1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Salah satu ukuran keberhasilan dalam pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang guru adalah apabila siswa menguasai atau
memahami, mengerti materi yang diajarkan. Sehingga dalam proses
pembelajaran, berdasarkan teori kontruktivis modern (teori Vygotski)
memiliki prinsip bahwa pada proses pembelajaran menekankan
kemandirian (scaffolding) atau belajar menggunakan media (mediated
learning). Siswa seharusnya diberi tugas-tugas kompleks, sulit dan
realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Namun, terkadang dalam
pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tidak berhasil
membuat siswa menguasai materi. Banyak siswa yang mendapat nilai
rendah, sehingga dalam kondisi tersebut seharusnya guru melakukan
refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan untuk mencari
sumber penyebab kegagalan proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih
metode yang tepat dalam pembelajaran agar diperoleh peningkatan
prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Matematika. Misalnya guru
membimbing siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
mampu membantu siswa untuk berkembang sesuai dengan taraf
intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep yang diajarkan. Tanpa adanya partisifasi menandakan bahwa siswa
tidak mempunyai minat untuk mengikuti belajaran. Untuk itu, guru harus
mengubah metode pembelajaran yang biasa digunakan. Sehingga nilai
rata-rata mata pelajaran Matematika yang diharapakan guru adalah ≥ 65.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam
pembelajaran rata-rata di hadapi oleh sejumlah siswa yang tidak
berpartisifasi dalam pembelajaran. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
matematika sangat rendah yaitu ≤ 65. Hal ini disebabkan karena guru
selalu menggunakan metode diskusi, kurangnya kesempatan siswa untuk
3
bertanya sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang
memperhatikan siswa yang sering bercerita.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan
salah satu metode pembelajaran, yaitu metode bervariasi untuk
mengungkapkan apakah dalam metode bervariasi ini dapan meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika. Penulis
memilih metode bervariasi ini agar dapat menumbuhkan minat murid dan
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga dapat merangsang anak
untuk berpartisifasi dalam pembelajaran.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian
ini mengambil judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
V TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA TOPIK
MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN
KECEPATAN, JARAK DAN WAKTU MELALUI METODE BERVARIASI DI
SDN BARAT LAMBONGAN KEC.BONTOMATENE KABUPATEN
KEPULAUAN SELAYAR”.
4
1.2.2 Kurangnya kesempatan siswa untuk bertanya.
1.2.3 Guru selalu menggunakan metode diskusi.
1.2.4 Guru tidak dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif
1.2.5 Contoh soal yang diberikan guru kurang jelas
1.3 Alternatif Tindakan
Berdasarkan analisis masalah tersebut, maka alternatif tindakan
yang mungkin untuk dilakukan, yaitu:
1.3.1 Menggunakan metode ceramah pada saat pembelajaran
tentang kecepatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau
pendidik terhadap sekelompok pendengat (murid).
1.3.2 Menggunakan metode diskusi pada saat pembelajaran tentang
kecepatan,jarak dan waktu untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Metode diskusi merupakan metode pelajaran yang erat
hubungannya dengan belajar pemecahan masalah. Metode ini
juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok.
1.3.3 Menggunakan metode tanya jawab pada saat pembelajaran
tentang konsep operasi perbandingan kecepatan dengan jarak
dan waktu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran
dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid
memberikan jawaban.
1.3.4 Menggunakan metode yang bervariasi pada saat pembelajaran
tentang konsep operasi perbandingan kecepatan dengan jarak
dan waktu dengan mengutamakan partisipasi siswa supaya
dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.
JT. Loekmono mengemukakan bahwa: “salah satu cara
yang dilakukan guru untuk menumbuhkan minat murid adalah
5
menggunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran
yang menarik menurut karakteristik peserta didik dan sumber
daya yang dimiliki sehingga dapat merangsang anak untuk
belajar.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, analisis
masalah dan alternative tindakan, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
“Apakah dengan penerapan metode bervariasi dalam pembelajaran
tentang operasi perbandingan kecepatan dengan jarak dan waktu
sebenarnya dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa?”
