Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif)

dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

serta berkesinambungan (Siregar, 2004).

Rumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat

organisasinya majemuk. Oleh karena itu diperlukan pola manajemen yang

pasti untuk setiap unit kerja atau bidang kerjanya (Hasyim, 2005). Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Dengan demikian rumah sakit sebagai salah satu sub-sistem

pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat,

semakin dituntut untuk menampilkan profesionalismenya (Muninjaya, 1996).

Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling

berhubungan, saling bergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan,

ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama

keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa

dicapai apabila perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara

profesional saat ini dan yang akan datang (Nursalam, 2007).

1
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007), merupakan suatu

pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan

menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating/directing), pengawasan

(Controlling). Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan

keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang

mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil

guna bagi masyarakat.

Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas merupakan salah satu Rumah

Sakit untuk pendidikan yang memberikan kesempatan praktek manajemen

kepada mahasiswa Profesi Ners Stikes St. Elisabeth Semarang. Semua

ruangan Rawat Inap di RSUD Banyumas dapat dijadikan sebagai tempat

praktik manajemen keperawatan. Salah satu ruangan yang dijadikan tempat

praktik manajemen keperawatan adalah Ruang Flamboyan.

Ruang Flamboyan merupakan ruang rawat inap kelas I yang bersifat

umum. Ruang Flamboyan memiliki 11 kamar rawat inap, 1 orang kepala

ruang dan 10 perawat pelaksana termasuk katim di dalamnya. Pengkajian

dilakukan dalam waktu 5 hari yaitu mulai tanggal 30 Januari 2017 – 3

Febuari 2017 yang mencakup tentang sistem pemberian pelayanan

keperawatan profesional, pasien safety, pencegahan dan pengendalian infeksi,

ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Dengan adanya praktik manajemen keperawatan di Ruang

Flamboyan RSUD Banyumas selama 3 minggu ini, diharapkan

mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan

profesional serta bimbingan praktik klinik keperawatan di ruang

2
Flamboyan dengan berpegang pada keterampilan manajemen dan

kepemimpinan dalam keperawatan berdasarkan teori yang sudah

didapatkan.

1.2.2. Tujuan Khusus

Diharapkan dengan dilaksanakannya praktik manajemen

keperawatan ini mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan:

1.2.2.1. Melaksanakan praktik manajemen dalam keperawatan di

ruang Flamboyan yang meliputi aspek pelayanan dan

pemberian asuhan keperawatan serta bimbingan praktik klinik

keperawatan.

a. Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah

dan memprioritaskan masalah.

b. Merencanakan kegiatan berdasarkan masalah yang telah

diprioritaskan.

c. Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang

telah ditetapkan dan disepakati.

d. Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

e. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam

upaya pencapaian hasil yang optimal.

f. Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai tindak

lanjut untuk perbaikan dari sistem manajemen di ruangan.

1.2.2.2. Melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di ruang

Flamboyan untuk memberikan pelayanan dan asuhan

keperawatan serta bimbingan praktik klinik keperawatan

professional, antara lain :

3
a. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai

dengan situasi dan kondisi yang ada di ruang Flamboyan.

b. Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi

dalam mempengaruhi orang lain.

c. Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruang

Flamboyan.

d. Mengidentifikasi, menganalisa dan menetapkan masalah

dan prioritas masalah.

1.3.Waktu

Pelaksanaan praktik Profesi Ners stase manajemen keperawatan


dilakukan selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 30 Januari 2017 – 18 Febuari
2017, bertempat di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas.

1.3. Peserta

Praktik klinik program studi Profesi Ners stase manajemen

keperawatan STIKES St. Elisabeth Semarang angkatan V terdiri dari 6

mahasiswa yaitu :

Ketua : Vincentius Raditya P, S.Kep

Wakil Ketua : Laurensius Riyo, S.Kep

Sekretaris : Fransisca Dellyana F.N.K , S.Kep

Bendahara : Diyanmi Handayani, S.Kep

Anggota : - Erni, S.Kep

- Maria Antonia Valentin S, S.Kep

4
1.4. Kategori Penilaian

Kategori penilaian berdasarkan Arikunto (2006) yang akan diberikan


pada masing-masing komponen instrumen pengumpulan data. Kategori
penilaian ini digunakan untuk menentukan nilai atau analisa yang terbagi
dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, kurang dengan rentang nilai sebagai
berikut :
1. Kategori Baik = > 75 %
2. Kategori Cukup = 51 -74 %
3. Kategori Kurang = < 50 %
Untuk kategori penilaian Patient Safety dengan nilai > 75 % akan
dilakukan intervensi dan implementasi.

1.5. Metode Pengumpulan data

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi

masalah dilakukan dengan metode:

1.5.1. Data Primer

1.5.1.1. Wawancara

Dilakukan secara langsung dengan wawancara pada

kepala ruang, kepala tim, perawat pelaksana, dan pasien

untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan pasien,

dan proses pelayanan yang dilakukan oleh perawat.

1.5.1.2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

tentang kondisi fisik ruangan, inventaris ruangan, proses

asuhan atau tindakan keperawatan yang dilakukan langsung

perawat pada pasien.

5
1.5.2. Data sekunder

1.5.2.1. Studi Dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai

karakteristik pasien, ketenaga kerjaan, dokumentasi proses

keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan,

dan inventaris ruangan.

1.5.2.2. Angket/Kuisioner

Angket/kuisioner digunakan untuk mengetahui

kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, penerapan

standar asuhan keperawatan dan pelaksanaaan Model Praktek

Keperawatan Profesional.

6
BAB II

KAJIAN TEORI DAN DATA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Profil Dan Gambaran Umum RS

2.1.1.1. Sejarah RSUD Banyumas

RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 30 April


1925 oleh pemerintah Belanda yang pada saat tersebut
menguasai wilayah Indonesia. Periode tahun 1924-1935
rumah sakit diberi nama “ Julianna Burgerziekenheis” yang
pada waktu itu lebih dikenal sebagai rumah sakit Juliana
yang pengelolaannya di bwah pemerintah Hindia Belanda.
Periode tahun 1935-1945 rumah sakit tersebut diberi nama
rumah sakit Banyumas yang pengelolaannya dibawah
pemerintah Jepang. Periode tahun 1945-1947 pengelolaan
rumah sakit Banyumas berada di bawah pemeritahan
Kabupaten Banyumas.
Pada tahun 1950-1953 dengan nama Rumah Sakit
Umum Banyumas yang pengelolaannya di bawah
Departemen Kesehatan. Pada Periode tahun 1953-1992
pengelolaannya berada di bawah pemerintah daerah tingkat
2 Kabupaten Banyumas. Periode tahun 1992-1993 dengan
status kelas D yang pengelolaannya dibawah pemerintah
daerah tingkat 2 Kabupaten Banyumas. 1993-2000 dengan
status kelas C dibawah pemerintah daerah tingkat 2
Kabupaten Banyumas. Periode tahun 2000, RSUD
Banyumas ditetapkan menjadi Rumah Sakit kelas B yang
pengelolaannya dibawah pemerintah Kabupaten Banyumas.
Pada tahun 2001, RSUD Banyumas ditetapkan menjadi
Rumah Sakit kelas B Pendidikan. Tahun 2008, sesuai
keputusan Bupati Banyumas no. 445/371/2008 tertanggal
16 Juli 2008 RSUD Banyumas diberi kewenangan untuk
melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah RSUD Banyumas.

7
2.1.1.2. Alamat

Jalan Rumah Sakit No. 1 Banyumas. Tlp. (0281)

796182, 796031 Fax. (0281) 796182.

e-mail : rsudbanyumas@banyumaskab.go.id

2.1.1.3. Visi, Misi, Filosofi dan Motto RSUD Banyumas

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang bermutu

tinggi, seimbang dan komprehensif.

b. Misi

 Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset

bidang kesehatan yang bermutu tinggi, manusiawi

dan terjangkau bagi masyarakat.

 Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset

bidang kesehatan yang seimbang, komprehensif dan

terintegrasi.

 Mengembangkan profesionalisme sumber daya

manusia.

 Meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak terkait.

c. Filosofi

Keselematan, kesembuhan dan kepuasaan

pelanggan adalah kebahagiaan kami.

d. Motto RSUD Banyumas

Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

memberikan pelayanan terbaik yang “CEMERLANG”

(Cepat, Efektif, Mudah, Efisien, Ramah, Lancar, Aman,

Nyaman, Gairah).

8
2.1.1.4. Budaya Kerja RSUD Banyumas

(Tri Sukses RSUD Banyumas)

 Sukses Peningkatan Mutu (5M)

Mutu, Mudah, Murah, Mantap, Marem

 Sukses Peningkatan Disiplin (5R)

Rapi, Rajin, Resik, Ramah, Rukun

 Sukses Peningkatan Efisiensi (CUBIT)

Cukup, Urgent, Baik, Irit, Terawat

2.1.1.5. Keyakinan Dasar RSUD Banyumas

Kami berkeyakinan bahwa:

 Mutu adalah unsur utama dalam melayani penderita.

 Prosedur pelayanan yang mudah serta tidak berbelit-

belit akan menyenangkan pasien.

 Sikap yang ramah dan professional akan membantu

pasien untuk mencapai kesembuhan dan kepuasan.

 Pengetahuan dan keterampilan kami sangat

mempengaruhi mutu pelayanan.

 Bekerja adalah ibadah, oleh karenanya sikap ikhlas

disertai semangat kerja yang tinggi dan bergairah sangat

diperlukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.

 Salah satu tolak ukur keberhasilan RSUD Banyumas

adalah pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat.

 Kritik dan saran dari masyarakat akan membuat kami

sadar akan kekurangan yang sehingga kami senantiasa

memperbaikinya.

9
2.1.1.6. Cara Memberikan Pelayanan RSUD Banyumas

“SENYUM” dan "TERAMPIL”

2.1.1.7. Nilai-nilai Dasar RSUD Banyumas

 Kejujuran

Kejujuran adalah kemampuan orang untuk

mengatakan suatu kenyataan sebagaimana adanya.

 Keterbukaan

Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru

merupakan nilai yang perlu dijunjung tinggi oleh setiap

karyawan, sehingga setiap karyawan mampu

menghadapi setiap perubahan baik internal organisasi

maupun eksternal organisasi. Kejujuran dan

keterbukaan akan menimbulkan “kepercayaan” dari

masyarakat.

 Kerendahan Hati

Kerendahan hati menjadikan orang mampu

menerima kehadiran orang lain serta mampu

membangun kerjasama dengan orang lain dalam

mencapai tujuan bersama.

 Kesediaan Melayani

Kesediaan melayani merupakan tindakan terpuji

dalam hubungan dengan pelanggan. Setiap karyawan

dengan ringan hati memberikan pelayanan kepada

seluruh pelanggan, sehingga pelanggan merasa

diperdulikan oleh RSUD Banyumas.

10
 Kerja Keras

Kerja keras tidak kenal lelah merupakan unsur

yang sangat penting dalam mewujudkan pengingkatan

kualitas secara terus-menerus agar RSUD Banyumas

tetap dicintai oleh pelanggannya. Kerja keras salah satu

unsur menuju kesuksesan.

 Kasih Sayang

Kasih sayang adalah sikap welas asih yang

dimiliki oleh setiap manusia. Dapat diwujudkan dalam

kegiatan pelayanan sehari-hari baik terhadap pelanggan

maupun teman sekerja kita.

 Loyalitas

Loyalitas adalah kemampuan karyawan untuk

mewujudkan apa yang telah diucapkan atau dijanjikan

dalam bentuk tindakan nyata. Karyawan RSUD

Banyumas akan berusaha untuk mewujudkan apa yang

telah dijanjikan ketika masuk menjadi keluarga besar

RSUD Banyumas melalui TRI SATYA (Satya kepada

pemimpin, sejawat, bawahan).

2.1.1.8. Pengelompokan Unit Rumah Sakit

Kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan

unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar

terdapat pengelompokkan unit kerja di rumah sakit sebagai

berikut:

1. Rawat Inap

a. Rawat Inap Umum

11
 Ruang Anggrek untuk perawatan kandungan

dan kebidanan kelas 2 dan 3

 Ruang Bugenvil untuk perawatan pasien

penyakit dalam perempuan kelas 2 dan 3

 Ruang Cempaka untuk perawatan pasien

penyakit dalam laki – laki kelas 2 dan 3

 Ruang Dahlia untuk perawatan pasien bedah

laki – laki kelas 2 dan 3

 Ruang Flamboyan untuk perawatan pasien

umum kelas 1

 Ruang Gardena untuk perawatan pasien umum

kelas 1

 Ruang Kantil untuk perawatan pasien anak

 Ruang Teratai untuk perawatan pasien umum

kelas 3

 Ruang Melati untuk perawatan pasien umum

kelas 3

 Ruang Wijaya Kusuma I

 Ruang Wijaya Kusuma II

 Ruang Permata Hati untuk perawatan

maternitas

 Unit Stroke

b. Rawat Inap Khusus

 Ruang ICU

 Ruang HCU

 Ruang IGD

12
 Ruang IBS

 Ruang HD

 Ruang Thalasemia

 Ruang Bersalin

 Ruang Perinatologi

 Pelayanan Jiwa Terpadu

a. Nakula

b. Sadewa

c. Bima

d. Arjuna

2. Rawat Jalan

 Klinik Specialis Bedah Umum Dan


Konsultan Bedah Anak
 Klinik VCT “Bunga Harapan” (klinik
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS)
 Klinik Tumbuh Kembang Anak
 Klinik Spesialis Bedah Umum
 Klinik Specialis Bedah Ortopedi
 Klinik Specialis Bedah Digestif
 Klinik Specialis Jantung
 Klinik Specialis Jiwa/Penanggulangan
Narkoba
 Klinik Specialis Kebidanan Dan
Kandungan/Laktasi/KB
 Klinik Specialis Kulit Dan Kelamin
 Klinik Specialis Mata
 Klinik Specialis Penyakit Dalam
 Klinik Specialis Saraf/Stroke/Epilepsi
 Klinik Specialis THT
 Klinik Gigi Dan Mulut

13
 Klinik Kosmetik
 Klinik Konsultasi Gizi
 Unit Endoskopi
 Klinik Umum/General Check Up
 Klinik VIP
3. Penunjang Instalasi

 Instalasi Laboratorium
 Instalasi Radiologi
 Instalasi Farmasi
 Instalasi Teknologi Informatika (ITI)
 Instalasi Pemasaran Sosial
 Instalasi Gizi
 Instalasi Sterilisasi Sentral
 Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana
RS
 Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM)
 Instalasi Sanitasi Dan Penyehatan
Lingkungan
 Instalasi Rekam Medis
 Pelayanan Bina Rohani,
 Visum Et Repertum
 Pemulasaran Jenazah
 Pelayanan Transportasi (Ambulance).
2.1.2. Profil Dan Gambaran Umum Ruang Rawat Inap Flamboyan

2.1.2.1. Profil Ruang Flamboyan

Ruang Flamboyan merupakan salah satu ruang

rawat inap umum di RSUD Banyumas. Pasien-pasien

dengan berbagai penyakit dari usia anak-anak sampai lansia

dapat dirawat di Ruang Flamboyan. Penyakit yang diderita

pasien di Ruang Flamboyan adalah penyakit-penyakit yang

termasuk medical bedah.

14
Ruang Flamboyan dipimpin oleh 1 kepala ruangan

(KARU) yang dibantu oleh 1 ketua tim (KATIM), 9

perawat pelaksana (AN) dan 1 petugas administrasi. Bentuk

pelayanan keperawatan yang diterapkan di Ruang

Flamboyan adalah Sistem Pemberian Pelayanan

Keperawatan Profesional (SP2KP). Ruang Flamboyan

terdiri dari 11 kamar pasien yang semuanya adalah kelas 1.

Total jumlah terdapat 11 bed dalam Ruang Flamboyan juga

terdapat 1 kantor perawat, 1 ruang istirahat, 1 dapur

(pantry), gudang, 1 ruang tempat obat/tindakan.

2.1.2.2. Visi

Menjadi ruang model keperawatan yang bermutu

tinggi, seimbang dan komprehensif.

2.1.2.3. Motto

 Menyelenggarakan asuhan keperawatan dan pelayanan

yang bermutu tinggi dengan dilandasi sentuhan

manusiawi dan terjangkau bagi masyarakat.

 Menyelenggarakan asuhan keperawatan dan pelayanan

yang senantiasa mengacu pada standar pelayanan yang

sudah diterapkan.

 Mengembang profesionalisme sumber daya manusia

Ruang Flamboyan secara berkesinambungan dan

terintegrasi.

 Meningkatkan kesejahteraan karyawan Ruang

Flamboyan.

15
2.1.2.4. Tujuan

 Meningkatkan pengetahuan, kemampuan

profesionalisme dan meningkatkan derajat kesehatan

pelanggan secara keseluruhan melalui pendidikan dan

asuhan keperawatan.

 Memberikan pelayanan, pendidikan, keperawatan

medical bedah dalam yang bermutu dan professional,

meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dan untuk

mengurangi kecacatan.

2.1.2.5. Filosofi

Keselamatan, kesembuhan dan kepuasaan pelanggan

adalah kebahagiaan kami.

16
2.1.2.6. Denah Ruang Flamboyan RSUD Banyumas U

B T
H
F 10 F9 F8 F7 F4 F2 F1

I F 11 G E F6 F5 F3 D A

Keterangan: C B

A : Ruang Istirahat F : Ruang Rawat Inap U : Ruang Edelweis

B : Ruang Obat G : Ruang Tindakan B : Ruang Wijaya Kusuma II

C : Toilet H : Gudang T : Poliklinik Dalam 4

D : Nurse Station I : Dapur S : Ruang IBS

E : Ruang Conference

17
2.1.2.6. Struktur Organisasi Ruang Flamboyan

KEPALA INSTALASI
RAWAT INAP

dr. Sri Banun. S

KARU

Sukesi, S. Kep, Ns

KATIM

PERAWAT Puji Lestari, S. Kep , Ns ADMINISTRASI


SIAGA
Siti Rokmah, S. Tuminah
Kep, Ns

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

- Dhiah Wahyu I, AMK - Hepy Aprilia S, AMK

- Fitriah. A, S. Kep, Ns - Anggit M, AMK

- Afni. N, AMK - Arin. S, AMK

- Noviah Dewi R, S. Kep - Gagas Catur P, AMK

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Ruang Flamboyan

18
2.2. Input

2.2.1. Tenaga Perawat (MAN)

2.2.1.1. Kuantitas Tenaga Perawat

Perawat adalah orang yang memberikan pelayanan

kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut

berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual yang

ditunjukkan pada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes,

2002).

Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sebagai

salah satu perecanaan dalam hal menentukan berapa banyak

tenaga yang dibutuhkan dalam suatu ruangan yang terbagi

dalam 3 shift. Di bawah ini beberapa formula yang dikeluarkan

oleh para ahli dalam hal penentuan apakah tenaga masih

kurang, sudah cukup atau berlebihan, yaitu:

a. Model Pendekatan Dalam Perhitungan Tenaga

Keperawatan

Kajian Teori

Beberapa model pendekatan pendapat yang dapat dilakukan

dalam perhitungan tenaga keperawatan adalah:

1. Berdasarkan rumus Douglas

Douglas (1999) menetapkan jumlah perawat yang

dibutuhkan dalam 1 unit perawatan berdasarkan klasifikasi

19
klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai

standar/shiftnya dengan kategori:

- Kategori I: Self Care/Perawatan Mandiri (Minimal)

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,

penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi

emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat

dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya

ringan dan simpel. Asuhan keperawatan minimal

mempunyai kriteria sebagai berikut:

- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan

sendiri.

- Makan dan minum dilakukan sendiri.

- Ambulansi dengan pengawasan.

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga

(shift).

- Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil.

