Anda di halaman 1dari 10

MODUL VI RANGKAIAN RESONANSI

Rosana Dewi Amelinda (13213060)


Asisten : Fiqih Tri Fathulah Rusfa (13211060)
Tanggal Percobaan: 12/11/2014
EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak rangkaian resonansi parallel, dimana pada kondisi


resonansi nilai arus yang mengalir merupakan nilai
Abstrak Pada praktikum Modul VI Rangkaian Resonansi
minimumnya. Ini menandakan bahwa rangkaian
telah dilakukan beberapa percobaan, yaitu percobaan resonansi
resonansi seri memiliki impedansi yang sangat
seri, percobaan resonansi parlael, 2 percobaan resonansi seri
rendah pada kondisi resonansi, bahkan pada
parallel dan yang terakhir adalah aplikasi rangkaian
rangkaian ideal nilai impedansi rangkaian akan
reosnansi dalam filter. Saat percobaan dilakukan pencarian
sama dengan nol. [1]
nilai frekuensi resonansi yang selanjutnya dilakukan
perbandingan nilai frekuensi yang didapatkan tersebut dengan Dari praktikum ini tujuan yang ingin dicapai yaitu :
nilai frekuensi yang didapatkan dari hasil perhitungan,
a. Mangenal sifat rangkaian RLC
pengukuran nilai tegangan output maksimum dan/atau
minimum, serta dilakukan perhitungan nilai factor kualitas b. Mengenal resonansi seri, resonansi parallel,
untuk rangkaian resonansi seri dan parallel. resonansi seri parallel
Kata kunci: Resonansi, Frekuensi c. Dapat membedakan sifat resonansi seri dan
parallel
1. PENDAHULUAN
d. Dapat menghitung dan/atau
Resonansi pada rangkaian AC merupakan keadaan memperkirakan frekuensi resonansi
dimana reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif rangkaian RLC
memiliki nilai yang sama satu sama lain (XL =XC).
Ketika rangkaian AC dalam keadaan resonansi 2. STUDI PUSTAKA
maka reaktansi akan sama dengan ‘0’ (Nol), (X =XL-
Rangkaian RLC
XC = 0), Frekuensi resonansi merupakan frekuensi
dimana keadaan resonansi tercapa, yaitu ketika Dalam rangakaian seri RLC impedansi total
phasa tegangan AC dan arus AC berbeda 900 satu rangkaian dapat dituliskan sebagai berikut
sama lain.
Rangkaian resonansi Paralel : kombinasu rangkaian Z tot  R  j X L  X C 
induktor dan kapasitor yang dapat menghasilkan
keadaan resonansi salah satunya adalah dengan Dari hubungan ini akan terlihat bahwa reaktansi
merangkai inductor dan kapasitor secara parallel induktif dan kapasitif selalu akan saling
atau disebut juga sebagai ‘Tank Circuit’. Reaktansi mengurangi. Bila kedua komponen ini sama besar,
induktif akan meningkat seiring meningkatnya maka akan saling meniadakan, dan dikatakan
frekuensi sedangakna reaktansi kapasitif justru bahwa rangkaian dalam keadaan resonansi.
sebaliknya,akan menurun jika frekuensi meningkat. Resonansinya adalah resonansi seri. Demikian pula
Jadi hanya aka nada satu nilai frekuensi dimana halnya pada rangkaian paralel RLC admitansi total
keadaan kedua reaktansi tersebut bernilai sama. rangkaian dapat dituliskan sebagai:
Rangkaian resonansoi Seri : merupakan kombinasi
rangkian inductor dan kapasitor yang disusun seri. Ytot  G  j BC  BX L  
Untuk menghitung nilai frekuensi referensi
menggunakan cara yang sama seperti menghitunga dengan G adalah konduktansi dan B adalah
frekuensi referensi pada rangkian resonansi parallel. suseptansi.
Bentuk kurva untu, rangkaian resonansi seri pada
Dari hubungan ini juga akan terlihat bahwa
saat keadaan resonansi, arus yang mengalir pada
suseptansi kapasitif dan induktif akan selalu saling
rangkaian mencapai nilai maksimumya. Ini
mengurangi. Pada keadaan resonansi, kedua
merupakan kebilikan dari bentuk kurva pada
suseptansi tersebut akan saling meniadakan.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1
Resonansinya adalah resonansi paralel. Dari kedua b. Rangkaian paralel R, L (Resonansi Paralel)
pembahasan di atas, jelas bahwa jenis resonansi
c. Rangkaian Paralel L dengan Seri L dan C
tergantung dari macam hubungan L dan C
(seri/paralel). d. Rangkaian Seri C dengan Paralel C dan L
e. Aplikasi rangkaian Resonansi dalam Filter
Resonansi Seri
3. METODOLOGI
Perhatikan rangkaian RLC seri pada Error!
Reference source not found.. Dari hubungan Pada percobaan 6 ini, alat dan bahan yang
 
