KEGAWATDARURATAN REPAIR
REKTI EC CA BULI + VENTILATOR
UAP
Oleh :
FITRIANI
2014901066
LAPORAN PENDAHULUAN
CA BULI ( KANKER KANDUNG KEMIH)
A. Pengertian
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli. Yang
paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker
Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita,
dan tumor-tumor multiple juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai
lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau
kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria)
adalah tumor ganas yangmenyerang permukaan dinding kandung kemih
atau tumbuh dalam dinding tersebut dan dengan cepat menginvasi otot
disekitarnya.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli
(kandung kemih). Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung
air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih
akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau
kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus. Klasifikasi Kanker:
1. Ta : Tumor terbatas pada epitelium
2. Tis : Carsinoma in situ
3. T1 : Tumor sampai dengan lapisan subepitelium
4. T2 : Tumor sampai dengan lapisan otot superficial
5. T3a : Tumor sampai dengan lapisan otot dalam
6. T3b : Tumor sampai dengan lapisan lemak perivesika
7. T4 : Tumor sampai dengan jaringan di luar buli-buli: prostat,
uterus, vagina, dinding pelvis, dan dinding abdomen.
Stadium Ta, Tis dan T1 digolongkan sebagai tumor superficial,
sedangka stadium T2 sampai dengan T4 digolongkan sebagai tumor invasif.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko, yaitu:
1. Usia
Resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
2. Merokok
Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung amin aromatic
dan nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon didalam TAR. Zat ini
akan meningkatkan resiko terkena kanker buli.
3. Lingkungan pekerjaan
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia,
kulit, dan dilaboratorium yang rentan terhadap senyawa amin aromatic.
4. Infeksi saluran kemih
Karena bakteri Escheria coli dan Proteus yang menghasilkan
karsinogen.
5. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Jika dikonsumsi terlalu sering dalam waktu jangka panjang. Misalnya
pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan
penyakit lainnya.
6. Ras
Orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.
7. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
8. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung
kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti
sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
C. Klasifikasi
Tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1. efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell.,
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki
(adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan
pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama
kencing.
5. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin
mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh
endometriosis dapat terjadi.
D. Manifetasi Klinis
1. Kencing campur darah yang intermitten
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
E. Pathofisiologi
Meningkatnya usia harapan hidup pada seseorang merupakan salah
satu faktor resiko terkena ca buli (Brunner & Suddarth. 2002). Pada laki-laki
dengan usia diatas 50 tahun resiko mengidap ca buli lebih besar dari pada
perempuan. Semakin bertambah usia seseorang, imunitas menurun sehingga
rentan terpapar oleh radikal bebas. Merokok serta terpapar dengan zat
karsinogenik turut meningkatkan seseorang mengidap ca buli (Jameson,
2008). Proses terpaparnya kandung kemih zat-zat karsinogen dimulai dengan
terserapnya radikal bebas didalam sirkulasi darah. Selanjutnya zat tersebut
terfiltrasi diglomerolus untuk diekskresi bersama urin.
Radikal bebas bergabung dengan urine secara terus menerus dan
masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal
bebas ini menimbulkan kerusakan pada DNA dan RNA. Kerusakan DNA
mennstimulasi sel tubuh untuk melakukan perbaikan, akibat terpapar zat
karsinogen maka dalam proses perbaikan DNA tersebut mengalami mutasi
pada genom sel somatic. Mutasi dari genom sel somatik menyebabkan
pengaktifan onkogen yang mendorong proses pertumbuhan, terjadinya
perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah
penonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan
produksi gen regulatorik hilang. Pada akhirnya ca buli terjadi akibat dari
replikasi DNA yang berlebihan di dalam kandung kemih (M. B. Amin, 2013).
F. Web Of Caution
G. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau
micros hematuria
b. Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine. RFT normal, Lymphopenia (N = 1490-2930)
2. Radiology
Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat
menunjukkan tumornya. Retrograde cystogram dapat menunjukkan
tumor. Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-
buli. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh
limpe.
3. Cystocopy dan biopsy
Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor Biopasi dari pada lesi
selalu dikerjakan secara rutin.
4. Cystologi
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat
transionil cel dari pada tumor.