- Persiapan prosedur memerlukan pengobatan

- Kategori II: Intermediet Care/Perawatan Sedang (Partial)

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur

posisi waktu makan. memberi dorogan agar mau

makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau

menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan

pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien

20
ini monitor tanda-tanda vital, periksa urine reduksi,

fungsi fisiologis, status emosinal, kelancaran drainage

atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan

kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau

30-60 menit/shift dengan mengobservasi side effect

obat atau reaksi alergi.

Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria

sebagai berikut:

- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu.

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali.

- Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

- Pasien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran

intake output cairan dicatat / dihitung.

- Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang

memerlukan prosedur.

- Kategori III: Intensive Care/Perawatan Total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,

semua dibantu oleh perawat penampian sakit berat. Pasien

memerlukan observasi terus-menerus. Asuhan

keperawatan total mempunyai kriteria sebagai berikut:

- Semua keperluan pasien dibantu.

- Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan

setiap 2 jam.

21
- Makan melalui selang (NGT/pipa lambung), terapi

intravena.

- Dilakukan penghisapan lender (suction).

- Gelisah/disorientasi.

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut

Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan

setiap shift klien seperti pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1
Penghitungan Jumlah Tenaga Keperawatan Menurut Douglas Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Setiap Klien

Waktu Kebutuhan Perawat


Klasifikasi
Minimal
Parsial
Total
Sumber: Nursalam, 2011

2. Berdasarkan rumus Gillies (1982)

Menurut Gillies untuk menentukan jam efektif

perawatan secara khusus dapat dikategorikan sebagai

berikut:

Keterangan :

a. Minimal care membutuh waktu 1-2 jam/24 jam

b. Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/24 jam

c. Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/24 jam

22
Jumlah ketenagaan perawat yang dibutuhkan (X)

diruang rawat dapat dilihat dengan aspek kapasitas

ruangan, BOR, jumlah jam efektif perawatan dan hari

libur perawat dalam satu tahun dengan rumus:

Rumus perhitungan Gillies dapat disingkat sebagai

berikut:

Keterangan:

A = rata-rata jumlah jam perawatan /klien/hari

B = rata-rata jumlah klien per hari

C = jumlah hari per tahun

D = hari libur masing-masing perawat

E = jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun

G = jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun

H = jumlah perawat yang dibutuhkan unit tersebut

3. Berdasarkan rumus DepKes RI (2002)

Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat

digunakan dalam penghitungan tenaga keperawatan di

rumah sakit untuk rawat inap yaitu berdasarkan klasifikasi

pasien dengan cara penghitungan adalah:

23
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarakan kasus

- Rata-rata pasien/hari

- Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien

- Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari

- Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari

Dirumuskan sebagai berikut:

Untuk perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor

koreksi) yang terdiri dari :

 Loss day (Hari libur/ cuti/ hari besar)

 Non nursing job

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan

tugas-tugas non keperawatan seperti contohnya membuat

perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan

alat makan pasien, dll.

Diperkirakan 25 % dari jumlah jam pelayanan

keperawatan

 Faktor koreksi:

24
 Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan:

Kategori asuhan keperawatan berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien adalah sebagai berikut:

a. Asuhan keperawatan minimal, kriterianya:

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri.

- Makan dan minum dilakukan sendiri.

- Ambulasi dengan pengawasan.

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shif.

- Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

b. Asuhan keperawatan sedang kriteria:

- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

c. Asuhan keperawatan agak berat :

- Sebagian besar aktifitas dibantu.

- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.

- Terpasang folley cateter, intake output dicatat.

- Terpasang infuse.

- Pengobatan lebih dari sekali.

- Persiapan pengobatan perlu prosedur.

25
d. Perawatan total, kriteria sebagai berikut:

- Segala aktifitas diberikan perawat.

- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2

jam.

- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.

- Penggunaan suction.

- Gelisah/disorientasi

Rata – rata jam perawatan menurut Depkes :

1. Penyakit dalam 3,5

jam/hari/klien

2. Bedah 4 jam/hari/klien

3. Kebidanan 2,5 jam/hari/klien

4. Gawat 10 jam/hari/klien

Kajian Data

5. Menurut Douglas

Menurut Douglas jumlah tenaga perawat secara keseluruhan

ditambah 1/3 sehingga perhitungannya adalah sebagai

berikut :

26
Tabel 2.2
Perhitungan Kebutuhan Perawat Menurut Douglas Tahun 2017 di Ruang
Flamboyan

Pagi Siang Malam

Minimal 0,17 × 4 = 0,68 0,14 × 4 = 0,56 0,07 × 4 = 0,28

Partial 0,27 × 4 = 1,08 0,15 × 4 = 0,6 0,10 × 4= 0,4

Total 0,36 × 3 = 1,08 0,3 × 3 = 0,9 0,2 × 3 = 0,6

Jumlah 2,84 2,06 1,28

Hasil 3 2 1

Sumber : Data Primer Dari Ruang Flamboyan Tahun 2017

Tenaga perawat cadangan 20 % = x 6 = 1,2 = 1 orang

Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam sehari

yaitu 6 + 1 = 7 orang

6. Menurut Gillies (1982)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Rawat

Inap Ruang Flamboyan staf karyawan saat ini berjumlah 12

orang yaitu 1 kepala ruang, 1 ketua tim, 9 perawat

pelaksana dan 1 tenaga kerja non keperawatan

(administrasi). Pembagian kerja di Ruang Flamboyan terdiri

dari 3 shift, yaitu:

- Shift pagi : 5 orang

- Shift sore : 2 orang

27
- Shift malam : 2 orang

- Libur lepas : 2 orang

- Libur biasa : 1 orang

Perawat yang bertugas dalam shift pagi secara

menetap adalah Kepala Ruang dan Ketua Tim serta perawat

pelaksana sesuai jadwal shift yang telah ditentukan.

Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di

Ruang Flamboyan.

Ruang Flamboyan memiliki 11 tempat tidur, BOR

rata-rata dari bulan Oktober 2016 sampai bulan Desember

2016 adalah 85,5 %. Maka tenaga perawat yang dibutuhkan

adalah:

 Perawatan langsung

Mandiri = (4 orang × 2 jam) + (4 orang × 1 jam) + (4 orang × ¼ jam)

=8+4+1 = 13 jam

Parsial = (4 orang × 3 jam) + (4 orang × 1 jam) + (42 orang × ¼ jam)

= 12 + 4 + 1 = 17 jam

Total = (4 orang × 4 jam) + (4 orang × 1 jam) + (4 orang × ¼ jam)

= 12 + 3 + 0,75 = 15,75 jam

Jumlah = 13 + 17 + 15,75 = 46 jam

 Rata – rata jumlah/klien/hari

28
= 4 , 18 = 4 jam

 Jumlah perawat yang dibutuhkan

= 7,1

Tenaga perawat cadangan 20 % = x 7,1 = 1,42

Analisa:

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan yaitu 7+ 1 = 8 orang.


Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan menurut
perhitungan Gillies adalah 8,52 = 9 orang

7. Menurut DepKes RI (2002)

Perhitungan jumlah jam perawatan hari tahun 2002 di Ruang

Flamboyan RSUD Banyumas.

Klasifikasi pasien:

- Pasien total = 4 orang

- Pasien parsial = 4 orang

29
- Pasien mandiri = 3 orang +

Total pasien 11 orang

Jumlah jam perawatan/hari = juml.klien x rata-rata perawatan

= 11 orang x 3,5

= 38,5 jam

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Flamboyan


adalah :

Jumlah tenaga perawat + faktor koreksi = 5,5 + 1,6 + 1,9

= 9 orang

Tabel 2.3. Analisa jumlah tenaga kerja di ruang Flamboyan :

Rumus Jumlah tenaga saat ini Jumlah Tenaga kerja Keterangan


Tenaga Kerja yang dibutuhkan
Yang

30
Dibutuhkan

Douglas 11 orang 7 orang Lebih 4

Gillies 11 orang 9 orang Lebih 2

Depkes 11 orang 10 orang Lebih 1

Dari data menurut tabel dapat disimpulkan bahwa jumlah

perawat yang ada di ruang Flamboyan saat ini tidak sesuai

dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan menurut perhitungan

teori Douglas, Gillies dan Depkes. Menurut perhitungan

didapatkan data bahwa perhitungan menurut Douglas diruangan

kelebihan tenaga 4 orang, menurut Gillies kelebihan tenaga 2

orang dan menurut Depkes kelebihan tenaga 1 orang.

2.2.1.2. Kualitas Tenaga Perawat

a. Kajian Teori

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu

tidak mudah. Banyak aspek yang mempengaruhi bermutu atau

tidaknya suatu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek

terpenting adalah SDM yakni mencapai seluruh pegawai rumah

sakit, karena sumber daya manusia merupakan titik sentral

dalam penyelenggaraan rumah sakit, terutama di Unit Admisi

Rawat Inap yang merupakan ujung tombak dari arus pasien

dirumah sakit, dituntut harus mampu memahami keinginan dan

kebutuhan pasien dengan upaya memberikan pelayanan prima,

dengan harapan pasien merasa puas atas pelayanan yang

31
diberikan. Kinerja organisasi atau admisi rawat inap

berhubungan dengan proporsi profesional, makin besar

proporsi kelompok profesional makin tinggi kinerja organisasi.

Yang dimaksud profesional adalah personal dengan

tingkat pendidikan minimal diploma 3 (Ilyas, 2004).

Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat bergantung

pada kemampuan manajemen dalam menyelaraskan unsur-

unsur karyawan (tenaga perawat) dengan sistem, struktur

organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja dan lingkungannya.

Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

berkualitas diperlukan sumber daya yang cukup dengan

kualitas yang tinggi dan profeisonal sesuai dengan tugas dan

fungsinya (Suryanti, 2002).

b. Kajian Data

Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan data

staf karyawan di Ruang Flamboyan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Status Kepegawaian:

SDM Ruang Flamboyan terdiri dari kepala ruang, ketua

tim, perawat pelaksana, administrasi dengan total pegawai 12

orang yang akan dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4
Status Kepegawaian Berdasarkan TMT dan Jabatan Periode 2017 di Ruang
Flamboyan RSUD Banyumas dengan n=12

32
No Nama TMT Jabatan Keterangan

1. Sukesi, S. Kep, Ns 1993 Kepala Ruangan PNS

2. Puji Lestari, S. Kep, Ns 2000 Katim PNS

3. Siti Rokhmah, S. Kep 2001 Perawat siaga PNS

4. Fitriah. A, S. Kep, Ns 2005 Perawat PNS


Pelaksana

5. Novia Dewi Ranti, 2006 Perawat PNS


AMK Pelaksana

6. Heppy Apriliasri, 2008 Perawat Non-PNS


AMK Pelaksana

7. Anggit Muktiadi, AMK 2009 Perawat PNS


Pelaksana

8. Afni Nurbaeti, AMK 2010 Perawat PNS


Pelaksana

9. Dhiah Wahyu Irianti 2014 Perawat Non-PNS


Pelaksana

10. Arin Septianingtyas, 2014 Perawat Non-PNS


AMK Pelaksana

11. Gagas Catur P, AMK 2016 Perawat Non-PNS


Pelaksana

12. Tuminah 1991 Administrasi PNS

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Tabel 2.5
Status Kepegawaian Berdasarkan Jabatan, Pendidikan dan Pelatihan Periode 2017
di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas

No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan

1 Sukesi, S. Kep, Kepala Sarjana BTCLS,


Ns Ruang Manajemen
Strategi Bagi
Pelayanan
Keperawatan,

33
PPI, SKP

2 Puji Lestari, S. Kepala Tim Sarjana Pelayanan


Kep, Ns Hemodialisa,
PPGD-EN, PPI,
SKP

3 Anggit Muktiadi, Perawat Diploma PPGD-EN, PPI,


AMK Pelaksana SKP

4 Novia Dewi Perawat Sarjana PPGD-EN, PPI,


Ranti, S. Kep, Ns Pelaksana SKP

5 Arin Perawat Diploma PPGD-EN, PPI,


Septianingtyas, Pelaksana SKP
AMK

6 Gagas Catur P, Perawat Diploma BTCLS


AMK Pelaksana

7 Afni Nurbacti, Perawat Diploma PPGD-EN, PPI,


AMK Pelaksana SKP

8 Dhiah Wahyu Perawat Diploma PPGD-EN, PPI,


Irianti, AMK Pelaksana SKP

9 Fitriah Perawat Sarjana PPGD-EN, PPI,


Ambarwati, S. Pelaksana SKP
Kep, Ns

10 Siti Rokmah, S. Perawat Sarjana PPGD-EN, PPI,


Kep Pelaksana SKP

11 Heppy Perawat Diploma PPGD-EN, PPI,


Apriliasari, AMK Pelaksana SKP

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil hampir semua

pegawai diruangan sudah mengikuti pelatihan seperti pelatihan

kegawatdaruratan (PPGD-EN & BTCLS) 100%, kepala ruangan

mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung

jawabnya (Manajemen Strategi Bagi Pelayanan Keperawatan),

34
Pelatihan PPI 100% dan Pelatihan SKP 100%. Perawat yang masa

kerja lebih dari 10 tahun, jabatan diruangan sudah diangkat seperti

perawat yang masuk tahun 2000 sudah menjadi Katim, tahun 20001

menjadi perawat siaga. Perawat lain yang bekerja lebih dari 5 tahun

yaitu tahun 2006-2010 juga sudah menjadi perawat senior diruangan

dan untuk shiftnya terpencar antara senior dan yang baru. Hal ini

menunjukkan bahwa SDM di Ruangan Flamboyan sudah memenuhi

standar untuk pelayanan keperawatan pada pasien di Ruang

Flamboyan dengan status Ruangan Perawatan Umum Kelas 1.

2.2.2. Money

2.2.2.1. Kajian Teori

Money atau pendapatan daerah adalah pendapatan yang

diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi

daerah, laba daerah yang secara sah (Nurkolis, 2007).

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak

dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur

nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah

uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang

merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan

karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal

ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus

disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang

35
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan

dicapai dari suatu organisasi (Kesmas, 2015)

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode

anggaran tertentu. Pendapatan daerah berasal dari penerimaan

dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal dari

daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah secara sah (UU

No 32 Th 2004).

2.2.2.2. Kajian Data

Tabel 2.6
Tarif Ruangan Di Ruang Flamboyan Tahun 2016 RSUD Banyumas

No Kelas Kartu Pendaftaran Paket


Tunggu Harian

1 Kelas I 15.000 40.000 300.000

Sumber: Laporan Bagian Keuangan RSUD Banyumas Tahun 2016

Analisa:

Berdasarkan dari hasil observasi didapatkan tarif dengan kelas 1

untuk Kartu Tunggu 15.000,00, biaya pendaftaran 40.000,00, dan biaya

Paket Harian 300.000. Karena di ruang Flamboyan berkapasitas kelas 1

untuk BPJS dan Umum.

Tabel 2.7
Laporan Pendapatan per Debitur Ruang Flamboyan
Periode 1 Oktober – 31 Desember 2016
No. Tindakan Jumlah Pendapatan

1. Aff WSD 1 Rp 65.000,-

36
2. Akomodasi 690 Rp 44.850.000,-

3. Askep 690 Rp 14.490.000,-

4. BHP Farmasi 690 Rp 6.900.000,-

5. BHP Safety 690 Rp 6.900.000,-

6. EKG 7 Rp 227.500,-

7. Ganti Perban 3 Rp 60.000,-

8. Biaya Makanan 690 Rp 44.850.000,-


9. Ganti Stik 192 Rp 4.800.000,-
10. Konsul Dokter 228 Rp 10.944.000,-
11. Pelayanan Makanan 690 Rp 4.140.000,-
12. Tindakan Keperawatan 690 Rp 51.750.000,-
13. Visite Dokter 694 Rp 33.312.000,-

Sumber: Data primer administrasi Ruang Flamboyan 2016

Analisa:

Dari data yang didapat di ruang Flamboyan didaptkan bahwa

pendapatan per dekubitur periode 1 Oktober – 31 Desember 2016

berasal dari asuransi kesehatan BPJS Non-PBI yaitu sebesar Rp

223.288.500,-. Dalam hal ini masyarakat paling banyak menggunakan

asuransi kesehatan yang dikelola oleh pemerintah guna mendapatkan

jaminan kesehatan.

2.2.3. Material

2.2.3.1. Kajian Teori

37
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan

yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis, spesifikasi) serta

pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan

yang berkualitas (DepKes, 2011).

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan

bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih

baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat

menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu sarana.

Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi

tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Kesmas, 2015).

Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin dan/atau

implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk

mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan

penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada

manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi

tubuh (Permenkes, 2015).

Mebeler memiliki definisi perabot yang diperlukan, berguna,

atau disukai, seperti barang atau benda yang dapat dipindah-

pindah, digunakan untuk melengkapi rumah, kantor dan instansi

rumah sakit. Mebeler adalah istilah yang digunakan untuk perabot

rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang,

tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam

38
bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya

(Postell, 2009).

Standar alat-alat kesehatan menurut Depkes RI tahun 2001


sebeagai berikut :
a. Standar I : Alat Tenun

Penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah,

jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang

memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Tabel 2.8 Alat Tenun

No Nama barang Ratio


1. Seprei besar 1: 5
2. Manset dewasa 1:¼
3. Mitela 1: ¼
4. Piyama 1: 5
5. Selimut biasa 1: 5
6. Sarung bantal 1: 6
7. Sarung guling 1: 3
8. Sarung kasur 1: 1
9. Baju operasi 1:1

b. Standar II : Alat keperawatan

Penetapan kebutuhan alat keperawatan dari segi jumlah,

jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan

yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Tabel 2.9 Alat Keperawatan

NO NAMA BARANG/30 pasien per RATIO


ruangan PASIEN/

39
ALAT
1. Tensi meter 2/ruangan
2. Stetoskop 2/ ruangan
3. Timbangan berat badan/tinggi badan 1/ ruangan
4. Tabung oksigen dan flow meter 2/ruangan
5. Gunting verban 2/ruangan
6. Bak instrumen besar 2/ruangan
7. Bak instrumen sedang 2/ruangan
8. Bak instrumen kecil 2/ruangan
9. Gliserin spuit 2/ruangan
10. Bengkok 2/ruangan
11. Pispot 1: ½
12. Urinal 1: ½
13. Set angkat jahitan 1: ½
14. Set angkat balutan 5/ruangan
15. Termometer 5/ruangan
16. Standar infus 1: 1
17. Masker 02 2/ruangan

c. Standar III : Alat rumah tangga

Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi

jumlah, jenis, dan spesifikasi, menjamin tersedianya alat rumah

tangga yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan

keperawatan.

Tabel . 2.10 Alat Rumah Tangga

No Nama barang Ratio


1. Kursi roda 2-3 / ruangan
2. Lemari obat emergency 1/ ruangan
3. Light cast 1/ ruangan
4. Meja pasien 1:1
5. Over bed table 1:1
6. Standar infus 2-3 / ruangan
7. Standard waskom double 4-6/ ruangan
8. Waskom mandi 8-12/ ruangan
9. Lampu sorot 1 / ruangan
10. Lampu senter 1-2/ruangan
11. Nampan 2-3/ ruangan
12. Tempat tidur fungsional 1:1

40
13. Troly obat 1 / ruangan
14. Troly balut 1 / ruangan
15. Troly pispot 1 / ruangan
16. Troly suntik 1 / ruangan
17. Timbangan BB/TB 1 / ruangan
18. Dorongan O2 1 / ruangan
19. Kran air 1:1
20. Baki 5/ ruangan
21. Tempat sampah pasien 1:1
22. Tempat sampah besar tertutup 4/ ruangan

2.2.3.2. Kajian Data

Tabel 2.11
Daftar Alat Linen Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Pengkajian Januari 2017

No Nama Barang Jumlah Mutasi Jumlah Keterangan


Awal + - Akhir
1 Kasur busa 12 - - 12 Baik

2 Bantal 22 - - 22 Baik

3 Guling 12 - - 12 Baik

4 Baju tindakan 49 - - 49 Baik

5 Baju operasi 24 - - 24 Baik

5 Handuk kecil 78 - - 78 Baik

6 Sprei 55 - - 55 Baik

7 Selimut 55 - - 55 Baik

8 Sarung bantal 75 - - 75 Baik

9 Perlak 7 - - 7 Baik

10 Sarung guling 55 - - 55 Baik

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa linen masih dalam

kondisi yang baik dan sudah sesuai dengan peraturan Depkes tahun 2001

41
bahwa kebutuhan seprei per pasien 1:5 dan jumlahnya sudah sesuai. Baju

operasi melebihi standar karena standar dari Depkes yaitu 1:1 jadi

kebutuhan ruangan untuk baju operasi adalah 11 buah. Untuk alat linen

yang lain sudah memenuhi standar karena jumlahnya dalam batas standar

kecuali pemakaian baju tindakan belum efektif, dimana selama 3 hari

observasi (31 Januari-2 Februari) perawat tidak pernah terlihat

menggunakan baju tindakan setiap melakukan tindakan ke pasien.

