Anda di halaman 1dari 25

PPh Pasal 23/26

DISUSUN OLEH :

Fransisco Valdino R
(A031191002)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB VII
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Pajak Penghasilan Pasal 23


A. Pengertian
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipotong atas penghasilan yang di terima atau diperoleh
wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
telah dipotong PPh pasal 21 yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah , subjek pajak badan dalam negeri , penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap , atau perwakilan perusahaan luar negeri yang lain.
1. Pemotong:
a) badan pemerintah;
b) subjek pajak badan dalam negeri;
c) penyelenggaraan kegiatan;
d) bentuk usaha tetap (BUT);
e) perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
f) wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagai pemotong PPh pasal 23
sebagaimana diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-
50/PJ/1994 Meliputi :
a. Akuntan,Arsitek,Dokter,Notaris,Pejabat Pembuat Akte Tanah
(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat , pengacara , dan
konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:
a. WP dalam negeri (Orang pribadi dan Badan)
b. BUT ( Bentuk Usaha Tetap)

B. Dasar Perhitungan dan


Tarif Tarif dan Objek
1. 15% dari jumlah bruto atas:
a. Dividen. dengan nama dan dalam bentuk apapun , termasuk deviden
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
c. royalti; dan
d. hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh pasal 21 ayat 1 huruf e Undang Undang PPh.
2. 2% dari jumlah bruto atas:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
kecuali sewa tanah dan/atau bangunan; dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, jasa lain selain jasa yang telah di potong
PPh Pasal 21. Jasa lain terdiri dari: (PMK141/03/2015)
1) Jasa penilai (appraisal);
2) Jasa aktuaris;
3) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4) Jasa hukum;
5) Jasa arsitektur;
6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7) Jasa perancang (design);
8) Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan
gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha
tetap;
9) Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10) Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha
panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
11) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12) Jasa penebangan hutan;
13) Jasa pengolahan limbah;
14) Jasa penyedia tenaga kerja dan/ atau tenaga ahli (outsourcing
services);
15) Jasa perantara dan/ atau keagenan;
16) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
17) Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan
oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);
18) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19) Jasa mixing film;
20) Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo,
slide, klise, banner,pamphlet, baliho dan folder;
21) Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
22) Jasa pembuatan dan/ atau pengelolaan website;
23) Jasa internet termasuk sambungannya;
24) Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data,
informasi, dan/atau program;
25) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
26) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,
listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya
di bidang konstruksi dan inempunyai izin dan/ atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
27) Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat,
laut dan udara;
28) Jasa maklon;
29) Jasa penyelidikan dan keamanan;
30) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31) Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi,
dan/ atau jasa periklanan;
32) Jasa pembasmian hama;
33) Jasa kebersihan atau cleaning service;
34) Jasa sedot septic tank;
35) Jasa pemeliharaan kolam;
36) Jasa katering atau tata boga;
37) Jasa freight forwarding;
38) Jasa logistik;
39) Jasa pengurusan dokumen;
40) Jasa pengepakan;
41) Jasa loading dan unloading;
42) Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang dilakukan
oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis;
43) Jasa pengelolaan parkir;
44) Jasa penyondiran tanah pengujian
45) Jasa penyiapan dan/ atau pengolahan lahan;
46) Jasa pembibitan dan/ atau penanaman bibit;
47) Jasa pemeliharaan tanaman;
48) Jasa pemanenan;
49) Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan;
50) Jasa dekorasi;
51) Jasa pencetakan/penerbitan;
52) Jasa penerjemahan;
53) Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
54) Jasa pelayanan kepelabuhanan;
55) Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
56) Jasa pengelolaan penitipan anak;
57) Jasa pelatihan dan/ atau kursus;
58) Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59) Jasa sertifikasi;
60) Jasa survey;
61) Jasa tester, dan
62) Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Untuk yang tidak memiliki NPWP besarnya tarif pemotongan adalah lebih
tinggi 100% dari tariff PPh Pasal 23.

