya mempunyai kemiringan ke
saluran pembuangan 30
4.5.4 Tangga 0,5 0
1. Tinggi, lebar, kemiringan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku 40
2. Terdapat pegangan tangan, 20 0
3. Kuat dan tidak licin 20 10
4. Pencahayaan minimal 100 lux 20 10
4.5.5 Ventilasi 1 Minimal 20% dari luas lantai 100 100
4.5.6 Pencahayaan 0,5 Intensitas pencahayaan cukup untuk 100 50
melakukan pekerjaan pengelolaan dan
pembersihan bahan makanan minimal 100
lux
4.5.7 Pintu 0,5 Khusus kios/los penjual daging, ikan, dan 100
sejenisnya menggunakan pintu yang dapat 0
membuka dan menutup sendiri atau tirai
plastik untuk menghalangi binatang atau
serangga penular penyakit
SANITASI 30
(Nilai maksimal 3000)
C.
1. Air Bersih 4 40 160
1. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah
yang cukup (minimal 40 liter per pedagang)

82
30 0
2. Kualitas air bersih memenuhi syarat
kesehatan
20 0
3. Jarak sumber air bersih dengan septick
tank minimal 10 meter
10 40
4. Pengujian air bersih dilakukan 6 bulan
sekali
2. Kamar mandi dan 4
1. Toilet : laki-laki dan perempuan terpisah
toilet
dengan jumlah cukup (nilai 10)
a. Terpisah 5 20

b. Jumlah cukup 5 20
10 40
2. Tersedia bak dan air bersih dengan
jumlah cukup dan bebas jentik
3. Toilet dengan leher angsa 10 0

4. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun 0 0

5. Tersedia tempat sampah yang tertutup 10 40


10
6. Tersedia septik tank dengan lubang 40
peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan
7. Letak toilet minimal 10 meter dari 10
tempat penjualan makanan dan bahan 0
pangan
8. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai 10 40

9. Pencahayaan minimal 100 lux 10 40


10 0
10. Lantai kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, dengan kemiringan cukup
3. Pengelolaan sampah 4 10 0
1. Setiap kios/lorong/los tersedia tempat
sampah basah dan kering
2. Tempat sampah terbuat dari (nilai 20) :
a. Bahan kedap air 5 0

b. Tidak mudah berkarat 5 0

c. Kuat 4 0

d. Tertutup 3 0

e. Mudah dibersihkan 3 0

3. Tersedia alat pengangkut sampah (nilai 60


15) :
a. Kuat 8 32

b. Mudah dibersihkan 7 28

4. Tersedia tempat pembuangan sampah


sementara (TPS) (nilai 15) :
a. Kuat 4 16

b. Kedap air 4 16

c. Mudah dibersihkan 4 0

d. Mudah dijangkau 3 12
10 0
5. TPS tidak menjadi tempat perindukan
binatang penular penyakit

83
10 40
6. TPS tidak di jalur utama pasar dan
berjarak minimal 10 meter dari bangunan
pasar
7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam 10 40
4. Drainage 4 30 0
1. Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari
logam dan mudah dibersihkan
2. Limbah cair mengalir lancar 30 120
3. Limbah cair harus memenuhi baku 10 0
mutu
4. Tidak ada bangunan di atas saluran 10 0
10 40
5. Pengujian kualitas limbah cair berkala
setiap 6 bulan sekali
5. Tempat cuci tangan 4 1. Lokasi mudah dijangkau 40 160

2. Dilengkapi sabun 0 0

3. Tersedia air mengalir 40 160


6. Binatang penular 3 15 0
1. Los makanan siap saji dan bahan
penyakit /vektor
pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan
tikus
2. Angka kepadatan tikus nol 20 0
20 0
3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2
ekor per plate di titik pengukuran
20 0
4. Angka kepadatan lalat maksimal 30 per
gril net di tempat sampah dan drainage
20 0
5. Container Indeks (CI) jentik nyamuk
aedes tidak melebihi 5%
7. Kualitas makanan 4 20 80
dan bahan pangan 1. Tidak basi
2. Tidak mengandung bahan berbahaya 10 40
10 40
3. Tidak mengandung residu pestisida di
atas ambang batas
5 0
4. Kualitas makanan siap saji sesuai
dengan peraturan
10 0
5. Makanan dalam kemasan tertutup
disimpan dalam suhu 4-10oC
10 40
6. Ikan, daging, dan olahannya disimpan
dalam suhu 0 s/d 4 C
10 0
7. Sayur dan buah disimpan dalam suhu
10 ºC, telor, susu dan olahannya disimpan
dalam suhu 5-7ºC
8. Penyimpanan bahan makanan dengan 10 0
jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari dinding,
dan 60 cm dari langit-langit
10 0
9. Kebersihan peralatan makanan
maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E-COLI nol
8. Desinfeksi pasar 3 50 0
1. Dilakukan secara menyeluruh 1 hari
dalam sebulan

84
50 0
2. Bahan desinfeksi tidak mencemari
lingkungan
D PERILAKU HIDUP 30
BERSIH DAN SEHAT
(Nilai maksimal 3000)
1. 15 5 0
Pedagang dan 1. Pedagang daging/unggas dan ikan
pekerja menggunakan alat pelindung diri
20 0
2. Berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi 10 150
pedagang secara berkala minimal 6 bulan
sekali
40 0
4. Pedagang makanan siap saji tidak
sedang menderita penyakit menular
langsung seperti : diare, hepatitis, TBC,
kudis, dll
2. Pengunjung 10 50 0
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
2. Cuci tangan dengan sabun setelah 0 0
memegang unggas/hewan hidup, daging
atau ikan
3. Pengelola 5 Memahami dan mempunyai keterampilan 50 250
tentang hygiene sanitasi dan keamanan
pangan (pernah mengikuti kursus/pelatihan
di bidang sanitasi dan hygiene makanan
dan pangan)
E. KEAMANAN 5
(Nilai maksimal 1000)