Ztot  R  j X L  X C terlihat bahwa pada waktu digunakan yaitu :
resonansi dimana XL = XC maka Ztot = R merupakan 1. Generator Sinyal (1 buah)
Zminimum, sehingga akan diperoleh arus yang
2. Osiloskop (1 buah)
maksimum. Dalam keadaan ini rangkaian hanya
bersifat resistif sehingga fasa arus sama dengan fasa 3. Kabel BNC-probe jeit (2 buah)
tegangan yang terpasang. 4. Kabel 4 mm–jepit buaya (max 5 buah)
Gambar 1 Rangkaian resonansi seri 5. Multimeter Digital (2 buah)
I 6. Breadboard (1 buah)
R 7. Kebel jumper (1 meter)
8. Induktor 2.5 mH (2 buah)
9. Kapasitor 470 pF (5 buah)
V XL
10. Resistor 47 Ω (4 buah)
Memulai percobaan

XC Sebelum memulai percobaan, diisi dan ditanda


tangani lembar penggunaan meja yang tertempel
pada masing-masing meja praktikum. Dicatat jua
nomor meja Kit Praktikum yang digunakan
Saat X L  X C terjadi, maka mengingat X L  L dalam BCL.

1
dan X C  dapat diperoleh
C
1 1
L  atau  O   resonani  Dikumpulkan tugas pendahuluan pada asisten
C LC yang bertugas.
1
atau f O 
2 LC
Disini omega-0 atau fO adalah frekuensi yang
membuat rangkaian bersifat resistif dan terjadi arus
maksimum atau tegangan maksimum pada R. Bila
dilihat dari impedansi rangkaian Ztot, maka pada
f<fo rangkaian akan bersifat kapasitif dan pada f>fo
rangkaian akan bersifat induktif.
Pada waktu resonansi seri, sangat mungkin terjadi
bahwa tegangan pada L atau pada C lebih besar
dari tegangan sumbernya. Pembesaran tegangan
pada L atau pada C pada saat resonansi ini
didefinisikan sebagai faktor kualitas Q.

2.1 JUDUL SUB-BAB


Sub-bab pada percobaan ini, yaitu :
a. Rangkaian Seri R, L, C (Resonansi Seri)
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2
a. Percobaan 1 : Rangkaian Seri R, L, C b. Percobaan 2 : Rangkaian paralel R, L
(Resonansi Seri) (Resonansi Paralel)

Disusun rangkaian pada Gambar 2. Perhatikan Diperhatikan rangkaian pada Gambar 3.


bahwa hambatan 50 Ω merupakan resistansi
dalam Generator Sinyal.

Diubah frekuensi generator sinyal untuk mencari


nilai tegangan Vo maksimal dan atau minimum
Diubah frekuensi generator sinyal untuk mencari lokal. Dicatat nilai tegangan Vo maksimum dan
nilai tegangan Vo maksimal dan atau minimum atau minimum tersebut.
lokal. Dicatat nilai tegangan Vo maksimal dan
atau minimum tersebut.

Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo


maksimum dan atau minimum lokal tersebut,
Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo dicatat besarnya tegangan induktor (VAB) dan
maksimal dan atau minimum lokal tersebut, kapasitor (VBO).
dicatat besarnya tegangan induktor (VAB) dan
kapasitor (VBO).

