Anda di halaman 1dari 6

QUEUE

Pengertian queue sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, yaitu antrean.


Jika dipahami secara mendalam, QoS sebenarnya dapat dikategorikan
sebagai cara mengelola queue agar setiap lonjakan kebutuhan bandwidth
atau burst dapat diatur dan dikelola sehingga koneksi jaringan internet tetap
berjalan dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh dan terlihat efeknya ketika
kamu hanya memiliki bandwidth kecil, tetapi jumlah Pengguna dan jenis
layanan yang berjalan lumayan banyak. Sebagai catatan, queue harus diatur
dalam waktu singkat agar mampu menangani burst. Jika durasi waktu
terlalu lama, dapat mengakibatkan ada paket data yang dibuang.

Pada perangkat switch dan router, sudah dilengkapi dengan interface seperti
berikut.

1. Ingress atau inbound queue, berfungsi menyimpan paket data secara


temporary sebelum dimasukkan ke dalam router atau switch yang kemudian
diproses dan dilewatkan menuju interface yang akan melewatkan data
tersebut ke jaringan.

2. Outgress atau outbound queue, berperan menyimpan sementara setiap


paket sebelum dilewatkan pada interface menuju jaringan.

Pada perangkat switch atau router, dapat juga terjadi permasalahan


congestion yang dipicu oleh besarnya rate ingress traffic melebihi kapasitas
CPU atau melebihi kapasitas output interface. Jika kamu memperhatikan
secara saksama, keadaan congestion dapat disebabkan beberapa faktor,
yaitu sebagai berikut.

1. Trafik data di sisi input interface lebih besar dibandingkan\kemampuan


CPU perangkat dalam meng-handle dan menyelesaikan proses.

2. Perbedaan support kecepatan pada input interface yang lebih baik


dibandingkan output interface.

3. Keadaan beberapa jenis layanan yang diterima oleh satu atau lebih input
interface, tetapi mengalami delay karena hanya dikeluarkan melalui sebuah
output interface.

Queue terbagi menjadi dua tipe, yaitu berdasarkan konfigurasi dan


metodenya. Berikut adalah penjelasan queue berdasarkan konfigurasi dan
metodenya yang masing-masing juga tediri atas beberapa bagian sesuai
dengan fungsinya.

1. Queue Berdasarkan Konfigurasinya pada Perangkat

Berdasarkan sisi konfigurasi pada perangkat, queue dapat dibagi menjadi


dua kategori, yaitu sebagai berikut.

a. Software queue

Software queue merupakan metode konfigurasi queue yang dilakukan dari


sisi aplikasi tanpa terbatas pada jenis hardware, misalnya instalasi
MikroTikOS pada komputer. Metode yang digunakan dapat berupa FIFO,
WRR, LLQ, HTB, dan CBWFQ.

b. Hardware queue

Hardware queue sangat dipengaruhi oleh spesifikasi interface yang


digunakan. Jika hardware queue berukuran kecil, akan muncul masalah
latency pada pengiriman paket. Namun, jika hardware queue terlalu besar,
dapat menimbulkan kemungkinan paket data tidak dapat masuk ke software
queue yang berdampak pada jitter. Jenis ini sering disebut dengan transmit
queues atau disingkat TxQ.

2. Metode Queue
Metode queue dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan cara
kerjanya, yaitu sebagai berikut.

a. FIFO atau First-In First-Out

FIFO adalah jenis queue paling sederhana dengan setiap paket yang
memasuki pertama kali akan keluar lebih dulu. Berikut adalah beberapa ciri
khas metode FIFO.

1) Lebih cepat menangani paket.

2) Lebih sederhana metodenya karena mengabaikan jenis layanan yang


dilewatkan oleh queue (classification).

3) Buffer yang diatur dapat digunakan untuk beragam jenis paket data.
4) Terjadinya congestion cukup susah diprediksi.

5) Karena menggunakan sebuah buffer untuk menangani semua paket data,


kemungkinan besar akan timbul delay.

6) Dikarenakan besar paket melebihi ukuran buffer, sering kali paket data
akan dibuang atau di-drop.

7) Jika terdapat dua aliran paket data dari inbound interface yang ditujukan
melewati sebuah outbound interface, router akan menggabungkannya
menggunakan multiplexer.