1. Pemadam kebakaran 3
1. Tersedia peralatan pemadam
kebakaran dengan jumlah cukup dan
berfungsi (nilai 40) :
a. Ada 20 60

b. Jumlah cukup 10 0

c. 80 % berfungsi 10 30

2. Tersedia hidran air 30 0


20 0
3. Letak peralatan pemadaman kebakaran
mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan
10 30
4. Adanya SOP penggunaan alat
pemadam kebakaran
2. Keamanan 2 1. Ada Pos Keamanan 50 150

2. Ada personil/petugas keamanan 50 150


F. FASILITAS LAIN 10
(Nilai maksimal 1000)

1. Tempat / sarana 2 40 0
ibadah 1. Tersedia tempat ibadah yang bersih,
dan tempat wudhu
2. Tersedia air dengan jumlah yang cukup 40 0
20 40
3. Ventilasi dan pencahayaan sesuai
dengan persyaratan

85
2. Tempat penjualan 5 20 0
unggas hidup 1. Tersedia tempat khusus yang terpisah
dari pasar utama
10 50
2. Mempunyai akses masuk dan keluar
kendaraan pengangkut unggas tersendiri
10 0
3. Kandang tempat penampungan unggas
kuat dan mudah dibersihkan
10 0
4. Tersedia fasilitas pemotongan unggas
umum yang memenuhi syarat
10 0
5. Tersedia sarana cuci tangan dengan
sabun dan air bersih
6. Tersedia saluran pembuangan limbah 10 0
10 0
7. Tersedia penampungan sampah
terpisah dari sampah pasar
20 0
8. Tersedia sarana desinfeksi khusus di
pintu masuk
3. Tersedia pos pelayan 3 50 150
kesehatan dan
Pertolongan Pertama Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan
Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama Pada
(P3K) Kecelakaan (P3K)
JUMLAH 100
3732,5

Penilaian ini dilakukan oleh Tim Pembina Pasar setiap enam (6) bulan sekali

Denpasar, 3 Maret 2017

Mengetahui :
Pengelola Pasar Tim Penilai :

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
(Ketut Budiarta) 4. ......................................

CATATAN :

Tidak sehat : total score < 6.000


Kurang Sehat : total score 6.000 – 7.499
Sehat : total score 7.500 – 10.000

Pasar ini termasuk pasar tidak sehat karena perolehan skore kurang dari 6000.

86
LAMPIRAN

87
88
89
BAB 8.
PANDUAN SANITASI PANGKAS RAMBUT

1. Pengertian
Pengertian Pemangkasan Rambut
Secara ''Ethymologi'' kata pemangkasan terdiri dari kata dasar "pangkas" yang artinya potong,
sehingga pemangkasan adalah tindakan memotong rambut atau mengurangi panjang rambut
seseorang. Selain untuk mengurangi panjang rambut, pemangkasan berfungsi untuk
merapikan rambut merubah penampilan, persiapan untuk proses pengeritingan dan mengikuti
mode yang sedang berlaku. (E-learning Universitas Negeri Yogjakarta, 2012)

Pangkas rambut dikenal pula dengan sebutan barbershop. Kata ‘barber’ berasal dari istilah
Latin ‘barba’ yang berarti jenggot dan barber ini lebih cenderung ke kaum pria. Barbershop
merupakan public service yang menyediakan jasa cukur rambut sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Adanya kehadiran sebuah barbershop banyak di pengaruhi oleh adanya
faktor gaya hidup dan tren di masyarakat yang terus berkembang seiring berkembangnya
jaman. (Artha, 2014)

Tempat pangkas rambut merupakan salah satu fasilitas umum yang harus dijaga sanitasinya.
Sanitasi tempat-tempat umum bertujuan untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari
tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya
berbagai jenis penyakit, atau suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-
hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan. (Widyawati, 2015)

2. Standar Tempat Pangkas Rambut


Tempat pangkas rambut adalah suatu tempat beserta fasilitasnya untuk melayani pangkas
rambut bagi umum. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Tempat Pangkas Rambut

90
adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum. Tetapi dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut tidak dijelaskan secara
detail mengenai standar tempat pangkas rambut.
Beberapa persyaratan yang ditetapkan, antara lain:

1. Ketersediaan tempat duduk yang bebas dari kutu busuk dan serangga lainya dan selalu di
jaga kebersihannya
2. Pencahayaan minuman 8 fc dan tidak menyilaukan
3. Lubang fentilasi minimal 10 % dari luas lantai ruang tunggu
4. Lantai tidak lebab dan mudah dibersihkan
5. Tersedia kotak sampah dan kantong pembungkus rambut sebelum dibuang
6. Pencahayaan tidak menyilaukan, minimal 15 fc
7. Lubang fentilasi minimal 10 % dari luas lantai ruang kerja
8. Lantai tadak lembab dan mudah dibersihkan
9. Harus ada tempat cuci tangan
Sedangkan komponen- komponen inspeksi sanitasi Tempat Pangkas Rambut antara lain
meliputi :
1. Ruang tunggu
2. Alat - alat Kerja
3. Karyawan

3. Hasil
a. UMUM
Nama Tempat : Chaniago Barber Shop
Alamat : Jalan Tukad Banyu Poh
Penanggung Jawab : Haikal
Jumlah Karyawan :1
b. PENILAIAN
No. Komponen Ya/Tidak Keterangan
1. Ruang Tunggu
a. Tersedianya tempat duduk Ya Tempat duduk di ruang
yang bebas dari kutu busuk dan tunggu terbuat dari kayu

