Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Konsep Dasar
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)”
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan semua sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus.................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus...............................................................................4
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................71
LAMPIRAN.......................................................................................................73
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PPOK. Gejala COPD/PPOK yang paling umum adalah sesak napas, atau
Namun, PPOK bukan hanya sekedar "batuk perokok", tapi penyakit paru
dan bisa mengancam nyawa. Istilah yang lebih dikenal "bronkitis kronis" dan
Riskesdas 2013 berhasil mengunjungi 11.986 blok sensus (BS) dari 12.000
sebesar: TBC paru BTA (+) 267 orang, tersangka TBC paru 1927 orang,
pneumonia 247 orang, TB BTA (-) RO (+) 37 orang, ISPA bukan pneumonia
pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) untuk di Rumah Sakit Umum
Daerah Bahtreamas Prov. Sultra dengan presentase sebesar pada tahun 2015 :
laki laki 84,6%, perempuan15,4%, pada tahun 2016 : laki laki 74,5%,
perempuan 25,5%, dan pada tahun 2017 : laki laki 84,5%, perempuan 15,5%.
Dari data diatas peneliti mengetahui bahwa penyakit paru obstruksi kronis
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah diuraikan
keperawatan yang cepat, tepat dan efesien dapat membantu menekan angka
Sulawesi Tenggara”.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
yang berlangsung lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer &
2. Klasifikasi
Jackson,(2014) :
a. Asma
b. Bronkitis kronic
c. Emfisema
3. Etiologi
gas kimiawi.
b. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan
merokok.
4. Patofisiologi
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
b. Corpulmonal
c. Pneumothoraks
7. Derajat PPOK
sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak
oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika
kronik.
evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
(Iyer,et.al.,1995).
a. Data Dasar
b. Data Fokus
seorang perawat.
c. Data Subjektif
d. Data Objektif
perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat kita
3. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan Adsministrasi
b. Tujuan Klinik
4. Perencanaan Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
sebagai berikut :
a. Keterampilan Kognitif
menyeluruh.
b. Keterampilam Interpersonal
6. Evaluasi Keperawatan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
Macam-macam evaluasi
ditentukan tercapai.
Kebutuhan Oksigenasi
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan
infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga 38,5 derajat celcius,
b. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
kurang dari 10 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari
20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 30 kali per
dan proses sesak ruang intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per
menit pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit pada
anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka
b. Palpasi
pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dpat
paru, seperti getaran suara atau fremitu vocal, dapat dideteksi bila
atelektasis, atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan tidak
Fremitus vocal menjadi lemah tau hilang sama sekali jika rongga
pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura
paru yang letaknya jauh dari permukaan. Getaran yang terasa oleh
c. Perkusi
bagian atas paru tidak berfungsi lagi dan berarti batas paru yang
sehat terletak lebih bawah dari biasa. Pada umumnya, hal ini
suara sonor pada orang sehat dapat didengar sampai iga keenam
kesepuluh garis skapularis. Batas bawah paru pada orang tua agak
d. Auskultasi
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru
pada asma. Suara ronkhi basah, yaitu suara berisik yang terputus
kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila kita meniup dalam
air. Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini
2. Infeksi trakeobronkial.
3. Trauma.
4. Bedah thoraks.
3. Batuk.
4. Sianosis.
5. Demam.
1. Obstruksi trakeal.
2. Perdarahan aktif.
4. Infeksi paru.
2. Dispnea.
7. Kecemasan.
3. Trauma dada.
4. Myasthenia gravis, guillian barre syndrome.
1. Vasokonstrinsik.
2. Hipovolemia.
3. Trombosis vena.
5. Edema.
6. Perdarahan.
7. Imobilisasi.
1. Edema.
5. Menurunnya sensasi.
7. Sianosis.
2. Infark miokardial.
4. Hipertensi.
5. Syok.
sistem vaskuler.
4. Bronkospasme.
5. Atelektasis.
6. Edema paru.
7. Pembedahan paru.
1. Sesak napas.
2. Penurunann kesadaran.
5. Sianosis/takikardia.
2. Gagal jantung.
3. Asma.
4. Pneumonia.
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN Tujuan:
Rencana Tindakan:
bronkhodilator.
c. Berikan oksigenasi.
c. Berikan oksigenasi.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
stress.
Prosedur Kerja:
a. cuci tangan
meniup
g. Cuci tangan.
Prosedur Kerja:
a. Cuci tangan
membungkuk ke depan
h. Istirahat
j. Cuci tangan.
c. Pemberian oksigen
hipoksia.
3. Vaselin/jeli.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
kondisi pasien.
d. Fisioterapi Dada
2. Kertas tisu.
a. Postural Drainase
1. Cuci tangan.
tengah).
dan suction.
b. Clapping:
1. Cuci tangan
terjadinya batuk.
8. Cuci tangan.
c. Vibrating:
1. cuci tangan.
terbatuk.
5. EVALUASI
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan,
pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal, dan
KESIMPULAN& SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Jumlah Penyakit Sistem
Pernapasan.
Data Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2018.
Jumlah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Depkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diakses
tanggal 23 Maret 2018 pukul 21.18 WITA.
Edward Ringel. 2012. “Buku Saku Hitam Kedokteran Paru”. Jakarta : Permata Puri
Media.
Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD). (2011). Inc. Pocket
Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
http://www.goldcopd.com.
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktek Klinik Keperawatan : Konsep, Proses,
Praktik. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.