Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK 4

SISTEMATIKA LP DAN SP RESIKO PERILAKU KEKERASAN

(Disusun untuk memenuhi tugas praktikum keperawatan jiwa II)

Dosen Pengampu : Ns. Mariyati,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

1. Hadrowati lailatunnafisah (1907028)


2. Hersi Agustin (1907029)
3. Indhana Zulfa (1907030)
4. Indriani Anggesti Ningrum (1907031)
5. Indry Lestari (1907032)
6. Jessika Aizya Rachim (1907033)
7. Joselino Da Costa Xavier (1907043)

PROGRAM STUDI PROFESI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS TEKNOLOGI BISNIS DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2021
DAFTAR ISI

Contents
A. KASUS.....................................................................................................................................3
B. PROSES TERJADINYA MASALAH..................................................................................3
1. Pengertian............................................................................................................................3
2. Rentang respon...................................................................................................................3
3. Etiologi.................................................................................................................................4
a. Faktor presdisposisi...........................................................................................................4
b. Faktor presipitasi...............................................................................................................5
4. Tanda dan gejala.................................................................................................................6
a. Kognitif.............................................................................................................................6
b. Fisik...................................................................................................................................6
c. Afektif...............................................................................................................................6
d. Perilaku.............................................................................................................................6
e. Sosial.................................................................................................................................6
5. Sumber Koping...................................................................................................................6
a. Personal Ability (kemampuan personal)...........................................................................6
b. Sumber Material................................................................................................................6
c. Dukungan Sosial...............................................................................................................7
d. Keyakinan yang Positif.....................................................................................................7
6. Mekanisme Koping.............................................................................................................7
a. Adaptif..............................................................................................................................7
b. Maladaptif.........................................................................................................................7
7. Asuhan Keperawatan.........................................................................................................7
a. Pengkajian.........................................................................................................................7
b. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................7
c. Analisa Data......................................................................................................................7
d. Pohon Masalah..................................................................................................................7
e. Intervensi...........................................................................................................................7
f. Evaluasi.............................................................................................................................7
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. KASUS
Resiko Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, maupun non verbal. Di arahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan
(Dermawan, 2013).

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan


yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu
komunikasi atau proses penyampaian pesan individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, merasa
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak diturut atau diremehkan” (Yosep,
2011).

2. Rentang respon
Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif sampai
maladaptif. Rentang respon marah dimana amuk dan agresif pada rentang maladaptif ,
seperti gambar berikut :

Rentang respon

Adaptif Maldaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk/pk

Keterangan :

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tdak realistis/terhambat


Pasif : Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

3. Etiologi
Menurut Direja (2011), Faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada
seseorang sebagai berikut :

a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:

a) Beragam komponen system neurologis mempunyai implikasi dalam


memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbic merupakan
organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku
seperti agresif, dan respon seksual. Selain itu, mengatur system
informasi dan memori.
b) Peningkatan hormone androgen dan norefineprin serta penurunan serotin
pada cairan serebro spinal merupakan faktor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak criminal.
d) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbicdan lobus
temporal), Kerusakan organ otak, retardasi terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Faktor Psikologis
Menurut Direja (2011), Faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan
pada seseorang sebagai berikut :

a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan


mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi
perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan dan rasa frustasi.
c) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.
d) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Teori lainnya berasumsi bahwa
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku kekerasan.

3) Faktor sosial budaya


Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima
akan menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat dapat mempengaruhi
perilaku kekerasan. Kontrol masyarakat yang rendah Perilaku kekerasan dan
kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan.

b. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, Kehidupan yang


penuh agresif, dan masa lalu yang tidak Menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, Merasa
terancam baik internal maupun eksternal.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
4. Tanda dan gejala
Menurut Yosep (2011), perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda
dan gejala perilaku kekerasan

a. Kognitif
“Mempunyai pemikiran yang negatif, perubahan isi pikiran , konsentrasi
menurun, meremehkan keputusan,bawel”

b. Fisik
“Muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan mata tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.”

c. Afektif
“Mudah tersinggung, tonus otot meningkat,kewaspadaan juga meningkat disertai
ketegangan otot”

d. Perilaku
“Melempar atau memukul benda 6 atau orang lain, menyerang orang lain atau
melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk/ agresif”

e. Sosial
“Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.”

5. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi menjadi 4 ,
yaitu sebagai berikut :

a. Personal Ability (kemampuan personal)


“Kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah , kemampuan
mengindentifikasi , tidak semangat untuk menyelesaikan masalah , kemampuan
untuk mempertahankan hubungan interpersonal , mempunyai pengetahuan dalam
pemecahan masalah secara asertif , identifikasi ego tidak intelektual.”
b. Sumber Material
“Penghasilan yang layak , tidak ada denda atau barang yang biasa dijadikan asset ,
tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi hidup , tidak mampu
menjangkau pelayanan kesehatan.”

c. Dukungan Sosial
“Dukungan dari keluarga dan masyarakat , keterlibatan atau perkumpulan
dimasyarakat dan pertentangan nilai budaya”

d. Keyakinan yang Positif


“Disstres spiritua , adanya motivasi , penilaian terhadap pelayanan kesehatan.”