91
serangga lainnya dan selalu sehingga mudah
dijaga kebersihannya dibersihkan
b. Tersedianya tempat abu atau Ya Asbak tersedia di meja
puntung rokok ruang tunggu
c. Pencahayaan minimum dan Fc Ya Ruang tunggu keadaanya
dan tidak menyilaukan terbuka, sehingga
pencahayaan baik
d. Lubang ventilasi minimal 10% Ya Ruang tunggu keadaanya
dari luas lantai ruang tunggu terbuka, sehingga untuk
pertukaran udara tidak
menggunakan ventilasi
e. Lantai tidak lembab dan mudah Ya Lantai di ruang tunggu
dibersihkan mudah dibersihkan
2. Ruang Kerja
a. Tersedianya kotak sampah dan Ya Tempat sampah sudah
kantong pembungkus rambut diberisi kantong plastic
sebelum dibuang
b. Pencahayaan tidak Ya Ruang kerja keadaannya
menyilaukan minimal 15 Fc terbuka, tetapi tidak
menyilaukan
c. Lubang ventilasi minimal 10% Ya Ruang kerja keadaanya
dari luas lantai ruang kerja terbuka, sehingga untuk
pertukaran udara tidak
menggunakan ventilasi
d. Lantai tidak lembab dan mudah Ya Setiap selesai memangkas
dibersihkan rambut, lantai selalu
dibersihkan
e. Harus ada tempat cuci tangan Ya Karyawan biasanya
mencuci tangan dishower
yang digunakan untuk
mencuci rambut

92
3. Alat-alat Kerja
a. Alat-alat kerja yang Ya Gunting dan alat cukur
berhubungan dengan kulit dibersihkan setiap hari
seperti sisir, gunting, mesin
cukur, harus selalu dijaga
kebersihannya setiap kali atau
setelah dipakai
b. Handuk kecil tersedia Ya Rata-rata tamu 10
sebanyak rata-rata tamu atau orang/hari dan jumlah
langganan handuk sudah mendekati
jumlah tamu rata-rata yaitu
7 buah
c. Kain penutup badan berwarna Tidak Kain penutup badan
putih berjumlah rata-rata tamu berwarna merah muda dan
atau pelanggan per harinya berjumlah 3 buah
d. Tempat bedak dan sabun harus Tidak Tempat spon bedak masih
selalu bersih dari potongan- terdapat sisa potongan
potonan rambut rambut
e. Cermin harus baik dan tidak Ya Cermin tidak bergelombang
bergelombang
4. Karyawan
a. Pemangkas rambut harus Tidak Karyawan tidak
mempunyai sertifikat mempunyai sertifikat
kesehatan yang di keluarkan kesehatan
oleh Dinas Kesehatan setempat
dan masih berlaku
b. Karyawan harus berpakaian Ya Pakaian karyawan sudah
kerja yang bersih bersih
c. Tersedia kotak P3K Tidak Tidak tersedia kotak P3K

Jumlah Ya : 14

93
Jumlah Tidak: 4

4. Permasalahan dan Upaya Penyelesaian


a. Kain penutup badan jumlahnya kurang dari rata-rata pelanggan per hari.
Jumlah kain penutup badan di Chaniago Barbershop berjumlah 3 buah, sedangkan rata-
rata pelanggan per hari 10 orang.
Hal yang dapat dilakukan di Chaniago Barbershop adalah menambah kain penutup badan
agar jumlahnya sesuai dengan rata-rata pelanggan per harinya, agar kain tidak digunakan
berulang-ulang oleh pengunjung.
b. Tempat bedak dan sabun terdapat potongan rambut
Tempat bedak dan sabun di Chaniago Barbershop terdapat sisa-sisa potongan rambut,
selain itu di spon yang digunakan membersihkan rambut di leher juga terdapat sisa
potongan rambut. Jika peralatan kurang bersih, pelanggan dapat terkena penyakit
dermatitis seperti gudig, exzeem, dan patek disebabkan karena alat-alat yang langsung
menyentuh kulit penderita ditularkan kepada orang lain. (Widyawati, 2015)
Hal yang dapat dilakukan adalah selalu membersihkan tempat bedak dan sabun setiap
selesai memangkas rambut pelanggan, serta mencuci spon dan menggantinya secara
berkala jika sudah spon sudah terlihat tidak bersih.
c. Pemangkas rambut tidak mempunyai sertifikat dari Dinas Kesehatan
Sertifikat pemeriksaan kesehatan dari Dinas Kesehatan diperlukan untuk memeriksa
pemangkas rambut dari penyakit pernafasan seperti Influenza dan TBC agar tidak
menularkan ke pelanggannya (Widyawati, 2015)
Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan kepedulian pemangkas rambut di Chaniago
Barbershop untuk melakukan check up kesehatan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyakit menular yang diderita oleh pemangkas rambut.
d. Tidak tersedia kotak P3K
Kotak P3K adalah suatu kotak yang berisi obat-obatan serta peralatan medis ringan yang
menunjang untuk pertolongan medis pertama. Kegunaan kotak P3K di tempat pangkas
rambut adalah untuk pertolongan pertama jika pelanggan atau pemangkas rambut terkena
benda tajam seperti gunting, silet, atau bergas.

94
Hal yang dapat dilakukan di Chaniago Barbershop adalah dengan menambahkan kotak
P3K, sehingga jika terjadi luka dapat tertangani dengan cepat.

95
Daftar Pustaka

Artha K, Yudi. 2014. Perancangan Media Komunikasi Visual Gangs Barbershop di Bali.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=194502&val=6515&title=Perancanga
n%20Media%20Komunikasi%20Visual%20Gangs%20Barbershop%20di%20Bali diakses
11 Maret 2017
E-learning Universitas Negeri Yogjakarta. 2012. http://besmart.uny.ac.id/course/view/463 diakses
11 Maret 2017
Widyawati, Dwiana. 2015. Studi Sanitasi Barbershop (Tempat Pangkas Rambut) di Wilayah Kerja
Puskesmas II Purwokerto Utara Tahun 2015. https://drive.google.com/file/d/0B6_Q-
tzKVAvGY2xxd0cxN2hVYjg/view diakses 13 Maret 2017