I. Penatalaksanaan
1. Operasi
a. Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b. Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c. Total cystotomy dengan pegangkatan kel.Prostate dan urinary
diversion untuk :
1) transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
2) aquamosa cal Ca pada stage B-C
2. Radioterapy
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada
grade III-IV dan stage B2-C. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-
4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4
minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian
6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi
tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
3. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
a. Citral, 5 fluoro urasil
b. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan
paliatif. 5-Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin)
merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat
diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal.
Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum
pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli
selama dua jam.
1. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan perawat berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan
membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat
menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan
mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisi saat ini (Desmawati, 2019).
2. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Bararah & Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.realself.com/surgical/diastasis-recti-repair
https://aedit.com/procedure/diastasis-recti-repair
LAPORAN PENDAHULUAN
VENTILATOR
A. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy,
Lough, 2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk
periode waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi (Brunner dan Suddarth, 2002).
D. Klasifikasi
Ventilator mekanik dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu:
a. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan
negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif
pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama
inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru
sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan
terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi
lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di
pergunakan lagi karena tidak bias melawan resistensi dan conplience
paru, disamping itu ventla tor tekanan negative ini digunakan pada
awal – awal penggunaan ventilator.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru
dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan
demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan
penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
b. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif
dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure
Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.
a. Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering
digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator
ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja
dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa
dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak
dianjurkan bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang
diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal
ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-
paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada
bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan
terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
volutrauma.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada
type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang
diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya
tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan
pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat
dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu
inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah
napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d. Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan
aliran yang sudah diset.
H. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada paru
i. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler.
ii. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
iii. Infeksi paru
iv. Keracunan oksigen
v. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
vi. Aspirasi cairan lambung
vii. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
viii. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Humidifier
3. Sirkuit nafas
4. Konektor (penghubung)
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic
Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care
Nursing. USA, Mosby Elsevier.
B. Etiologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang
tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2
miokard. Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri
ataupun bersama-sama yaitu (Anwar, 2004) :
1. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan
aliran koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia,
tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan simpatomimetik dapat
meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun
dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan
menurunnya suplai O2 ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita angina tidak stabil (ATS) mempunyai
gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh
plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang
dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan
sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner
ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner
sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis
aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang
akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan mempermudah
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang
sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas
menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih distal.
Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
5. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah
kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus yang
menyebabkan penyempitan arteri koroner.
6. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran
koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban
ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal atupun pada
stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang dapat
menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi
trombosit dan trombus pembuluh darah.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko angina tidak stabil adalah:
1. Merokok
Merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap serangan jantung
dibandingkan orang yang tidak pernah merokok dan berhenti merokok
telah mengurangi kemungkinan terjadinya serangan jantung. Perokok
aktif memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap serangan jantung
dibandingkan bukan perokok.
2. Tidak berolahraga secara teratur
3. Memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi
4. Mengkonsumsi tinggi lemah jenuh dan memiliki kolesterol tinggi
5. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
6. Memiliki anggota keluarga (terutama orang tua atau saudara kandung)
yang telah memiliki penyakit arteri koroner
7. Menggunakan stimulan atau rekreasi obat, seperti kokain atau amfetamin
8. Atherosclerosis, atau pengerasan arteri adalah kondisi dimana simpanan
lemak, atau plak, terbentuk didalam dinding pembuluh darah.
Aterosklerosis yang melibatkan arteri mensuplai jantung dikenal sebagai
penyakit arteri koroner. Plak dapat memblokir aliran darah melalui arteri.
Jaringan yang biasanya menerima darah dari arteri ini kemuduan mulai
mengalami kerusakan akibat kekurangan oksigen. Ketika jantung tidak
memiliki oksigen yang cukup, akan meresponnya dengan menyebabkan
rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dikenal sebagai angina. Angina
tidak stabil terjadi ketika penyempitan menjadi begitu parah sehingga
ridak cukup darah melintas untuk menjaga jantung berfungsi normal,
bahkan pada saat istirahat. Kadang-kadang arteri bisa menjadi hampir
sepenuhnya diblokir. Dengan angina tidak stabil, kekurangan oksigen
kejantung hampir membunuh jaringan jantung.