6. Mekanisme Koping
Respon adaptif Respon maladaptive

Asersif Frustasi Pasit Agresif Kekerasan


Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Klien
mengungkapk mencapai tidak dapat mengekpresik mengekpresik
an marah tujuan mengungkapka an secara an secara
tanpa kepuasan n perasaannya, fisik, tapi fisik, tapi
menyalahkan saat marah tidak berdaya, masih masih
orang lain dan tidak dan menyerah. terkontrol, terkontrol,
dan dapat mendorong mendorong
memberikan menemukan orang lain orang lain
kelegaan. alternatifnya. dengan dengan
ancaman. ancaman.

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan
marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak harus memiliki
tujuan khusus. Marah lebih merujuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah. Dengan kata lain
kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Purwanto P, 2015).

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat


membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti: sublimasi yaitu menerima suatu
sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu dorongan , penyalurannya ke arah
lain, proyeksi yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik, represi yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan
atau membahayakan masuk ke alam sadar, reaksi formasi yaitu mencegah
keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan
perilaku yang berlawanan digunakannya sebagai rintangan, dan diplacement yaitu
melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada obyek yang tidak begitu
berbahaya yang membangkitkan emosi itu . Berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik mengangkat untuk menulis karya tulis ilmiah tenntang mekanisme koping
pada pasien perilaku kekerasan yang berjudul " Mekanisme Koping Pada Pasien
Perilaku Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang Lain Dan Lingkungan".

7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupsksn proses yang sistematis dala pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith
2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan
atau masalah pasien.

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan status mental, suku
bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat dan alamat.

b. Alasan Masuk

Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di rumah sakit.
Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik, ancaman internal
dan ancaman eksternal.

c. Riwayat Penyakit sekarang

Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang memperberat kejadian
seperti putus pengobatan, melukai orang lain, diri sendiri maupun lingkungan.

d. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor


biologi (biasanya klien mempunyai keluarga yang mempunyai riwayat perilaku
kekerasan, klien pernah mengalami gangguan jiwa) , psikologis ( harapan yang tidak
sesuai, sering melihat perilaku kekerasan atau mengalami perilaku kekerasan dan
sosiokultural (Dermawan, 2013).

e. Pemeriksaan Fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan pasien.

f. Pengkajian Psikososial

1) Genogram

Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluarga dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Gambaran diri

Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang tidak disukai,
reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.

b) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan
posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.

c) Fungsi peran

Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok masyarakat, kemampuan
pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien
sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.

d) Ideal diri

Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.

e) Harga diri

Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi
peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap
pandangan atau penghargaan orang lain.

3) Hubungan Sosial

Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, peran
dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

4) Spiritual

Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan, kepuasan dalam


menjalankan keyakinan.

g. Status Mental

1) Penampilan

Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak
rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara

berpakaian.

2) Pembicaraan

Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara keras, tinggi, menjerit
atau berteriak.

3) Aktivitas motorik

Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),


kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah yang berubah-ubah
dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan tangan, merusak barang atau benda,
rahang mengatup.

b. Diagnosa
1) Harga diri rendah kronis berhubungan dengan ketidakefektifan mengatasi
masalah (D.0086)
2) Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan kekerasan terhadap diri
sendiri atau orang lain (D.0146)
c. Analisa data
NO HARI/TGL DATA DO DS ETIOLOGI PROBLEM
1 Selasa , 19 DS : Klien mengatakan pernh Harga diri rendah Ketidakdakefektifan
oktober dibuly oleh temannya mengatasi masalah
2020 DO : tampak sedih dan
bingung
2 Selasa , 19 DS : Klien mengatakan Resiko perilaku Kekerasan terhadap diri
oktober kesal , mudah tersinggung , kekerasan sendiri atau orang lain
2021 ingin marah , kesal
DO : Klien berbicara
keras,mata melotot , marah ,
jengkel , sering modar-
mandir

d. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri dan Effect


orang lain

Cor problem
Perilaku kekerasan
Halusinasi Causa

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Faktor presdiposisi dan prespitasi

