1, (2012) 1-6 1
STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK,
MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS
PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN
KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG – MALANG
Aburizal Fathoni Asbi, Abraham Tertiadi, dan Ria Asih Aryani Soemitro, Trihanyndio Rendy Satrya.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ria@ce.its.ac.id rendy_star@ce.its.ac.id
Abstrak— Secara alami tanah di lapangan mengalami tanah akan mengalami perubahan volume tanah akibat
proses siklus pembasahan dan pengeringan yang terjadi pada perubahan kadar air.
daerah beriklim tropis seperti Indonesia, sehingga Lokasi penelitian ini terletak di desa Jombok Ngantang,
mengakibatkan tanah akan mengalami perubahan volume tanah Kabupaten Malang Km 33-34, daerah tersebut merupakan
akibat perubahan kadar air. Suatu lereng di desa Jombok –
daerah yang sering mengalami titik rawan longsor
Ngantang – Malang mengalami penurunan tanah secara
signifikan selama 3 tahun terakhir. Tercatat penurunan terjadi (Suarasurabaya.net). Menurut Kepala Desa setempat,
pada musim penghujan Februari 2009, Februari 2010 dan 2011 peristiwa ini berawal pada bulan (Februari, 2009), waktu itu
tanah turun sedalam ± 3m, ± 2m, dan ± 1m. Tujuan penelitian ini musim penghujan yang membuat tanah sekitar Desa Jombok
mempelajari pengaruh perubahan musim (perubahan kadar air) longsor dari ketinggian lereng ± 12 meter. Sehingga elevasi
terhadap karakteristik tanah yaitu fisik, mekanik dan dinamik jalan yang dulunya rata ketinggiannya dengan rumah
tanah dengan proses siklus pembasahan (dimodelkan 1x siklus
penduduk mengalami kelongsoran dan patahan pada lereng,
pembasahan). Definisi proses siklus pembasahan yaitu
prosentase penambahan air ditentukan dari penjumlahan antara kurang lebih dalam sebulan patahan tanah pertama turun
kadar air awal (Wi) dengan persentase kadar air dikalikan sekitar 3 meter, kedua turun sekitar 2 meter (Februari, 2010)
dengan selisih antara kadar air jenuh dengan kadar air awal dan ketiga turun sekitar 1 meter (2011).
(Wsat – Wi) sebesar 25%, 50%, 75%, dan 100%. Analisis kurva Proses siklus pembasahan di laboratorium untuk dilakukan
yang ditinjau adalah hubungan antara parameter tanah yaitu dengan cara menentukan kadar air yang diperoleh pada contoh
hubungan antara .kadar air dengan parameter sifat fisik,
tanah tidak terganggu (undisturbed). Kadar air tanah inilah
mekanik dan dinamik. Parameter fisik dan mekanik diuji dengan
alat laboratorium untuk pengujian volumetry gravimetry, yang dijadikan acuan untuk proses pembasahan pada
triaksial, dan tegangan air pori negatif sedangkan parameter pengujian fisik tanah (berat volume tanah, kadar air, berat
dinamik tanah diuji dengan Elemen Bender. Hasil penelitian volume kering tanah, derajat kejenuhan, porositas, angka pori,
menunjukkan bahwa pengaruh proses pembasahan specific gravity, Atterberg Limit), mekanik tanah (kohesi,
membuat parameter kadar air (Wc), derajat kejenuhan sudut geser dalam, tegangan air pori negatif) dan dinamik
(Sr) meningkat karena proses pembasahan. Untuk tanah (modulus geser, menggunakan Elemen Bender).
parameter kohesi (Cu) dan berat volume kering (γd) pada Selanjutnya proses membasahi contoh tanah yaitu prosentase
kedalaman 6m, 7m, 13m menurun karena proses penambahan air ditentukan dari penjumlahan antara kadar air
pembasahan tetapi pada pembasahan 75% akan awal (Wi) dengan persentase kadar air dikalikan dengan
mengalami kenaikan kembali, namun pada kedalaman 8m selisih antara kadar air jenuh dengan kadar air awal (Wsat –
9m 10m 16m dan 20m akan mengalami kenaikan Wi) sebesar 25%, 50%, 75%, dan 100%.
kenaikan pada proses pembasahan tetapi pada
pembasahan 50% akan mengalami penurunan kembali.
Berdasarkan tes analisa saringan dan hidrometer II. TINJAUAN PUSTAKA
menunjukkan bahwa tanah pada kedalaman 6m dan 9m
memiliki prosentase pasir yang lebih dominan, sedangkan A. Sifat Tanah
pada kedalaman 7m , 8m, 9m, 10m, 13m, 16m dan 20m Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama,
prosentase lanau lebih dominan. yaitu sifat fisis dan sifat mekanis.
Sifat Fisis Tanah
Kata Kunci—kadar air, Ngantang-Malang, Parameter fisik, Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan
mekanik dan dinamik, Siklus pembasahan, Tanah tidak dengan elemen penyusunan massa tanah yang ada,
terganggu misalnya volume tanah, kadar air, dan berat tanah.
Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)
I. PENDAHULUAN bagian yaitu butiran padat (solid), bagian air (water),
dan bagian udara (air). Keberadaan materi air dan
S ECARA ilmiah tanah di lapangan mengalami proses siklus
pembasahan dan pengeringan yang terjadi pada daerah
beriklim tropis seperti Indonesia, sehingga mengakibatkan
udara biasanya menempati pada ruangan antara
butiran/pori pada massa tanah tersebut. Ilustrasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2
untuk memahami susunan elemen pada massa tanah Bagian butiran yang bersifat gesekan tergantung pada
dapat diasumsikan seperti gambar 2.1 berikut (Das, tekanan efektif bidang geser terhadap sudut geser
1998). dalam (Ø) yang terbentuk.
Tegangan air pori negatif (-Uw), ditentukan dengan
menggunakan kurva kalibrasi kertas filter Whatman
no. 42.
Kuat geser undrained adalah kuat geser tanah yang
mengalami kondisi undrained.
B. Proses Pembasahan
Proses pembasahan dilakukan secara bertahap berdasarkan
presentase penambahan kadar air . Presentase penambahan air
ditentukan dari penjumlahan antara kadar air awal (Wi)
dengan persentase kadar air dikalikan dengan selisih antara
kadar air jenuh dengan kadar air awal ( Wsat – Wi). Pada
proses pembasahan, benda uji dengan kondisi inisial
dijenuhkan secara bertahap dengan penambahan air hingga
mencapai jenuh 100%. Untuk pengukuran tegangan air pori
negatif, kertas filter tipe Whatman No. 42 diletakkan pada 1/3
tinggi benda uji. Dalam hal ini kertas filter diletakkan pada
benda uji triaksial (Elemen Bender).
Abraham Tertiadi
0.25
0.25
Cu kejenuhan sebesar 83,84% dengan kadar air
0.20
0.20
80,14%.
0.15
E 0.15 F Pada kondisi pembasahan 25% memiliki nilai
0.10
0.10
2.20 2.30 2.40 2.50 2.60 2.70 2.80
derajat kejenuhan sebesar 84,67% dengan kadar air
100 96 92 88 84 80 76
Wc (%) Gs 84,01%.
Inisial Pembasahan 25% Pada kondisi pembasahan 50% memiliki nilai
Pembasahan 50% Pembasahan 75%
Pembasahan 100% derajat kejenuhan sebesar 88,25% dengan kadar air
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Parameter Fisik Pada 88,85%.
Kedalaman 6 m Pada kondisi pembasahan 75% memiliki nilai
(Sumber : Hasil Penelitian) derajat kejenuhan sebesar 90,34% dengan kadar air
91,23%.
Analisa Grafik A Pada kondisi pembasahan 100% memiliki nilai
Grafik A adalah kurva hubungan antara kadar air derajat kejenuhan sebesar 95,83% dengan kadar air
dengan berat volume kering pada kondisi inisial dan 96,31%.
pembasahan di kedalaman 6 m. Dengan bertambahnya kadar air maka, nilai derajat
Pada kondisi kadar air inisial memiliki nilai berat kejenuhan akan terus bertambah.
volume kering sebesar 0,747gr/cm3 dengan kadar Analisa Grafik D
air 80,14%. Grafik D adalah kurva hubungan specific gravity
Pada kondisi pembasahan 25% memiliki nilai berat dengan derajat kejenuhan pada kondisi inisial dan
volume kering sebesar 0,724 gr/cm3 dengan kadar pembasahan di kedalaman 6m.
air 84,01%. Pada kondisi kadar air inisial memiliki nilai derajat
Pada kondisi pembasahan 50% memiliki nilai berat kejenuhan sebesar 83,84% dengan specific gravity
volume kering sebesar 0,709 gr/cm3 dengan kadar sebesar 2,615.
air 88,85%. Pada kondisi pembasahan 25% memiliki nilai
Pada kondisi pembasahan 75% memiliki nilai berat derajat kejenuhan sebesar 84,67% dengan specific
volume kering sebesar 0,674 gr/cm3 dengan kadar gravity sebesar 2,562.
air 91,23%. Pada kondisi pembasahan 50% memiliki nilai
Pada kondisi pembasahan 100% memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 88,25% dengan specific
berat volume kering sebesar 0,709 gr/cm3 dengan gravity sebesar 2,537.
kadar air 96,31%. Pada kondisi pembasahan 75% memiliki nilai
Dengan bertambahnya kadar air maka, perbandingan derajat kejenuhan sebesar 90,34% dengan specific
berat tanah padat dengan volume tanah menghasilkan gravity sebesar 2,513.
nilai berat volume kering akan berkurang, jika Pada kondisi pembasahan 100% memiliki nilai
volume tanah lebih besar dari berat tanah padat. derajat kejenuhan sebesar 95,83% dengan specific
Tetapi pembasahan 100% akan naik kembali. gravity sebesar 2,465.
Analisa Grafik B
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6
Analisa Grafik E 3 Untuk hubungan kohesi dengan kadar air yang terlihat
Grafik E adalah kurva hubungan antara kadar air adalah nilai kohesi yang semakin kecil apabila nilai kadar
dengan nilai kohesi pada kondisi inisial dan air bertambah seiring dengan penambahan proses
pembasahan di kedalaman 6 m. pembasahan.
Pada kondisi kadar air inisial memiliki nilai kohesi 5.2 Saran
sebesar 0,374 kg/cm2 dengan kadar air 80,14%.
Berikut ini saran-saran untuk pengembangan
Pada kondisi pembasahan 25% memiliki nilai
penelitian selanjutnya :
kohesi sebesar 0,300 kg/cm2 dengan kadar air
84,01%. 1. Setelah pengambilan contoh tanah dari lapangan sebaiknya
Pada kondisi pembasahan 50% memiliki nilai segera mungkin dilakukan pengujian parameter-parameter
kohesi sebesar 0,270 kg/cm2 dengan kadar air tanah di laboratorium agar kondisi tanah tidak berubah
88,85%. akibat faktor suhu yang berbeda.
Pada kondisi pembasahan 75% memiliki nilai 2. Pada proses pembasahan sebaiknya benda uji disimpan
kohesi sebesar 0,242 kg/cm2 dengan kadar air dalam tempat yang kedap udara dan air yang keluar di
91,23%. masukkan kembali
Pada kondisi pembasahan 100% memiliki nilai UCAPAN TERIMA KASIH
kohesi sebesar 0,175 kg/cm2 dengan kadar air
Aburizal Fathoni Asbi dan Abraham Tertiadi mengucapkan
96,31%.
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan
Dengan bertambahnya kadar air maka, perbandingan
berat tanah padat dengan volume tanah menghasilkan karunia-Nya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
nilai berat volume tanah akan berkurang, sehingga kedua orang tua dan dosen pembimbing penulis atas segala
nilai kohesi pun berkurang. bimbingan dan waktunya.
Analisa Grafik F DAFTAR PUSTAKA
Grafik F adalah kurva hubungan specific gravity Bowles, J.E.1991.Sifat-sifat Fisis dan Geotkenis Tanah,
dengan kohesi pada kondisi inisial dan pembasahan di Erlangaa, Jakarta.
kedalaman 6 m. Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.).
Pada kondisi kadar air inisial memiliki nilai kohesi 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
sebesar 0,374 kg/cm2 dengan specific gravity Rekayasa Geotekni) Jilid I, Erlangga, Jakarta.
sebesar 2,615.
Fredlund, D.G. and Rahardjo, H. 1993. Soil Mechanics for
Pada kondisi pembasahan 25% memiliki nilai
kohesi sebesar 0,300 kg/cm2 dengan specific Unsaturated Soils, Balkema. Rotterdam.
gravity sebesar 2,562. Hardiyatmo, H.C. 1992. Mekanika Tanah, PT. Gramedia
Pada kondisi pembasahan 50% memiliki nilai Pustaka Utama, Jakarta.
kohesi sebesar 0,270 kg/cm2 dengan specific Hardiyatmo, H.C. 2001. Prinsip-prinsip Mekanika Tanah dan
gravity sebesar 2,537. Soal Penyelesaiannya,
Pada kondisi pembasahan 75% memiliki nilai PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
kohesi sebesar 0,242 kg/cm2 dengan specific
Panjaitan, S.R.N. 2000. Pengaruh Siklus Pengeringan dan
gravity sebesar 2,513.
Pada kondisi pembasahan 100% memiliki nilai Pembasahan Terhadap Karakteristik Kuat
kohesi sebesar 0,175 kg/cm2dengan specific Tekan Tanah Mengembang yang Distabilisasi
gravity sebesar 2,465. dengan Fly Ash, Tesis S2, Pasca Sarjana, ITS,
Surabaya.
KESIMPULAN DAN SARAN Smith, M.J. dan Madyayanti, I.E. 1992. Seri Pedoman
5.1 Kesimpulan Godwin, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta.
Terzaghi, K. and Peck R.B. 1967. Soil Mechanics in
Dari studi yang teah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Engineering Practice, 2nd edition, Erlangga,
1 Untuk hubungan berat volume kering dengan kadar air Jakarta
yang terlihat adalah nilai berat volume kering yang Wesley, L.D. and Irfan, T.Y. 1997. Classification of residual
semakin kecil apabila nilai kadar air bertambah karena soil. Chap. 2 In Blight, G.E. (ed) ―Mechanics of
jika volume tanah lebih besar dari berat tanah padat akan residual soils‖, ISSMFE (TC 25). Balkema.
menghasilkan berat volume kering yang semakin kecil,
seiring dengan penambahan proses pembasahan tapi pada
suatu titik akan kembali naik.
2 Untuk hubungan derajat kejenuhan dengan kadar air yang
terlihat adalah dengan proses pembasahan maka nilai
derajat kejenuhan dan nilai kadar air akan bertambah.