Dilakukan analisis mengenai karakteristik


rangkaian saat terjadi resonansi dan
Dilakukan analisis mengenai karakteristik
disampaikan pada laporan.
rangkaian saat terjadi resonansi dan disampaikan
pada laporan.
Gambar 3 Rangkaian percobaan resonansi paralel
Gambar 2 Rangkaian percobaan resonansi seri 2,5 mH

2,5 mH
VO
A B O
50 ohm VA
50 ohm 470 pF

470 pF

1 Vpp
1 Vpp 47 ohm
47 ohm

Generator
Sinyal
Generator
Sinyal

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


c. Percobaan 3 : Rangkaian Paralel L dengan d. Percobaan 4 : Rangkaian Seri C dengan
Seri L dan C Paralel C dan L

Diperhatikan rangkaian pada Gambar 4. Diperhatikan rangkaian pada Gambar 5.

Diubah frekuensi generator sinyal untuk mencari Diubah frekuensi generator sinyal untuk mencari
nilai tegangan Vo maksimal dan atau minimum nilai tegangan Vo maksimal dan atau minimum
lokal. Dicatat nilai tegangan Vo maksimum dan lokal. Dicatat nilai tegangan Vo maksimum dan
atau minimum tersebut. atau minimum tersebut.

Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo Pada frekuensi yang menyebabkan tegangan Vo
maksimum dan atau minimum lokal tersebut, maksimum dan atau minimum lokal tersebut,
dicatat besarnya tegangan induktor (VAB) dan dicatat besarnya tegangan induktor (VAB) dan
kapasitor (VBO). kapasitor (VBO).

Dilakukan analisis mengenai karakteristik Dilakukan analisis mengenai karakteristik


rangkaian saat terjadi resonansi dan disampaikan rangkaian saat terjadi resonansi dan disampaikan
pada laporan. pada laporan.

Gambar 4 Rangkaian percobaan resonansi seri parallel 1 Gambar 5 Rangkaian percobaan resonansi seri parallel 2
2,5 mH

470 pF

50 ohm 470 pF 50 ohm 470 pF


2,5 mH 2,5 m H

1 V pp
1 Vpp 47 ohm
47 ohm

G enerator
S inyal

Generator
Sinyal

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


Gambar 7 Bode plot untuk rangkaian digambar 6

Vo max
e. Percobaan 5 : Aplikasi rangkaian Resonansi
dalam Filter (Vo max)
/√2
Disusunlah rangkaian seperti pada gambar 6
dibawah, pada breadboard yang disediakan.
Vo min

Dicari frekuensi dimana Vo menjadi minimum, ini


FL FC/10 10*FC FH 100*FC
adalah FC. Lalu dicari Vo di FC/10, FC/100, & FC*10, FC/100 FC
FC*100, seperti pada gambar 7 dibawah.
Gambar 8 Rangkaian percobaan resonansi seri parallel 2

2,5 mH
Untuk mencari Vo max digunakan frekuensi 50Hz. Vi Vo
Kemudian dicari titik-titik frekuensi FL, FH. 50 ohm 47 nF

1 Vpp
Digunakan mode X-Y pada osiloskop dengan ch.1 47 ohm
adalah Vin dan ch.2 adalah Vo. (Untuk
mempermudah mencari amplituda Vo, Generator
di‘ground’kan ch.1) Sinyal

Dicari juga beda fasa antara Vin dan Vo pada titik- Vo max
titik frekuensi tersebut. Dan digambarkan bode-plot
serta beda fasa-nya di BCL.
(Vo max)
/√2

Dilakukan langkah pertama sampai ketiga


percobaan 1 untuk rangkaian pada Gambar 8
dibawah

Gambar 6 Rangkaian percobaan resonansi seri parallel 1 FC/100 10*FC 100*FC


FC/10 FL FC FH

Vi 47 nF Vo
50 ohm Mengakhiri Percobaan
2,5 mH
Sebelum keluar dari ruang praktikum,
1 Vpp dirapikan meja praktikum. Dibareskan kabel,
47 ohm
dimatikan osiloskop, power supply DC, dan
Generator
dicabut catu daya dari jala-jala ke kit
Sinyal praktikum. Dipastikan juga multimeter analog
dan multimeter digital ditinggalkan dalam
keadaan mati (selektor menunjuk ke pilihan
off).