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pendapat dari Mills (2000) tentang penelitian tindakan
kelas (PTK), maka dapat dikatakan bahwa PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
meningkat. Dengan demikian, dalam proses penelitian tindakan kelas
penelitian perbaikan ini bertujuan untuk:
3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode bervariasi
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika.
3.2 Mengetahui apakah metode bervariasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas
V SDN Barat Lambongan Kec. Bontomatene Kab. Kep. Selayar.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Khasanah ilmu pengetahuan dapat mengambil manfaat bahwa
dengan metode bervariasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
6
4.2 Bagi Guru
Dapat memberi masukan untuk menentukan strategi dalam
pemilihan metode pembelajaran yang tepat terhadap mata pelajaran
Matematika untuk siswa kelas V.
4.3 Bagi Siswa
Secara langsung diharapkan melalui penggunaan metode bervariasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V terhadap mata
pelajaran Matematika di SDN Barat Lambongan kec. Bontomatene
Kab. Kep. Selayar
4.4 Bagi Sekolah
Dapat memberi masukan untuk meningkatkan kualitas
layanan pendidikan terutama bagi siswa kelas V dalam peningkatan
hasil belajar Matematika khususnya penggunaan metode Bervariasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan
kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool)
yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-
hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt., et al,
1998: 4)
“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari dari
matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi
pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika
sekolah adalah matematika yang telah dipilah dan disesuaikan dengan
tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu
sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.”
(Soedjadi 1998 : 1).
Berdasarkan paparan tersebut diatas jelas terlihat bahwa konsep
pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat intelektual
siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap
guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari
itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai
dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika dijadikan suatu matapelajaran yang tidak
dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun
konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode
penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran
matematika adalah pelajarang yang menyenangkan dan tidak sulit untuk
dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih
dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus
terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas
analisis, sistensi, dan evaluasi. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat
menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya
menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-
8
kebenaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam
matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).
Dengan melihat paparan tersebut diatas maka penulis dapat
memberikan penjelasan yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya
mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang
disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain
sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan
cepat oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran matematika sekolah adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari,
menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
9
Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran rana
afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan
pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.
Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu penerimaan, penilaian,
pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
Tujuan pembelajaran rana psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi
objek, dan koordinasi syarat. Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et
al. (2005) kategori jenis perilaku untuk rana psikomotorik adalah:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.
Beberapa pendapat diatas, menggambarkan bahwa hasil belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang
ditunjukkan dalam bentuk angka seperti yang dapat dilihat pada nilai
rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai
oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program
pendidikan yang ditetapkan.
Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian
kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk
pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan
kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan
siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk
penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kinerja (performance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian
sikap.
3. Kajian Tentang Metode Pembelajaran Bervariasi
Metode pembelajaran
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua
strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher
centre orientied) dan peserta didik (student centre oriented). Pemilihan
10
strategi pembelajaran dilakukan atas pertimbangan karakteristik,
pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan
sumber daya yang dimiliki.
Zuhairini, dkk (1993) memberikan beberapa contoh metode
pembelajaran yang sering digunakan pada pembelajaran Matematika
disertai dengan kekurangan dan kelebihannya.
3.1 Metode ceramah
Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau
pendidik terhadap sekelompok pendengat (murid).
Kelebihan metode ceramah:
3.1.1 Dalam waktu yang rekatif singkat dapat disampaikan bahan
sebanyak-banyaknya.
3.1.2 Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun
jumlah murid cukup besar.
3.1.3 Bila metode ceramah ini berhasil, guru dapat membangkitkan
semangat, motivasi, belajar, kreasi dan aktifitas yang
konstruktif, yang mampu merangsang murid-murid untuk
belajar dan melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan.
Ketentuan (fleksibilitas) metode ini lebih nampak, dalam arti
bila waktu terbatas (sedikit) bahan dapat disingkat, diambil
yang penting atau pokok-pokok saja, sebaliknya apabila
waktunya memungkinkan (banyak) dapat disampaikan bahan
yang banyak dan dengan penjelasan yang mendalam.