Tabel 2.12
Daftar Alat Keperawatan Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Pengkajian bulan Januari 2017
No Nama Barang Jml. Mutasi Jml. Ket.
Awal Akhir
+ -

1. Bengkok 2 - - 2 Baik

2. Sputum Pot 2 - - 2 Baik

3. Tongue Spatel 2 - - 2 Baik

4. Thermometer digital 6 - - 6 Baik

5. Thermometer air raksa 1 - - 1 Baik

6. Pispot 11 - - 11 Baik

7. Urinal 11 - - 11 Baik

8. Torniquet 4 - - 4 Baik

9. Tromol 1 - - 1 Baik

10. Glucotest 1 - - 1 Baik

11. Hammer 1 - - 1 Baik

12. Tensimeter raksa 2 - - 2 Baik

13. Stethoscope 3 - - 3 Baik

14. Timbangan dewasa 1 - - 1 Rusak

42
15. Timbangan bayi 1 - - 1 Baik

16. Gunting perban 1 - - 1 Baik

17. Kasur decubitus 1 - - 1 Baik

18. Oxymetri - - - - -

19. Handrub 13 - - 13 Baik

20. Ambubag 1 - - 1 Baik

21. Set ganti balut 2 - - 2 Baik

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Berdasarkan data dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa

hampir semua alat medik masih dalam kodisi baik, timbangan BB

dewasa didapatkan dalam kondisi rusak sehingga perlu disediakan

kembali, karena standar ruangan dari Depkes mengharuskan untuk

terdapat timbangan berat badan pada setiap ruangan 1 buah. Sedangkan

untuk peralatan lain sudah masuk dalam kategori baik dan perlu di

perhatikan untuk perawatan alat untuk menjadikan pelayanan di Ruang

Flamboyan yang lebih baik lagi.

Tabel 2.13
Daftar Alat Rumah Tangga Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Pengkajian periode Januari 2017

No Nama Barang Jml Mutasi Jml Keterangan


Awal + - Akhir
1. Ember besar 13 - - 13 Baik

2. Box bayi 1 - - 1 Baik

3 Senter 1 - - 1 Baik

43
4 Gayung 13 - - 13 Baik

5 Baskom plastik 1 - - 1 Baik

6 Baskom Stainless 19 - - 19 Baik

7 Tempat sampah 3 - - 3 Baik


infeksius
8 Tempat sampah non 14 - - 14 Baik
infeksius
9 Tempat sampah benda 1 - - 1 Baik
tajam
10 Kompor gas 1 - - 1 Baik

11 Termos air panas 13 - - 13 Baik

12 Tempat handuk kotor 1 - - 1 Baik

13 Wastafel perawat 1 - - 1 Baik

14 Dispenser 1 - - 1 Baik

15 Lemari es obat 1 - - 1 Baik

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Alat rumah tangga di ruang Flamboyan dalam kondisi baik dan

masih dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, dan

tempat sampah handuk kotor kurang efektif karena tidak menggunakan

tempat yang ada injakannya sehingga dapat mempengaruhi kebersihan

tangan petugas. Karena alangkah baiknya jika tempat pembuangan

mudah dibuka dan tidak mengotori tangan.

Tabel 2.14
Daftar Mebeler Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Pengkajian Januari 2017

No Nama Barang Jml. Mutasi Jml. Keterangan


Awal + - Akhir
1 Meja 5 - - 5 Baik

44
2 Meja pasien 11 11 Baik

3 Kursi kerja 18 - - 18 Baik

4 Kursi pasien 11 11 Baik

5 Meja komputer 1 - - 1 Baik

6 Almari dokumen 2 - - 2 Baik

7 Almari linen 2 - - 2 Baik

8 Etalase kaca 1 - - 1 Baik

9 Loker karyawan 1 - - 1 Baik

10 Bed pasien 11 - - 11 Baik

11 Almari pasien besar 11 - - 11 Baik

12 Almari pasien kecil 11 11 Baik

13 Kursi sofa 13 - - 13 Baik

14 Kipas angin 13 - - 13 Baik

15 Jemuran baju pasien 11 - - 11 Baik

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa mebel yang ada di ruang

Flamboyan dalam kondisi baik dan penggunaannya sesuai dengan

fungsi dan kegunaannya. Semua fasilitas yang tersedia sudah

mencukupi kebutuhan sehari-hari pasien dan perawat sehingga tidak

ada kekurangan jumlah saat digunakan, namun tidak menutup

kemungkinan jika barang rusak atau sudah tidak layak pakai akan

ditarik dari pemakaiannya.

45
Tabel 2.15
Daftar Peralatan Dapur Di Ruang Flamboyan
Pengkajian Januari 2017

No. Nama Jumlah Mutasi Jumlah Keterangan


Barang Awal Tambah Kurang Akhir
1. Piring Kecil 40 - - 40 Baik

2. Piring Besar 38 - - 38 Baik

3. Mangkok 8 - - 8 Baik
Kecil
4. Mangkok 18 - - 18 Baik
Besar
5. Toples Kecil 30 - - 30 Baik

6. Toples Besar 4 - - 4 Baik

7. Gelas 43 - - 43 Baik

8. Sendok 27 - - 27 Baik

9. Saringan 1 - - 1 Baik

10. Ceret Plastik 7 - - 7 Baik

11. Ceret 2 - - 2 Baik


Stainless
12. Tutup Gelas 24 - - 24 Baik

13. Kompor Gas 2 - 1 1 Baik 1 dan


Rusak 1
14. Tabung Gas 2 - - 2 Baik

15. Ember 10 - - 10 Baik


Plastik
16. Panci Air 2 - - 2 Baik

17. Baskom 19 - - 19 Baik

46
18. Meja 1 - - 1 Baik

19. Nampan 11 - - 11 Baik

20. Tepak Besar 6 - - 6 Baik

21. Tepak Kecil 24 - - 24 Baik

Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di ruang Flamboyan

semua alat dapur dapat berfungsi dengan baik kecuali kompor gas yang

kondisinya rusak 1. Namun tidak menutup kemungkinan jika barang

yang lain akan rusak.

2.2.4. Machine

2.2.4.1. Kajian Teori

Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengubah

energi untuk membantu dan melakukan pelaksanaan tugas

manusia, dan juga digunakan untuk mencapai tujuan bagi

manusia. Alat-alat yang digunakan sebagai penunjang bagi

pelaksanaan tindakan keperawatan pada setiap ruangan

(Brantas, 2009).

2.2.4.2. Kajian Data

Pengadaan mesin di Ruang Flamboyan disesuaikan

dengan standar kebutuhan alat dan fasilitas di RSUD

Banyumas, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.13

47
Data Mesin Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Pengkajian Januari 2017
No Nama Jml. Mutasi Jml. Ket
Barang Awal + - Akhir
1 Nebulizer 1 - - 1 Baik, merk HS 2000,
tahun kalibrasi 2016,
harus dikalibrasi bulan
Oktober 2017
2 EKG 1 - - 1 Baik, merk FUKUDA,
tahun kalibrasi
terakhir Oktober 2016
dan akan dikalibrasi
ulang bulan Oktober
2017, manual operator
(-)
3 Suction 2 - - 2 Baik, merk
 Dixion tahun
kalibrasi terakhir
2016 dan kalibrasi
ulang akhir tahun
2017, manual
operator (+)
 Askir 30, kalibrasi
terakhir Sept. 2014
dan belum
dikalibrasi.
4 Kulkas obat 1 - - 1 Baik, merk Glacio.
5 Syringe 2 - - 2 Baik,
pump Terumo kalibrasi
tahun 2016 dan
kalibrasi ulang
akhir tahun 2017,
manual op (-)

6 Lampu 1 - - 1 Baik, merk Dyna,


tindakan Manual Op (+)
7 Infus Pump 1 1 - 1 Baik, Terumo, manual
operator (+), kalibrasi
tahun 2016 dan
kalibrasi ulang akhir
tahun 2017.
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2017

Analisa:

48
Kondisi alat mesin di ruang Flamboyan masih baik dan berfungsi

dengan baik serta dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan

kegunaannya. Namun ada beberapa alat yang belum di kalibrasi yaitu

suction sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat

Kesehatan alat kesehatan harus dikalibrasi satu tahun sekali. Jumlah alat

mesin juga sudah mencukupi karena kapasitas maksimal pasien di

Ruang Flamboyan 11 kamar. Namun tidak menutup kemungkinan alat

akan rusak karena masa pakai yang sudah lama sehingga perlu

persediaan untuk pengadaan barang baru. Sedangkan untuk alat yang

belum 1 tahun belum dikalibrasi akan dilakukan kalibrasi ditahun

berikutnya.

2.2.5. Method

Metode juga disebut fungsi atau prosedur dalam penggunaan

prosedural. Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan

tentang mutu pekerjaan seseorang perawat yang dianggap baik, tepat

dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan

keperawatan serta sebagai tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja

seorang perawat (Nursalam, 2002). Metode adalah cara untuk membagi

pekerjaan yang ada di suatu unit perawatan kepada tenaga yang ada di

unit tersebut (Gillies, 1996).

2.2.5.1 Pengertian Standar Operasional Prosedur

49
a. Kajian Teori

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 512/Menkes/PER/IV/2007 Tentang Izin

Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran BAB I pasal 1

ayat 10 Standar Prosedur Operasional adalah suatu

perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk

menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana

Standar Prosedur Operasional memberikan langkah yang

benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang

dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar

profesi.

b. Standar Operasional Prosedur

 Sebagai standarisasi cara yang dilakukan aparatur

dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi

tugasnya.

 Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang

mungkin dilakukan oleh seorang aparatur atau

pelaksana dalam melaksanakan tugas.

 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab individual aparatur dan

organisasi secara keseluruhan.

50
 Membantu aparatur menjadi lebih mandiri dan tidak

tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan

mengurangi keterlibatan pimpinan dan pelaksanaan

proses sehari-hari.

 Meningkatkan akuntanbilitas pelaksanaan tugas.

 Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan

memberikan aparatur cara konkrit untuk memperbaiki

kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah

dilakukan.

 Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan

pemerintah dapat berlangsung dalam berbagai situasi.

 Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat,

baik dari sisi mutu, waktu, dan prosedur.

 Memberikan informasi mengenai kualifikasi

kompetensi yang harus dikuasai oleh aparatur dalam

melaksanakan tugasnya.

 Membantu memberikan informasi yang diperlukan

dalam penyusunan standar pelayanan, sehingga

sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja

pelayanan.

c. Fungsi Standar Operasional Prosedur

 Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit

kerja.

51
 Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

 Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan

mudah dilacak.

 Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama

disiplin dalam bekerja.

d. Keuntungan Adanya Standar Operasional Prosedur (SOP)

 SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana,

menjadi alat komunikasi dan pengawasan serta

menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten.

 Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam

bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap

pekerjaan.

 SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat dan

pedoman di ruangan.

e. Kajian Data

Tabel 2.14
Daftar SPO Tahun 2015-2016 Di Ruang Flamboyan

SPO
1. Protap Pemasangan gelang pasien
2. Protap Penilaian pasien resiko jatuh ranap dewasa menggunakan skala
Morse
3. Protap konsultasi lewat Telepon
4. Protap pelepasan gelang pasien
5. Protap pemasangan penandaan pasien resiko jatuh ranap non
Pskiatrik
6. Protap penandaan pasien resiko jatuh non pskiatrik
7. Protap penyimpanan No Rum / Lasa di ruang pelayanan perawatan
8. Protap Identifikasi pasien

52
9. Protap Identifikasi pasien yankeswa
10. Protap Pemasangan gelang pasien hilang / lepas
11. Protap Penandaan lokasi operasi
12. Protap Irigasi kandung kemih
13. Protap Bantu selama pemeriksaan
14. Protap Bladder training
15. Protap Perawatan mata
16. Protap Perawatan luka insisi
17. Protap Kompres demam
18. Protap Pemasangan infus pada anak
19. Protap Pemasangan infus dewasa
20. Protap Pemasangan kateter menetap pada wanita
21. Protap Pemasangan kateter menetap pada pria
22. Protap Pemberian oksigen Non rebreathing
23. Protap Melakukan penilai nyeri dan sedari dengan Comfort scale
24. Protap Melakukan pengkajian nyeri pada anak dengan skala mimik
muka
25. Protap Melakukan pengkajian nyeri pada bayi
26. Protap Melakukan pengkajian nyeri
27. Protap Memberikan oksigen dengan rebreathing
28. Protap Pelepasan kateter menetap pada wanita
29. Protap Pelepasan kateter menetap pada pria
30. Protap Serah terima operan
31. Protap Bantuan perawatan diri eliminasi
32. Protap Exercise Therapy mobilisasi
33. Protap Pijat oksitosin
34. Protap Exercise Therapy keseimbangan
35. Protap Kurangi perdarahan Gastro intesinal
36. Protap Intubasi selang Gastrointestinal
37. Protap Melakukan pemeriksaan EKG
38. Protap Memberikan obat oral
39. Protap Admision care
40. Protap Perawatan kuku
41. Protap Mengukur tinggi badan dan berat badan dewasa
42. Protap Memberikan obat melalui rektum
43. Protap oral hygiene
44. Protap Water tepid sponge
45. Protap Relaksasi nafas dalam
46. Protap Perawatan Bedres
47. Protap Pemberian makan(menyuapi)

53
48. Protap Perawatan telinga
49. Protap pemberian inhalasi melalui nebuliser
50. Protap Pembidain
51. Protap Pemberian obat Enteral
52. Protap Perawatan luka amputasi
53. Protap Memberikan obat tetes telingan
54. Protap Bantu perawatan diri : mandi (oral hygiene)
55. Protap Bantu perawatan diri : makan
56. Protap Penjagaan kulit (skin surveillance)
57. Protap Aplikasi panas dingin
58. Protap Bantuan perawatan diri : berpakaian
59. Protap Bantuan perawatan diri : berdandan
60. Protap Irigasi Bowel
61. Protap Administrasi medikal : Topikal
62. Protap Administrasi medikal : Parenteral
63. Protap Memberikan obat tetes dan salep mata
64. Protap Pemberian Obat : Oral
65. Protap ukur suhu badan : Ketiak
66. Protap pemberian makan melalui selang enteral
67. Protap memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
68. Protap menghitung denyut nadi
69. Protap bantuan pemberian ASI
70. Protap injeksi IV bolus
71. Protap menghitung Respiratory Rate
72. Protap Mengukur suhu badan : Rektal / Anus
73. Protap memindahkan pasien dari Kursi roda ke tempat tidur
74. Protap memandikan di tempat tidur
75. Protap Excercise Therapy : Kontrol Otot
76. Protap Distraksi
77. Protap meberikan obat sublingual
78. Protap meberikan obat melalui kulit
79. Protap beri obat per vaginal
80. Protap Pemberian O2 dengan nassal kanul
81. Protap mengukur Tekanan Darah
82. Protap Pemasangan AV Shunt
83. Protap penanganan pasien yang melarikan diri dari ruang perawatan
84. Protap manajemen Lingkungan: Pencegahan Tindakan Kekerasan
85. Protap Peningkatan Body Image
86. Protap Memasukkan Pasien di Ruang I solasi Sekuisi
87. Protap bantu Kontrol Marah

54
88. Protap peningkatan kesadaran diri
89. Protap pencegahan pasien bunuh diri
90. Protap peningkatan harga diri
91. Protap peningkatan keamanan
92. Protap penatlaksanaan pasien BD
93. Protap perlindungan terhadap kekeraan fisik
94. Protap peningkatan koping
95. Protap restrain fisik
96. Protap Manajemen alam perasaan
97. Protap pelaksanaan terapi kelompok
98. Protap pengisian kategori pasien psikiatri
99. Protap Manajemen Delusi
100. Protap penatalaksanaan pasca pajanan
101. Protap pengumpulan linen kotor
102. Protap pengangkatan atau pengangkutan linen kotor
103. Protap pengadaan atau BON linen baru
104. Protap serah terima klien baru
105. Protap Distribusi Linen Baru
106. Protap pengambilan penitipan kemasan steri
107. Protap pengendalian barang kadaluarsa
108. Protap instrumen on steril
109. Protap dekontaminasi alat medis logam
110. Protap pemindahan instrumen steril
111. Protap penerimaan kemasan on steril
112. Protap pengiriman spesimen
113. Protap pengambilan spesimen sputum
114. Protap permintaan darah untuk pelaksanaan transfusi
115. Protap pelayanan laboratorium rujukan satu pintu
116. Protap pengambilan spesimen feses
117. Protap cara penentuan hasil kritis
118. Protap penanganan spesimen khusus ( LCS , Cairan pleura, Drain
dan Asites )
119. Protap pengambilan spesimen urin
120. Protap perlindungan beresiko
121. Protap permintaan untuk tidak dilakukan resusitasi ( DNR )
122. Protap perlindungan kerahasiaan informasi pasien
123. Protap dukungan spiritual
124. Protap pelayanan kerohanian
125. Protap penjelasan hak pasien dalam pelayanan
126. Protap perlindungan penculikan bayi atau anak

55
127. Protap pencegahan terhadap penculikan bayi atau anak
128. Protap perawatan mengahadap kematian
129. Protap perlindungan barang berharga
130. Protap pemberian informed concent
131. Protap prosedur pencatatan RM
132. Protap pemberian edukasi
133. Protap prosedur catatan perkembangan pasien
134. Protap prosedur pasien pulang , rawat
135. Protap prosedur konsul pasien
136. Protap pasien pulang APS
137. Protap catatan terintegrasi
138. Protap pengisisan formulir berkas RM
139. Protap seragam petugas keperawatan
140. Protap pasien masuk ke Ruang GMO dari IGD
141. Protap pasien masuk ke Ruang GMO dari Rawat Jalan
142. Protap pasien masuk ke Ruang GMO dari Rawat Inap
143. Protap pasien keluar dari Ruang GMO
144. Protap pemasangan AV shunt
145. Protap kebersihan tangan
146. Protap penggunaan alat pelindung diri
147. Protap penatalaksanaan paska pajanan limbah tajam terkontaminasi
atau caitan tubuh
148. Protap penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
149. Protap pengambilan specimen pada dugaan infeksi akibat
pemasangan infus dan CVL
150. Protap pencegahan dan pengendalian infeksi daerah operasi
151. Protap pencegahan dan pengendalian luka tekan atau dekubitus
152. Protap screening dan penanganan (MRSA)
153. Protap pencegahan dan pengendalian aliran darah primer
154. Protap transfer pasien di rumah sakit dengan pasien air bond desease
155. Protap menyuntik aman
156. Protappencegahan dan pengendalian flebitis
157. Protap pembersihan permukaan lingkungan tercemar tumpahan darah
atau cairan tubuh
158. Protap perawatan peralatan pasien
159. Protap ICRA renovasi bangunan
160. Protap DTT dengan kimia
161. Protap pencegahan dan pengendalian infeksi saluran kencing
162. Protap penempatan pasien dengan penyakit menular atau suspect
163. Protap pembuangan sampah

56
164. Protap pembuangan sampah benda tajam
165. Protap pembuangan sampah infeksius
Sumber: SPO Tahun 2015-2016 RSUD Banyumas

Analisa:

Berdasarkan data diatas Ruang FLamboyan mempunyai 165 protap


kebijakan tentang tindakan pelayanan. Sedangkan dalam penyusunan
protap masih belum rapi, belum ada daftar isi, dan masih kesulitan
dalam mencari protap yang akan digunakan di ruangan saat akan
melakukan tindakan keperawatan. Protap yang sering digunakan di
ruang Flamboyan seperti :
 Mengukur tekanan darah
 Mengukur suhu badan : ketiak
 Menghitung denyut nadi
 Injeksi IV bolus
 Pemberian obat oral
 Admission care
 Etika batuk
 Meeting morning
 Pre conference

2.2.5.2 SAK (Standar Asuhan Keperawatan )

a. Kajian Teori

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan asuhan

keperawatan (Depkes, 2001).