DIperiksa lagi lembar penggunaan meja.

Dipastikan asisten telah menandatangani


catatan percobaan kali ini pada BCL.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


4. HASIL DAN ANALISIS Saat terjadi resonansi (f = 167.825 kHz), dilakukan
pengukuran tegangan pada induktor dan kapasitor
a. Percobaan 1 : Rangkaian Seri R, L, C
dengan hasilnya sebagai berikut :
(Resonansi Seri)
Pada percobaan pertama, dibuat rangkaian V Nilai
resonansi seri seperti pada Gambar 2 dengan nilai
komponen sebagai berikut : VAB (induktor) 346 mV

Komponen Nilai VBO (kapasitor) 54 mV

VAC 1.03 Vpp Berdasarka teori, saat terjadi resonansi seharusnya


tegangan pada inductor dan kapasitor bernilai 0
rgenerator 50 Ω karena saat resonansi XL = XC. Namun dari hasil
percobaan di lab tidak demikian. Hal ini terjadi
L 2.5 mH karena pada inductor memiliki resistansi dalam
yang saat diukur bernilai 50.9 Ω. Sedangkan adanya
C 470 pF tegangan pada dikapasitor kemungkinan karena
kapasitor yang belum dihubungsingkatkan terlebih
R 47 Ω dahulu sehingga kapasitor masih menyimpan
muatan sebelum dilakukannya percobaan.
rinduktor 50.9 Ω
Faktor kualitas resonansi seri
Lalu dilakukan pencarian tegangan maksimum atau 𝜔𝐿
𝑄=
minimum dengan cara mencari nilai tegangan pada 𝑅
resistor 47 Ω. Untuk rangkaian resonansi seri, R : total resistansi pada rangkaian (=147; 50
impedansi rangkaian menjadi minimum dan arus resistansi generator + 50 resistansi inductor + 47
pada rangkaian menjadi maksimum sehingga resistansi seri)
frekuensi resonansi terjadi pada saat tegangan
maksimum. Kemudian dilakukan perhitungan nilai Berdasarkan rumus diatas, factor kualitas pada
frekuensi resonansi dengan menggunakan rumus inductor dan kapasitor yaitu : 17.93.
yang sudah diturunkan yaitu b. Percobaan 2 : Rangkaian paralel R, L
1 (Resonansi Paralel)
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶 Dibuat rangkaian resonansi seri seperti pada
f : frekuensi resonansi; L : induktor; C : kapasitor Gambar 3 dengan nilai komponen sebagai berikut :

didapatkan nilai frekuensi resonansi yaitu sebesar Komponen Nilai


146.825 kHz. Kemudian dilakukan pencarian nilai
frekuensi resonansi pada osiloskop dengan VAC 1.03 Vpp
mengubah nilai frekuensi disekitar 146.825 kHz.
Setelah itu diperoleh ketika frekuensi 167.825 kHz, rgenerator 50 Ω
Vo bernilai paling besar sehingga frekuensi tersebut
ditetapkan sebagai nilai frekuensi resonansi. L 2.5 mH

Varibel Tegangan Frekuensi C 470 pF

Vo max 180 mV (Vpp) 167.825 kHz R 47 Ω

Vo min Tidak ada - rinduktor 47 Ω

Terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai frekuensi Untuk rangkaian resonansi paralel, impedansi
resonansi yang didapatkan dari hasil perhitungan rangkaian menjadi maksimum dan arus pada
dengan yang didapatkan di lab. Perbedaan ini rangkaian menjadi minimum sehingga frekuensi
diduga terjadi karena adanya faktor koreksi pada resonansi terjadi pada saat tegangan minimum.
inductor dan kapasitor yang digunakan sehingga Kemudian dilakukan perhitungan nilai frekuensi
hasil yang didapatkan seditkit berbeda dari hasil resonansi dengan menggunakan rumus yang sudah
perhitungan, serta ketelitian osiloskop dan diturunkan yaitu
pengamat.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6