Kelemahan metode ceramah:
3.1.4 Guru agak sulit mengetahui pemahaman murid terhadap bahan
pelajaran yang diberikan, kadang kala guru hanya mengajar
penyampaian bahan sebanyak-banyaknya, sehingga terlihat
adanya unsur pemaksaan dan pemompaan, yang hal ini dari
segi edukatif kurang menguntungkan bagi murid., murid lebih
cenderum bersikap pasif dan bahkan kemungkinan besar
11
kurang tepat dalam menerima dan mengambil kesimpulan,
sebab penyampaiannya secara lisan.
3.1.5 Kekurangan atau kelemahan metode ceramah lebih terasa
apabila guru kurang memperhatikan aspek-aspek psikologis
dan didaktis dari murid, sehingga yang terjadi guru terlalu
berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat dengan jalan
humor dan isi bahan (ceramah) menjadi kabur.
3.2 Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban.
Atau sebaliknya murid bertanya dan guru memberikan jawaban.
Kelebihan metode tanya jawab:
3.2.1 Suasana atau situasi kelas akan lebih hidup, karena murid
dirangsang aktif berfikir dan menyampaikan fikirannya dengan
melalui pemberian jawaban dari pertanyaan guru.
3.2.2 Melatih keberanian murid mengemukakan pendapat dengan
lisan
3.2.3 Terdapatnya perbedaan jawaban diantara murid akan membuat
kelas lebih hidup.
3.2.4 Metode ceramah dapat membangkitkan aktifitas murid.
Kelemahan metode tanya jawab:
3.2.5 Terdapat perbedaan pendapat atau jawaban akan memerlukan
waktu yang banyak untuk menyelesaikannya.
3.2.6 Kemungkinan terjadinya penyimpangan perhatian murid,
terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang menarik
perhatiannya, padahal itu bukan sasaran (tujuan) yang
diinginkan dalam artian terjadinya penyimpangan dari pokok
persoalan yang di bahas.
3.3 Metode diskusi
12
Metode diskusi adalah sebagai salah satu metode interaksi
edukatif diartikan sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau
penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya.
Kelebihan metode diskusi
3.3.1 Suasana dan situasi kelas lebih hidup, sebab perhatian murid
berpusat pada masalah atau bahan yang didiskusikan.
Partisipasi interaksi murid dalam metode ini lebih baik dan
aktif.
3.3.2 Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu dan sosial
anak. Seperti: toleransi, demokratis, berfikir kritis, sistematis,
sabar dan berani mengemukakan pendapat.
3.3.3 Murid terlatih untuk mematuhi peraturan dan tata tertib dalam
suasana diskusi atau musyawarah, sebagai latihan mengikuti
diskusi, musyawarah yang forumnya lebih besar dan yang
sebenarnya.
Kelemahan metode diskusi
3.3.4 Ada dintara murid yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi.
3.3.5 Kemampuan daya tangkap siswa yang lemah
3.3.6 Siswa takut berbicara untuk mengemukakan pendapatnya
Maka dari itu, JT. Loekmono (dalam
http://apria3.blogspot.com/2014/01/.html) diakses tanggal 25 Agustus
2014 mengemukakan bahwa: “salah satu cara yang dilakukan guru
untuk menumbuhkan minat murid adalah menggunakan metode yang
bervariasi dan media pembelajaran yang menarik menurut
karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki sehingga
dapat merangsang anak untuk belajar.
4. Karakteristik Siswa Kelas V
Pada usia 7-11 tahun usia anak sekolah dasar yaitu masa
operasional konkret dapat digambarkan sebagai berubahnya ciri-ciri yang
negatif menjadi positif pada stadium berfikir praoperasional. Dengan kata
lain, bila anak dihadapkan dengan masalah secara verbal jika tanpa adanya
13
bahan yang konkret, maka ia belum mampu menyelesaikan masalah itu
dengan baik (Siti Rahayu Haditono, 2002:222).
Piaget dalam Y. Padmono (2002:66) mengemukakan fase
perkembangan anak pada usia kelas V berada pada fase operasi konkret.