C. Manifetasi Klinis
Serangan angina tidak stabil bisa berlangsung antara 5 dan 20 menit.
Kadang-kadang gejala-gejala dapat 'datang dan pergi'. Rasa sakit yang terkait
dengan angina dapat bervariasi dari orang ke orang, dan orang-orang
membuat perbandingan yang berbeda untuk mengekspresikan rasa sakit yang
mereka rasakan.
Adapun gejala angina pekroris umumnya berupa angina untuk
pertama kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasanya. Nyeri dada
seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama. Timbul pada waktu
istirahat,atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai
keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat
dingin.
Tanda khas angina pectoris tidak stabil adalah Nyeri dada. Banyak
pasien memberikan deskripsi gejalan yang mereka alami tanpa kata „nyeri‟,
‟rasa ketat‟, „rasa berat‟, ‟tekanan‟ dan „sakit‟ semua merupakan penjelas
sensasi yang sering berlokasi di garis tengah, pada regio retrosternal. Lokasi
dari nyeri dada ini terletah di jantung sebelah kiri pusat dada, tetapi nyeri
jantung tidak terbatas pada area ini. Nyeri ini terutama terjadi di belakang
tulang dada (di tengah dada) dan di sekitar area di atas putting kiri, tetapi bisa
menyebar ke bahu kiri, lalu ke setengah bagian kiri dari rahang bawah,
menurun ke lengan kiri sampai ke punggung dan bahkan ke
bagian atas perut. Karakteristik yang khas dari nyeri dada akibat iskemia
miokard adalah:
1. Lokasi biasanya didada kiri, di belakang dari tulang dada atau sedikit di
sebelah kiri dari tulang dada yang dapat menjalar hingga ke leher,
rahang, bahu kiri, hingga ke lengan dan jari manis dan kelingking,
punggung atau pundak kiri.
2. Nyeri bersifat tumpul, seperti rasa tertindih/berat didada, rasa desakan
yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma (sekat antara rongga
dada dan rongga perut), seperti diremas-remas arat dada mau pecah dan
biasanya pada keadaan yang sangat berat disertai keringat dingin dan
sesak nafas serta perasaan takut mati. Nyeri ini harus dibedakan dengan
mulas atau perasaan seperti tertusuk-tusuk pada dada, karena ini bukan
angina pectoris. Nyeri biasanya muncul setalah melakukan aktivitas,
hilang dengan istirahat dan akibat sterss emosional.
3. Nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit
sampai kurang dari 20 menit. Nyeri angina berlangsung cepat, kurang
dari 5 menit. Yang khas dari nyeri dada angina adalah serangan hilang
dengan istirahat, penghilangan stimulus emosional atau dengan
pemberian nitrat sublingual. Serangan yang lebih lama menandakan
adanya angina tidak stabil atau infark miokard yang mengancam
(Baradero, 2008).
D. Pathofisiologi
Mekanisme timbulnya angian pektoris tidak stabil didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekakuan arteri dan penyempitan lumenareteri koroner (ateriosklerosis
koroner).
Tidak diketahui secara pasti apa penyabab ateriosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit artei koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebetuhan meningkat pada
jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih
banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun, apabila arteri koroner
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan
oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (
nitrat oksida) yang berfungsi untuk menhambat berbagai zat reaktif. Dengan
tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan
timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai
oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila
penyempitan lebih dari 75% serta di picu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darak ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi merekan.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang,
maka suplai oksigen menjasi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi.
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan
terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miocard di jantung. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, rahang dan daerah abdomen.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung
yang sehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatsi dan mengalirkan lebih
banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan
penyempitan pembuluh darah seperti pada penderita arteriosklerosis dan tidak
mampu berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen.
Terjadilah iskemik miocard, yang mana sel-sel miocard mulai menggunakan
glikosis anaerob untuk memenuhi kebutuhsn energinya. Proses
penmbentukan ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
laktat. Asam laktat kemudian menurunkan Ph miokardium dan menyebabkan
nyeri pada angina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung
berkurang (istirahat atau dengan pemberian obat) suplai oksigen menjadi
kembali adekuat dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif
membentuk energi melalui proses aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan
asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian dapat
disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat (Corwin,
2000).