1
𝑓= C 470 pF
2𝜋√𝐿𝐶
f : frekuensi resonansi; L : induktor; C : kapasitor R 47 Ω
didapatkan nilai frekuensi resonansi yaitu sebesar
rinduktor1 50.9 Ω
146.825 kHz. Kemudian dilakukan pencarian nilai
frekuensi resonansi pada osiloskop dengan
rinduktor2 47 Ω
mengubah nilai frekuensi disekitar 146.825 kHz.
Setelah itu diperoleh ketika frekuensi 177.825 kHz
Dikarenakan pada rangkaian terdapat induktor dan
Vo bernilai paling minimum, sehingga ditetapkan
kapasitor yang diserikan kemudian diparalelkan
frekuensi tersebut sebagai nilai frekuensi resonansi.
dengan induktor maka ada ada 2 frekuensi
resonansi. Frekuensi resonansi yang pertama
Varibel Tegangan Frekuensi
berasal dari rangkaian seri yang menghasilkan nilai
Vo max lokal dan frekuensi resonansi yang kedua
Vo max Tidak ada -
berasal dari rangkaian paralel yang menghasilkan
nilai Vo min lokal. Kemudian dilakukan
Vo min 6.4 mV 177.825 kHz
perhitungan nilai frekuensi resonansi dengan
menggungkan rumus yang sudah diturunkan.
Besarnya nilai frekuensi yang didapatkan saat
Untuk frekuensi resonansi pada rangkaian seri (Vo
percobaan sedikit berbeda dari hasil perhitungan.
maks) :
Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya
faktor koreksi pada nilai kapasitor dan induktor, 1
𝑓=
serta ketelitian osiloskop dan pengamat. 2𝜋√𝐿𝐶
Saat terjadi resonansi (f = 177.825 kHz), dilakukan 𝑓 = 146.825 𝑘𝐻𝑧
pengukuran tegangan pada induktor dan kapasitor
sedankan untuk frekuensi pada rangkaian paralel
dengan hasilnya sebagai berikut :
(Vo min) :
Variabel Nilai 1
𝑓=
2𝜋√2𝐿𝐶
VAB 339 mV 𝑓 = 103.821 𝑘𝐻𝑧

VBO 339 mV Kemudian dilakukan pencarian nilai frekuensi


resonansi pertama pada osiloskop dengan
Faktor kualitas resonansi paralel mengubah nilai frekuensi disekitar 146.825 kHz dan
didapatkan besar frekuensi resonansi sebesar
𝑄 = 𝜔𝑅𝐶 173.821 kHz (saat Vo bernilai maksimum lokal).
R : total resistansi pada rangkaian(=147; 50 Kemudian dilakukan pencarian nilai frekuensi
resistansi generator + 47 resistansi inductor + 47 resonansi kedua pada osiliskop dengan mengubah
resistansi seri) nilai frekuensi disekitar 103.821 kHz dan
didapatkan besar frekuensi resonansi sebesar
Bedasarkan rumus diatas, factor kualitas pada
123.821 kHz (saat Vo bernilai minimum lokal).
inductor dan kapasitor 0.0756
c. Percobaan 3 : Rangkaian Paralel L dengan V Tegangan Frekuensi
Seri L dan C
Vo max 69.2 mV 173.821 kHz
Dibuat rangkaian resonansi seri seperti pada
(lokal)
Gambar 4 dengan nilai komponen sebagai berikut :
Vo min 7.6 mV 123.821 kHz
Komponen Nilai
(lokal)
VAC 1.03 Vpp
Terlihat bhwa terdapat perbedaan nilia frekuensi
resonansi antara hasi perhitungan dan hasil yang
rgenerator 50 Ω
didapatkan dari percobaan di lab. Perbedaan
kemungkinan disebabkan beberapa faktor antara
L seri 2.5 mH
lain : adanya faktor koreksi pada nilai kapasitor dan
induktor, serta ketelitian osiloskop dan pengamat.
L paralel 2.5 mH