96
BAB 9.
Sanitasi depot air isi ulang

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan ekonomi sangatlah pesat, yang
menyebabkan setiap orang memiliki kebutuhan yang bermacam – macam baik dari kebutuhan
pokok hingga kebutuhan tambahan. Untuk tetap mengikuti oerkembangan ekonomi maka
masyarakat pun cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan setiap
orang pun bervariasi sesui dengan tingkat pendidikan, cara hidup orang tersebut serta hal yang
ingin dicapai oleh seseorang. Beberapa kebutuhan yang ingin dicapai oleh seseorang antara
lain kebutuhan pokok yaitu sandang pangan dan papan. Selain dari kebutuhan pokok tersebut
salah satu kebutuhan yang ingin dicapai adalah air. Kebutuhan akan air sangatlah penting bagi
kelangsungan hidup setiap makhluk hidup sehari – hari. Air adalah kebutuhan yang sangat
penting bagi makhluk hidup karena makhluk hidup akan mati jika hidup tanpa air. Dalam tata
kehidupan masyarakat, kebutuhan air sangatlah berperan penting diantaranya untuk keperluan
rumah tangga seperti menyiram tanaman, kebersihan diri serta sebagai air minum. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, pengertian air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Asupan air
kedalam tubuh seseorang kira – kira memerlukan 2 liter tiap hari. Serta orang dapat hidup
berminggu – minggu tanpa makan, tetapi tanpa air seseorang hanyabisa bertahan 3 sampai 4
hari saja.
Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air guna menjamin kualitas air untuk kehidupan bangsa Indonesia. Pengelolaan
kualitas air bertujuan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai dengan
peruntukannya, sedangkan pengendalian air bertujuan untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air.
97
Di era sekarang dalam memenuhi kebutuhan akan air orang – orang lebih memilih yang
praktis agar dapat menghemat waktu sefektif mungkin di tengah kesibukan dalam mencari
penghasilan untuk hidup masing – masing. Dengan perkembang teknologi yang pesat saat ini,
orang – orang lebih memilih hal yang lebih mudah dan menghemat waktu baik dalam
pemenuhan kebutuhan makanan atau minuman.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum
dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi oleh
industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke
masyarakat. Akan tetapi kelamaan masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal,
sehingga muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang
(DAMIU). Karena kebutuhan akan air minum bersih semakin meningkat, maka banyak
masyarakat memanfaatkan fenomena ini dengan cara membuka usaha – usaha kecil yang
berhubungan dengan air minum seperti depot – depot air minum isi ulang.
Perkembangan depot air minum isi ulag saat ini tumbuh semakin pesat, pegusaha –
pengusaha depot air minum pun berlomba – lomba untuk mencari pelanggan tetap untuk
usahanya. dan tak jarang pengusaha – pengusaha depot air minum isi ulang ini berusaha lebih
memperkenalkan nama depot air minum isi ulang mereka dengan cara mempromosikannya
kepada masyarakat dengan cara berkeliling ke rumah warga dan menyediakan layanan siap
antar jemput bahkan memberikan bonus kepada pelanggan yang sudah sering memesan air isi
ulang di depotnya. Dengan adanya depot isi ulang ini, dapat mempermudah masyarakat untuk
menghemat waktu dan tanpa memesaka terlebih dahulu sebelum diminum yang dapat
menghabiskan banyak waktu dalam proses pemasakan air minum. Hal yang harus
dipertanyakan dalam benak orang adalah apakah air isi ulang tersebut tidak akan menyebabkan
penyakit bagi konsumen yang mengkonsumsinnya, apakah lingkungan usaha depot air minum
mendukung tidak menularkan penyakit bagi konsumen yang mengkonsumsi air minum isi
ulang tersebut, apakah kondisi tempat kerja atau tempat usaha depot air isi ulang tersebut sesuai
standar, apakah alat yang digunakan di usaha depot tersebut sesuai standar?
Berdasarkan uraian diatas, maka ada baiknya dilakukannya inpseksi depot air minum untuk
memastikan depot air minum isi ulang tersebut layak atau tidak untuk dikonsumsi.

98
2.1 Pengertian Depot Air Minum
Menurut Permenkes RI No.492/MENKES/SK/IX/2008 air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah badan usaha yang mengelola air minum
untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air
minum isi ulang (AMIU) lebih murah dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga 1/4
dari harga AMDK.

Prinsip proses produksinya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi
dimaksudkan, selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan koloid
termasuk mikroorganisme dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme berbahaya bagi tubuh yang tidak tersaring pada proses sebelumnya (Athena,
2004).

2.2 Standar Depot Air Minum


2.2.1 Syarat Air Minum
Secara umum, syarat syarat air yang baik dibeakan menajadi (Partiana, 2015) :
A. Syarat Fisik

Untuk air minum sebaiknya air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dengan
suhu dibawah suhu udara. Jika salah satu syarat fisik tersebut tidak terpenuhi, maka ada
kemungkinan air tersebut tidak sehat. Namun jika syarat- syarat tersebut terpenuhi, belum
tentu air tersebut baik diminum. Karena masih ada kemungkinan bibit penyakit atau zat
yang membahayakan kesehatan

B. Syarat Bakteriologis

Semua air minum hendaknya dapat terhindar terkontaminasi dari bakteri terutama yang
bersifat pathogen. Untuk mengukur air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang
digunakan adalah bakteri e.coli. dan coliform. Pemeriksaan air minum dengan
menggunakan Membrane Filter Technique, 90% dari sampel air yang di periksa selama
satu bulan harus terbebas dari bakteri e.coli dan coliform. Bila terjadi penyimpangan dari
ketentuan tersebut, maka air tersebut dianggap tidak memenuhi syarat dan perlu di selidiki

99
lebih lanjut. Bakteri escherichia coli dan coliform digunakan sebagai syarat bakteriologis,
karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemukan pada kotoran manusia dan relatif lebih
sukar dimatikan dengan pemanasan air.

C. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat- zat kimia
atau mineral terutama oleh zat- zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
Diharapkan zat ataupun bahan kimia yang terkandung dalam air minum tidak sampai
merusak bahan tempat penyimpanan air, namun zat ataupun bahan kimia dan atau mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam
sumber air minum tersebut.

Persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 492/menkes/per/IV/2010. Pada persyaratan
kualitas air terdapat dua parameter, yaitu parameter wajib dan parameter tambahan. Dimana
parameter wajib meliputi parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan parameter
yang tidak langsung dengan kesehatan dan pada parameter tambahan yang meliputi sodium,
timbal, pestisida, air raksa, nikel dll. Adapun penjabaran terkait dari parameter wajib diatas adalah
sebagai berikut:

100
101
102
2.2.2 Kualitas Air Minum

Menurut (Partiana,2015) kualitas air minum dikatakan baik apabila airnya jerih, tidak
berwarna, tidak berasa maupun tidak berbau. Selai itu pada air tidak mengandung kandungan
berbahaya bagi kesehatan manusia serta tidak mengandung zat kimia yang dapat menggangu
fungsi tubuh dari manusia itu sendiri.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 492/MENKES/PER/IV/2010,


yang menyatakan bahwa air minum harus memenuhi persyaratan parameter mikrobiologi, kimia
dan fisika (Kementeri Kesehatan Indonesia, 2010).

2.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum


Proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut menurut Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Indonesia (Menperindag,2004) :
1. Penampungan air baku dan syarat penampungan air baku yang diambil dari sumbernya
diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung pada bak atau tangki
penampungan (resevior). Tangki pengangkut yang digunakan untuk mengangkut harus
dibersihkan, disanitasi dan disinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari saringan pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah bertujuan untuk menyaring partikel- partikel kasar.
Bahan yang digunakan adalah butir- butir silika minimal 80%. Saringan karbon aktif yang
berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor
dan bahan organik. Saringan atau filter lainnya berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 mikron.

3. Desinfeksi

Untuk membunuh kuman pathogen maka memerlukan Desinfeksi. Proses desinfeksi dengan
menggunakan ozon berlangsung dalam tangka atau alat pencampur ozon lainnya dengan
konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara
0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi disini selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan
cara penyinaran Ultraviolet (UV).

1. Ultraviolet

103
Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang
lebih pendek dari spectrum antara 100- 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa
meninggalkan sisa radiasi dalam air. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet
bersistensi tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Radiasi sinar
ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktu yang cukup.
Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling
lama satu tahun sekali. Air yang disinari UV harus telah melalui filter halus dan karbon
aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup
tinggi).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen, termasuk
virus. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif dan disamping juga aman. Agar
pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri- bakteri
saja, maka sebelumnya dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan
penyaringan zat- zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat
dihilangkan. Desinfeksi dengan sistem ozonisasi dapat membuat kualitas air bertahan
selama satu bulan dan masih aman untuk dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan
ozonisasi kualitas airnya hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air sudah tidak
layak di konsumsi. Hal ini disebabkan karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan
jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008)

2.2.4 Higiene Sanitasi pada Depot air minum

Menurut buku “pedoman pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum”
tahun 2010. Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-faktor air
minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Hygiene Sanitasi Depot Air Minum meliputi :

1. Lokasi

104
Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan. Tidak
pada daerah: tergenang air rawa, tempat pembuangan kotoran atau sampah, penumpukan barang -
barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan

2. Bangunan

Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Tata ruang
usaha Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari Ruangan proses pengolahan, Ruangan proses
penyimpanan, Ruangan tempat pembagian/ penyediaan dan Ruang tunggu pengunjung

 Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Bahan kedap air, Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan, Kemiringan cukup untuk memudahkan pembersihan dan selalu dalam keadaan
bersih dan tidak berdebu

 Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Bahan kedap air, Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, Warna
dinding terang dan cerah dan selalu dalam keadaaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari
pakaian tergantung

 Atas dan langit- langit

Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor,
Kontruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof), Bahan langit- langit mudah dibersihkan dan
tidak berdebu, Permukaan langit- langit harus rata dan berwarna terang dan Tinggi langit-
langit minimal 2,4 meter dari lantai

 Pintu

Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, Pemasangannya rapi dan dapat menutup dengan baik

105
 Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10- 20
foot candle atau 100-200 lux

 Ventilasi

Untuk kenyamanan Depot Air Minum harusdiatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang
nyaman dengan cara: Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, Tidak mencemari proses
pengolahan dan atau air minum, Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan

3. Akses terhadap fasilitas sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut:

 Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah

 Fasilitas sanitasi ( jamban dan peturasan )

 Tempat sampah yang memenuhi persyaratan

 Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air baku

4. Sarana pengolahan air minum

 Alat dan perlengkapan yang di pergunakan untuk pengolahan air minum harus
mengunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti: Pipa
pengisian air baku, Tendon air baku, Pompa penghisap dan penyedot, Filter, Mikro filter,
Kran pengisian air minum curah, Kran pencucian/ pembilasan botol, Kran penghubung
(hose), Peralatan sterilisasi

 Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut
dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd)

 Alat dan perlengkapan yang digunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam
masa pakai (tidak kadaluarsa)

5. Air Baku

106
 Air baku adalah air yang memenuhi standar air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas
air minum

 Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses
pengolahan yang dapat menghasilkan air minumUntuk menjamin kualitas air baku
dilakukan pengambilan sampel secara periodik

6. Air Minum

 Air minum yang dihasilkan harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum

 Pemeriksaaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku,
pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S

7. Pelayanan Konsumen

 Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih

 Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/ pengelola Depot Air Minum

 Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter

 Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak
boleh disimpan di Depot Air Minum (>1 x 24 jam)

8. Karyawan

 Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular

 Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran

 Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun)

 Memakai pakaian kerja/ seragam yang bersih dan rapi

 Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen

107
 Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/ telinga/ gigi
pada waktu melayani konsumen

 Telah memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus operator Depot Air Minum

9. Pekarangan

 Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan

 Selalu dijaga kebersihannya setiap saat

 Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya

10. Pemeliharaan

 Pemilik/ penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggung
jawabnya.

 Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi:

- Tugas dan kewajiban karyawan

- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern

- Data alamat pelanggan (bertujuan untuk memudahkan investigasi dan pembuktian).

