KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………………
……..1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
C. Manfaat............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan pemerintah
berdasarkan sistem konsitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan
perundangan di bawahnya. Tetapi kenapa sistem hukum di negeri ini selalu menjadi
topik yang tak bosan-bosannya diperbincangkan dan selalu membuat masalah.
Apakah sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah
para pelaku hukum yang tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan penyelewengan
yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang kurang
tegas untuk mengatasi berbagai macam permasalahan tindak pidana?
sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa
rendahnya wibawa hukum di mata publik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia.
2. Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk
menjamin keadilan dan kedamaian.
3. Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin
keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
BAB II
5
PEMBAHASAN
a. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak hukum harus
memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul
keresahan di salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
c. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum,
mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat
subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.
d. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang-
undang untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
Dalam Bidang Manajemen Peradilan
Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja
jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta
pengorganisasiannya.
Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati
apakah pelaksanaan tugas, umpamanya mengenai penyelenggaraan
administrasi perkara perdata dan pidana serta pelaksanaan eksekusi,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
melaporkannya kepada Ketua Pengadilan.
Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap
pelaksanaan putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan
melaporkannya kepada MA.
8
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien
yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan terjadi
keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan
Hakim yang adil.
3. Kejaksaan
4. Kepolisian
Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera
direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres
Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari
ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai
oleh suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI
Cilangkap. Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan
operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.
5. Komisi Yudisial
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang
kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011
tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
13
Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan
setingkat dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
Komnas HAM bertujuan :
Indonesia yang tidak tertib hukum, seharusnya masalah seperti maling sandal
atau ayam dapat ditangani oleh pihak yang berwajib, bukan dihakimi secara
seenaknya, bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.
c. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi
Melihat beberapa kasus di Indonesia, banyak warga negara Indonesia yang
memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi.
Contohnya: pengacara yang menyuap polisi ataupun hakim untuk meringankan
terdakwa, sedangkan polisi dan hakim yang seharusnya bisa menjadi penengah
bagi kedua belah pihak yang sedang terlibat kasus hukum bisa jadi lebih
condong pada banyaknya masteri yang diberikan oleh salah satu pihak yang
sedang terlibat dalam kasus hukum tersebut.
d. Penggunaan tekanan asing dalam proses peradilan
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh suatu perusahaan asing yang membuka usahanya di Indonesia,
mereka akan minta bantuan dari negaranya untuk melakukan upaya pendekatan
kepada Indonesia, agar mereka tidak mendapatkan hukuman yang berat, atau
dicabut izin memproduksinya di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau
budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti
tentang politik tersebut.Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu;
metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun
17
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan
politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga masyarakat
dengan mudah menerimanya.Oleh karena itu, untuk politikus disarankan agar dapat
menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku dan
tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#
http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm
http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum
http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948
http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-dalam-proses-
perkara-pidana/
18
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-penyelidik,-
penyidikan,-dan-penyelidikan
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu
http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html