e. Intervensi
N Tujuan dan Kriteria Hasil
o TGL INTERVENSI RASIONAL TTD

1 Selasa , Setelah dilakukan Manajemen perilaku Observasi


19 tindakan keperawatan (I.12463) 1. Untuk
oktober selama 1 x 24 jam di Observasi mengetahui
2020 harapkan harga diri 1. Identifikasi harapan untuk harapan untuk
meningkat (L.09069) mengendalikan perilaku mengendalikan
kriteria hasil : Terapeutik perilaku klien
1. Penilaian diri positif 1. Jadwalkan kegiatan Terapeutik
meningkat terstruktur 1. Melakukan
2. Menerima penilaian 2. Tingkatkan aktifvitas fisik kegiatan
meningkat sesuai kemampuan terstruktur yang
3. Minat mencoba hal 3. Bicara dengan nada bertujuan untuk
baru meningkat rendah dan tenang mengurangi rasa
4. Konsentrasi 4. Cegah perilaku pasif dan rendah diri klien
meningkat agresif 2. Memberikan
5. Kontak mata 5. Beri penguatan positif aktifitas yang
meningkat terhadap keberhasilan berhubungan
6. Kemampuan mebuat mengendalikan perilaku dengan klien
keputusan meningkat 6. Hindari sikap mengancam 3. Membimbing
7. Perasaan memiliki dan berdebat klien untuk
meningkat Edukasi berbicara dengan
1. Informasikan keluarga nada pelan atau
bahwa keluarga sebagai rendah
dasar pembentukan 4. Mencegah
kognitif perilaku yang
pasif dan agresif
pada klien
5. Saat klien
berhasil
mengendalikan
perilakunya ,
perawat
memberikan
hadiah kecil-
kecilan saja
untuk membuat
klien senang dan
ingin melakukan
nya dengan
positif
6. Membimbing
klien untuk
menghindari
sikap
mengancam dan
berdebat
Edukasi
1. Perawat dapat
menginformasika
n atau
menjelaskan ke
keluarga klien
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
2 Selasa , Setelah dilakukan Pencegahan perilaku Observasi
19 tindakan keperawatan kekerasan (I.14544) 1. Untuk memantau
oktober selama 1 x 24 jam di Observasi apakah ada
2020 harapkan kontrol diri 1. Monitor adanya benda benda yang
meningkat (L.09076) yang berpotensi berpotensi
Kriteria hasil : membahayakan membahayakan
1. Verbalisasi acaman 2. Monitor keamanan barang untuk klien
kepada orang lain yang dibawa oleh 2. Memantau
menurun pengunjung keamanan barang
2. Perilaku melukai diri 3. Monitor penggunaan yang dibawa
sendiri/orang lain barang yang dapat oleh pengunjung
menurun membahayakan 3. Untuk
3. Perilaku agresif/amuk Terapeutik mengetahui
menurun 1. Pertahankan lingkungan penggunaan
4. Suara keras menurun bebas dari bahaya secara barang yang
5. Verbalisasi keinginan rutin dapat
bunuh diri menurun 2. Libatkan keluarga dalam membahayakan
6. Verbalisasi ancaman perawatan klien
bunuh dirih menurun Edukasi Terapeutik
7. Verbalisasi rencana 1. Ajurkan keluarga atau 1. Mempertahankan
bunuh diri menurun pengunjung untuk lingkungan bebas
8. Alam perasaan mendukung keselamatan dari bahaya
depresi menurun klien secara rutin
2. Latih cara 2. Melibatkan
mengungkapkan perasaan keluarga dalam
secara asertif perawatan klien ,
3. Latih mengurangi contoh nya
kemarahan secra verbal memberikan
dan nonverbal. support ke klien.
Edukasi
1. Menganjurkan
atau memberi tau
keluarga atau
penggunjung
supaya
mendukung
keselamatan
klien
2. Melatih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif supaya
menjadi
kebiasaan yang
baik
3. Melatih
mengurangi
kemarahan klien
dengan cara ,
contoh :
menunjukkan
empati , apabila
klien berdebat
atau berargumen
sebagai perawat
mendengarkan
dan
menunjukkan
empati kita

f. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons
keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat,
2011).

S : Respon subjektif keluarga terhadap intervensi keperawatan yang telah


dilaksanakan.

O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di


laksanakan.

A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpukan pakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan
masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.

SISTEMATIKA

STRATEGI PELAKSANAAN 1

1. Pertemuan :1
2. Kondisi Pasien :
DO : Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan
DS : Klien mengatakan marah terus menerus
3. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
4. Tujuan Umum :
“Klien dapat mengontrol perasaan marah sehingga perilaku kekerasan tidak terjadi.
5. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Dapat mengindentifikasi penyebab marah
6. Tindakan Keperawatan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi penyebab marah
7. Komunikasi Terapeutik
Orientasi :
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat jeje , saya perawat yang
bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang dipanggil apa ?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat ini
mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke tempat lain ?”.
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit ?”.
Kerja :
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas saat
marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan
tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting ?”..“memukul
ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, apakah
diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan
di rumah ?”...ya ibu saya menangis dan kesakitan terus apalagi ?”dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
Terminasi :
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan marah yang mas
rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau berbincang-bincang ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-
hari mas?”
“kapan waktu yang mas inginkan untuk berbincang-bincang lagi untuk mengurangi rasa
jengkel ini?”bagaimana kalau jam 10pagi?”
d. Kontrak
1) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat dari
perasaan marah yang mas rasakan ?”

Anda mungkin juga menyukai