E. Web Of Caution
F. Komplikasi
1. Infark miocard
Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhenrinya aliran
darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan
kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena
kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah (Hudak & Gallo,
2010).
2. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan
kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark (Hudak &
Gallo, 2010).
3. Gagal jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu
mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh (Hudak & Gallo, 2010).
4. Syok cardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan
dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan
perawatan agresif (Hudak & Gallo, 2010).
5. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (Hudak &
Gallo, 2010).
6. Aneurisma ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan
parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan
tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol
keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat
menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat
mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat
pada apex dan bagian anterior jantung (Hudak & Gallo, 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Tes EKG memonitor aktivitas listrik jantung. Ketika temuan EKG
tertentu yang hadir, resiko angina tidak stabil maju dengan serangan
jantung meningkat secara signifikan. Sebuah EKG biasanya normal
ketika seseorang tidak memiliki rasa sakit dada dan sering menunjunkkan
perubahab tertentu karika rasa sakit berkembang. Gambaran EKG
penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST
disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang
ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan
EK G pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi
sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat
serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah
keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut
menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi gelombang Q, maka disebut
sebagai IMA.
2. Enzim LDH, CPK dan CK-MB
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat
tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim
yang paling sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi
positif palsu. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim
secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA.
3. Kateterisasi jantung dan angiografi
Dokter dapat merekomendasikan kateterisasi jantung dan angiografi,
terutama jika perubahan penting EKG istirahat adalah tes darah jantung
dan ada abnormal. Selama agiography, sebuah kateter dimasukkan ke
arteri di paha atau lengen dan maju ke jantung. Ketika kateter diposisikan
dekat arteri yang memasok darah ke jantung, dokter menyuntikkan zat
warna kontras. Sebagai warna perjalanan melalui arteri, X-ray gambat
diambil untuk melihat seberapa baik darah mengalir melalui arteri dan
jika ada penyumbatan maka terjadi coronary arteri disease.
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi ridak memberikan data untuk diagnosis
angina tidak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan
faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan
dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
Ekokardiografi juga dapat menegakkan adanya iskemik miokardium
(Anwar, 2004).
H. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan:
menstabilkan plak apapun yang mungkin pecah dalam rangka untuk
mencegah serangan jantung, menghilangkan gejala, dan mengobati pentakit
arteri koroner yang mendasarinya.
1. Menstabilkan plak
Dasar dari sebuah stabilisasi plak pecah adalah mengganggu proses
pembekuan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung. Pasien
yang mengakami gejala-gejala angina tidak stabil dan yang tidak minum
obat harus segera mengunyah aspirin, yang akan memblok faktor
pembekuan dalam darah. Mengunyah aspirin daripada menelan utuh
mempercepat tubuh proses menyerap aspirin stabil. Ketika angina terjadi
pasien harus mencari bantuan medis segera di rumah sakit. Setelah di
rumah sakit, obat-obatan lainnya untuk blok pembekuan proses tubuh
dapat diberiakan termasuk heparin, clopidogrel dan platelet glikoprotein
(GP) IIb/IIIa obat reseptor blocker.
2. Menghilangkan gejala-gejala
Obat angina, baik dan prosedur untuk mengurangin penyumbatan dalam
arteri koroner bisa meringankan gejala angina tidak stabil. Tergantung
pada keadaan pasien individu, obat sendiri atau obat dalam kombinasi
dengan prosedur yang dapat digunakan untuk mengobati angina
3. Mengobati penyakit arteri koroner yang mendasarinya
Penatalaksanaan pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup
dan memperbaiki kualitas hidup dengan mencegah serangan angina baik
secara medikal atau pembedahan.
4. Pengobatan medis
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3
jenis obat yaitu :
a. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina
akut. Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan
pembuluh darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot
polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi
exercise padapenderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina.
b. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi
frekwensi serangan pada beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :
1) Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus
vasometer pembuluh darah
2) arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal).
3) Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke
miokard
4) Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan
menurunkan afterload.
5) Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi
denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi
kebutuhan O2
c. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard
yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga
denyut jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang
kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama
untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita (Brunner & Suddarth, 2001).
Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes, ataksisk)
- Monitor saturasi oksigen
- Auskultasi bunyi nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi perifer
efektif berhubungan keperawatan selama…x…jam Observasi:
dengan penurunan tidak terjadi perfusi jaringan - Periksa perbedaan panas atau
aliran arteri perifer tidak efektif dengan dingin
kriteria hasil : - Monitor perubahan kulit
SLKI : Teraupetik:
Status sirkulasi - Hindari pemakaian benda-benda
Kriteria hasil: yang berlebihan suhuhnya (terlalu
a. Kekuatan nadi panas/dingin)
mengingkat Edukasi:
b. Tekanan systole dan - Anjurkan pemakaian sepatu
diastole dalam rentang lembut dan bertumit rendah
yang diharapkan Kolaborasi
c. Akral dingin menurun - Kolaborasi pemberian analgetik
d. Fatigue menurun
5 Intoleransi aktivitas Luaran utama toleransi Manajemen energi
berhubungan dengan aktivitas setelah dilakukan Observasi
ketidakseimbangan tindakan keperawatan selama - Monitor kelelahan fisik
antara suplai dan 3 x 24 jam diharapkan Terapeutik
kebutuhan oksigen toleransi aktivitas meningkat - Sediakan lingkungan nyaman
dengan KH: Edukasi
- Frekuensi nadi meningkat - Anjurkan tirah baring anjurkan
5 aktivitas bertahap
- Saturasi O2 meningkat 5 Kolaborasi
- Kemudahan dalam - Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas sehari-hari tentang cara meningkatkan
meningkat 5 asupan makanan
- Keluhan lelah menurun 5
- Dipsnea saat aktivitas
menurun 5
- Perasaan lemah menurun
5
- TD membaik 5
- Frekuensi nafas membaik
5
6 Ansietas Luaran utama : Tingkat Reduksi ansietas
berhubungan dengan ansietas Observasi :
respon patofisiologis Tujuan : setelah dilakukan - Identifikasi saat tingkat ansietas
dan ancaman tindakan keperawatan 1x30 berubah
terhadap status menit diharapkan tingkat - Monitor tanda –tanda ansietas
kesehatan ansietas menurun dengan Terapeutik :
kriteria hasil : - Ciptakan suasana terapetik untuk
Verbalisasi khawatir menumbuhkan kepercayaaan
akibat kondisi yang - Temani pasien untuk mengurangi
dihadapi meningkat (1) kecemasan
menjadi cuckup menurun - Pahami situasi yang membuat
(4) ansietas
Perilaku gelisah - Dengarkan dengan penuh
meningkat (1) menjadi perhatian
cukup menurun (4) - Gunakan pendekatan yang tenang
Perilaku tegang dan meyakinkan
meningkat (1) menjadi Edukasi :
cukup menurun (4) - Jelaskan prosedur
Konsentrasi memburuk - Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis
(1) cukup membaik (4) - Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
7 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar maka pengetahuan meningkat kemampuan menerima informasi.
informasi . Identifikasi factor-faktor yang
KH : dapat meningkatkan dan
Prilaku sesuai anjuran menurunkan motifasi prilaku
meningkat (5) hidup bersih dan sehat.
Kemampuan menjelaskan Terapeutik
tentang suatu topik Sediakan materi dan media
meningkat (5) pendidikan kesehatan.
Menjalani pemeriksaan Jadwalkan pendidikan kesehatan.
yang tidak tepat menurun Berikan kesempatan untuk
(5) bertanya.
Prilaku membaik (5) Edukasi
Tingkat kepatuhan Jelaskan factor resiko yang dapat
Verbalisasi kemauan mempengaruhi kesehtan.
mematuhi prokram atau Ajarkan perilaku hidup sehat dan
pengobatan meningkat (5) bersih.
Resiko komlikasi penyakit Ajarkan strategi yang dapat di
menurun (5) gunakan untuk meningkatkan
Perilaku menjalankan perilaku hidup sehat dan bersih.
anjuran membaik (5)
3. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan perawat berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan
membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat
menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan
mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisi saat ini (Desmawati, 2019).
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Bararah & Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA