DISUSUN OLEH :
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MA’ARIF WAY KANAN
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
Penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul........................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
seseorang yang masih hidup yang berhak menerima harta tersebut. Hukum waris
peninggalan di sebut ahli waris. Dalam hal pembagian harta peninggalan, ahli
waris telah memiliki bagian-bagian tertentu. Seperti yang tercantum dalam Firman
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan”
2. RUMUSAN MASALAH
sebagai berikut
3. TUJUAN
agama Islam.
1) PENGERTIAN WARIS
Pengertian waris menurut bahasa ini tidak terbatas hanya pada hal-hal
yang berkaitan dengan harta, akan tetapi mencakup harta benda dan non harta
Qur‟an. Kata waris dalam berbagai bentuk makna tersebut dapat kita temukan
Zumar,39:74).
19: 6).
hukum yang mengatur tentang pembagian harta warisan yang ditinggalkan ahli
waris, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari peninggalan untuk setiap ahli
mewaris, kadar yang diterima oleh ahli waris serta cara pembagiannya.”
Adapun dalam istilah umum, waris adalah perpindahan hak kebendaan
dari orang yang meninggal dunia kepada ahli waris yang masih hidup. Seperti
yang disampaikan oleh Wiryono Projodikoro, definisi waris adalah soal apakah
seseorang pada waktu ia meninggal akan beralih kepada orang lain yang masih
berbagai hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia
kepada orang lain yang masih hidup dengan memenuhi syarat dan rukun dalam
mewarisi.
Selain kata waris tersebut, kita juga menemukan istilah lain yang
a. Waris, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima
warisan.
penetapan pengadilan.
c. Al-Irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris
d. Warasah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris.
menunaikan wasiat.
Adapun pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Terdapat tiga syarat warisan yang telah disepakati oleh para ulama, tiga
2. Adanya ahli waris yang hidup secara haqiqy pada waktu pewaris
meninggal dunia.
Adapun rukun waris dalam hukum kewarisan Islam, diketahui ada tiga macam,
yaitu :
1. Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang
disaksikan oleh orang banyak dengan panca indera dan dapat dibuktikan
suatu kematian yang dinyatakan atas dasar putusan hakim karena adanya
yang dipukul perutnya atau dipaksa minum racun. Ketika bayinya lahir
dalam keadaan mati, maka dengan dugaan keras kematian itu diakibatkan
keadaan hidup. Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang masih dalam
kandungan (al-haml). Terdapat juga syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu:
antara muwaris dan ahli waris tidak ada halangan saling mewarisi.
meninggal sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-laki dan
1. Anak laki-laki.
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, terus
3. Bapak.
4. Kakek dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum putus dari
pihak bapak.
10. Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak.
12. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak.
13. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja.
14. Suami.
Apabila 10 orang laki-laki tersebut di atas semua ada, maka yang mendapat harta
1. Bapak.
2. Anak laki-laki.
3. Suami.
1. Anak perempuan.
3. Ibu.
5. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki.
Apabila 10 orang tersebut di atas ada semuanya, maka yang dapat mewarisi dari
1. Isteri.
2. Anak perempuan.
4. Ibu.
Sekiranya 25 orang tersebut di atas dari pihak laki-laki dan dari pihak
perempuan semuanya ada, maka yang pasti mendapat hanya salah seorang dari
dua suami isteri, ibu dan bapak, anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak yang berada dalam kandungan ibunya juag mendapatkan warisan dari
keluarganya yang meninggal dunia sewaktu dia masih berada di dalam kandungan
ibunya. Sabda Rasulullah SAW. “apabila menangis anak yang baru lahir, ia
WARIS
Biaya untuk mengururs mayat, seperti harga kafan, upah menggali tanah
Wasiat si mayat. Namun banyaknya tidak lebih dari sepertiga dari harta
penginggalan si mayat.
Dalam fiqih mawaris ada ilmu yang digunakan untuk mengetahui tata cara
pembagian dan untuk mengetahui siapa-siapa saja yang berhak mendapat bagian,
siapa yang tidak mendapat bagian dan berapa besar bagiannya adalah ilmu
faroidl. Al-Faraaidh ( ال فرائ ض ) adalah bentuk jamak dari kata Al-
Fariidhoh( ) ال فري ضهyang oleh para ulama diartikan semakna dengan lafazh
Artinya :“Jika anak perempuan itu hanya seorang, maka ia memperolah separo
harta.”
1. Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak
saudara perempuan seibu sebapak tidak ada dan ia hanya seorang saja.
meninggallkan anak dan tidak pula ada anak dari anak laki-laki, baik
ْصيَّ ٍتبَ ْع ِد ِم ْىتَ َز ْكىَ ِم َّماالزُّ بُ ُعفَلَ ُك ُم َىلَ ٌدلَهُىَّ َكاوَفَإِ ْو َد ْيىٍأَو
ِ ُىصيىَ َى
ِ بِهَاي
utangnya.”
Istri, baik hanya satu orang ataupun berbilang, jika suami tidak
Maka apabila istri itu berbilang, seperempat itu di bagi rata antara
mereka.
meninggalkan anak, baik anak laki-laki ataupun perempuan, atau anak dari
Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada
anak laki-laki.
Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Apabila ia
anak perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki
lebih). Firman Allah SWT, dalam Surah An-Nisa‟ ayat 176, yaitu :
meninggal.”
ialah saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja apabila saudara
Ibu, apabila yang meninggal tidak meningglkan anak atau cucu (anak
dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara,
Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki
12, yaitu :
beserta dua saudara atau lebih, baik saudara laki-laki ataupun saudara
Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), kalau ibu tidak ada. Hal ini
dari harta “
Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, (anak perempuan dari anak
Kakek (bapak dari bapak), apabila beserta anak atau anak dari anak
para ulama‟)
laki(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
ulama‟).
6) SEBAB-SEBAB TIDAK MENDAPATKAN HARTA WARIS
Ahli waris yang telah di sebutkan di atas semua tetap mendapatkan harta
ahli waris yang lebih dekat pertaliannya kepada si mayit dari pada mereka.
Berikut akan di jelaskan orang-orang yang mendapat harta waris, atau bagiannya
menjadi kurang karena ada yang lebih dekat pertaliannya kepada si mayit dari
pada mereka.
Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), tidak mendapat harta waris
karena ada ibu, sebab ibu lebih dekat pertaliannya kepada yang meninggal
dari pada nenek. Begitu juga kakek, tidak mendapat harta waris selama
bapaknya masih ada, karena bapak lebih dekat pertaliannya kepada yang
Saudara seibu, tidak mendapatkan harta waris karena adanya orang yang di
o Bapak.
o Kakek.
o Bapak.
o Anak laki-laki.
harta waris apabila terhalang oleh salah satu dari tiga orang yang tersebut
di bawah ini :
o Anak laki-laki.
o Bapak.
7) PENGERTIAN ‘AULU
bilangan, atau berarti jumlah pembilang dari beberapa ketentuan lebih banyak dari
waris adalah suami dan dua saudara seibu sebapak, maka suami mendapat
persekutuan terkecil dari 2 dan 3 adalah 6. Kita jadikan 3/6 untuk suami dan 4/6
untuk kedua saudara perempuan. Jadi jumlah pembilang keduanya adalah 7,
banyak dari penyebut. Apabila terdapat masalah seperti ini, harta hendaknya kita
bagi tujuh bagian : tiga bagian untuk suami dan empat bagian untuk kedua saudara
perempuan. Sebenarnya keduan macam ahli waris ini tidak mengambil seperti
Contoh yang kedua : Ahli waris adalah istri, ibu, dua saudara perempuan seibu
1/6, dua saudara perempuan mendapat 2/3 dan seorang saudara seibu mendapat
15/12. Jadi, harta perlu di bagi 15 bagian : 3 bagian dari 15 bagian untuk istri, 2
bagian untuk ibu, 8 bagian untuk dua orang saudara perempuan, 2 bagian untuk
saudara seorang seibu. Berarti tiap-tiap bagian itu di hitung dari 15, bukan dari 12,
dengan „aulu. Terjadinya karena banyaknya ahli waris sehingga jumlah ketentuan
mereka lebih banyak dari pada satu bilangan, buktinya pembilang lebih banyak
dari penyebut.
