Anda di halaman 1dari 4

1. Konsep pendidik dan peserta didik dalam pendidikan islam !

Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang mulia. Secara umum,
tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya, mendidik merupakan rangkaian proses
mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain
sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar
sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator
dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis. Kedudukan pendidik dalam pendidikan Islam menempati
posisi penting sebagai komponen utama dan strategis.

Tanggung jawab menjadi pendidik yang profesional bukan sekedar hanya dapat mengajar
dengan baik, namun juga pendidik yang dapat mendidik. Maksudnya adalah bahwa selain seorang
pendidik mampu menguasai ilmu yang diajarkan dan mengetahui cara mengajarkannya dengan baik,
seorang pendidik juga harus memiliki akhlak mulia di dalam dirinya.

Seorang peserta didik adalah orang yang tengah mencari ilmu pengetahuan, keterampilan
dan pembentukan karakter tertentu. Seorang pendidik dituntut bersifat terbuka, demokratis,
memberi kesempatan dan menciptakan suasana belajar yang saling mengisi, dan mendorong
peserta didik memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dalam kegiatan belajar, para peserta
didik menggunakan segenap potensi fitrah yang dimilikinya, seperti kecenderungannya yang serba
ingin tahu, pancaindera yang dimilikinya, bakat, minat, kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya.

Peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan
baik secara fisik maupun psikis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang
peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Abuddin Nata membahas tentang
pembiasaan akhlak, menurutnya akhlak (peserta didik) memang perlu dibina, dan pembinaan ini
ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, sopan,
dan bertata krama. Ia juga membandingkan, peserta didik yang tidak terbina akhlaknya, atau
dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi peserta didik yang nakal,
mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.

2. Karakter pendidik dalam pendidikan islam !

Sifat-sifat (karakter) yang melekat pada seorang Pendidik, setidaknya ada enam (6) hal. Yaitu
sebagai berikut :
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhoan Allah semata.
b. Kebersihan Guru. Menjaga kebersihan diri, baik luar (fisik) maupun bathin (emosi dan pikiran).
c. Ikhlas dan jujur dalam pekerjaan.
d. Pemaaf.
e. Harus mengetahui tabi’at (karakter) Peserta Didik.
f. Harus menguasai mata pelajaran (Profesional).
3. Karakter peserta didik dalam pendidikan islam !

Peserta Didik memiliki karakteristik yang ada dalam dirinya, sehingga perlu untuk diketahui
yaitu:
a. Belum memiliki pribadi dewasa secara moral. Sehingga masih menjadi tanggung jawab
Pendidik (guru) untuk membimbingnya.
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi
tanggung jawab Pendidik.
c. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan
jasmani (fisik) dan rohani (non-fisiknya).

4. Hak dan kewajiban pendidik dalam pendidikan Islam !

a) Hak Pendidik
Karena Pendidik adalah merupakan profesi, tentu mereka berhak untuk mendapatkan
kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi, berupa gaji atau honor. Karna akad ijarah (sewa tenaga)
yang dilakukan Pendidik pada lembaga pendidikan atau pada negara.

b) Kewajiban Pendidik
Menurut Imam Ghazali beberapa kewajiban Pendidik yang harus diperhatikan yakni :
1) Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap Peserta Didik memperlakukan mereka seperti
perlakuan anak kita sendiri. Oleh karena itu seorang Pendidik harus melayani Peserta Didik seperti
melayani anaknya sendiri.
2) Tidak mengharapkan balasan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud mengajar itu
mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
3) Memberikan nasihat kepada Peserta Didik pada tiap kesempatan, bahkan gunakan setiap
kesempatan untuk menasehatinya.
4) Mencegah Peserta Didik dari segala sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran jika
mungkin dan jangan dengan cara terus terang, dengan cara halus dan jangan dengan jalan mencela.
Al-Ghazali menganjurkan pencegahan itu dengan isyarat atau sindiran, jangan dengan terus terang
sekiranya terjadipada Peserta Didik itu sesuatu yang merupakan akhlak yang kurang baik.
5) Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka menurut
kadar akalnya dan jangan disampaikan sesuatu yang melebihi tingkat daya tangkapnya, agar ia tidak
lari dari pelajaran, ringkasnya bicara dengan bahasa mereka. Ini adalah prinsip tebaik yang kini
tengah dipakai.
6) Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri Peserta Didik mengenai suatu cabang ilmu tersebut,
tetapi sebaiknya dibukakan jalan bagi mereka untuk belajar cabang ilmu tersebut. Artinya Peserta
Didik jangan terlalu fanatik terhadap jurusan pelajaannya saja.
7) Sebaiknya kepada Peserta Didik yang masih dibawah umur, diberikan pelajaran yang jelas dan
pantas buat dia dan tidak perlu disebutkan kepadanya akan rahasia-rahasia yang terkandung dari
sesuatu itu, hingga tidak menajdi dingin kemampuan dan gelisa fikirannya.
8) Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan perbuatannya.
5. Hak dan kewajiban peserta didik dalam pendidikan Islam !