Pada fase ini anak memperoleh kecakapan untuk menunjukkan logika
operasional dasar, tetapi hanya melalui pengalaman konkret. Pada usia ini
anak telah mampu berfikir secara logis, fleksibel, mengorganisasikan
dalam operasi benda konkret. Anak belum mampu berfikir secara abstrak,
sehingga sia-sia memberikan pengalaman abstrak pada anak usia
operasional konkret. Dalam banyak hal pengajaran di sekolah dasar dapat
dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para murid. Bila sekolah
memperhatiakan keterampilan dan aktivitas seperti menghitung,
mengelompokkan, membentuk, dan sebagainya, maka semua itu
membantu perkembangan kognitif. Aktivitas anak pada fase ini dapat
dibentuk dengan peraturan-peraturan. Anak prasekolah tunduk pada
peraturan tanpa mengerti maknanya; anak sekolah dasar menaati peraturan
(karena peraturan dasar menaati peraturan), karena peraturan itu
mempunyai nilai fungsional. Anak berfikir harfiah sesuai dengan tugas
yang diberikan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
14
Tempat dilaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran di
SDN Barat Lambongan Kec. Bontomatene Kab. Kep. Selayar.
1.3 Waktu Pelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian matematika selama dua minggu, yaitu pada tanggal 8
februari 2019 sampai dengan tanggal 20 februari 2019.
2. Metode Pengumpulan Data, Analisis data, dan Indikator
Keberhasilan
2.1 Metode Pengumpulan Data
2.1.1 Sumber data penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif
yang terdiri dari:
2.1.1.1 Hasil tes
2.1.1.2 Data tentang kinerja guru dalam proses
pembelajaran
2.1.1.3 Data tentang keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran
2.1.2 Proses pengumpulan data dalam penelitian antara lain:
2.1.2.1 Data hasil belajar diperoleh dari hasil kerja siswa
pada LKS secara individu
2.1.2.2 Data tentang proses pembelajaran diambil pada saat
dilaksanakan tindakan dengan menggunakan
metode bervariasi
2.1.2.3 Data tentang keaktifan siswa dan kemampuan siswa
dalam pembelajaran diambil pada saat dilaksanakan
tindakan dengan menggunakan daftar nilai
perolehan siswa.
2.2 Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif
kualitatif. Analisis data secara kualitatif berlangsung selama peneliti
berada di lokasi penelitian hingga akhir pengumpulan data.
15
Hasil belajar aspek afektif siswa akan dianalisis dengan
menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik skoring digunakan pada
lembar observasi aspek afektif. Adapun hasil dari penilaian lembar
observasi aspek afektif siswa selama proses pembelajaran tersebut
ditafsirkan dengan kategori interpretasi sebagai berikut:
Pencapaian skor 91-100 = sangat baik
Pencapaian skor 81-90 = baik
Pencapaian skor 71-80 = sedang
Pencapaian skor 61-70 = rendah
Pencapaian skor ≤ 65 = sangat rendah
Hasil tes/penilaian dikonsultasikan dengan KKM belajar siswa
pada mata pelajaran matematika yang telah ditentukan oleh SDN
Barat Lambongang, yaitu siswa dikatakan tuntas apabila siswa
mendapat nilai ≥ 65. Selanjutnya, dilakukan perbandingan persentase
nilai siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan metode
bervariasi.
2.3 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
sekurang-kurangnya 75% siswa memperoleh nilai minimal 65 dalam
menyelesaikan tugas evaluasi.
DAFTAR PUATAKA
http://tulisanterkini.com/artikel/pendidikan/7132-kajian-pembelajaran-mata-
pelajaran-matematika.html
http://novemdejavu.blogspot.co.id/2011/01/kajian-teori-hasil-belajar.html
http://hotankstar.blogspot.co.id/pengaruh-metode-mengajar-bervariasi.html
16
Perdana, Andrean. (2014). Karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar. Diunduh
10 November 2017 dari
http://hirarkiinside.blogspot.co.id/2014/08/karakteristik-siswa-kelas-v-
sekolah.html
Roi, Sah. (2011) Kajian metode Ceramah dan Diskusi. 10 November 2017 dari
http://med-pembelajaran.blogspot.co.id/2011/06/kajian-metode-ceramah-
dan-diskusi.html
17