Jumlah bruto sebagaimana dimaksud diatas:


a) untuk jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dan
b) untuk jasa selain jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
tidak termasuk:
1) pembayaran gajl, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak
dengan pengguna jasa;
2) pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian
barang atau material yang terkait dengan jasa yang diberikan;
3) pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui
penyedia jasa, terkait Jasa yang diberikan oleh penyedia jasa;
dan/ atau
4) pembayaran kepada penyedia Jasa yang merupakan
penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan
penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa
bersangkutan.

Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23 adalah:


1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa
guna usaha dengan hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
b. bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% ( dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
4. Dividen yang diterima orang pribadi sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 17 ayat 2c undang undang PPh,
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
6. SHU ( sisa hasil usaha) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
7. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan termasuk yang menggunakan pembiayaan berbasis
syariah.Badan usaha sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas;
a. perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha diluar
bank dan lembaga keunagan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan dan telah memperoleh izin usaha dari menteri keuangan;
b. badan usaha milik Negara atau bdan usaha milik daerah yang
khusus didirikan untuk memberikan sarana pembiayaan bagi usaha
mikro,kecil,menengah,kopersi,termasuk PT(persero) permodalan nasional
madani)

Saat Pemotongan
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 UU PPh dilakukan pada akhir bulan
dibayarkannya penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau
jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan, tergantung
peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan


1. Pajak penghasilan pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannnya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.
2. Pajak penghasilan pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan
saat terutangnya pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia.
3. Pemotong PPh Pasal 23 di wajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak
berakhir dengan dilampiri:
a. Lembar ketiga SSP bukti setoran PPh pasal 23
b. Daftar bukti pemotongan PPh pasal 23 ;
c. Lembar kedua bukti pemotongan PPh pasal 23.
4. Pemotongan PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan
yang dipotong.
5. Pelaksanaan pemotong, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek
PPh Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah, pengawasan
terhadap pelaksaan pemotongan PPh Pasal 23 tersebut

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal
23 bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur
nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

Tempat Pemotongan
1. Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal
23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, maka PPh Pasal 23
dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh kantor pusat.
2. Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal
23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang, misalnya
pembayaran sewa mesin oleh kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong,
disetor, dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.
3. Ketentuan tentang pemusatan pelaksanaan pemotongan, penyetoran,
pelaporan PPh Pasal 23 tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Bukti Pemotong
Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
kepada Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan yang telah dipotong PPh
Pasal 23.
C. Cara Menghitung dan
Akuntansi Soal dan Pembahasan
PT MGP (pihak pertama) melakukan kontrak dengan PT ICM selaku
perusahaan jasa perawatan toilet (pihak kedua) untuk merawat toilet di
Hotel DGP (pihak ketiga). Nilai kontrak yang telah disepakati adalah
sebesar Rp110.000.000,00. Rincian tagihan PT ICM kepada PT MGP
terdiri dari:
• jasa perawatan toilet Rp100.000.000,00;
• fee agen Rp10.000.000,00; dan
Hitunglah PPh Pasal 23 dan buatlah jurnalnya!

Jawaban:
PPh Pasal 23 atas jasa perawatan toilet adalah sebesar :
2% x Rp 100.000.000,00 = Rp2.000.000,00.
PPh Pasal 23 atas pembayaran fee agen adalah sebesar:
2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00.
Hotel DGP tidak langsung membayar tagihan kepada PT ICM tetapi ke
PT MGP selaku agen PT ICM, sehingga yang memotong PPh Pasal 23
atas tagihan tersebut adalah Hotel DGP yaitu sebesar:
2% x Rp110.000.000,00 = Rp2.200.000,00

Jurnal pada saat pembayaran Hotel DGP ke PT MGP


Hotel DGP
Utang usaha ke PT Rp107.800.0
MGP 00,00
Utang PPh 23 Rp2.200.00
0
,00
Kas Rp110.000.000,
00

PT MGP
Kas Rp107.800.00
0
,00
Pendapatan jasa-fee Rp9.800.000,
agen 0
0
Utang usaha ke PT ICM Rp
98.000.000,0
0