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7


Saat frekuensi = 103.825 kHz, dilakukan 1
𝑓=
pengukuran tegangan pada masing-masing 2𝜋√𝐿𝐶
induktor dan kapasitor dengan hasilnya sebagai
𝑓 = 146.825 𝑘𝐻𝑧
berikut :
Kemudian dilakukan pencarian nilai frekuensi
V Nilai resonansi pertama pada osiloskop dengan
mengubah nilai frekuensi disekitar 103.821 kHz dan
VL seri 1.1 VRMS didapatkan besar frekuensi resonansi sebesar
115.821 kHz (saat Vo bernilai minimum lokal).
VC 1.32 VRMS Kemudian dilakukan pencarian nilai frekuensi
resonansi kedua pada osiliskop dengan mengubah
VL paralel 154 mVRMS nilai frekuensi disekitar 146.825 kHz dan
didapatkan besar frekuensi resonansi sebesar
109.821 kHz (saat Vo bernilai maksimum lokal).

d. Percobaan 4 : Rangkaian Seri C dengan Varibel Tegangan Frekuensi


Paralel C dan L
Dibuat rangkaian resonansi seri seperti pada Vo min 9.46 115.821
Gambar 5 dengan nilai komponen sebagai berikut :
Vo max 11.4 mV 109.821

Besarnya nilai frekuensi yang didapatkan saat


Komponen Nilai
percobaan sedikit berbeda dari hasil perhitungan.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya
VAC 1.03 Vpp
faktor koreksi pada nilai kapasitor dan induktor,
serta ketelitian osiloskop dan pengamat.
rgenerator 50 Ω
Saat f = 167.825 kHz dilakukan pengukuran
L 2.5 mH tegangan pada induktor dan kapasitor dengan hasil
sebagai berikut :
C paralel 470 pF
Variabel Nilai
C seri 470 pF
VC seri 341 mV
R 47 Ω
VC paralel 1.2 V
rinduktor 47 Ω
VL paralel 10.3 mV
Dikarenakan pada rangkaian terdapat induktor dan
kapasitor yang diparalelkan kemudian diserikan
dengan kapasitor maka ada ada 2 frekuensi e. Percobaan 5 : Aplikasi rangkaian Resonansi
resonansi. Frekuensi resonansi yang pertama dalam Filter
berasal dari rangkaian paralel yang menghasilkan
nilai Vo min lokal dan frekuensi resonansi yang Dibuat rangkaian resonansi seri seperti pada
kedua berasal dari rangkaian seri yang Gambar 6 dengan nilai komponen sebagai berikut :
menghasilkan nilai Vo max lokal. Kemudian
dilakukan perhitungan nilai frekuensi resonansi Komponen Nilai
dengan menggungkan rumus yang sudah
diturunkan. Untuk frekuensi resonansi pada VAC 1.03 Vpp
rangkaian paralel (Vo min) :
rgenerator 50 Ω
1
𝑓=
2𝜋√2𝐿𝐶 L 2.5 mH
𝑓 = 103.821 𝑘𝐻𝑧
C 47 pF
sedankan untuk frekuensi pada rangkaian seri (Vo
max) :
R 47 Ω

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8


Bode Plot
rinduktor 47 Ω

Kemudian dilakukan perhitungan nilai frekuensi Magnitude


resonansi dengan menggungkan rumus yang sudah 300
diturunkan yaitu
250
1
𝑓=

Vo max (mV)
2𝜋√𝐿𝐶 200

f : frekuensi resonansi; L : induktor; C : kapasitor 150

didapatkan nilai frekuensi resonansi yaitu sebesar 100


14.682 kHz. Kemudian dilakukan pencarian nilai 50
frekuensi resonansi pada osiloskop dengan
mengubah nilai frekuensi disekitar 14.682 kHz. 0
0.01 FL 0.1Fc Fc 10 Fc FH 100
Setelah itu diperoleh ketika frekuensi 16.589 kHz Vo
Fc Fc
bernilai paling kecil, sehingga ditetapkan 16.589
kHz sebagai frekuensi resonansi (fc). Perbedaan Frekuensi (kHz)
nilai frekuesi antara hasil perhitungan dengan hasil
pengukuran kemungkinan disebabkan adanya
faktor koreksi pad kapasitor dan induktor serta
kemungkinan kesalahan pembacaan oleh praktikan
serta dari faktor ketelitian alat ukur. Fasa
90
F Tegangan 𝜑

0.01 fc 36 mV 00
Fasa (degrees)

FL (108.9 Hz) 220 mV 00 45

0.1 fc 144 mV 11.54 0

Fc 44 mV ~00
0
10 fc 232 mV 21.14 0 0.01 FL 0.1Fc Fc 10 Fc FH 100 Fc
Fc
FH (42.89 kHz) 220 mV 55.85 0 Frekuensi (kHz)

100 fc 248 mV 7.41 0 Bentuk bode plot magnitude diatas seharusnya


dapat membentuk band stop filter karena rangkian
Saat frekuensi bernilai 50 Hz, nilai Vo yaitu – 28 mV. yang digunakan adalah rangkaian resonansi paralel
sehingga pada saat frekuensi resonansi, besarnya
tegangan output yaitu yang paling minimum dan
pada nilai frekuensi lainnya nilai tegangan output
berapda diatas nilai tegangan saat frekuensi
resonansi. Namun karena beberapa factor seperti
factor koreksi nilai kapasitor dan inductor,
ketelitian alat ukut dan lain-lain, bentuk band stop
filter tersebut belum dapat teramati secara
sempurna.
Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk
rangkaian seperti pada gambar 8. Didapatkan
frekuensi resonansi yang sama yaitu 16.589 kHz.

F Tegangan 𝜑

0.01 fc 12 mV 00

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9


filter tersebut belum dapat teramati secara
FL (108.9 Hz) 112 mV 52.136 0
sempurna
0.1 fc 24 mV 90 0
5. KESIMPULAN
Fc 160 mV ~00 Dari percobaan didapatkan kesimpulan :
 .Pada rangkaian RLC dengan sumber AC
10 fc 24 mV 00
dapat terjadi resonansi yaitu saat nilai
reaktansi/susptansi sama dengan 0
FH (42.89 kHz) 112 mV 58.109 0
sehingga impedansi total adalah jumlah
hambatan dari resistor.
100 fc 16 mV 90 0
 Pada rangkaian resonansi seri XL = XC,
Saat frekuensi bernilai 50 Hz, nilai Vo yaitu 4.8 mV sedangkan pada rangakaian resonansi
paralel YL= YC. (X = reaktansi, Y =
Bode Plot
suseptansi)
 Resonansi seri terjadi saat tegangan output
Magnitude
bernilai maksimum sedangkan resonansi
200 paralel terjadi saat tegangan output benilai
minimum
Vo max (mV)

150
 Pada rangkaian resonansi seri paralel
100 terdapat 2 frekuensi resonansi, yang
pertama berasal dari frekuensi resonansi
50 pada rangkian seri dan yang kedua berasal
0
dari frekuensi resonansi pada rangkaian
0.01 FL 0.1Fc Fc 10 Fc FH 100 Fc paralel.
Fc
DAFTAR PUSTAKA
Frekuensi (kHz)
Mervin T Hutabarat, Praktikum Rangkaian
Elektrik, Laboratorium Dasar Teknik Elektro
ITB,Bandung, 2014.
http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2101%20-
Phasa %20Rangkaian%20Elektrik/2013-
135 2014/Bahan%20Kuliah%20(2011-
2012)/Percobaan%206.pdf,
Phasa (degrees)

90 [1]. http://listrikonly.blogspot.com/2011/03/res
onansi-pada-rangkaian-ac.html, 14 November
45 2014, 9:46 am.
[2]. http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2101%20-
0 %20Rangkaian%20Elektrik/2013-
0.01 FL 0.1Fc Fc 10 Fc FH 100 Fc 2014/Bahan%20Kuliah%20(2011-
Fc 2012)/Percobaan%206.pdf, 14 November
Frekuensi (kHz) 2014, 08:00 am

Bentuk bode plot magnitude diatas seharusnya


dapat membentuk band pass filter karena rangkian
yang digunakan adalah rangkaian resonansi seri
sehingga pada saat frekuensi resonansi, besarnya
tegangan output yaitu yang paling maksimum dan
pada nilai frekuensi lainnya nilai tegangan output
berapda dibawah nilai tegangan saat frekuensi
resonansi. Namun karena beberapa factor seperti
factor koreksi nilai kapasitor dan inductor,
ketelitian alat ukut dan lain-lain, bentuk band pass

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


0

Anda mungkin juga menyukai