Pada umum hal-hal yang bisa menjadi penghalang mewarisi itu ada tiga
macam, yaitu:
a) Pembunuhan.
Pembunuhan adalah sesuatu perbuatan yang mutlak menjadi
penghalang waris, karena adanya dalil yang kuat dari hadis Rasulullah SAW,
Yang Artinya:
palsunya.
b) Berbeda Agama.
dianut antara waris dengan muwaris itu berbeda. Sedangkan yang dimaksud
dengan berbeda agama dapat menghalangi kewarisan adalah tidak ada hak
saling mewarisi antara seorang muslim dan kafir (non Islam), orang Islam
tidak mewarisi harta orang non Islam demikian juga sebaliknya. Sebagaimana
Zaid r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: Orang Islam tidak boleh mewarisi
harta orang kafir dan orang kafir tidak boleh mewarisi harta orang Islam.
budak tidak berhak untuk mewarisi, karena pada hakekatnya seorang budak
juga merupakan “harta” dan sebagai harta maka dengan sendirinya benda itu
bisa diwariskan.
d) Berlainan Negara
Perbedaan negara dilihat dari segi ilmu waris adalah perbedaan negara
c) Tidak ada ikatan satu dengan yang lainnya, artinya tidak ada kerjasama
Islam (KHI), yaitu beda agama (pasal 171 huruf c dan pasal 172 KHI),
penegasan bahwa perbedaan agama akan menghilangkan hak waris, namun hal ini
juga tidak kita temukan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) buku kedua.
Islam, maka secara otomatis ahli waris juga beragama Islam. Sebagaimana Pasal
“Ahli waris ialah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan
Dan sebagai indikasi bahwa ahli waris tersebut beragama Islam, telah
identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang
baru lahir atau anak yang belum dewasa beragama menurut ayahnya atau
lingkungannya.”
“Seseorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang
9) PENGERTIAN WASIAT
Wasiat adalah pesan tentang suatu kebaikan yang akan di jalankan sesudah
kecuali apaila di izinkan oleh semua ahli waris sesudah orang yang
Rasulullah SAW. Telah bersabda, “ Wasiat itu sepertiga, sedangkan sepertiga itu
Wasiat hanya di tujukan kepada orang yang bukan ahli waris. Adapun
kepada ahli waris, wasiat tidak sah kecuali apabila di ridhoi oleh semua ahli waris
yang lain sesudah meninggalnya yang berwasiat. Sabda Rasulullah SAW. Yaitu :
Dari abu Amamah, Ia berkata :“ Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah menentukan hak tiap-tiap ahli waris. Maka dengan
ketentuan itu tidak ada hak wasiat lagi bagi seorang ahli wari.”(HR. Liam orang
Beragama Islam.
Baligh.
Berakal.
Merdeka.
Amanah.
berwasiat.
BAB III
PENUTUP
1) KESIMPULAN
menjadi ahli waris dan berapa bagiannya (Pasal 171 huruf a KHI).
hubungan darah.
Qur‟an, sehingga tidak ada kata tidak adil karena Al-Qur‟an adalah Firman
Hak yang bersangkutang dengan harta itu, seperti zakat dan sewanya.
mayat.
Hutang yang di tinggalkan oleh si mayat.
Wasiat adalah pesan tentang suatu kebaikan yang akan di jalankan sesudah
2) SARAN
sesungguhnya ilmu faro‟id itu sebagian dari agama kalian dan setengah
dari seluruh ilmu. Dan sesungguhnya ilmu faro‟id itu ilmu yang mula-
Dari hadist tersebut dapat di peroleh kesimpulan bahawa ilmu faraid atau
yang biasa di kenal dengan ilmu pembagian harata waris ini sangat penting untuk
di pelajari. Oleh karena itu pengenalan dan pemahaman ilmu faraid harus lebih di
tingkatkan lagi.
kerena tidak dapat di pungkiri bahwa ilmu faraidh sudah mulai tidak di
gunakan lagi, padahal ilmu faraidh telah di jelaskan d Al-Qur‟an yang di
http://1st-iqomah.blogspot.com/2012/02/ilmu-faroidh-ilmu-yang-pertama-
kali.html
http://kobonksepuh.wordpress.com/2013/01/30/pentingnya-mempelajari-ilmu-
faraidh/