Gambar 3.3 FIFO.

b. Priority queueing
Tipe queue ini menerapkan mekanisme pengelompokan paket berdasarkan
level prioritas pada setiap paket yang akan dilewatkan. Sebagai contoh,
sistem akan menetapkan paket UDP yang dianggap sebagai paket dengan
level tertinggi karena tidak akan mengirimkan ulang paketnya ketika
terputus, berbeda dengan protokol TCP. Metode ini akan menyertakan
modul output queue dalam pengaliran data berbasis multiple FIFO setelah
paket dibagi atau mengalami proses classification. Kekurangan metode ini
adalah jika router menemukan dua jenis paket berbeda, misalnya yang satu
bersifat high level packet, sedangkan yang lainnya low level packet atau
paket dengan prioritas rendah. Queue akan selalu mendahulukan paket
berprioritas tinggi hingga transmisi data selesai. Kondisi tersebut dapat
berlanjut hingga dibuangnya paket dengan prioritas rendah. Kekurangan
metode priority queueing yang mengabaikan paket berprioritas rendah
menjadikan tipe ini jarang dipakai.

c. CBQ atau Class Based Queueing

Metode CBQ merupakan perbaikan dari metode priority queueing. Metode


ini mengklasifikasikan paket (tinggi dan rendah) serta mendahulukan setiap
paket data berprioritas tinggi. Selain itu, Class Based Queueing juga akan
memproses paket yang memiliki prioritas rendah dengan cara
mengacaknya.

menggunakan algoritme round robin. CBQ pun bukan metode yang


sempurna karena tidak terlalu memperhatikan jaminan sesi komunikasi
yang terjadi antara sender dan receiver sehingga berpotensi mengganggu
sesi komunikasi user lainnya.

d. Fair queueing

Kekurangan pada CBQ diperbaiki dengan dikembangkannya fair queueing.


Selain melakukan pembagian paket data atau classification, fair queueing
juga menerapkan pemisahan jenis trafik data dengan melihat aliran paket
data berdasarkan informasi port number yang dijalankan dan IP address.
Pada fase selanjutnya, pemrosesan queue diacak menggunakan round robin
sama seperti CBQ.

e. RED atau Random Early Drop 4

Tujuan utama dari metode RED adalah mencegah timbulnya kondisi


congestion dengan cara mengatur dan mengendalikan ukuran setiap queue
yang dibentuk. Untuk mengendalikan queue, RED menggunakan dua
parameter penting, yaitu sebagai berikut.

1) Minimum threshold

Jika ukuran paket tidak lebih kecil dari minimum threshold, paket tidak akan
di-drop.

2) Maximum threshold

Jika ukuran paket melebihi kapasitas queue, paket akan di-drop.


Lalu apa yang terjadi jika ukuran paket berada di antara ambang atas dan
bawah? RED akan menganggapnya sebagai kondisi congestion dan mulai
menghapus paket tersebut secara acak (kondisi ini disebut dengan early).

f. SFQ (Stochastic Fairness Queueing)

Teknik SFQ menggunakan kombinasi mekanisme classification untuk dibagi


menjadi beberapa subqueue, memanfaatkan algoritme hashing dan teknik
FIFO dalam memproses subqueue tersebut. Selanjutnya, paket data yang
telah dipilah akan ditentukan mana yang akan lebih dahulu dikeluarkan
memakai algoritme round robin. Jumlah subqueue yang disediakan dalam
SFQ adalah 1024 dan mempunyai kelemahan dalam penyediaan queue
setiap packet flow yang ditanganinya.

g. HTB (Hierarchical Token Bucket)


Jenis HTB merupakan metode queue yang paling sering diterapkan dalam
router, khususnya MikroTikOS dalam menangani masalah pengaturan
manajemen bandwidth. Dari kepanjangannya, Hierarchical Token Bucket
dapat diartikan bahwa queue menggunakan filosofi bucket (ember) dan
token (koin) yang disusun secara hierarkis. Analogi kerjanya adalah sebagai
berikut.

1) Setiap paket data yang terkirim akan ditampung dalam ember atau bucket
(anggap saja sebagai queue).

2) Paket data yang ditampung tersebut memiliki token yang


merepresentasikan byte data yang fungsinya sebagai pengatur waktu data
akan dialirkan keluar dari bucket dengan durasi waktu yang telah ditentukan
berdasarkan mekanisme FIFO.

Gambar 3.4 HTB dengan token bucket.

Anda mungkin juga menyukai