108
Hasil Penilaian Rumah Makan
Nama Depot Air Minum : ALMAA-U
Pemilik : Alimun
Golongan/Jumlah Karyawan : -
Pemeriksa : A. A. Santya Yuninda Yuniarsa
Tanggal : 6 Maret 2017
Ijin :-
Hasil Uji Lab : Coliform = 0, E coli = 0
Alamat : Ngalimuh, Jl. Tukad Pule

No Object
Bobot Opsi Nilai
1 Tempat
1 Lokasi bebas dari pencemaran dan 2 Tidak
penularan penyakit
2 Bangunan kuat, aman, mudah 2 Ya
dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya
3 Lantai kedap air, permukaan rata, 2 Ya
halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta kemiringan
cukup landai
4 Diniding kedap air, permukaan 2 Ya
rata, halus, tidak licin, tidak retak,
tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta warna yang
terang dan cerah.
5 Pintu, atap dan langit – langit harus 2 Ya
kuat, anti tikus, mudah
dibersihkan, tidak menyerap debu,
perukaan rata dan berwarna terang,

109
serta mempunyai ketinggian
cukup.
6 Tata ruang terdiri atas ruang proses 2 Tidak
pengolahan, penyimpanan,
pembagian/ penyediaan, dan ruang
tunggu pengunjung/konsumen.
7 Pencahayaancukup terang untuk 2 Ya
bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata
8 Ventilasi menjamin peredaran/ 2 Tidak
pertukaran udara yang baik
9 Kelembaban udara dapat 2 Tidak
memberikan mendukung
kenyamanan dalam
melakukanpekerjaan/aktifitas
10 Memiliki akses kamar mandi dan 2 Ya
jamban
11 Terdapat saluran pembuangan air 2 Tidak
limbah yang alirannya lancar dan
tertutup
12 Terdapat tempat sampah yang 2 Tidak
tertutup
13 Terdapat tempat cuci tangan yang 2 Tidak
dilengkapi air mengalir dan sabun
14 Bebas dari tikus, lalat dan kecoak 2 Ya
2 Peralatan
15 Peralatan yang digunakan terbuat 3 Ya
dari Tara Pangan

110
16 Mikrofilter dan peralatan 3 Ya
disinfeksi masih dalam masa
pakai/tidak kedaluarsa
17 Tandon air baku harus tertutup dan 2 Ya
terlindungi
18 Wadah/botol galon sebelum 2 Tidak
pengisian dilakukan pembersihan
19 Wadah/galon yang telah diisi air 2 Ya
minum harus langsung diberikan
kepada konsumen dan tidak boleh
disimpan pada DAM lebih dari
1x24 jam
20 Melakukan sistem pencucia 3 Ya
terbalik (Back washing) secara
berkala mengganti tabung macro
filter
21 Terdapat lebih dari satu micro flter 3 Ya
dengan ukuran berjenjang
22 Terdapat peralatan sterililsasi, 5 Ya
berupa ultra violet dan/atau
ozonisasi dan/atau peralatan
disinfeksi lainnya yang berfungsi
dan digunakan secara benar
23 Ada fasilitas pencucian dan 2 Tidak
pembilasan botol (galon)
24 Ada fasilitas pengisian botol 2 Ya
(galon) dalam ruang tertutup
25 Tersedia tutup botol baru yang 2 Ya
bersih
3 Penjamah

111
26 Sehat dan bebas dari penyakit 3 Ya
menular
27 Tidak menjadi pembawa kuman 3 Ya
penyakit
28 Berperilaku Higiene dan sanitasi 2 Ya
setiap melayani konsumen
29 Selalu mencuci tangan dengan 2 Tidak
dengan sabun dan air mengalir
setiap melayani konsumen
30 Menggunakan pakaian kerja yang 2 Ya
bersih dan rapih
31 Melakukan pemeriksaan kesehatan 3 Ya
secara berkala minimal 1 (satu)
kali dalam setahun
32 Operator/ penanggung jawab/ 3 Tidak
pemilik memiliki sertifikat telah
mengikuti kursus higiene
4 Air Baku dan Air Minum
33 Bahan baku memenuhi 5 Ya
persyaratan fisik, mikrobiologi dan
kimia standar
34 pengangkutan air baku memiliki 2 Ya
surat jaminan pasok air baku
35 Kendaraan air tangka trbuat dari 3 Ya
bahan yang tidak dapat melepas zat
– zat beracun kedalam air/ harus
tara pangan
36 Ada bukti tertulis/sertifikat sumber 2 Tidak
air

112
37 Pengangkutan air baku paling lama 3 Ya
12 Jam sampai ke depot air minum
dan selama perjalanan dilakukan
disinfeksi
38 Kualitas air minum yag dihasilkan 10 Ya
memenuhi persyarata fisik,
mikrobologi dan kimia standar
yang sesuai dengan standar baku
mutu atau persyaratan kualitas air
minum

Dari data yang diperoleh diatas, dapat diketahui bahwa :

No Objek Ya Tidak Total

1 Tempat 7 7 14

2 Peralatan 9 2 11

3 Penjamah 5 2 7

4 Air Baku dan Air Minum 5 1 6

Total 26 12 38

Permasalahan pada Depot Air Minum


Dari variabel di atas, permasalahan yang dihadapi dari Depot Air Minum tersebut antara lain :
1. Lokasi
Lokasi dai Depot Air Minum itu sendiri dekat dengan jalan, hal ini dapat menyebabkan
timbulnya sumbel pencemaran dari udara terhadapa kualitas air itu sendiri. Pencemaran
dari udara itu sendiri seperti asap kendaraan, debu dan cemaran lainhya
2. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah dari depot air minum ini, pada awalnya ditampung didalam ember
kecil setelah itu dibuang ke got yang ada didepan depot air minum tersebut.

113
3. Tata ruang
Tata ruang di DAM tersebut, tidak memiliki ruang yang mengkhusus seperti ruangan untuk
proses pengolahan, penyimpanan, pembagian/ penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/
konsumen.
4. Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi pada area Depot Air Minum.
5. Tempat sampah
Tidak memiliki tempat sampah pada area depot air minum
6. Tempat cuci Tangan
Tidak terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun. Selain itu
petugas dari DAM tersebut mencuci tangannya dengan air mengalir saja tanpa
menggunakan sabun saat melakukan pengisian ulang air minum
7. Kursus Higiene
Operator/ penanggung jawab/ pemilik tidak memiliki sertifikat telah mengikuti kursus
hygiene. Pemiliki depot mengatakan mereka hanya membuka saja dan saat melakukan
pengisian ulang hanya belajar dari tata cara pengisian yang tertera pada kemasan alat makro
filter tersebut.
8. Sertifikat sumber Air
Pemilik Depot tidak memiliki bukti tertulis/ sertifikat sumber air. Pemilik depot
mengatakan bahwa beliau tidak memiliki sertifikat tersebut, tetapi sertifikat sumber air bisa
diminta di pusat sumber air.
Upaya Pengendalian
1. Melakukan upaya KIE pengelolaan Depot Air Minum terhadap pengelola Depot Air
Minum isi ulang tersebut terkait penyehatan tempat usaha Depot Air Minum serta hygiene
dan sanitasi. Selain itu menyarankan pengelola untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang
terkait dengan hygiene dan sanitasi Depot Air Minum.
2. Pembuangan air limbah
Untuk pembuangan air limbahnya diharapkan untuk tidak membuangnya langsung di got,
lebih baik digunakan untuk menyiram aspal yang berada didepan usaha Depot agar tidak
banyak menimbulkan debu.
3. Menyediakan tempat sampah

114
Sebaiknya disetiap usaha depot air minum bisa menyediakan tempat sampah yang tertutup,
agar konsumen yang datang kedepot air minum tidak bingung dimana harus membuang
sampah yang sedang mereka bawa, agar tidak ada niat untuk membuang sampah di got.
4. Sertifikat Sumber Air
Sebaiknya pemilik Depot Air Minum isi ulang memiliki sendiri sertifikat sumber air. agar
konsumen bisa lebih percaya atas sumber air yang diolah menjadi air isi ulang adalah yang
terpercaya

115
DAFTAR PUSTAKA

Rumondor, P. P., Porotu’o, J., & Waworuntu, O. (2014). Identifikasi Bakteri Pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 2(2).
Wandrivel, R., Suharti, N., & Lestari, Y. (2012). Kualitas air minum yang diproduksi depot air
minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi. Jurnal
Kesehatan Andalas, 1(3).
Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes) RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
Keputusan Menteri Kesehatan (kepmenkes) RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes) RI No.736/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum

116
LAMPIRAN – LAMPIRAN

POSISI DEPOT AIR MINUM HASIL TES E COLI DAN COLIFORM 2015

MACROFILTER MICROFILTER

117
BAB 10.
INSPEKSI SANITASI PERUSAHAAN JASA BOGA

1. Definisi Jasaboga
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga menjelaskan bahwa
jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar
pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha. Sertifikat Laik Higiene
Sanitasi Jasaboga adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang
terhadap jasaboga yang telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Kementerian Kesehatan RI,2011).
Jasaboga berdasarkan luas jangkauan yang dilayani, dikelompokkan atas jasaboga
golongan A, jasaboga golongan B, dan jasaboga golongan C. Jasaboga golongan A
merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri atas
golongan A1 yaitu Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum,dengan
pengolahan makanan yang menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola. Golongan A2
yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum,dengan pengolahan yang
menggunakan dapur rumah tangga dan memperkerjakan tenaga kerja, dan golongan A3
yaitu Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan yang
menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja (Kementerian Kesehatan
RI,2011).
Jasaboga golongan B merupakan jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat
dalam kondisi tertentu meliputi asrama haji, asrama transito atau asrama lainnya; industry,
pabrik, pengeboran lepas pantai, angkutan umum dalam negeri selain pesawat udara; dan
fasilitas pelayanan kesehatan. Jasaboga golongan C merupakan jasaboga yang melayani

118
kebutuhan masyarakat didalam alat angkut umum internasional dan pesawat udara
(Kementerian Kesehatan RI,2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jasaboga yang kami lakukan
observasi yaitu jasaboga Mom’s Kitchen yang terletak di Jalan Pulau Belitung No. 22
Pedungan,Denpasar. Jasaboga Mom’s Kitchen yang dikelola oleh Luh Devi
Miharpurnamia Putri merupakan jasaboga golongan A yaitu kategori jasaboga golongan
A1. Hal tersebut dilihat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dari Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Hygiene
Sanitasi Jasaboga yang menjelaskan bahwa jasaboga golongan A1 adalah jasaboga yang
melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan makanan yang menggunakan
dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga (Kementerian Kesehatan RI,2011).
2. Hasil Form Observasi

JUMLAH
NO. URAIAN SKOR KETERANGAN
KRITERIA

Lokasi, Bangunan dan Masing-masing


1. 6 kriteria 6
Fasilitas kriteria bernilai 1.

Masing-masing
2. Pencahayaan 1 kriteria 1
kriteria bernilai 1.

Masing-masing
3. Penghawaan 1 kriteria 1
kriteria bernilai 1.

Masing-masing
4. Air bersih 1 kriteria 5
kriteria bernilai 5.

Masing-masing
5. Air kotor 1 kriteria 1
kriteria bernilai 1.

Fasilitas cuci tangan dan Skor maksimal


6. 1 kriteria 2
toilet yaitu 3

119
Masing-masing
7. Pembuangan sampah 1 kriteria 2
kriteria bernilai 2.

Ruang pengolahan Masing-masing


8. 2 kriteria 2
makanan kriteria bernilai 1.

1 kriteria yang
tidak terpenuhi
9. Karyawan 3 kriteria 8
dengan skor
maksimal 11.

1 kriteria yang
tidak terpenuhi
10. Makanan 2 kriteria 5
dengan skor
maksimal 6.

Skor maksimal
11. Perlindungan makanan 2 kriteria 7
yaitu 9

1 kriteria yang
Peralatan makan dan tidak terpenuhi
12. 3 kriteria 4
masak dengan skor
maksimal 9

Skor maksimal
13. Lain-lain 2 kriteria 7
yaitu 9

KHUSUS GOLONGAN
A1

Ruang Pengolahan
Masing-masing
14. makanan tidak dipakai 1 kriteria 1
kriteria bernilai 1.
sebagai ruang tidur.

Tersedia 1 (satu) buah Masing-masing


15. 1 kriteria 4
lemari es (kulkas) kriteria bernilai 4.

120
Belum Memenuhi
Jumlah 56 Skor Minimal
yaitu ≥ 65

3. Permasalahan Yang Terjadi Antara Lain


1. Fasilitas cuci tangan yang jumlahnya kurang karena jumlahnya hanya 1 berupa wastafel
serta lokasinya juga terletak jauh sehingga sulit untuk dijangkau.
2. Salah satu dari tenaga pemasak kondisi kukunya tidak dipotong pendek dan berkutek. Hal
tersebut bisa menjadi salah satu media penyebaran dan penularan penyakit pada makanan
yang akan dibuat.
3. Tenaga pemasak tidak memiliki pakaian kerja yang khusus dan bersih serta kondisi
rambutnya pun juga panjang.
4. Bahan yang terolah dalam wadah kemasan/kemasan yang tidak terdaftar dan tidak berlabel
kedaluwarsa. Karena wadah/kemasan yang dipakai pada usaha jasaboga ini menggunakan
Styrofoam sebagai wadah/kemasan yang dipakai.
5. Pada saat menyajikan makanan tidak ditutup sehingga makanan berpotensi terhadap
berbahaya terutama dalam kontaminasi dan penularan penyakit.
6. Alat makan dan masak yang digunakan dipakai berulang-ulang.
7. Proses pencucian tidak melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan,
perendaman, pencucian dan pembilasan.
8. Kurang maksimal akan perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan
hewan pengganggu lainnya.

4. Upaya Penyelesaian Masalah Antara Lain


1. Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan maupun bahan
makanan dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, saluran pembuangan tertutup, bak
penampungan air dan alat pengering. Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau dan dekat tempat bekerja. Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan
jumlah karyawan dengan perbandingan sebagai berikut : jumlah karyawan 1-10 orang
dengan jumlah 1 buah tempat cuci tangan, jumlah karyawan 11-20 orang dengan jumlah 2

121
buah tempat cuci tangan. Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 10 orang, ada
penambahan 1 (satu) buah tempat cuci tangan.
2. Tenaga / karyawan pengolah makanan harus rajin memotong kuku serta kondisi kukunya
bersih dan tidak berkutek. Tenaga /karyawan pengolah makanan juga harus memiliki
sertifikat kursus higene sanitasi makanan, berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung dengan
makanan dilakukan dengan menggunakan alat seperti sarung tangan, penjepit makanan dan
sendok garpu. Untuk melindungi dari pencemaran terhadap makanan menggunakan
celemek/apron, tutup rambut dan sepatu kedap air. Untuk perilaku selama bekerja/
mengelola makanan yaitu tidak memakai perhiasan,kecuali cincin kawin yang tidak
berhias (polos), selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah bekerja dan setelah
keluar dari toilet/jamban.
3. Tenaga/karyawan pengolah makanan dianjurkan selalu memakai pakaian kerja dan
pakaian pelindung dengan benar, selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak
dipakai diluar tempat jasaboga serta tenaga/karyawan pengolah makanan diharuskan
memotong rambutnya menjadi pendek, hal ini mencegah rambut tersebut jatuh ke dalam
makanan yang sedang diolah.
4. Wadah/kemasan yang digunakan diharuskan menggunakan wadah/kemasan yang berlabel
dan terdapat tanggal kedaluarsa makanan tersebut serta wadah yang digunakan berasal dari
wadah yang tahan panas dan aman bagi kesehatan seperti kotak plastik atau kotak kertas
sehingga harus dihindarkan menggunakan wadah/kemasan makanan yang berasal dari
Styrofoam.
5. Pada saat penyajian makanan diharuskan dengan menggunakan wadah tertutup dan setiap
jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah, hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi
kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan.
6. Alat masak dan makan yang sudah dipakai sekali diharuskan tidak dipakai lagi berulang-
ulang. Boleh dipakai berulang-ulang namun harus dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu.

122
7. Proses pencucian harus melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan,
perendaman, pencucian dan pembilasan.hal ini juga didukung dengan adanya tiga bak
pencucian sehingga semua tahapan pencucian dapat dilakukan dengan benar.
8. Perlu adanya upaya pengendalian serangga dan tikus di tempat pengelolaan makanan
sehingga dapat mencegah penularan dan penyebaran penyakit bawaan yang dapat
ditularkan oleh serangga dan tikus.
5. Standar yang Seharusnya Dipenuhi
Standar yang harus dipenuhi pada permasalahan hygiene sanitasi jagaboga yaitu
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga (Kementerian Kesehatan
RI,2011). (Lampiran 1).
6. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dengan skor yang diperoleh berdasarkan hasil form observasi
yaitu 56, dapat disimpulkan bahwa Jasaboga Mom’s Kitchen masih belum memenuhi
syarat dari hygiene sanitasi jasaboga kategori golongan A1 yang minimal skor yang harus
dicapai adalah 65 dan skor maksimal yaitu 70 atau rangking 65-70%. Selanjutnya setelah
pemeriksaan fisik telah dilakukan bagi beberapa syarat yang belum terpenuhi diharapkan
diperbaiki sesuai syarat yang telah ditentukan pada standar yang sudah diatur pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011
Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga serta perlu didukung dengan adanya hasil pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan laboratorium pada jumlah cemaran Escheria Coli
(E.Coli) pada makanan harus nol (negative), angka kuman pada alat makan dan minum
harus nol (negative) dan tidak diperoleh adanya cariier (pembawa kuman pathogen) pada
penjamah makanan yang diperiksa.

123
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI.2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Kementerian
Kesehatan RI : Jakarta

124
Lampiran 1.
Standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang
Hygiene Sanitasi Jasaboga.

Dokumentasi

125
126
127

Anda mungkin juga menyukai