a.) Hak Peserta Didik


Seorang peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan
potensi, bakat, minat yang dimilikinya.

b.) Kewajiban Peserta Didik


1. Sebelum mulai belajar, peserta didik harus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari
segala sifat yang buruk, karena belajar dan mengajar itu dianggap sebagai ibadat. Ibadat itu tidak sah
kecuali dengan hati yang suci, berhias dengan moral yang baik seperti berkata benar, ikhlas, taqwa,
rendah hati, zuhud, menerima apa yang ditentukan Tuhan serta menjauhi sifat-sifat yang buruk
seperti dengki, iri, benci, sombong, menipu, tinggi hati dan angkuh.
2. Dengan belajar itu peserta didik bermaksud hendak mengisi jiwanya dengan fadhilah,
mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukanlah dengan maksud menonjolkan diri, berbangga dan
gagah-gagahan.
3. Bersedia mencari ilmu, termasuk meninggalkan keluarga dan tanah air, dengan tidak ragu-
ragu bepergian ke tempat-tempat yang paling jauh sekali pun bila dikehendaki demi untuk
mendatangi pendidik. Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.
At-Taubah:122)
4. Hendaklah peserta didik menghormati pendidik dan memuliakannya serta
mengagungkannya karena Allah SWT, dan berdaya upaya untuk menyenangkan hati pendidik
dengan cara yang baik.
Artinya: Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu
membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". (QS Al Kahfi: 73)
Artinya: Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku?" (QS Al Kahfi: 75)
Artinya: Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan
uzur padaku". (QS Al Kahfi: 76)
Artinya: Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS Al Kahfi: 78)
5. Jangan merepotkan pendidik dengan banyak pertanyaan, jangan meletihkan dia untuk
menjawab, jangan berjalan di hadapannya, jangan duduk di tempat duduknya, dan jangan mulai
bicara kecuali setelah mendapat izin dari pendidik tersebut.
Artinya: Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahfi:70)
6. Jangan membukakan rahasia kepada pendidik, jangan pula peserta didik menipu pendidik,
jangan pula meminta pada pendidik untuk membuka rahasia, peserta didik meminta maaf dari
pendidik bila selip lidahnya.
7. Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, bertanggang siang malam untuk memperoleh
pengetahuan, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
8. Jiwa saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara peserta
didik sehingga merupakan anak-anak yang sebapak.
9. Peserta didik harus terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya, mengurangi
percakapan di hadapan pendidik, jangan mengatakan kepada pendidik “si anu bilang begini lain dari
yang bapak katakan”.
10. Hendaklah peserta didik tekun belajar, mengulangi pelajarannya di waktu senja dan
menjelang subuh. Waktu antara Isya dan makan sahur itu adalah waktu yang penuh berkat.
Artinya: dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan
Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas. (QS Al-Israa’: 12)
11. Bertekad untuk belajar hingga akhir umur, jangan meremehkan suatu cabang ilmu, tetapi
hendaklah menganggap bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan meniru-niru apa yang didengarnya
dari orang-orang yang terdahulu yang mengkritik dan merendahkan sebagian ilmu seperti ilmu
mantik dan filsafat.

Daftar Pustaka

https://www.rendrafr.com/2019/03/peserta-didik-dan-pendidik-dalam.html?m=1

jurnal.dharmawangsa.ac.id

http://erepository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1958/1/Skripsi%20Pendidik%20dan%20Peserta%20Didik
%20Menurut%20Pemikiran%20Abuddin%20Nata%20dalam%20Praktek%20Pendidikan%20Islam.pdf

Anda mungkin juga menyukai