Jurnal pada saat Pembayaran dari PT.MGP kepada PT.ICM


PT. MGP
Utang usaha ke PT Rp98.000.000,0
0
ICM
Kas Rp98.000.000,
00

PT. ICM
Kas Rp98.000.000,0
0
Pendapatan Rp98.000.000,0
0
jasa-
perawatan
toilet

Latihan
PT Pelindo IV (pihak pertama) melakukan kontrak dengan PT MICT
selaku perusahaan jasa kepelabuhan (pihak kedua) untuk mengelola
loading dan unloading barang pada PT Pelabuhan Peti Kemas New
Ujung Pandang (pihak ketiga). Nilai kontrak yang telah disepakati adalah
sebesar Rp 220.000.000.000,00. Rincian tagihan PT MICT kepada PT
Pelindo IV terdiri dari:
• jasa loading dan unloading barang Rp 200.000.000.000,00;
• fee agen Rp 20.000.000.000,00; dan
Hitunglah PPh Pasal 23 dan buatlah
jurnalnya!

Pajak Penghasilan Pasal 26


A. Pengertian
Pajak Penghasilan Pasal 26 merupakan PPh yang dikenakan/dipotong atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh
wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia. Pemotong
PPh Pasal 26 adalah:
a. badan pemerintah;
b. subjek pajak badan dalam negeri;
c. penyelenggaraan kegiatan;
d. bentuk usaha tetap (BUT);
e. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

B. Dasar Perhitungan dan


Tarif Tarif dan Objek
1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima wajib pajak
luar negeri berupa:
a. dividen
b.bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang
c.royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. hadiah, penghargaan
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. premi swap dan transaksi lindung lainnya, dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang
2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa:
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung
maupun melalui pialang kepada prusahaan asuransi di luar negeri
3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau
pengalihan saham perusahaan antara condult company atau spesial
purpose company yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara
yang memberikan perlindungan pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau BUT di Indonesia
4. 20% (final) dari penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari
suatu BUT di Indonesia kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia
5. Tarif berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan


1. Pajak penghasilan pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannnya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.
2. Pajak penghasilan pasal 26 harus disetorkan oleh pemotong pajak
selambat- lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah
bulan saat terutangnya pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos
Indonesia.
3. Pemotong PPh Pasal 26 di wajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak
berakhir. Pemotongan PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti
pemotong kepada orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak
Penghasilan yang dipotong.
4. Pelaksanaan pemotong, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 26
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh
Pasal 26, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah, pengawasan
terhadap pelaksaan pemotongan PPh Pasal 26 tersebut

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal
26 bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur
nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

C. Cara Menghitung dan


Akuntansi Soal dan Pembahasan
PT Toyota Astra Motor di Indonesia membayar royalti kepada Toyota
Motor Corporation di Jepang atas lisensi yang diberikan sebesar Rp
1.000.000.000.000,00. Berapa PPh Pasal 26 dipotong atas royalti
tersebut?
Jawaban:
PPh Pasal 26 yang dipotong adalah sebesar:
20% x Rp 1.000.000.000.000,00 = Rp 200.000.000.000,00

Jurnal PT Toyota Astra Motor

Utang usaha Rp
1.000.000.000.00
0,0
0
Utang Rp
200.000.000.000,
PPh Pasal 26 00
Kas Rp
800.000.000.000,
00

Jurnal Toyota Motor Corporation

Kas Rp
800.000.000.000,
00
Pendapatan usaha Rp
800.000.000.000,
00

Latihan
PT Sony Music Entertainment di Indonesia membayar royalti kepada
Sony Music Corporation di Jepang atas lisensi yang diberikan sebesar
Rp 10.000.000.000,00. Berapa PPh Pasal 26 dipotong atas royalti
tersebut?
PPh Pasal 26 yang dipotong adalah sebesar:
20% x Rp 10.000.000.000,00 = Rp 2.000.000.000,00

Jurnal PT Sony Music Entertainment

Utang usaha Rp
10.000.000.000,
00
Utang Rp
2.000.000.000,00
PPh Pasal 26
Kas Rp
8.000.000.000,00

Jurnal Sony Music Corporation

Kas Rp
8.000.000.000,
00
Pendapatan usaha Rp
8.000.000.000,00
PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2)
PPh pasal 4 ayat (2) adalah Pemotongan atas penghasilan yang
dibayarkan sehubungan jasa tertentu dan sumber tertentu (jasa konstruksi,
sewa tanah/bangunan, pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian,
dan lainnya)

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah


dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas UU No. 7 tentang Pajak Penghasilan
2. PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP
Nomor 71 Tahun 2008;
3. PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5
Tahun 2002;
4. PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor
40 Tahun 2009;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002 tentang Peru-
bahan Kepmenkeu No. 394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan Pem-
bayaran dan Pemotongan Pph atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah
dan atau Bangunan
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 tentang Peru-
bahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 ten-
tang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi.
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang Tata Cara
Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak atas Tanah Dan/ atau Bangunan,
dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah Dan/ atau Bangunan
Beserta Perubahannya.
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan
dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan
dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi
Pemerintah.
Objek Pajak

1. sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,


apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung per-
temuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang,
bangunan industri
2. penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meli-
puti penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati
3. perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta
perubahannya
4. penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)
5. penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)

Tarif Umum

1. Sewa Tanah/ Bangunan


■ 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)
2. Pengalihan Tanah/ Bangunan
■ 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan)
■ 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepent-
ingan umum
3. Kontraktor Pelaksana
■ 2% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kuali-
fikasi usaha kecil
■ 3% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kuali-
fikasi usaha menengah/besar
■ 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki
kualifikasi usaha
4. Kontraktor Perencana/Pengawas
■ 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kuali-
fikasi usaha
■ 6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki
kualifikasi usaha
Tarif Khusus

N Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 Ta Peraturan yang Berlaku


o rif
.
(
%
)
1 Bunga deposito / tabungan, diskonto SBI dan 2 Pasal 4 (2) a UU PPh jo
. 0
jasa giro**** PP 131 Thn 2000 jo KMK
51/KOM.04/2001
2 Bunga simpanan yang dibayarkan oleh 1 Pasal 4 (2) a & Pasal 17 (7)
. koperasi 0 jo
kepada anggota koperasi orang pribadi ^ PP No.15 Thn 2009
3 Bunga obligasi (surat utang & SUN lebih dari Pasal 4 (2) a UU PPh jo PP
. 12
No. 16 Thn 2009
bulan) ^^^
3 Bunga dari obligasi dengan kupon bagi WP 1 UU PPh jo PP No. 16 Thn
a 5
dalam negeri & BUT 2009
.
3 Bunga dari obligasi dengan kupon bagi WP 2 UU PPh jo PP No. 16 Thn
b luar 0
2009
.
negeri non BUT seusai P3B
3 Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi WP 1 UU PPh jo PP No. 16 Thn
c. 5
luar negeri non BUT seusai BUT* 2009
3 Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi WP 2 UU PPh jo PP No. 16 Thn
d 0
luar negeri non BUT seusai P3B* 2009
.
3 Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi WP 1 UU PPh jo PP No. 16 Thn
e 5
dalam negeri dan BUT** 2009
.
3f Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi WP 2 UU PPh jo PP No. 16 Thn
. luar 0
2009
negeri non BUT sesuai P3B**
3 Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang 0 UU PPh jo PP No. 16
g
diterima dan/atau diperoleh WP reksadana Thn 2009
.
yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan untuk tahun
2009 –
2010.
3 Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang 5 UU PPh jo PP No. 16 Thn
h
diterima dan/atau diperoleh WP 2009
.
3i Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang 1 UU PPh jo PP No. 16
. 5
diterima dan/atau diperoleh WP reksadana Thn 2009
yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar
Modal
dan Lembaga Keuangan untuk tahun 2014,
dst.
4 Deviden yang diterima/diperoleh WP orang 1 Pasal 17 (2c) dan Pasal 4 (2)
. 0
pribadi dalam negeri UU PPh
5 Hadiah undian 2 Pasal 4 (2) b UU PPh jo PP
. 5
No. 132 thn 2000
6 Transaksi derivatif berupa kontrak berjangka 2, Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
. 5
yang diperdagangkan di bursa*** No. 17 thn 2009
7 Transaksi penjualan saham pendiri 0, PP No. 14 Thn 1997 jo KMK
a 5
282/KMK.04/1997 jo SE-
.
15/PJ.42/1997 dan SE
06/PJ.4/1997
7 Transaksi penjualan bukan saham pendiri 0, PP No. 14 Thn 1997 jo KMK
b 1
282/KMK.04/1997 jo SE-
.
15/PJ.42/1997 dan SE
06/PJ.4/1997
8 Jasa Konstruksi (JK)
.
8 Pelaksana Jasa Konstruksi sertifikasi kecil 2 Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
a
. No. 51 Thn 2008 jo PP No.
40
thn 2009
8 Pelaksana Jasa Konstruksi tanpa sertifikasi 4 Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
b
. No. 51 Thn 2008 jo PP No.
40
thn 2009
8 Pelaksana Jasa Konstruksi sertifikasi sedang 3 Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
c
dan besar No. 51 Thn 2008 jo PP No.
.
40
thn 2009
8 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi 4 Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
d
oleh penyedia JK bersertifikasi usaha No. 51 Thn 2008 jo PP No.
.
40
thn 2009
8 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi 6 Pasal 4 (2) c UU PPh jo PP
e
oleh penyedia JK tanpa bersertifikasi usaha No. 51 Thn 2008 jo PP No.
.
40
thn 2009
9. Persewaan atas tanah dan/atau bangunan 1 Peraturan Pemerintah No.
0
29 Thn 1996 jo PP No.05
thn
2002
1 WaP yang melakukan pengalihan hak atas 5 Pasal 4 (2) d UU PPh jo PP
0 tanah
no. 71 thn 2008
a
dan/atau bangunan (termasuk usaha
real estate)^*
1 Pengalihan Rumah Sederhana & Rumah 1 Pasal 4 (2) d UU PPh jo PP
0
Susun Sederhana oleh WP yang usaha no. 71 thn 2008
b
pokoknya melakukan Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau
Bangunan
1 Transaksi penjualan saham atau pengalihan 0 PP No. 4 tahun 1995
1 ,
penyertaan modal pada perusahaan 1
pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura

Tarif untuk UMKM

Tarif pajak untuk UMKM, wiraswasta dan bisnis online ini menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 adalah 1 %
(satu persen) yang dipotong dari total omzet penjualan (peredaran bruto) per
bulan.

Contohnya :
Dalam 1 bulan jumlah total penghasilan (omzet) yang didapat salah satu UMKM
ini adalah sebesar Rp55.000.000.
PPh pasal 4 ayat 2 final atas penghasilan tersebut adalah sebesar:
Rp55.000.000 x 1% = Rp550.000

Kualifikasi Kontraktor Pelaksana

*Peraturan Menteri PUPR Nomor 08/MRT/M/2011 tentang pembagian


subklasifikasi dan subkualifikasi usaha jasa konstruksi

Kualifik Kekaya Pengalaman Akumulatif 10 Kemampu


as i an Tahun an
Bersi Pelaksana
h an
Kecil 50 juta < x< n/a Maks 1 miliar
1
200 juta

Kecil 200 juta < x< Min. 1 miliar Maks 1,75


2 miliar
350 juta

Kecil 350 juta < x< Min. 1,75 Maks 2,5


3 miliar miliar
500 juta
Meneng 500 juta < x< Min. 2,5 miliar Maks 10 miliar
ah 2 miliar
1
Meneng 2 miliar < x< Min. 3,33 Maks 50 miliar
miliar
ah 10
2 miliar
Besar 10 miliar < x< Min. 16,66 Maks 250
1 miliar miliar
50 miliar

Besar > 50 miliar Min. 83,33 Tidak terbatas


2 miliar

Penyetoran dan Pelaporan

WAKTU SETOR DAN LAPOR

N Urai Waktu Setor dan Lapor


o an

1 Sewa tanah dan/atau bangunan. Disetor oleh pemotong maksimal tanggal


10 bulan berikutnya, jika disetor sendiri
maksimal tanggal 15 bulan berikutnya.

Pelaporan SPT Masa maks tanggal 20


bulan berikutnya.

2 Pengalihan hak atas tanah Disetor sendiri oleh penerima


dan/atau bangunan. penghasilan sebelum akta
ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.

Untuk lelang, disetor oleh Pejabat Lelang


atas nama pemilik harta
3 Jasa Konstruksi Disetor oleh pemotong: paling lambat
disetor
tanggal 10 bulan berikutnya.

Disetor sendiri (tidak dipotong): disetor


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

4 Penjualan saham di Bursa Efek Pemotong Pajak setor paling lambat


tanggal 20 bulan berikutnya.

Pemotong Pajak adalah:

1. selain IPO: perantara pedagang efek


2. IPO:

Emiten

Pelaporan untuk:

1. Selain IPO: maksimal tanggal 25


bu- lan berikutnya setelah saham
di- perdagangkan
2. IPO: maksimal tanggal 20 setelah
bu- lan penyetoran
5 Penghasilan Bunga/ Diskonto Pemotong Pajak setor paling lambat
Obligasi
tanggal 10 bulan berikutnya.

Pelaporan paling lambat tanggal 20


Yg dimaksud dengan Obligasi bulan berikutnya.
disini adalah Surat Utang dan
Surat Utang Negara (SUN) yang
berjangka waktu lebih dari 12
bulan.

Untuk SBSN dengan jangka


waktu lebih dari 12 bulan juga
mengikuti ketentuan seperti
Obligasi Negara.

Dikecualikan dari pemotongan


PPh Pasal 4(2) jika:

1. penerima adalah WP
Dana Pensiun yang telah
disahkan oleh MenKeu;
2. WP Bank yang didirikan di
In- donesia, atau cabang
bank luar negeri di
Indonesia.
6 Surat Perbendaharaan Negara Pemotong Pajak setor paling lambat
(SPN)= SUN berjangka waktu paling tanggal 10 bulan berikutnya.
lama 12 bulan.
Pelaporan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.

7 Deviden yang dibagikan kepada OP Pemotong Pajak setor paling lambat


tanggal 10 bulan berikutnya.

Pelaporan paling lambat tanggal 20


bulan berikutnya.
8 Bunga Simpanan Koperasi yang Pemotong Pajak setor paling lambat
dibayarkan kepada anggota tanggal 10 bulan berikutnya.
koperasi orang pribadi
Pelaporan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.

9 Pendapatan bunga deposito Pemotong Pajak setor paling lambat


dan tabungan serta Sertifikat tanggal 10 bulan berikutnya.
Bank Indonesia (SBI)
Pelaporan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.

1 Hadiah Undian Pemotong Pajak setor paling lambat


0
tanggal 10 bulan berikutnya.

Pelaporan paling lambat tanggal 20


bulan berikutnya.

1 Penjualan saham milik Modal Disetor paling lambat tanggal 10


1 Ventura
bulan berikutnya.

Pelaporan paling lambat tanggal 20


bulan berikutnya.

Pengecualian PPh pasal 4 ayat 2

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019, Instansi


Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi :
1. pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau bangunan
kepada penyedia jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya;
2. sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan j atau
bangunan antara lain kepada:
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah
danjatau bangunan dengan jumlah bruto pengalihan kurang dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah;
b. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta beru-
pa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun
guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik
negara berupa tanah dan/ atau bangunan; atau
c. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan.

Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4


ayat (2) adalah :

1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan


Tidak Kena Pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp
60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasi-
lan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
yang memerlukan persyaratan khusus
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lu-
rus satu derajat. Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil. Yang mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK.
Sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada badan keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil. Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
PMK. Sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang ber-
sangkutan
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
6. Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungu-
tan PPh dalam pasal 4 ayat (2) ini adalah pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang
tidak termasuk subjek pajak
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Icuk, dan Amin Dara.2016.Perpajakan Konsep,Aplikasi,contoh,dan


studi kasus.Edisi 2.Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang Undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015 Tentang Jenis Jasa Lain
Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Angka 2
Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Dengan
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008. Jakarta

https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2326 (diakses pada 17 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai