Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

Disusun oleh :

Fransisco Valdino R A031191002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
PENGERTIAN DAN FENOMENA AKUNTANSI FORENSIK

Pengertian Akuntansi Forensik

Akuntansi Forensik adalah praktik khusus bidang akuntansi yang menggambarkan


keterlibatan yang dihasilkan dari perselisihan aktual atau yang diantisipasi atau litigasi
serta termasuk sebagai auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di
dalam atau di luar pengadilan maupun yang bersifat pribadi. Atau bisa dikatakan juga
Akuntansi Forensik adalah perpaduan antara hukum dan akuntansi dimana dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti pembagian hak gono gini (warisan),
sengketa tanah, dan juga dapat digunakan untuk mengungkapkan kasus pembunuhan.

Akuntansi Forensik menurut para ahli

a) Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting


(JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi
yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan
dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif”.

b) Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan


”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan penerapan
pengetahuan ilmiah pada masalah hukum”. Oleh karena itu akuntasi forensik
dapat diartikan penggunaaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.

Fenomena Akuntansi Forensik

a) Sengketa antara PT Telkom dan PT Aria West International (AWI) melalui proses
yang berat dan memakan waktu hampir dua tahun, akhirnya diselesaikan melalui
akuisisi AWI oleh PT Telkom dalam tahun 2003. Dalam sengketa ini, AWI
menggunakan Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai akuntan forensiknya,
dan penyelesaian dilakukan di luar pengadilan.

b) Kasus lain yang tak kalah hebohnya adalah kasus pembongkaran korupsi
Komisi Pemilihan Umum (KPU) di tahun 2005 oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Kasus ini mencuatkan Khairinsyah Salman sebagai salah
seorang contoh whistleblower (peniup peluit).

c) Masih pada tahun yang sama, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) mampu membuktikan kepada pengadilan bahwa Adrian Waworuntu
terlibat dalam penggelapan L/C BNI senilai Rp 1.3 Triliun, dengan menggunakan
metode follow the money yang mirip dengan metode PwC dalam kasus Bank
Bali.

Konsep akuntansi forensik, korupsi, strategi pemberantasan korupsi fraud triangle serta
penelitian empiris tentang korupsi dibahas untuk mengkonstruksi pembahasan peran
akuntansi forensik dalam pemberantasan korupsi. Akuntansi forensik sebagai aplikasi
ilmu akuntansi diarahkan untuk mampu menyediakan informasi, bukti dan pembuktian
yang memadai untuk debat pada persidangan di pengadilan.

PRAKTIK AKUNTANSI FORENSIK

Praktik di Sektor Swasta


Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010:
84) menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing,
forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi.
Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit
investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis
berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung
kerugian negara karena tindakan korupsi.
Praktik di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada akuntansi
forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak
berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi
forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan keuangan
negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai
lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure group.
BEBERAPA MODEL AKUNTANSI FORENSIK
Dari pembahasan di atas, kita melihat bahwa akuntansi forensik pada awalnya adalah
perpaduan yang paling sederhana antara akuntansi dan hukum. Contoh: penggunaan
akuntan forensik dalam pembagian harta gono-gini. Di sini terlihat unsur akuntansinya,
unsur hitung- menghitung besarnya harta yang akan diterima pihak (mantan) suami dan
(mantan) istri. Segi hukumnya dapat diselesaikan di dalam atau luar pengadilan, secara
litigasi atau non-litigasi. Model ini dapat digambar sebagai berikut :

Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan disamping akuntansi dan
hukum. Bidang tambahan ini adalah audit, sehingga model akuntansi forensiknya
direpresentasikan dalam tiga bidang .

Dalam suatu audit secara umum maupun audit yang khusus untuk mendeteksi fraud
(kecurangan), si auditor (internal maupun eksternal) secara proaktif berupaya melihat
kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern, terutama yang berkenaan
dengan perlindungan terhadap aset (safeguarding of asset), yang rawan akan
terjadinya fraud. Ini adalah bagian dari keahlian yang harus dimiliki seorang auditor.
Kalau dari suatu audit umum (general audit atau opinion audit) diperoleh temuan audit,
atau ada tuduhan (allegation) dari pihak lain, atau ada keluhan (complaint), auditor
bersikap reaktif. Ia menanggapi temuan, tuduhan atau keluhan tersebut. Auditor
bereaksi terhadap temuan audit, tuduhan, dan keluhan serta mendalaminya dengan
melaksanakan audit investigatif.

SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK


Segitiga Akuntansi Forensik Dalam pembahasan di atas melihat beberapa model
akuntansi forensik, mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit. Cara lain
melihat akuntansi forensik adalah dengan cara menggunakan apa yang diistilahkan
sebagai Segitaga Akuntansi Forensik.

Konsep yang digunakan dalam Segitiga Akuntansi Forensik ini adalah konsep
hukum yang paling penting dalam menetapkan ada atau tidaknya kerugian, dan kalau
ada bagaimana konsep perhitungannya. Di sektor publik maupun privat, akuntansi
forensik berurusan dengan kerugian. Di sektor publik ada kerugian negara dan kerugian
keuangan negara. Di sektor privat juga ada kerugian yang timbul karena cidera janji
dalam suatu perikatan. Kerugian adalah titik pertama dalam Segitiga Akuntansi
Forensik.
Landasannya adalah Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan kerugian tersebut.”Titik kedua dalam Segitiga Akuntansi Forensik
adalah perbuatan melawan hukum. Tanpa perbuatan melawan hukum, tidak ada yang
dapat dituntut untuk mengganti kerugian. Itulah sebabnya dalam berbagai bencana
yang jelas-jelas ada kerugian bagi para korban, seperti dalam hal kasus lumpur
Lapindo, pertanyaannya yaitu: apakah ada perbuatan melawan hukum?
Titik ketiga dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah adanya keterkaitan antara
kerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungan kausalitas antara kerugian
dan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum dan hubungan kausalitas
(antara perbuatan melawan hukum dan kerugian) adalah ranahnya para ahli dan
praktisi hukum. Perhitungan besarnya kerugian adalah ranahnya para akuntan forensik.
Dalam mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk menetapkan adanya hubungan
kausalitas, akuntan forensik dapat membantu ahli dan praktisi hukum. Seperti diagram-
diagram akuntansi forensik di atas, Segitiga Akuntansi Forensik merupakan model yang
mengaitkan disiplin hukum, akuntansi, dan auditing.

Anda mungkin juga menyukai