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian

kegiatan praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai

57
tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan

kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik

keperawatan (Ali, 2009).

Penerapan proses keperawatan dalam standar asuhan

keperawatan untuk klien merusapakan salah satu wujud tanggung

jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,

penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas

layanan keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUD Banyumas

disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional.

Standar acuan yang dipakai adalah standarized nursing language

yaitu NANDA taksonomi II untuk diagnosa keperawatan, NOC

(Nursing Outcome Classification) untuk tujuan dan outcome yang

ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervension Classification) untuk

rencana tindakan/ intervensinya.

b. Kajian Data

Tabel 2.15
SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas Periode 2015

No. Standar Asuhan Keperawatan


1. Standar asuhan keperawatan klien dengan Anemia
2. Standar asuhan keperawatan klien dengan Angina Pectoris
3. Standar asuhan keperawatan klien dengan Cidera kepala
4. Standar asuhan keperawatan klien dengan Cronic Renal Disease
(CKD)
5. Standar asuhan keperawatan klien dengan Congestive Heart
Failure (CHF)

58
6. Standar asuhan keperawatan klien dengan Dengue Hemoragic
Fever (DHF)
7. Standar asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus
(DM)
8. Standar asuhan keperawatan klien dengan Dyspepsia
9. Standar asuhan keperawatan klien dengan Gastroenteritis
10. Standar asuhan keperawatan klien dengan Infark Miokard Akut
(AMI)
11. Standar asuhan keperawatan klien dengan Hipertensi
12. Standar asuhan keperawatan klien dengan Meningoenchephalitis
13. Standar asuhan keperawatan klien dengan Sindrom Steven
Johnson
14. Standar asuhan keperawatan klien dengan penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
15. Standar asuhan keperawatan klien dengan Stroke
16. Standar asuhan keperawatan klien dengan Sirosis hepatis
17. Standar asuhan keperawatan klien dengan Struma
18. Standar asuhan keperawatan klien dengan Tuberculosis (TBC)
19. Standar asuhan keperawatan klien dengan demam Typhoid
20. Standar asuhan keperawatan klien dengan Varicella
21. Standar asuhan keperawatan klien dengan Appendisitis
22. Standar asuhan keperawatan klien dengan Hemorroid
23. Standar asuhan keperawatan klien dengan Hernia
24. Standar asuhan keperawatan klien dengan Katarak
25. Standar asuhan keperawatan klien dengan Kejang Demam
26. Standar asuhan keperawatan klien dengan Sectio Caesarea ( SC )
Sumber: Buku SAK Ruang Flamboyan 2015

c. Analisa

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, di Ruang Flamboyan

memiliki 26 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dapat digunakan

perawatan dalam melakukan asuhan keperawan pada klien-klien yang

memiliki penyakit dalam dan pasien dengan masalah medikal bedah.

Daftar SAK yang ada didalam 10 besar penyakit di ruang Flamboyan ada

3, sedangkan yang tidak ada sebanyak 7 penyakit.

2.2.5.3 Pasien

59
a. Kajian Teori

Pasien adalah orang yang menerima perawatan medis. Pasien

adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya

ditempat praktek (Yuwono, 2003). Pasien adalah orang-orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung

di Rumah Sakit. (UU No. 44 Tahun 2009). Dalam Undang- Undang

Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteral

menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pasien yaitu :

a. Setiap orang,

b. Menerima / memperoleh pelayanan kesehatan

c. Secara langsung maupun tidak langsung; dan

d. Dari tenaga kesehatan

Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan

pasal 53; hak informasi, hak memberikan persejutuan. Dan pasal 52

berhak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis,

meminta pendapat, mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis,

mendapatkan isi rekam medis,

60
Kewajiban pasien; memberikan informasi selengkapnya

perihal penyakitnya, mematuhi nasihat dokter, menghormati privasi

dokter yang merawat, memberikan imbalan jasa. Menurut UU No.

29 tahun 2004 pasal 53; memberikan informasi yang lengkap dan

jujur tentang masalah kesehatan.

b. Kajian Data

Tabel 2.16
Daftar Jumlah Pasien Di Ruang Flamboyan
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No. Asuransi Jumlah Prosentase (%)


1 Alkes In-Health 1 0,4
2 BPJS Non-PBI 175 76,8
3 BPJS PBI 1 0,4
4 Umum 51 22,4
Jumlah 228 100
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2016

Analisa:

Berdasarkan data yang didapat di Ruang Flamboyan terdapat 3

asuransi kesehatan yang digunakan pasien, yaitu Alkes In-Health

sebanyak 1 orang (0,4 %), BPJS Non-PBI sebanyak 175 orang (76,8

%), BPJS PBI sebanyak 1 orang (0,4 %) dan Umum sebayak 51 orang

(22,4 %) yang BPJS sebanyak 166 (86%) dan Umum sebanyak 28

(14%). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi kesehatan

yang paling banyak digunakan yaitu BPJS Non-PBI sebanyak 175

61
orang (76,8 %) dan yang paling sedikit digunakan yaitu Alkes In-Health

dan BPJS PBI sebanyak 1 orang (0,4 orang).

a) 10 Besar Penyakit

Berdasarkan laporan 10 besar penyakit periode 1 Oktober

2016 sampai 31 Desember 2016, kasus-kasus yang ada di Ruang

Flamboyan RSUD Banyumas dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2.17
10 Besar Penyakit Di Ruang Flamboyan
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No KD. ICD DIAGNOSA Jumlah


1 H26.4 After Catarac 22
2 N17.9 Acute Renal Failure, 12
unspecified
3 R50.9 Fever, unspecified 9
4 I50.0 Congestive Heart Failure 8
5 I63 Cerebral Infarction 8
6 E23.2 Diabetus Insipidus 7
7 N18 Chronic Renal Failure 7
8 K92.1 Melaena 5
9 R42 Dizziness 5
10 S06.0 Concussion 5
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2016

Analisa:

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, di Ruang

Flamboyan sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

yang dapat digunakan perawatan dalam melakukan asuhan

keperawan pada klien-klien yang memiliki penyakit dalam dan

pasien dengan masalah medikal bedah. Standar ini diterapkan di

62
ruangan setiap merawat pasien sesuai dengan penyakit yang

diderita pasien. Ada 9 SAK yang perlu dilengkapi sesuai dengan

penyakit yang sering muncul di Ruang Flamboyan yaitu SAK

Acute Renal Failure, SAK Unspecified, SAK Fever, SAK

Congestive Heart Failure, SAK Cerebral Infarction, SAK Diabetes

Insipidius, SAK Melaena, SAK Dizziness, dan SAK Conssion.

b) 10 Besar Diagnosa Keperawatan Di Ruang Flamboyan

Tabel 2.18
Daftar Diagnosa Keperawatan Di Ruang Flamboyan
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No. Diagnosa Keperawatan Jumlah Prosentase


1 Nyeri 91 38,9 %
2 Cemas 44 18,8 %
3 Hipertermi 18 7,7 %
4 In-efektif Perfusi Jaringan 13 5,5 %
Serebral
5 Pola Nafas Tidak Efektif 12 5,1 %
6 Bersihan Jalan Nafas Tidak 10 4,3 %
Efektif
7 Pemeliharaan Kesehatan Tidak 7 3%
Efektif
8 Diare 6 2,6 %
9 In-Efektif Perfusi Jaringan 30 12,8 %
Kardiopulmonal
10 Resiko Intoleransi Aktifitas 3 1,3 %
Jumlah 234 100 %
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2016

Analisa:

Berdasarkan hasil observasi Diagnosa Keperawatan yang

paling banyak di Ruang Flamboyan adalah Diagnosa

63
Keperawatan Nyeri sebanyak 91 (38,9 %), dan Diagnosa

Keperawatan yang paling sedikit ditemukan di Ruang Flamboyan

adalah Resiko Intoleransi Aktifitas sebanyak 3 (1,3 %).

c) Status Keluar Pasien Ruang Flamboyan

Berdasarkan data akuntabilitas didapatkan data status

pasien keluar ruang flamboyan sebagai berikut:

Tabel 2.19
Keadaan Pasien Keluar Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No Keadaan Pasien Jumlah Prosentase


(%)
1 Hidup 194 91,5 %
2 Meninggal 9 4,2
3 Meninggal <48 4 1,9
4 Meninggal >48 5 2,4
Jumlah 212 100
Analisa:

Keadaan pasien yang keluar dari Ruang Flamboyan dengan

keadaan masih hidup sebanyak 194 pasien (91,5 %) dan dalam

keadaan meninggal sebanyak 9 pasien (4,2 %).

d) Demografi Pasien

Tabel 2.20
Daftar Demografi Di Ruang Flamboyan
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No. Kabupaten Jumlah Prosentase (%)


1. Banjarnegara 25 11,2
2. Banyumas 112 50,2
3. Brebes 4 1,8
4. Ciamis 1 0,45

64
5.
Cilacap 59 26,5
6.
Jakarta Barat 1 0,45
7.
Kebumen 7 3,1
8.
Lampung Timur 1 0,45
9.
Pemalang 1 0,45
10.
Purbalingga 12 5,4
Jumlah 223 100
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2016

Analisa:

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa penduduk

terbanyak yang dirawat di ruang Flamboyan berasal dari

Kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 112 (50,2 %.), sedangkan

penduduk dari Ciamis, Jakarta Barat, Lampung Timur dan

Pemalang sebanyak 1 orang (0,45 %).

2.2.5.4 Peserta Didik

a. Kajian Teori

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada

jalur pendidikan baik pendidikan formal ataupun pendidikan non

formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu

(Nursalam, 2008).

b. Kajian Data

Tabel 2.21
Daftar Institusi Pendidikan Yang Pernah Praktik Di RSUD Banyumas
Periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016

No Nama Institusi Jumlah


Mahasiwa
1 Stikes St.Elisabeth Prodi Ners 8

65
2 UGM 5
3 Muh. Palembang 10
Sumber: Data primer Ruang Flamboyan 2016

c. Analisa:

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa banyak

mahasiswa yang melakukan praktik di RSUD Banyumas. Hal ini

dikarenakan RSUD Banyumas merupakan rumah sakit pendidikan.

Mahasiswa-mahasiswa yang praktek tidak hanya dari sekitar

Banyumas saja, tetapi juga daerah di luar Banyumas. Mahasiswa

praktikkan yang datang ke RSUD Banyumas mendapat bimbingan

(CI) dari rumah sakit.

2.3. Proses
2.3.1. Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
A. Kajian Teori
SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari
MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional). Dalam SP2KP
ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kerja lainnya (Potter Perry,
2009). Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
(SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di
setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang memungkinkan
perawat untuk melakukan asuhan keperawatan yang profesional
bagi pasien. SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik
dimana seluruh komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan
diatur secara profesional (Rantung, 2003).

66
Komponen SP2KP terdiri dari: perawat, profil pasien,
sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai
profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi
asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
DepKes RI, 2009).
Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga pelayanan
keperawatan menjadi efektif dan efisien (Keliat, 2009).
1. Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan
Dalam pelaksanaan praktik keperawatan akan selalu
menggunakan salah satu metode di bawah ini:

a. Metode Penugasan Tim


Merupakan pengorganisasian keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam
kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok. Selain itu,
pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang
melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan atau asuhan keperawatan klien. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari penugasan tim ini terdiri dari Ketua Tim,
Pelaksana perawatan, Pembantu perawatan
a) Tugas dan tanggung jawab ketua tim:

67
 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan
keperawatan klien sejak masuk sampai pulang.
 Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya.
 Membuat diagnosa keperawatan dan rencana
keperawatan.
 Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada
anggota tim.
 Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam
melakukan tindakan keperawatan.
 Bersama anggota tim mendokumentasikan askep
sesuai standar.
 Bersama anggota tim mengadakan serah terima
dengan tim shift selanjutnya untuk mengawasi:
kondisi klien/anggota keluarga, logistik keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan.
 Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat
diselesaikan oleh tim sebelumnya.
 Merundingkan pembagian tugas dengan anggota tim.
 Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan visit
dokter.
 Mendampingi dokter visit, mencatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter.
 Membantu pelaksanaan rujukan.
 Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga
baru mengenai tata tertib RS, perawat yang bertugas.
 Menyiakan orientasi pulang dan member penyuluhan
kesehatan.
 Memelihara kebersihan ruang rawat dengan:
mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas

68
peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan
semua pengunjung ruangan.
 Membantu karu membimbing peserta didik
keperawatan.
 Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep
serta tenaga keperawatan.
 Menulis laporan tim mengenai klie/anggota keluarga
dan lingkungan.
Adapun tujuan dari penugasan tim adalah
memberikan asuhan lebih baik dengan menggunakan
tenaga yang tersedia.

b) Kelebihan metode tim adalah:

- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.


- Pasien dilayani secara komprehensif.
- Terciptanya kaderisasi kepeimpinan.
- Tercipta kerjasama yang baik.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
c) Kekurangan metode tim:

- Tim yang satu tidak mengetahui pasien yang bukan


menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi
sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga
dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat.

69
- Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akuntabilitas dalam tim kurang jelas.
b. Metode Penugasan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan
keterikatan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
a) Tugas perawat primer adalah:
 Menerima pasien.
 Mengkaji kebutuhan.
 Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
 Mengkoordinasi pelayanan.
 Menerima dan menyesuaikan rencana.
 Menyiapkan penyuluhan pulang.
b) Konsep dasar metode penugasan primer adalah:
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi.
 Ada keterlibatan pasien dan keluarganya.
c) Ketenagaan: setiap perawat primer adalah perawat
“bedside”:
 Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1
perawat.
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
 Perawat professional sebagai primer dan perawat non
professional sebagai asisten.
d) Tugas kepala bangsal:
 Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat
primer.

70
 Orientasi dan merencakan karyawan baru.
 Menyusun jadwal dinas.
 Member penugasan pada perawat asisten.
e) Kelebihan dari metode penugasan primer:
 Mendorong kemandirian perawat.
 Ada keterikatan antara pasien dan perawat selam
dirawat.
 Berkomunikasi langsung dengan dokter.
 Perawatan secara komprehensif.
 Model praktik keperawatan professional dapat
dilakukan atau diterapkan.
 Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
 Memberikan kepuasaan bagi klien dan keluarga yang
menerima asuhan keperawatan.
f) Kelemahan dari metode penugasan primer:
 Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
 Biaya relatif lebih tinggi daripada metode lain.

2. Kepala Ruang
a. Kajian Teori
Kepala Ruang diberi tanggung jawab untuk memperkerjakan,
mengembangkan dan mengevaluasi stafnya. Merekadiberikan
tanggung jawab untuk pengembangan anggaran tahunan unit sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing, memantau kualitas
perawatan, menghadapi masalah tenaga kerjanya dan melakukan hal-
hal tersebut dengan biaya yang efektif (Potter & Perry, 2005).
Menurut Arwani (2006) Kepala Ruang disuatu ruang
keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi, perlu melakukan
kegiatan unit yang menjadi tanggung jawab dari Kepala Ruang dan

71
melakukan kegiatan evaluasi, kegiatan penampilan kerja staff dalam
upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan
keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah
pasien dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang
bersangkutan.
1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
 Melaksanakan jumlah dan kategori tenaga serta tenaga lain sesuai
kebutuhan.
 Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
 Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi :
 Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan diruang
rawat.
 Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang berlaku
bulanan (Bulanan, Mingguan, Harian).
 Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu
atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.
 Memberi pengarahan dan motivasi kepada perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standart.
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama denganpihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
 Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaan sesuai kebutuhan pasien supaya pelayanan optimal.
 Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan kebutuhan alat,
obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
 Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan supaya
selalu dalam keadaan siap pakai.
 Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

72
 Melaksanakan program orientasi orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tantang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
 Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program pengobatan.
 Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat untuk tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi, untuk
memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
 Mengadakan pendekataan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang sedang dialami pasien.
 Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindung selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
 Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/ keluarga
dalam batas wewenangnya.
 Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindung selama
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
 Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan yang dilakukan secara tepat dan
benar.
 Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang lain,
seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
UPF di Rumah Sakit.
 Menciptakan dan memelihara suasana kerja antara petugas
kesehatan lain, pasien dan keluarga pasien yang dirawat.
 Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.
 Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruangan.

73
 Memelihara dan meneliti pengisian daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa/ meneliti ulang saat pengkajianya.
 Memeiihara buku register dan bekas catatan medis.
 Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan Iain di ruang rawat.

3) Melaksanakan fungsi perawatan, pengendalian dan penelitian,


meliputi:
 Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan, melaksanakan penilain terhadap upaya
peningkatan pengetahuan keterampilan di bidang perawatan.
 Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (D.P.3) bagi pelaksanaan
keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat/
golongan, melanjutkan sekolah).
 Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat - obatan secara efektif dan efisien.
 Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

b. Kajian Data
Tabel 2.22
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No Variabel Yang Observasi


Dinilai 31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017

74
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Membagi staf ke 1 0 1 0 1 0
dalam tim sesuai
dengan
kemampuan dan
beban kerja
2 Membuat jadwal 1 0 1 0 1 0
dinas koordinasi
dengan tim
3 Menyiapkan materi 1 0 1 0 1 0
tentang
permasalahan
pasien dan ruangan
yang ada pada hari
tersebut termasuk
laporan
permaslahan dinas
malam
4 Karu melakukan 1 0 1 0 1 0
meeting morning
untuk
menindaklanjuti
masalah yang
diawali dan
diakhiri dengan
doa
5 Membagi pasien 1 0 1 0 1 0
kedalam tim sesuai
dengan
kemampuan dan
beban kerja
6 Memfasilitasi dan 1 0 1 0 1 0
mendukung
kelancaran tugas
katim dan anggota
tim
7 Melakukan 0 1 0 1 0 1
supervisi dan
memberi motivasi
seluruh staf
keperawatan untuk
mencapai kerja
optimal
8 Memberikan 1 0 1 0 1 0
reinforcement
positif kepada

75
semua staf
termasuk pada saat
mengakhiri
meeting morning
kepada dinas
malam dan dinas
pagi
9 Berperan serta 1 0 1 0 1 0
sebagai konsultan
10 Melakukan 1 0 1 0 1 0
pengawasan
kedisiplinan tugas
staf melalui daftar
hadir yang ada di
ruangan
11 Mengawasi 0 1 0 1 0 1
pelaksanaan
system pencatatan
dan pelaporan
kegiatan asuhan
keperawatan serta
mencatat kegiatan
lain di ruang rawat
Jumlah 9 2 9 2 9 2
Total Ya = 27 Tidak=6

Prosentase Ya=81,8% Tidak=18,2%


Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas Kepala Ruang di


Ruang Flamboyan diperoleh hasil sebesar 81,8 %. Hal ini menyatakan
bahwa uraian tugas Kepala Ruang Flamboyan sudah dilakukan dengan baik.
Tugas Kepala ruang yang tidak dilakukan yaitu melakukan supervise dan
memberikan motivasi kepada seluruh staf keperawatan untuk mencapai
kerja optimal, dan mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan serta
pelaporan kegiatan asuhan keperawatan dan mencatat kegiatan lain di
ruangan.

76
3. Ketua Tim

a) Kajian Teori
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Tanggung jawab ketua tim:
 Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruang.
 Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
 Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim.
 Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
 Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferensi.
 Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
 Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan.
 Menyelenggarakan konferensi.
 Melakukan kolaborasi denagn tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab
timnya.
 Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan

77
c.Kajian Data
Tabel 2.23
Pelaksanaan Uraian Tugas Ketua Tim DI Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017
No Variabel Yang Observasi
Dinilai 31-02-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi 1 0 1 0 1 0
hari
2 Bersama perawat 1 0 1 0 1 0
pelaksana menerima
operan tugas jaga dari
perawat pelaksana
tugas malam
3 Bersama perawat 1 0 1 0 1 0
pelaksana melakukan
konfirmasi/supervisi
tentang kondisi pasien
segera setelah selesai
operan tugas jaga
malam
4 Bersama perawat 1 0 1 0 1 0
pelaksana melakukan
doa bersama sebagai
awal dan akhir tugas
dilakukan setelah
selesai operan tugas
jaga malam
5 Melakukan pre 1 0 1 0 1 0
conference dengan
semua perawat
pelaksana yang ada
dalam timnya setiap
awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau 1 0 1 0 1 0
pasien pada perawat
pelaksana sesuai
kemampuan dan
bebabn kerja
7 Melakukan 1 0 1 0 1 0
pengkajian,
menetapkan masalah

78
atau diagnosa dan
perencanaan
keperawatan kepada
semua pasien yang
menjadi tanggung
jawab dan ada bukti
di catatan
keperawatan
8 Memonitor dan 1 0 1 0 1 0
membimbing tugas
perawat pelaksana
9 Membantu tugas 1 0 1 0 1 0
perawat pelaksana
untuk kelancaran
pelaksanaan asuhan
pasien
10 Mengoreksi, merevisi 1 0 1 0 1 0
dan melengkapi
catatan asuhan
keperawatan yang
dilakukan oleh
perawat pelaksana
yang ada di bawah
tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi 1 0 1 0 1 0
hasil kepada setiap
pasien sesuai tujuan
yang ada dalam
perencanaan askep
dan ada bukti dalam
rekam keperawatan
12 Melaksanakan post 0 1 1 0 1 0
conference pada
setiap akhir dinas dan
menerima laporan
akhir tugas jaga dari
perawat pelaksana
untuk persiapan
operan tugas jaga
berikutnya
13 Mendampingi 1 0 1 0 1 0
perawat pelaksana
dalam operan tugas
jaga kepada anggota
tim yang tugas jaga
berikutnya

79
14 Memperkenalkan 1 0 1 0 1 0
perawat pelaksana
yang ada dalam satu
grup atau yang akan
merawat selama
pasien dirawat atau
kepada
pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas 1 0 1 0 1 0
kepada perawat
pelaksana pda sore
malam libur
16 Melaksanakan 1 0 1 0 1 0
pendelegasian tugas
PJ ruang bila pagi
hari tidak bertugas
17 Melakukan 1 0 1 0 1 0
bimbingan klinik
keperawatan kepada
perawat pelaksanan
minimal seminggu
sekali (ronde
keperawatan/bed site
teaching)
18 Menyelenggarakan 1 0 1 0 1 0
diskusi kasus dalam
pertemuan dalam
rutin keperawatan di
ruangan minimal
sebulan sekali
Jumlah 17 1 17 1 17 1
Total Ya = 51 Tidak = 3
Prosentase Ya=94,4% Tidak=5,6%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

d. Analisa
Berdasarkan tabel diatas uraian pelaksanaan tugas Kepala Tim di
Ruang Flamboyan di RSUD Banyumas memiliki prosentase 94,4 % yang
berarti pelaksanaan tugas ketua tim masuk dalam kategori baik, namun
peran kepala tim belum terlihat dalam melaksanakan post conference
pada setiap akhir dinas. Hal ini dikarenakan kegiatan ruangan yang

80
terlalu sibuk sehingga adanya kegiatan-kegiatan yang menjadi tugas
ketua tim yang belum terlaksana.

4. Perawat Pelaksana
a. Kajian Teori
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai perawat yang
profesional, perawat pelaksana dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berbagai bidang perawatan.Perawat pelaksana secara
langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat
pelaksana disebut care giver yaitu perawat menggunakan metode
pemecahan dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatan.Menurut Potter & Perry (2005) dalam melaksanakan asuhan
keperawatan peran perawat pelaksana bertindak sebagai berikut:
a) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
 Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.
 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
 Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respons
klien pada catatan perawatan.
b) Melaksanakan program medic dengan penuh tanggung jawab.
 Pemberian obat.
 Pemeriksaan laboratorium.
 Persiapan klien yang akan dioperasi.
c) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental dan spiritual
dari klien.
 Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
 Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
 Pendekatan dengan komunikasi terapeutik.

81
d) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan secara diagnostik.
e) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuan.
f) Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakratul maut.
g) Membantu kepala ruang dalam ketatalaksanaan ruangan secara
administratif.
 Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
 Sensus harian dan formulir.
 Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
h) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang digunakan.
i) Menciptakan dan memlihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
j) Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
k) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
l) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
m)Membuat laporan harian.
n) Mengikuti timbang terima.
o) Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
p) Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer.
q) Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
r) Melakukan evaluasi formatif.

1) Tugas Perawat Pelaksana


a. Kajian Data
Tabel 2.24
Uraian Pelaksaan Tugas Perawat Pelaksana Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Februari 2017
No Variabel Yang Dinilai Observasi
31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017

82
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengerjakan semua tugas yang 8 0 8 0 8 0
diberikan Karu
2 Menerima sesuai SOP di RS 8 0 8 0 8 0
3 Melakukan pengkajian keperawatan 8 0 8 0 8 0
4 Menganalisis data pasien sesuai :
Biologis 8 0 8 0 8 0
Psikologis 8 0 8 0 8 0
Sosial 0 8 0 8 0 8
5 Menetapkan diagnosa keperawatan 8 0 8 0 8 0
berdasarkan masalah yang
dirumuskan
6 Menyusun rencana keperawatan 8 0 8 0 8 0
berdasarkan data hasil pengkajian
keperawatan
7 Bekerjsama dengan tim kesehatan 8 0 8 0 8 0
lain dalam menyusun perencanaaan
keperawatan
8 Melakukan tindakan keperawatan 4 4 4 4 4 4
berdasarkan SOP
9 Memperkenalkan diri setiap 5 3 5 3 5 3
bertemu pasien
10 Memberikan penjelasan pada klien 8 0 8 0 8 0
sebelum melakukan tindakan
keperawatan
11 Mengutamakan keselamatan klien 8 0 8 0 8 0
dalam memberikasn askep dan
melakukan dokumentasi
keperawatan
12 Melakukan evaluasi askep 8 0 8 0 8 0
berdasarkan tujuan
13 Melakukan discharge planning 8 0 8 0 8 0
pada pasien pulang
14 Melakukan operan dengan 8 0 8 0 8 0
penanggung jawab shift berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang 8 0 8 0 8 0
diadakan ruangan dan bekerjsama
serta membantu sesama rekan kerja
16 Memberikan dukungan terhadap 8 0 8 0 8 0
asuhan ketika melaksanakan tugas
atau pekerjaan
17 Melaporkan segala sesuatu 8 0 8 0 8 0
mengenai keadaan klien baik lisan
maupun tertulis
18 Melaksanakan tugas dinas 8 0 8 0 8 0

83
pagi/sore/malam secara bergantian
19 Memberi pertolongan segera pada 8 0 8 0 8 0
klien gawat atau sakratul maut
20 Melaksanakan program medik 8 0 8 0 8 0
dengan penuh tanggung jawab
Jumlah 161 8 161 8 16 8
1
Total Ya = 483 Tidak = 32
Prosentase Ya = 93,8% Tidak = 6,2%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

b. Analisa:
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan uraian tugas perawat
pelaksana di Ruang Flamboyan sudah masuk dalam kategori baik dengan
persentase 93,8%. Namun ada yang tugas yang belum di jalankan sesuai
SOP yang ada, seharusanya dapat meningkatkan pelayanan di dalam
tindakan, perawat pelaksana dapat memperhatikan SOP dan dapat
mengaplikasikan dengan lebih baik lagi.

2) Serah Terima Tugas Jaga


a. Kajian Teori
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah
itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan
cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi
tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi
tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi
yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari
perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

84
klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

b. Kajian Data
Tabel 2.25
Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga Di Ruang Flamboyan
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017
No Variabel Yang Dinilai Observasi
31-1-107 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Didahului do’a bersama 1 2 1 2 1 2
2 Komunikasi antar pemberi 3 0 3 0 3 0
tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan
didepan pintu dengan suara
perlahan/tidak ribut
3 Menyebutkan identitas pasien, 3 0 3 0 3 0
dx medis, dx keperawatan,
tindakan keperawatan yang
telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaan
4 Menginformasikan jenis, dan 3 0 3 0 3 0
waktu rencana tindakan
kepaerawatan yang belum
dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan 3 0 3 0 3 0
pasien yang ada selama shift
6 Menginformasikan pendidikan 3 0 3 0 3 0
kesehatan yang telah
dilakukan

85
7 Mengevaluasi hasil tindakan 3 0 3 0 3 0
keperawatan
8 Menyebutkan terapi dan 3 0 3 0 3 0
tindakan medis beserta
waktunya yang dilakukan
selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis 3 0 3 0 3 0
yang belum dilakukan selama
shift
10 Menginformasikan pada 3 0 3 0 3 0
pasien/keluarga nama perawat
shift berikutnya pada akhir
tugas
11 Memberi salam pada pasien, 3 0 3 0 3 0
keluarga, serta mengobservasi
dan menginspeksi keadaan
pasien, menanyakan keluhan
pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 33 0 33 0 33 0
Total Ya = 99 Tidak = 0
Prosentase Ya = 100% Tidak = 0 %
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:
Berdasarkan hasil observasi presentasi yang didapatkan atas
pelaksanaan serah terima tugas jaga (operan) adalah 100%. Angka ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas jaga atau operan tergolong dalam
kategori baik. Perawat dalam ruangan melakukan operan jaga dengan
baik dengan program dan tindaklanjut (intervensi) yang harus di jalankan
untuk shift selanjutnya.

3) Meeting Morning
a. Kajian Teori
Salah satu aktifitas pengorganisasian di Ruang Flamboyan, SP2KP
(Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) adalah adanya
Morning Meeting yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari
sebelum dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.

86
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang
perawatan  sebagai wahana informasi dan komunikasi.
Banyak hal yang dapat disampaikan dalam forum itu tapi waktu
dibatasi hanya 15 menit. Sebagai salah satu contoh yang kami lakukan
dan dijadikan sebagai prosedur pelaksanaan morning meeting adalah
sebagai berikut:
1) Persiapan
 Kepala ruang mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruangan tersebut.
 Kepala ruang menyiapkan tempat untuk melakukan  morning
meeting.
 Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
 Morning meeting diikuti oleh seluruh staff yang jaga pagi dan
malam, ditambah dengan house keeping, pramusaji dan tenaga
administrasi ruang.
2) Pelaksanaan
 Kepala ruang membuka meeting morning dilanjutkan dengan do’a
bersama.
 Berdoa bersama.
 Melakukan repetitif magic power(budaya kerja dan keyakinan
dasar)dibacakan oleh salah satu peserta ditirukan oleh semua
peserta morning meeting.
 Kepala ruang memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya.
 Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan
kepada staf.
 Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul di ruangan.
 Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat
ditempuh.

87
 Kepala ruang memberi motifasi dan reinforcement kepada staf.
3) Penutup
 Kepala ruang menutup morning meeting.
 Kepala ruang dan peserta morning meeting menandatangani
notulensi.
 Morning meeting dilanjutkan dengan operan jaga.

b. Kajian Data
Tabel 2.26
Evaluasi Meeting Morning Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No Variabel Yang Dinilai Observasi


31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Karu menyiapkan 1 0 1 0 1 0
tempat untuk meeting
morning
2 Kepala ruang 1 0 1 0 1 0
mempersiapkan materi
dan informasi
mengenai kegiatan-
kegiatan non
keperawatan di
ruangan tersebut
3 Mempersiapkan salah 1 0 1 0 1 0
satu staf untuk menjadi
notulen
4 Karu memberikan 1 0 1 0 1 0
arahan pada staf
dengan materi yang
telah disiapkan
sebelumnya
5 Karu memberikan 1 0 1 0 1 0

88
klarifikasi apa yang
telah disampaikan oleh
staf
6 Memberikan 1 0 1 0 1 0
kesempatan pada staf
untuk mengungkapkan
permasalahan yang
muncul di ruangan
7 Bersama staf 1 0 1 0 1 0
mendiskusikan
pemecahan masalah
yang dapat ditempuh
8 Karu memberikan 0 1 0 1 0 1
motivasi dan
reinforcement pada staf
9 Meeting Morning 1 0 1 0 1 0
diikuti oleh seluruh
staff
10 Kepala ruang dan 1 0 1 0 1 0
peserta meeting
morning
menandatangani
notulensi
Jumlah 9 1 9 1 9 1
Total Ya = 27 Tidak = 3
Prosentase Ya = 90% Tidak = 10%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:
Berdasarkan data di atas pelaksanaan meeting morning sudah
berjalan dengan baik yaitu dengan prosentase 90%. Dari hasil tersebut
diharapkan di ruang Flamboyan bisa meningkatkan kembali untuk
melaksanakan meeting morning dan kepala ruang harus memberikan
motivasi tentang pelayanan dan reinforcement pada setiap staf yang
bertugas guna meningkatkan kinerja dari setiap staf.

4) Pre Conference
a. Kajian Teori
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang

89
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas
pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Waktu : Setelah Operan
Tempat : Meja Masing-Masing Tim
Penanggung Jawab : Ketua Tim Atau PJ Tim
Kegiatan :
 Ketua tim atau PJ tim membuka acara.
 Ketua tim atau PJ tim menyampaikan rencana harian masing-masing
perawat pelaksana sesuai dengan program yang telah disusun.
 Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
 Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement.
 Ketua tim atau PJ tim menutup acara.

b. Kajian Data
Tabel 2.27
Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017
No Variabel Yang Dinilai Observasi
31-2-2017 2-02-2017 3-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Menyiapkan tempat 3 0 3 0 3 0
untuk pre conference
2 Menyiapkan buku 3 0 3 0 3 0
laporan tugas jaga
pasien
3 Menjelaskan tujuan 0 3 0 3 0 3
dilakukan pre
conference
4 Ketua tim atau Pj tim 3 0 3 0 3 0
membuka acara
5 Ketua tim atau pj tim 3 0 3 0 3 0
menyampaikan rencana
harian masing-masing
perawat pelaksana

90
sesuai dengan program
yang telah disusun
6 Karu/Wakaru/katim 3 0 3 0 3 0
memandu pelaksanaan
pre conference
7 Menjelaskan masalah 3 0 3 0 3 0
pasien selama dalam
perawatan dan rencana
keperawatan yang
menjadi tanggung
jawabnya
8 Membagi tugas pada 3 0 3 0 3 0
PA sesuai kempuan
yang dimiliki dengan
memperhatikan
keseimbangan kerja
9 Mendiskusikan cara 3 0 3 0 3 0
dan strategi
pelaksanaan asuhan
keperawatan
pasien/tindakan
10 Memotivasi untuk 3 0 3 0 3 0
memberikan tanggapan
dan penyelesaian
masalah yang sedang
didiskusikan
11 Mengklarifikasi 3 0 3 0 3 0
kesiapan PA untuk
melaksanakan asuhan
keperawatan pada
pasien yang menjadi
tanggungjawabnya
12 Memberikan 2 1 2 1 3 0
reinforcement positif
pada PA
13 Menyimpulkan hasil 0 3 0 3 0 3
pre conference
Jumlah 32 7 32 7 33 6
Total Ya= 97 Tidak=20
Prosentase Ya =82.9 % Tidak= 17,1 %

c. Analisa:
Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 82,9 %. Hasil
ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pre-conference sudah berjalan

91
dengan kategori baik. Namun dalam kegiatan pre conference ketua tim
harus dapat memberikan reinforcement positif pada perawat pelaksana
yang akan menjalan tugas dan menyimpulkan hasil pre-conference.

5) Post Conference
a. Kajian Teori
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh
katim atau PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Waktu : Sebelum Operan Ke Dinas Berikutnya.
Tempat : Meja Masing – Masing Tim.
Penanggung Jawab : Ketua Tim Atau PJ Tim
Kegiatan :
 Ketua tim atau PJ tim membuka acara.
 Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan.
 Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
 Ketua tim atau PJ menutup acara.

b. Kajian Data
Tabel 2.28
Evaluasi Post Conference Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No Variabel Yang Dinilai Observasi


31-01-2017 2-02-2017 3-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Menyiapkan tempat untuk 3 0 3 0 3 0
post conference
2 Menyiapkan rekam medik 3 0 3 0 3 0
pasien yang menjadi

92
tanggung jawabnya
3Menjelaskan tujuan 0 3 0 3 0 3
dilakukan post conference
4 Menerima penjelasan dari 0 3 0 3 0 3
PA tentang hasil
tindakan/hasil asuhan
keperawatan yang telah
dilakukan
5 Mendiskusikan masalah 0 3 0 3 0 3
yang telah ditemukan dalam
memberikan askep pada
pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
6 Memberi reinforcement 0 3 0 3 0 3
pada PA
7 Menyimpulkan hasil post 0 3 0 3 0 3
conference
8 Mengklarifikasi pasien 3 0 3 0 3 0
sebelum melakukan operan
tugas jaga shift berikutnya
(melakukan ronde
keperawatan)
9 Memotivasi untuk 0 3 0 3 0 3
memberikan tanggapan dan
penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
Jumlah 9 18 9 18 9 18
Total Ya = 27 Tidak = 54
Prosentase Ya =33,3% Tidak= 66,7 %
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa:
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pelaksanaan post
conference didapatkan hasil penilaian 33,3 %, dengan kategori kurang, hal
ini menyatakan bahwa post conference di Ruang Flamboyan belum
dilaksanakan dengan optimal dan perlu menjadi perhatian bagi ruangan
tersebut.

2.3.2 Patient Safety


2.3.2.1 Keselamatan Pasien

93
WHO memulai program pasien safety pada tahun 2014.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam, 2012).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat
merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. Sistem
tersebut meliputi : assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhuubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
a. Tujuan :
 Tercapainya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
 Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
 Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
b. Enam sasaran pasien safety:

1) Mengidentifikasi pasien dengan benar (Ketepatan Identifikasi).


2) Meningkatkan komunikasi yang efektif.
3) Meningkatkan keamanan pemberian obat-obatan.
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar,pembedahan pada pasien yang benar.
5) Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

94
6) Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh.

1. Ketepatan Identifikasi
a. Kajian Teori
Indikator melakukan identifikasi secara benar :
 Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti
nama pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan
lokasi kamar.
 Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat,
tranfusi darah atau produk lainnya.
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen
lain untuk keperluan pemeriksaan.
 Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau
prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien:
- Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang
identitas pasien.
- Ada 2 identitas yaitu menggunakan “nama” dan “tanggal lahir”
yang disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.
- Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU dan kamar operasi dengan
tetap memperhatikan data pada gelang identitas pasien.
Gelang identifikasi yang digunakan di rumah sakit:
- Pasien laki-laki  : BIRU MUDA
- Pasien perempuan: MERAH MUDA
- Gelang pasien risiko jatuh : KUNING
- Gelang alergi : MERAH
- Gelang Ibu hamil : MERAH MUDA dan sesuai dengan jumlah
dan jenis kelamin anak yang dilahirkan
b. Kajian Data

95
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Ruang
Flamboyan untuk mengidentifikasi pasien dengan pemberian gelang
belum semuanya dilakukan. Observasi yang dilakukan selama 3 hari
dari tanggal 23 - 25 Juli 2015, identifikasi pasien di Ruang
Flamboyan RSUD Banyumas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.29
Identifikasi Pasien Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

Variabel Observasi
31-02-2017 1-02-2017 2-02-2017
No Ya Tidak Ya Tida Ya Tida
k k
1. Pemberian gelang identitas 10 0 10 0 10 0
pasien mulai dari pasien masuk
2. Penjelasan tentang manfaat 10 0 10 0 10 0
pemasangan gelang
3. Identitas pasien sesuai dengan 10 0 10 0 10 0
nama, tanggal lahir dan nomor
rekam medik pasien
4. Memasang gelang pasien pada 10 0 10 0 10 0
tangan yang tidak terpasang alat
5. Pemberian gelang identitas 10 0 10 0 10 0
sesuai jenis kelamin,
Laki-laki = biru
Perempuan = pink
6. Periksa identitas sebelum 10 0 10 0 10 0
memberikan obat kepada pasien
7 Periksa identitas sebelum 10 0 10 0 10 0
melakukan tindakan operasi
pada pasien
8 Periksa identitas sebelum 10 0 10 0 10 0
memberikan transfusi darah dan
produk darah lainnya
9 Periksa identitas sebelum 10 0 10 0 10 0
mengambil sampel darah pasien
10 Memastikan identitas pasien 10 0 10 0 10 0
sebelum pasien dipulangkan
Jumlah 100 0 100 0 100 0
Total Ya = 300
Tidak= 0
Prosentase Ya = 100 % Tidak = 0 %

96
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:
Setelah dilakukan observasi selama 3 hari, didapatkan
prosentase pasien yang telah teridentifikasi sebesar 100 %. Dalam
hasil prosentase ini dikategorikan dalam kategori baik sesuai dengan
SPO yang ada di ruang Flamboyan.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


a. Kajian Teori
Menurut Darwin (2002), komunikasi merupakan suatu
pertukaran informasi antara 2 belah pihak. Komunikasi
memungkinkan seseorang mengetahui suatu informasi yang penting.
Dalam proses komunikasi antara pemberi informasi dan penerima
informasi haruslahberkesinambungan sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam penyampaian dan penerimaan informasi. Menurut Potter and
Perry (1993), dalam suatu rumah sakit komunikasi sangat perlu untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan tindakan kepada
pasien. Komunikasi yang baik dan berkesinambungan akan
menciptakan komunikasi yang efektif. Penerapan komunikasi yang
efektif meningkatkan keselamatan pasien. Suatu komunikasi yang
tidak efektif adalah hal paling sering disebutkan sebagai penyebab
dalam kasus – kasus tertentu. Suatu komunikasi harus tepat pada
waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh penerima
informasi. Penelitian menunjukkan bahwa menanggapi hasil yang
penting dapat mempengaruhi secara negatif hasil akhir.
Menerapkan sebuah proses/prosedur untuk perintah yang
disampaikan melalui telpon (lisan), atau penyampaian hasil uji klinis
penting, yang harus diverifikasi dengan “mengulang” selengkap-
lengkapnya perintah ataupun hasil, uji klinis yang diterima, yang

97
harus dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut (Riffai,
Fiet H.Zal, 2004).
Berdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No.
1691 Tahun 2010 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 setiap rumah sakit wajib
mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran
keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
dan pengurangan risiko pasien jatuh.
Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari
layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif. Menghindari
risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien dan
meningkatkan kesinambungan perawat dan pengobatan maka
diharuskan menerapkan komunikasi efektif.
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan
agar rumah sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas dan dapat dipahami penerima. Hal itu untuk
mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan
pasien.
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan
pasien (patient safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh
penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.
a) Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif:
 Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan.

98
 Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat
yang ada.
 Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi
kebutuhan klien.
b) Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif:
 Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tidak efektif.
 Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga.
 Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan.
 Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta
memberikan pendidikan kesehatan.
c) Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah:
 Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas,
sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
 Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
 Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus
sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi.
 Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan
alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima
informasi cepat tanggap.
 Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
berkaitan dengan tata krama dan etika. Artinya dalam
berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang

99
diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi  SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat
melakukan handover ke pasien.  Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan
berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara
efektif untukmeningkatkan serah terima antara shift atau antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota
tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
 Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien.
 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.
Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan agar dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan
dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik.
Sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
 Situation: Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

100
 Background: Apa latar belakang informasi klinis yang
berhubungan dengan situasi?
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium: tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil
tes sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru
 Assessment: berbagai hasil penilaian klinis perawat
- Apa temuan klinis?
- Apa analisis dan pertimbangan perawat?
- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
 Recommendation: apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
- Apa tindakan/rekomendasi yang diperlukan untuk
memperbaiki masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki
kondisi pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan:
 Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
 Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang
berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
 Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
 Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini &
hasil pengkajian perawat shift sebelumnya.
 Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana
perawat harian.
b. Kajian Data
Tabel 2.30

101
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Di Ruang FlamboyanPeriode 31 Januari- 2 Febuari 2017
No. Variabel Observasi
31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Berbicara 6 0 6 0 6 0
dengan jelas
saat
berkomunikasi
melalui telepon
mengucapkan
nama,salam,dan
tujuan.
2. Menggunakan 6 0 6 0 6 0
bahasa yang
mudah
dimengerti dan
dipahami
penerima
informasi
3. Melaporkan 6 0 6 0 6 0
dengan
informasi atau
keadaan pasien
sesuai dengan
kenyataan yang
sebenarnya
4. informasi yang 6 0 6 0 6 0
disampaikan
harus sesuai
dengan keadaan
dan lingkungan
dimana
komunikasi itu
terjadi
5. Berkomunikasi 0 6 0 6 0 6
dengan bahasa
dan informasi
yang akan
disajikan harus
sesuai alur atau
sistematika
yang jelas,
sehingga pihak

102
yang menerima
informasi cepat
tanggap
6. Mengulang 0 6 0 6 0 6
penjelasan atau
perintah dari
pemberi
informasi yang
telah diterima
7. Mencatat 6 0 6 0 6 0
informasi yang
diterima dari
hasil komunkasi
dengan metode
SBAR
8. Mendelegasikan 6 0 6 0 6 0
perintah dari
penerima
informasi
kepada perawat
lain dengan
jelas dan tepat
Jumlah 36 12 36 12 36 12
Total Ya =108 Tidak = 36
Prosentase Ya = 75% Tidak = 25%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:
Selama observasi, komunikasi yang efektif sudah baik. Perawat
melaksanakan tindakan sesuai dengan perintah yang didapat. Di Ruang
Flamboyan perintah/instruksi tindakan selalu dilakukan oleh perawat
yang bertugas.Berdasarkan observasi didapatkan prosentase penerapan
komunikasi yang efektif adalah 75% %. Ini menunjukkan bahwa perawat
di Ruang Flamboyan sudah dengan baik melakukan komunikasi yang
efektif. Akan tetapi masih perlu di tingkatkan dalam menyampaikan
komunikasi efektif yang sesuai alur dalam menerima telefon.

3. Meningkatkan Keamanan Pemberian Obat-Obatan


a. Kajian Teori

103
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak
sekedar memberikan obat untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui
pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek
samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan
setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain (Depkes RI 1996).
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan dosis
obat yang diberikan dengan menggunakan prinsip 7 benar. Begitu
banyaknya pasien yang berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas
kesehatan dari berbagai disiplin ilmu dan begitu banyaknya prosedur
tindakan, memungkinkan dalam pemberian pengobatan untuk mencegah
berbagai hal yang tidak di inginkan, diperlukan beberapa cara, yaitu :
 Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Look Alike
Sound Alike (LASA) atau istilah Indonesianya nama obat rupa
ucapan dan mirip (NORUM).
 Menerapkan double check dan countersign setiap distribusi dan
pemberian obat.
 Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
 Perhatikan prinsip 7 benar dalam pemberian obat, yaitu: benar obat,
benar dosis, benar waktu pemberian obat, benar cara dan tepat
pemberian (route), benar pasien dan benar dokumentasi.

b. Kajian Data
Observasi yang kami lakukan menggunakan instrumen untuk
mengetahui penerapan pasien safety terkait dengan ketepatan pemberian

104
obat di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.31
Pemberian Obat Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017
N=3
No Variabel Observasi
31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Tersedianya loker pemisahan antar obat 1 0 1 0 1 0
pasien.
2. Pemberian label nama pasien dan dosis 1 0 1 0 1 0
pada obat pasien.
3. Pemisah obat norum (nama obat, rupa 1 0 1 0 1 0
dan ucapan mirip)
4. Penyimpanan obat sesuai indikasi tempat 0 1 0 1 0 1
penyimpanan
5. Tersedia obat emergency. 1 0 1 0 1 0
6. Penyimpanan obat emergency.
a. Tempat penyimpanan terkunci 1 0 1 0 1 0
b. Jauh dari tempat pasien. 1 0 1 0 1 0
c. Memiliki daftar obat dan jumlah 1 0 1 0 1 0
obat-obat emergency.
7. 7 benar dalam pemberian obat
a. Benar obat 1 0 1 0 1 0

b. Dosis 1 0 1 0 1 0

c. Waktu 1 0 1 0 1 0

d. Cara 1 0 1 0 1 0

e. Pasien 1 0 1 0 1 0

f. Evaluasi 1 0 1 0 1 0

g. Dokumentasi 1 0 1 0 1 0

8. Pemberian nama obat, drip pada botol 0 1 0 1 0 1


infus, jumlah kol tranfusif, jumlah tetesan
dan tanggal pemasangan.
9 Menjelaskan manfaat obat yang diberikan 1 0 1 0 1 0
pada pasien.
10 Perawat menjelaskan efek samping 1 0 1 0 1 0
pemberian obat yang telah diberikan
kepada pasien.

105
Jumlah 16 2 16 2 16 2
Total Ya = 48 Tidak = 6
Persentase Ya = 88,9 % Tidak = 11,1 %
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ketepatan pemberian
obat di Ruang Flamboyan sudah masuk dalam kategori baik dengan
prosentase 88,9 %. Namun ada dua bagian dalam instrumen yang perlu
ditingkatkan yaitu penyimpanan obat sesuai indikasi tempat
penyimpanan dan pemberian nama obat, drip pada botol infus, jumlah
kolf, jumlah tetesan serta tanggal pemasangan. Hal ini perlu diperhatikan
agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat yang dapat merugikan
pasien apabila terdapat respon yang buruk pada tubuh pasien ketika
selesai diberikan obat.

4. Memastikan Lokasi, Prosedur dan Pasien Pembedahan Yang Benar


a. Kajian Teori
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
(Smeltzer and Bare, 2002). Dalam melakukan pelayanan kesehatan
rumah sakit memiliki kebijakan dan prosedur pembedahan yang
memastikan benar lokasi, benar prosedur, dan benar pasien. Preoperatif
adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi (Smeltzer and Bare, 2002).
Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung
yang dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut
termasuk terapi yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis
keperawatan, pengobatan yang dilakukan dokter berdasarkan diagnosis
medis dan melakukan fungsi penting sehari-hari untuk klien yang tidak
dapat melakukannya (Mc. Closkey dan Bulechek, 1992) yang dikutip
Barbara J. G (2008).

106
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan
suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan
yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada
saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-
tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan
outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna
(Rothrock, 1999). Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan
dan kesuksesan suatu operasi.
Untuk memastikan prosedur yang benar saat dilakukan
pembedahan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Penandaan lokasi yang akan dioperasi
Penandaan lokasi pembedahan melibatkan pasien dan dilakukan
dengan tanda yang mudah dan langsung dikenali, tanda itu :
 Harus konsisten dilakukan semua rumah sakit
 Harus dibuat oleh mereka yang melaksanakan prosedur
 Harus dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sadar
dan terjaga jika memungkinkan
 Harus terlihat setelah pasien dipersiapkan
 Dalam semua kasus yang melibatkan kelateralan, struktur
ganda (jari, jari kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang
belakang) lokasi pembedahan harus ditandai
2. Proses verifikasi sebelum dioperasi
Tujuan verifikasi adalah :
 Memastikan benar lokasi, benar prosedur dan benar pasien

107
 Memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan
penyelidikan yang relevan telah tersedia, sudah diberi label
dan ditampilakan, serta
 Memastikan tersedianya peralatan khusus atau omplan yang
diperlukan
3. Time out yang dilakukan sesaat sebelum
prosedur dimulai
 Time out memungkinkan semua pertanyaan yang belum
terjawab atau ketidakjelasan diselesaikan
 Time out dilakukan di lokasi tempat prosedur yang akan
dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur dan melibatkan
seluruh tim operasi
 Rumah sakit menentukan bagaimana proses time out
didokumentasikan
b. Kajian Data
Analisa:
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama 3 hari periode 31 Januari –
2 Februari 2017 tidak ada pasien yang di programkan untuk operasi.

5. Mengurangi Resiko Jatuh


a. Kajian Teori
Resiko jatuh menjadi salah satu bagian besar dari penyebab
cideranya pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Melakukan edukasi
pada pasien, keluarga dan staf menjadi bagian yang penting dalam upaya
menjaga tingkat kesadaran dan mengurangi resiko jatuh pasien.
Paradigma baru Enterprise Risk Management (ERM) yang
mendasari manajemen resiko rumah sakit yaitu suatu kerangka kerja dan
kerangka berfikir manajemen finansial, manajemen operasional dan
manajemen strategis yang fokus pada identifikasi, pengelolaan dan
pemanfaatan berbagai resiko di rumah sakit, sehingga rumah sakit
memperoleh keuntungan yang kompetitif.

108
b. Kajian Data
Tabel 2.33
Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Di Ruang Flamboyan
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

Pasien
No Tingkat Resiko Skor FL1 FL2 FL3 FL4 FL5
1. Riwayat jatuh dan 25 0 0 0 0 0
kejang 3 bulan
terakhir
2. Diagnosis medis 15 15 15 0 15 0
>1
3. Alat bantu jalan : 0
- Bed rest/dibantu 0 0 0 0 0
perawat
- Penopang, 15 0 0 0 0 15
tongkat/walker

Furniture 30 0 0 0 0 0
4. Memakai terapi 20 20 20 20 20 20
heparin lock/iv
5. Cara berjalan/
berpindah:
- Normal/bed 0 0 0 0 0 0
rest/imobilisas
- Lemah 10 10 0 10 0 10
Terganggu 20 0 0 0 0 0
6. Status mental :
- Orientasi 0 0 0 0 0 0
kemampuan diri
- Lupa 15 0 0 0 0 0
keterbatasan diri
Total 45 35 30 35 45
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017
Pasien
No Tingkat Resiko Skor FL6 FL7 FL8 FL9 FL10
1. Riwayat jatuh dan 25 25 0 0 0 0
kejang 3 bulan
terakhir
2. Diagnosis medis 15 0 15 15 15 0
>1
3. Alat bantu jalan :
- Bed rest/dibantu 0 0 0 0 0

109
perawat
- Penopang, 15 15 15 0 0 0
tongkat/walker
- Furniture 30 0 0 0 0
4. Memakai terapi 20 20 20 20 20 20
heparin lock/iv
5. Cara berjalan/
berpindah:
- Normal/bed 0 0 0 0 0 0
rest/imobilisasi
- Lemah 15 0 10 0 0 10
- Terganggu 30 20 0 0 0 0
6. Status mental :
- Orientasi 0 0 0 0 0 0
kemampuan diri
- Lupa 15 0 0 0 0 0
keterbatasan diri
Total 80 60 35 35 30
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Keterangan:
- Resiko rendah (0-24)
- Resiko sedang (25-55)
- Resiko tinggi (≥51)

Analisa :
Berdasarkan skoring yang dilakukan saat observasi didapatkan
hasil pasien yang resiko jatuh kategori tinggi sebanyak 2 pasien dari 10
pasien dan resiko jatuh kategori sedang sebanyak 8 pasien dari 10
pasien.
Tabel 2.34
Resiko Jatuh Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017
No Pernyataan Obswervasi
31-02-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Perawat mengerti tentang pengkajian resiko 10 0 10 0 10 0
jatuh menggunakan ampty dumty untuk
anak-anak dan “Morse Scale” untuk
dewasa

110
2. Perawat sudah pernah melakukan 10 0 10 0 10 0
pengidentifikasian resiko jatuh
3. Perawat mau mengaplikasikan kembali 6 4 6 4 6 4
pengidentifikasian resiko jatuh
4. Perawat sudah menjelaskan tentang resiko 3 7 3 7 3 7
jatuh kepada pasien
5. Perawat sudah menangani pasien dengan 7 3 7 3 7 3
benar terkait dengan resiko jatuh
6. Perawat sudah memasang label atau tanda 0 10 0 10 0 10
resiko jatuh pada pasien
7. Penilaian resiko jatuh dengan lembar 10 0 10 0 10 0
penilaian resiko jatuh ”Morse Scale“ untuk
dewasa
8. Perawat memasang side rel 10 0 10 0 10 0
9. Perawat mengunci roda bed 10 0 10 0 10 0
Jumlah 66 24 66 24 66 24
Total Ya= 198 Tidak= 72
Prosentase Total Ya= 73,3 % 26,7 %
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017
c. Analisa:
Berdasarkan hasil observasi morse scale terdapat pasien dengan
resiko jatuh kategori tinggi sebanyak 2 pasien dan pasien dengan resiko
jatuh kategori sedang sebanyak 8 pasien dan diketahui bahwa
penatalaksanaan pencegahan resiko jatuh di Ruang Flamboyan mencapai
prosentase 73,3% dengan kategori sedang, hal ini menunjukkan
penerapan untuk pencegahan resiko jatuh di ruang Flamboyan masih
belum dilakukan oleh perawat di ruangan, perawat perlu mengidentifikasi
semua pasien terkait resiko jatuh, mengaplikasikan “fall code” atau label
jatuh dan menjelaskan tentang resiko jatuh pada semua pasien yang ada.

6. Pengurangan Infeksi Nosokomial


a. Kajian Teori
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit
adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams &
Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen
penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams &

111
Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi
nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien
yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu
kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven
Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).
Dalam Pengendalian dan pencegahan Infeksi Pencegahan
Pengendalian Infeksi Terdiri dari 2 lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan Standar ditujukan kepada semua pasien tanpa
memandang apakah infeksi atau tidak, waspada terhadap darah dan
cairan tubuh, sekresi, ekskresi, kecuali keringat, gunakan APD jika
tindakan terkena atau memungkinkan terkena darah, cairan,
sekresi,ekskresi.Kewaspadaan Standar meliputi:
 Kebersihan tangan
 Penggunaan APD (sarung tangan,masker, pelindungmata
/wajah,gaun/apron)
 Peralatan perawatan pasien
 Pengendalian lingkungan
 Penanganan limbah
 Penempatan pasien
 Penanganan linen
 Penyuntikan yang aman
 Etika Batuk
 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
b. Kajian Data
Tabel 2.35
Kebersihan Tangan Di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No Variabel Nilai
Ya Tidak
1. Perawat dapat melakukan cuci tangan 6 langkah
dengan benar

112
a. Usap kedua telapak tangan kita merata 10 0
b. Usap kedua punggung tangan merata 10 0
c. Bersihkan sela-sela jari 10 0
d. Gosok kedua punggung jari bergantian 10 0
e. Bersihkan kedua ibu jari bergantian 10 0
f. Bersihkan kedua ujung-ujung jari 10 0
bergantian
Total 100 % 0%
2. Perawat dapat melakukan 5 moment cuci tangan
1. Sebelum kontak dengan pasien 5 5
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik 7 3
3. Sesudah terkena cairan tubuh 10 0
4. Sesudah melakukan tindakan 10 0
5. Sedudah terpajan lingkungan pasien 10 0
Total 80 % 20 %
3. Handuk kecil untuk mengelap tangan tersedia 10 0
cukup banyak dan digunakan satu kali pemakaian
4. Perawat menjelaskan langkah cuci tangan kepada 10 0
pasien dan keluarga pasien
5. Handsrub tersedia 10 0
6. Tersedia handuk di ke empat wastafel 10 0
7. Tersedia sabun pencuci tangan di ke tempat 10 0
wastafel
Total 100 % 0%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa:
Setelah dilakukan observasi di Ruang Flamboyan RSUD
Banyumas mengenai resiko infeksi nosokomial berkaitan dengan
kebersihan tangan didapatkan prosentase dari cuci tangan 6 langkah
dengan benar 100 % dan melakukan 5 momen cuci tangan 80 %. Alat
yang tersedia untuk melakukan kebersihan tangan 100 %. Perawat
Flamboyan sudah melakukan dengan kategori baik namun perlu di
tingkatkan kembali dalam memperhatikan 5 moment kebersihan tangan.
2.2.3. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
2.2.3.1 Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi dengan Kewaspadaan
Standar
Tabel 2.36
Penilaian Untuk Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Ruang Flamboyan

113
RSUD Banyumas Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No Jenis Indikator Observasi %


Monitoring 31-01-2017 1-02-2017 2-02-2017
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kebersihan 1. Tersedianya wastafel 0 1 0 1 0 1
Tangan dan sabun di ruang
perawat dan kamar
pasien
2. Tersedianya sarana air 0 1 0 1 0 1
mengalir untuk
mencuci tangan
3. Tersediaanya handuk 1 0 1 0 1 0
bersih untuk
mengeringkan tangan
4. Tersedianya poster tentang cara 6 langkah mencuci tangan
a. Usap kedua telapak 1 0 1 0 1 0
tangan kita merata
b. Usap kedua 1 0 1 0 1 0
punggung tangan
merata
c. Bersihkan sela-sela 1 0 1 0 1 0
jari
d. Gosok kedua 1 0 1 0 1 0
punggung jari
bergantian
e. Bersihkan kedua ibu 1 0 1 0 1 0
jari bergantian
f. Bersihkan kedua 1 0 1 0 1 0
ujung-ujung jari
bergantian
5. Tersedianya handrub 1 0 1 0 1 0
di ruangan
6. Kepatuhan perawat menerapkan 5 moment
a. Sebelum kontak 0 1 0 1 0 1
dengan pasien
b. Sebelum tindakan 0 1 0 1 0 1
aseptik
c. Sesudah 1 0 1 0 1 0
bersentuhan dengan
cairan tubuh pasien
d. Sesudah 1 0 1 0 1 0
bersentuhan dengan
pasien
e. Sesudah terkena 1 0 1 0 1 0

114
lingkungan pasien
7. Bila tangan kotor , 1 0 1 0 1 0
cuci dengan
sabun/antiseptik di air
mengalir
8. Bila tangan tak 1 0 1 0 1 0
tampak kotor ,
bersihkan dengan
gosok cairan berbasis
alkohol
Total 13 4 13 4 13 4 81%

2. Penggunaan 1. Tersedianya alat 1 0 1 0 1 0


APD APD sebagai masker,
topi, sarung
tangan,pelindung
wajah, sepatu yang
dapat digunakan
petugas maupun
pasien untuk
melindungi diri dari
kontaminasi penyakit
infeksi.
2. Digunakan sesuai 1 0 1 0 1 0
indikasi
3. Melepas APD jika 1 0 1 0 1 0
sudah selesai
tindakan/ digunakan
4. Adanya tromol atau 1 0 1 0 1 0
tempat untuk
penyimpanan APD
5. Menggunakan APD dengan sekali pakai
c. Masker 1 0 1 0 1 0
d. Sarung tangan 1 0 1 0 1 0
Total 6 0 6 0 6 0 100%

3. Penanganan Membuang limbah 1 0 1 0 1 0


Limbah infeksius plastik kuning
untuk Limbah padat
infeksius dan ke kantong
plastik hitam untuk
limbah padat non
infeksius
Membuang limbah benda 1 0 1 0 1 0
tajam ke tempat yang
tidak tembus dan tahan

115
air
Membuang limbah 1 0 1 0 1 0
ditempat limbah yang
mempunyai injakan
Adanya tempat sampah 1 0 1 0 1 0
yang yang dibuka dengan
injakan kaki
Pemakaian jarum suntik 1 0 1 0 1 0
secara disposable
Total 5 0 5 0 5 0 100%

4. Pengendalia Udara bersih, sistem 1 0 1 0 1 0


n ventilasi baik
Lingkungan Penyediaan air bersih 1 0 1 0 1 0

Permukaan lingkungan 1 0 1 0 1 0
bersih
Penataan peralatan 1 0 1 0 1 0
sedemikian
Tidak ada binatang di 0 1 0 1 0 1
dalam ruangan
Total 4 1 4 1 4 1 80%

5. Peralatan Tersedianya peralatan 1 0 1 0 1 0


Perawatan non kritikal
Pasien Tersedianya perawalatan 1 0 1 0 1 0
semikritikal
Tersedianya peralatan 1 0 1 0 1 0
kritikal
Total 3 0 3 0 3 0 100%

6. Penanganan Adanya lemari 1 0 1 0 1 0


Linen penyimpanan linen yang
bersih dan tertutup
Pengelompokakan linen 1 0 1 0 1 0
yang bersih dan kotor
Adanya troly linen untuk 1 0 1 0 1 0
memisahkan antara linen
kotor dan bersih
Adanya 0 1 0 1 0 1
pengelompokkan linen
kotor yang ternoda darah
dan yang tidak ternoda
darah

116
Tidak ada linen kotor di 1 0 1 0 1 0
lantai
Persediaan linen sesuai 1 0 1 0 1 0
kebutuhan
Total 5 1 5 1 5 1 83,3%

7. Penempatan Pasien infeksius di ruang 1 0 1 0 1 0


pasien terpisah,beri jarak >1 m
Adanya kohorting bila 1 0 1 0 1 0
tidak memungkinkan
bila kedua-dua nya tidak
memungkinkan
konsultasi dengan
petugas PPIRS
Dilakukannya tindakan 1 0 1 0 1 0
kewaspadaan sesuai cara
transmisi penyebab
infeksi
Dilakukannya pemisahan 1 0 1 0 1 0
pasien yang tidak dapat
menjaga kebersihan
lingkungannya
Total 4 0 1 0 1 0 100%

8 Penyuntikan 1. pengguna 1 0 1 0 1 0
yang aman an spuit,(one needle,
one shoot, one time)
2. pengguna 1 0 1 0 1 0
aan bak instrumen
jika memberikan
suntikan
a. label 1 0 1 0 1 0

b. recaping 1 0 1 0 1 0

7 benar obat
a) Benar obat 1 0 1 0 1 0

b) Benar indikasi 1 0 1 0 1 0

c) Benar pasien 1 0 1 0 1 0

d) Benar rute 1 0 1 0 1 0

e) Benar dosis 1 0 1 0 1 0

117
f) Evalusi 1 0 1 0 1 0

g) Dokumentasi 1 0 1 0 1 0

Alat
- Bak injeksi 1 0 1 0 1 0

- Alkohol swab 1 0 1 0 1 0

- Spuit berisi obat 1 0 1 0 1 0

- Jarum no 26 0 1 0 1 0 1

- Bengkok 0 1 0 1 0 1

- Pengalas 0 1 0 1 0 1

- Sarung tangan 1 0 1 0 1 0
bukan keranjang plastik
berubang-lubang
3. pemberian 1 0 1 0 1 0
suntikan dengan
teknik aseptik dan
antiseptik
Total 16 3 16 3 16 3 84,2%

9 Etika batuk Apakah anda menutup 1 0 1 0 1 0


hidung dan mulut dengan
tissue/sapu tangan/lengan
baju anda ketika batuk?
Apakah pengunjung 0 1 0 1 0 1
sudah mendapat
sosialisasi tentang etika
batuk?
Apakah anda membuang 1 0 1 0 1 0
tissue yang sudah di
pakai ketempat sampah
Apakah anda menuci 1 0 1 0 1 0
tangan dengan
menggunakan air bersih
dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alcohol
Apakah anda 1 0 1 0 1 0
menggunakan masker
ketika batuk saat di
tempat umum

118
4 1 4 1 4 1 80%

Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa:
Berdasarkan hasil dari observasi yang didapatkan bahwa pencegahan
dan pengelolaan infeksi di Ruang Flamboyan, sudah termasuk dalam kategori
baik dengan prosentase keseluruhan rata-rata 89,8%. Hal ini harus tetap
dipertahankan dan harus ditingkatkan lagi oleh para perawat di ruangan
flamboyan agar para pasien yang dirawat inap di ruangan terhindar dari resiko
infeksi penyakit yang menular, Para perawat juga harus mengajarkan 6 langkah
cuci tangan dan etika batuk pada pasien dan keluarga pasien agar pasien dan
keluarga dapat mengetahui cara untuk pencegahan dan memutuskan rantai
penularan infeksi penyakit, dan perawat harus menjaga kebersihan lingkungan
khususnya area ruangan flamboyan agar lingkungan disekitar tetap terjaga
kebersihan dan kerapiannya supaya tidak ada area yang kotor yang akan
membuat bakteri dan organisme mudah berkembangbiak karena hal ini akan
mempermudah dalam penularan penyakit. Para Perawat juga perlu membuat
tempat penampungan untuk pengelompokkan linen kotor yang ternoda darah
dan yang tidak ternoda darah karena hal ini juga akan memicu pertumbuhan
microorganisme penyebab penyakit.

2.3.4. Proses Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)


a. Kajian Teori
1) Pengertian
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) adalah sebuah pernyataan
yang menunjukkan tingkat kinerja yang diinginkan dalam melakukan
asuhan keperawatan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat
dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien/ klien yang diberikan oleh perawat. Hubungan antara kualitas dan
standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar

119
dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk
(Wilkinson,2006).

2) Tujuan
Tujuan ditetapkannya standar asuhan keperawatan diantaranya yaitu :
- Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
dan meningkatkan motivasi perawat terrhadap pencapaian tugas.
- Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
perawat yang tidak penting atau tidak tepat terhadap kebutuhan pasien.
- Memberikan landasan untuk mengantisipasi suatu hasil yang tidak
memenuhi standar asuhan keperawatan ataas kelalaian petugas
keperawatan (Sitorus, 2006).
 Manfaat SAK
- Dalam praktek klinik, memberikan serangkaian kondisi untuk
mengevaluasi mutu asuhan keperawatan dan juga merupakan alat
pengukur mutu penampilan kerja perawat yang sangat diperlukan
sebagai umpan balik dalam meningkatkan penampilan kerja
perawat.
- Dalam administrasi pelayanan keperawatan, sangat penting dalam
perencanaan pola ketenagaan, progam pengembangan staf dan
mengidentifikasi isi dari progam pelatihan.
- Dalam pendidikan keperawatan, standar sangat menbantu
pendidikan keperawatan dalam merencanakan kurikulum.
- Sebagai area riset dan penelitian keperawatan dengan temuan
yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
asuhan keperawatan.
- Dalam sistem pelayanan kesehatan secara umum, perawat dapat
menggunakan standar untuk mengkomunikasikan inti asuhan
keperawatan kepada konsumen dan profesi kesehatan yang lain
(Depkes RI, 2005).

120
 Indikator Standar Asuhan Keperawatan
Indikator standar asuhan keperawatan, menurut Depkes
(2010) sebagai berikut :
- Standar I - Pengkajian Keperawatan
Berupa data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan,
sehingga data dalam pengkajian harus bermanfaat bagi semua
anggota Tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan data.
- Standar II - Diagnopsa Keperawatan
Yaitu respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data
status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma fungsi kehidupan pasien dan komponennya terdiri dari
masalah, penyebab dan gejala/tanda, bersifat aktual dan
potensial dan dapat ditanggulangi oleh perawat. Diagnosa
keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh tenaga
profesional yang menggambarkan tanda dan gejala menunjuk
kepada masalah kesehatan yang dirasakan pasien.
- Standar III - Perencanaan Keperawatan
Standar ini disusun berdasarkan diagnosa keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan.
- Standar IV - Intervensi Keperawatan
Berupa pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, peme;iharaan
serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga
serta berorientasi pada 14 komponen keperawatan.
- Standar V - Evaluasi Keperawatan

121
Dilakukan secara periodik sistematis dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Menentukan keberhasilan
tindakan keperawatan dan kebutuhan akan perubahan rencana
perawatan meliputi: pengumpulan data pengkajian,
membandingkan perilaku pasien yang diharapkan dengan
kenyataan, melakukan evaluasi bersama pasien, keluarga dan
bersama tim kesehatan lainnya, mengidentifikasi perubahan
yang dibutuhkan dalam menentukan tujuan dan rencana
keperawatan.
- Standar VI - Catatan Asuhan Keperawatan
Dilakukan secara individual oleh perawat selama pasien
dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan
dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan,
setiap mencatat harus mencantumkan inisial/paraf nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Kajian Data
Berdasarkan observasi yang dilakukan, penilaiaan Asuhan
Keperawatan di Ruang Arjuna RSU Banyumas kami sampaikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.37
Penilaian Asuhan Keperawatan Di Ruang Flamboyan RSU Banyumas
Periode 31 Januari- 2 Febuari 2017

No. Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pengkajian
1. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan 10 0
pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (Bio-psiko-sosial- 10 0
spiritual)
3. Data yang dikaji sejak pasien masuk 10 0
sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan 10 0
kesenjangan antara status kesehatan

122
dengan norma dan pola fungsi kehidupan
Prosentase 100% 0%
Diagnosa
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan 10 0
masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan mencerminkan PES 10 0
3. Merumuskan diagnosa keperawatan 10 0
aktual/potensial
Prosentase 100% 0%
Intervensi
1. Berdasarkan diagnosa keperawatan 10 0
2. Disusun menurut urutan prioritas 10 0
3. Rumusan tujuan mengandung komponen 10 0
pasien perubahan, perilaku, kondisi, pasien
atau criteria
4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan 10 0
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
5. Rencana tindakan menggambarkan 10 0
keterlibatan pasien/ keluarga
6. Rencana tinadakan menggambarkan kerja 10 0
sama, dengan tim kesehatan lain
Prosentase 100% 0%
Implementasi
1. Tindakan dilaksanakan mengacu pada 10 0
rencana tindakan
2. Perawat mengobservasi respon pasien 10 0
terhadap tindakan keperawatan
3. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 10 0
4. Semua tindakan yang telah dilaksanakan 10 0
dicatat ringkas dan jelas
Prosentase 100% 0%
Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan 10 0
2. Hasil evaluasi dicatat 10 0
Prosentase 100% 0%
Catatan Asuhan Keperawatan
1. Menulis pada format yang baku 10 0
2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan 10 0
tindakan yang dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis denga jelas, ringkas, 10 3
istilah yang baku dan benar
4. Setiap melakukan tindakan , perawat 10 0
mencantumkan paraf/ nama jelas dan
tanggal jika dilakukannya tindakan
5. Berkas catatan keperawatan disimpan 10 0

123
sesuai dengan ketentuan yang baku
Prosentase 100% 0%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa:
Berdasarkan hasil observasi tentang asuhan keperawatan di ruang
Flamboyan sudah masuk dalam kategori baik dengan prosentase 100%
dan askep di ruang flamboyan sudah lengkap.

2.3.5 Kepuasan Pasien (Instrumen B)

a. Kajian Teori

Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap

mutu yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal 3

hari, bersedia mengisi kuisioner. Pada saat angket dibagikan,

pasien telah dibagikan penjelasan, apabila ada tindakan yang tidak

sesuai dengan keadaan pasien supaya diisikan kolom keterangan.

Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari

segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang

secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian.

Keempat aspek itu adalah seperti berikut:

a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan

Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana

suatu pelayanan kesehatan telah mencapai standar program

dan standar pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

 Kompetisi Teknis

124
Kompetisi teknis Terkait dengan ketrampilan,

kemampuan dan penampilan petugas, manager dan

staf pendukung. Kompetisi teknis berhubungan

dengan bagaiman cara petugas mengikuti standar

pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat

dipertanggung jawabkan atau diandalkan

(dependability), ketepatan (accurancy), ketahan uji

(reliability) dan konsistensi (concitency).

 Akses Terhadap Pelayanan

Hal ini berarti bahawa pelayanan kesehatan

tidak terhalang oleh keadaan georgrafis, sosial,

ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.

Akses geografis dapat diukur dengan jelas

transportasi, jarak, waktu perjalanan dan hambatan

fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi

berkaitan dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk

kenyamanan pasien, jam kerja klinik dan waktu

tunggu.

 Efektifitas

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari

efektifitas yang menyangkut norma pelayanan

125
kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar

yang ada.

 Hubungan Antar Manusia

Hubungan antar manusia berkaitan dengan

interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien,

manager, petugas dan antara tim kesehatan dengan

masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik akan

menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan

cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,

responsive, memberikan perhatian.

 Efisiensi

Pelayanan yang efisien akan memberikan

perhatian nyang optimal dari pada memaksimalkan

pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas

akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan

yang dimiliki

 Kelangsungan Pelayanan

Kelangsungan pelayanan berarti klien akan

menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan

(termasuk rujukan) tanpa interupsi.

b) Keamanan

c) Kenyamanan

126
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan

bersedianya kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh

pelayanan berikutnya.

Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal

penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang

puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila

pasien merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian

terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas

mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada

orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan

kepuasan pasien, rumah sakit harus menciptakan dan

mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih

banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga

kesehatan lainnya ditempat praktek (Yuwono, 2003).

Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang

berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap

aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam;

2011).

Kotler (dalam Nursalam; 2011) menyebutkan bahwa

kepuasan adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan antara persepsi atau

kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan

127
harapan-harapannya. Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono;

2007) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan merupakan

respon emosional terhadap pengalaman-pengalaman

berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai

ritel, 7m atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku

berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara

keseluruhan. Menurut Yamit (2002), kepuasan pelanggan

adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas penggunaan

produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang

diinginkan. Sedangkan Pohan (2007) menyebutkan bahwa

kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul

sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa

yang diharapkannya. Pendapat lain dari Endang (dalam

Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien merupakan evaluasi

atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa

pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau

melebihi harapan. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien

adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional

(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya

harapan atau keinginan dalam menggunakan dan menerima

pelayanan perawat.

128
d) Kepuasan Karyawan (Perawat)

Kepuasan kerja didefinisikan sebagai perbedaan

antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan

banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap

umum individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan

tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif

terhadap pekerjaan itu. Sedangkan seseorang yang tidak puas

dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif

terhadap pekerjaan itu (Robbins, 2001). Sementara kepuasan

menurut Oliver (1980) dalam Supranto (2001) adala tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/ hasil

yang dirasakannya dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan

merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang

dirasakan dengan harapan.

Faktor-faktor nilai yang intrinsik adalah keragaman,

pengawasan atas pekerjaan, relevansi tugas, umpan balik atas

hasil, dan pertumbuhan pribadi. Sedangkan Hasibuan (2001)

menyebutkan kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh

faktor-faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang

tepat sesuai dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan,

suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang

129
pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam

kepemimpinannya, dan sifat pekerjaan (monoton atau tidak).

b. Kajian Data

Tabel 2.38
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari – 2 Februari 2017
N=10

NO Hasil
Observasi
DAFTAR PERTANYAAN
YA TIDAK

1. Apakah perawatselalu memperkenalkan diri 10

2. Apakah perawat melarang anda/ pengunjung merokok. 10

3. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 10


makan anda/keluarga anda

4. Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam 10


hal makanan

5. Apakah perawat menanyakan/memperhatikan berapa 10


jumlah makanan dan minuman yang biasa anda atau
keluarga anda habiskan

6. Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan 10


sendiri apakah perawat membantu menyuapi

7. Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, apakah 10


perawat selalu memeriksa cairan/tetesannya dan area
sekitar pemasangan jarum infus

8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan 10


. buang air besar, apakah perawat menganjurkan makan
buah-buahan, sayuran, minum yang cukup dan banyak
bergerak.

9. Pada saat perawat membantu anda/keluarga anda 10


waktu buang air besar-buang air kecil, apakah perawat,
memasang selimut/sampiran, menutup pintu atau
jendela, mempersilahkan pengunjung keluar ruangan

10. Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga

130
kebersihannya dengan disapu dan di pel setiap hari 10

11. Apakah lantai kamar mandi/wc selalu : bersih, rapi, 10


tidak licin, tidak berbau, cukup terang

12. Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi 10


(dalam keadaan istirahat total) apakah dimandikan oleh
perawat

13. Apakah anda atau keluarga anda mampu : menggosok 10


gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut.

14. Apakah alat –alat tenun seperti seprei, selimut dll 10


diganti setiap kotor

15. Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat 10


dari : kurang bergerak, berbaring terlalu lama

16. Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit 10


apakah perawat memberikan penjelasan tentang
fasilitas yang tersedia dan cara penggunaanya,
peraturan/tata tertib yang berlaku dirumah sakit.

17. Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 10


perawat memanggil nama anda dengan benar

18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 10


perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada
pagi, sore maupun malam hari

19. Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 10


perawat segera memberi bantuan bila diperlukan

20. Apakah perawat bersikap : sopan, ramah 10

21. Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang 10


bertanggung jawab setiap pergantian dinas

22. Apakah perawat selalu memberikan penjelasan 10


sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan

23. Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 10


memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda

24. Dalam hal memberikan obat, apakah perawat 10


membantu menyiapkan/meminumkan obat

25. Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan 10


penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan

131
lanjutan setelah anda diperbolehkan pulang

TOTAL 250 0

PROSENTASE 100 0%
%

Sumber: Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKES St. Elisabeth 2017

c. Analisa:

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan

prosentase untuk kepuasan pasien adalah 100% yang menandakan

termasuk dalam kategori baik. Pasien dan keluarga yang dilakukan

wawancara dan observasi mengatakan bahwa mereka puas dan

merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat

diruang Flamboyan. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

berkaitan dengan aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit.

Aspek dalam teori ini yaitu sumber daya dan dimensi mutu

pelayanan, hasil pengkajian didapatkan bahwa perawat ruangan

mengikuti standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat

dipertanggung jawabkan, perawat yang bertugas ramah dan sopan

sehingga hubungan antara pasien/keluarga pasien dan perawat

sangat baik. Pasien dan keluarga mengatakan merasa nyaman dan

aman selama berada di ruangan Flamboyan RSUD Banyumas.

Perawat juga paham dengan kebutuhan dan keinginan pasien

sehingga pasien merasa sangat diperhatikan. Dari beberapa pasien

yang dilakukan pengkajian, ada sekitar setengah pasien yang sering

dirawat dan memilih diruangan Flamboyan RSUD Banyumas

132
karena merasa nyaman dengan petugas, ruangan dan pelayanan

yang diberikan.

Pihak ruangan diharapkan mempertahankan mutu pelayanan di

ruangan dan lebih meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga

kepuasan pasien tetap mencapai tingkat yang optimal.

e) Kepuasan Pegawai (Perawat)

Tabel 2.39
Pengukuran Kepuasan Kerja Karyawan Di Ruang Flamboyan
RSUD Banyumas Periode 31 Januari – 2 Februari 2017
N=11
No Pernyataan Observasi
Ya Tidak
1. Gaji Salary
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di 11
tempat saya bekerja
Gaji yang diterima sesuai dengan 11
pendidikan saya
2. Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi 10 1
lingkungan kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan 11
nyaman
3. Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah 7 4
sakit menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit 11
tidak merugikan karyawan
4. Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja 11
lebih memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini 11
menyenangkan

133
5. Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 11
Atasan membantu dalam permasalahan yang 11
menyangkut pekerjaan
6. Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 11
Saya mendapatkan pengakuan yang 11
selayaknya atas prestasi saya
7. Pengakuan
Saya sangat dihargai ditempat kerja 11
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja 11
saya
8. Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai 5 6
dengan job description
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya 11
selama jam kerja
9. Tanggung jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung 11
jawab dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab 11
atas pekerjaan yang diberikan kepada saya
10. Promosi/pengembangan karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang 11
sesuai untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai 11
dengan adil dengan memperhatikan masa
kerja, kinerja dan kemampuan.
Jumlah 209 11
Prosentase 95%
Sumber: Organization Of Nursing: Nursing and Ward Management 2003

Analisa:
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan
presentase untuk kepuasan kerja perawat dirumah sakit menunjukan
bahwa tingkat kepuasan perawat yang bekerja di ruang flamboyan
RSUD Banyumas adalah sebesar 95% yang berarti perawat puas
dengan hasil yang di dapatkan. Hal ini sudah sesuai dengan teori
tentang kepuasan kerja, yang menujuk pada sikap umum individu

134
teradap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja
tinggi yang menujukan sikap positif terhadap terhadap pekerjaan itu.
Sedangkan seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
menunjukan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu (Robis,2001 ).
Dari hasil observasi di atas menunujakan bahwa perawat puas
dengan pekerjaannya, suasana, lingkugan pekerjaan, peralatan yang
menunjang, menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan
dalam kepemimpinannya, dan sifat pekerjaan. Terdapat 5% untuk
prentase tidak, disebabkan karena ketidak sesuaian pekerjaan dengan
job description dan kondisi lingkugan kerja karena kurangnya tenaga
kebersihan dan tenaga keamanan sehingga perawat harus melakukan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan job descrition dan kondisi
lingkungan kerja.
Berdasarkan analisa diatas maka Rumah Sakit perlu
meningkatkan perhatian lagi terhadap kebersihan lingkingan rumah
sakit dan ruangan serta keamanan kerja perawat misalnya dengan
menambahkan tenaga kebersihan diruangan Flamboyan dan petugas
keamanan agar kinerja perawat bisa lebih meningkat lagi dalam
melakukan tugas dan kewajibannya.

2.3.5 Instrumen C
a. Kajian Teori
Instrumen C merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi tentang pedoman observasi tindakan keperawatan. Suatu
standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Standar operasional prosedur merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005).
Tujuan SOP antara lain :

135
- Petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
- Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
- Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait.
- Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
Di ruang Flamboyan RSUD Banyumas memiliki berbagai tindakan
keperawatan yang sering dilakukan sesuai dengan SPO yang ada
diruangan, dari hasil observasi tanggal 31 Januari – 2 Febuari 2017
didapatkan data sebagai berikuk :

Tabel 2.39 Penilaian Terhadap Tindakan ADMISSION CARE

Evaluasi
No Aspek Yang Dinilai
3/1/17 4/1/17 5/1/1
1/1/17 2/1/17
7
1 Keluarga pasien dijelaskan tentang X √ X √ √
jam besuk
2 Keluarga pasien dijelaskan tentang √ √ √ √ √
pintu masuk dan keluar yang
digunakan oleh pengunjung maupun
keluarga
3 Keluarga pasien dan pengunjung √ X X X √
dijelaskan tentang dipakainya alas
kaki di ruangan
4 Keluarga dan pengunjung dijelaskan √ √ √ √ √
untuk cuci tangan sesudah dan
sebelum kelingkungan pasien
5 Pasien dan keluarga diorientasikan X X X X X
pada lingkungan sekitar
6 Pasien dan keluarga diorientasikan √ √ √ √ √
pada fasilitas yang ada
7 Pasien dan keluarga dijelaskan dokter √ √ √ √ √
dan perawat penanggung jawab
8 Pasien dan keluarga dijelaskan √ √ √ √ √
kegunaan gelang identitas

136
9 Pasien dan keluarga dijelaskan √ √ √ √ √
tentang kartu jaga pasien
10 Pasien dan keluarga dijelaskan √ √ √ √ √
mengenai hak dan kewajiban pasien
11 Keluarga dan pengunjung dijelaskan √ X √ X √
untuk etika batuk
TOTAL 9 8 8 8 10
81,81% 72,72% 72,72% 72,72% 90,90%
Prosentase 78,17%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa :
Berdasarkan data diatas admission care menunjukkan prosentase 78.17%
dan dikategorikan baik. namun kelompok ingin menargetkan agar nilai admission
care naik menjadi 100% dilihat dari mutu pelayanan ruangan yang tinggi.
Tabel 2.40
Penilaian Terhadap Tindakan Pemberian Obat Oral
Periode 31 Januari- 2 febuari 2017

No Prosedur Observasi
Ya Tidak
1 Persiapan alat :
 meja atau baki 4 0
 obat-obatan yang diperlukan 4 0
dalam tempatnya
 kotak obat 4 0
 air minium dalam 4 0
tempatnya/ditempat pasien
 lap kerja atau tissue dalam 0 4
tempatnya
2  buku catatan sensus obat
yang dicantumkan :
- tanggal 4 0
- kode kamar 4 0
- jenis nama obat 4 0
- dosis obat 4 0
- jadwal pemberian obat 4 0
3 Jumlah obat sisa (setelah dibagi, 4 0
dihitung oleh petugas dinas malam
Prosentase 90,9 % 9,1%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa :

137
Berdasarkan data diatas penilaian terhadap tindakan pemberian obat oral
menunjukkan prosentase 90,9 % dan dikategorikan baik

Tabel 2.41
Penilaian Terhadap Tindakan Pemberian Terapi Melalui IV Bolus
Periode 31 Januari- 2 febuari 2017

No Prosedur Observasi
Ya Tidak
1 Memberikan penjelasan tentang 4 0
tindakan yang akan dilakukan,
kemudian cuci tangan.
2 Tentukan daerah yang akan disuntik, 4 0
kemudian lakukan pembendungan
dibagian atasnya. Selanjutnya
permukaan kulit didaerah tersebut
didesinfektan dengan kapas alkohol
dan ditegangkan.
3 Dekatkan bengkok ke bagian tubuh 4 0
yang akan disuntik.
4 Jarum disuntikkan dan dimasukkan 4 0
kedalam pembuluh darah dengan
lubang jarum menghadap keatas.
5 Maka darah akan mengarah ke dalam 4 0
spuit, selanjutnya pembendungan
dibuka dan obat dimasukkan secara
perlahan. Apabila tidak ada darah
yang masuk ke dalam spuit berarti
penyuntikkan perlu dipindahkan.
6 Setelah obat masuk semua, kemudian 4 0
jarum dicabut dan bekas tusukan
ditekan dengan kaas alkohol.
7 Perhatikan reaksi pasien setelah 4 0
penyuntikkan.
8 Setelah selesai semua alat-alat 4 0
dibereskan dan cuci tangan
Prosentase 100 % 0%
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa :

Berdasarkan data diatas penilaian terhadap penilaian terhadap


tindakan pemberian terapi melalui IV bolus menunjukkan prosentase

138
2.4 OUTPUT
2.4.1 Mutu Pelayanan
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan mulai dari instrumen A, B, dan
C di Ruang Flamboyan RSUD Banyumas 2017.

Tabel 2.53
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A, B, C)
Di Ruang Flamboyan Rsud Banyumas Periode 30 Januari- 2 Februari
2017

No Instrumen Tercapai Rata – rata


1 Instrumen A 100 %
2 Instrumen B 97,5 %
95, 2 %
3 Instrumen C 88,21 %
Sumber: Observasi Mahasiswa STIKES St. Elisabeth 2017

Analisa :
Dari hasil tabel diatas, Instrument Ruang Flamboyan termasuk
dalam kategori sangat baik, yaitu dengan persentase 95, 2 % yang sudah
sesuai dengan Arikunto 2006.

2.4.2 Efisiensi Ruang Rawat (BOR,LOS,TOI,BTO)


a. Kajian Teori
1. Bed Occupanpcy Rate (BOR) atau Tingkat penggunaan
tempat tidur.

139
Menurut Depkes RI (2015), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu di Unit
rawat inap. Standar nilai ideal menurut Barber Johnson untuk
BOR 70-85%. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter dari BOR ini idealnya antara 60-85%.

2. Average Length of Stay (Av LOS) atau Lama dirawat


Menurut Depkes RI (2015), AvLOS yaitu jumlah hari
kalender dimana pasien mendapat perawatan rawat inap di
rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap hingga
keluar dari rumah sakit. Nilai ideal untuk AvLOS adalah ±3-12
hari.

3. Bed Turn Over (BTO)


Menurut Depkes RI (2015), BTO yaitu rerata
jumlah pasien yang menggunakan setiap tempat tidur dalam
periode tertentu. Nilai BTO sangat membantu dalam menilai
tingkat penggunaan tempat tidur karena dalam dua periode
biasa diperoleh angka BOR yang sama tetapi angka BTO
berbeda. Nilai ideal Bed Turn Over (BTO) minimal 30 pasien
dalam periode 1 tahun. Dengan arti 1 tempat tidur diharapkan
digunakan 30 pasien dalam 1 tahun, berarti 1 pasien rata-rata
dirawat selama 12 hari.

140
4. Turn Over Interval (TOI)
Yaitu rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak
ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Nilai ideal
Turn Over Interval (TOI) 1-3 hari. Indikator ini juga
memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pada penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1
- 3 hari.

b. Kajian Data
Tabel 2.54
Efisiensi Ruang Flamboyan RSUD Banyumas 2017
Periode Oktober 2016 – Desember 2016

No Bulan BOR LOS TOI BTO


1. Oktober 80,65 % 5 1 6
2. November 92,12% 6 0 5
3. Desember 83,87% 5 1 7
Jumlah 256,64% 16 2 18
Rata-rata 85,54% 5,33 0,6 6
Standar 60-85% 3-12 1-3 12
Keterangan Ideal Ideal Ideal Tidak Ideal
Sumber : Data Rekam Medik Flamboyan RSUD Banyumas Tahun 2016

c. Analisa :
Jika dilihat dari BOR (Bed Turn Over) selama 3 bulan
terakhir, BOR ruang Flamboyan 85,54%. Hal ini menandakan
bahwa tingkat pemanfaatan dari tempat tidur di Ruang Flamboyan
termasuk dalam kategori ideal. Tempat tidur selalu terisi oleh
pasien.
Average Length of Stay (Av LOS) atau Lama dirawat
pasien di Ruang Flamboyan selama 3 bulan terakhir adalah 5,33
atau 6 hari, dimana dari ideal yang ditentukan Depkes RI berada di

141
kategori ideal. Karena lama hari perawatan juga tergantung dengan
kondisi pasien. Lama hari perawatan yang tidak ideal apabila
pasien tersebut menggunakan BPJS dapat meningkatkan efisiensi
biaya dan efektifitas dari target askep keperawatan.
Turn Over Interval (TOI) di ruang Flamboyan selama 3
bulan terakhir penggunaan tempat tidur termasuk dalam kategori
ideal, karena menurut teori tempat tidur dikosongkan 1-3 hari
lamanya, dan ini terbukti dari rata-rata penggosongan tempat tidur
0,6 %, atau 1 hari dan sehingga sesuai dengan nilai parameter
menurut Depkes RI 2002.
BTO (Bed Turn Over) atau frekuensi pemakaian tempat
tidur di Flamboyan selama 3 bulan terakhir adalah 6 kali dalam 3
bulan terakhir tidak ideal menurut Depkes RI dikarenakan lama
hari rawat pasien Ruang Flamboyan pada 3 bulan terakhir rata-rata
6 hari sedangkan menurut Depkes RI rata-rata standar dari BTO
adalah 12 hari dirawat.

142
BAB III

PERENCANAAN

1.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil fungsi pengkajian yang dilakukan oleh kelompok,
ditemukan 8 masalah yang haru di tindak lanjuti dari 20 identifikasi masalah
untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruangan Flamboyan RSUD Banyumas
diantaranya:
1. Belum optimalnya pelaksanaan Pre conference dengan prosentase
sebesar 82,9 %
2. Belum optimalnya pelaksanaan Post conference dengan prosentase
sebesar 33,3 %
3. Belum optimalnya komunikasi efektif dengan prosentase sebesar 75
%
4. Belum optimalnya kebersihan tangan dengan prosentase sebesar 81%
5. Belum optimalnya pengendalian infeksi etika batuk dengan prosentase
80%
6. Belum optimalnya penanganan linen dengan prosentase sebesar 83,3
%
7. Belum optimalnya admission care 88%
8. Belum optimalnya penanganan resiko jatuh dengan prosentase 73,3 %
1.2. Prioritas Masalah
C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan Sarana/ peralatan)

143
A : Kemudahan, masalah yang diatasi atau tidak diatasi. Kemudahan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan.
R :Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran seperti
keahlian/ kemampuan dan motivasi.
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas


adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.

Tabel 4.2
Prioritas Masalah berdasarkan Masalah-masalah yang ditemukan

Masalah C A R L Total Prioritas


1. Belum optimalnya pelaksanaan Pre conference 5 4 3 4 240 4
dengan prosentase sebesar 82,9 %
2. Belum optimalnya pelaksanaan Post conference 5 5 4 5 500 1
dengan prosentase sebesar 33,3 %
3. Belum optimalnya komunikasi efektif : 75 % 5 3 3 4 180 5

4. Belum optimalnya kebersihan tangan: 81% 5 5 4 4 400 2

5. Pengendalian infeksi etika batuk : 80% 5 3 2 3 90 7


6. Belum optimalnya penanganan linen :83,3 % 3 3 2 3 54 8

7. Belum optimalnya admission care 88% 5 4 3 2 120 6

8. Belum optimalnya penanganan resiko jatuh 73,3 4 4 4 4 256 3


%

144
1.3. Analisis SWOT

Tabel 3.2
Analisa SWOT

NO S : Kekuataan W : Kelemahan O :opportunity T : ancaman


1.  Ruangan Flamboyan  Kurangnya pemberian  Ketua tim selalu merima  Perawat pelaksana dan ketua
mempunyai SDM yang terampil reinforcement pada kritik dan saran dari tim tidak dalam hubungan
yaitu ketua tim yang sudah perawat pelaksana dalam kepala ruangan, perawat yang baik sehingga akan
mempunyai pengalaman kerja melakukan tugas dari ketua pelaksanan dan mempengaruhi kualitas dan
selama lebih dari 10 tahun dan tim. mahasiswa praktekan. mutu pelayanan ruangan.
perawat pelaksana yang sudah  Ketua tim belum  Reinforcement dapat
punya pengalaman kerja yang melakukan pengambilan meningkatkan hubungan
cukup. kesimpulan hasil dari antara perawat dan ketua
 Adanya kemauan dari petugas preconference. tim.
ruangan untuk memperbaiki
kekurangan ruangan Flamboyan.
 Tersedianya protap
preconference dan rutin
dilakukan setiap shift.
2.  Adanya SDM terampil atau  Kurangnya motivasi dari  Adanya protap SPO  Adanya Rumah sakit tipe yang
perawat yang telah mendapat karu dan katim selama tentang post conference. sama yang selalu melakukan
berbagai pelatihan dan mengerti meeting morning.  Adanya Karu dan katim post conference sehingga akan
tentang pelaksanaan post  Kesibukan perawat dalam yang mempunyai mempengaruhi akreditasi
conference. melakukan program pengalaman dan rumah sakit.
 Tenaga keperawatan yang ruangan sehingga sulit mendapatkan pendidikan
tersedia dirumah sakit dituntut untuk melakukan post managemen keperawatan
untuk mempertahankan posisi conference. dan dapat menerapkan

145
yang dimiliki. dalam melakukan post
 Ada 5 tenaga keperawatan conference
dengan pengalaman kerja lebih  Tersedianya lembar
dari 10 tahun. pengkajian resiko jatuh.
 Tersedianya ruangan post  Kamar perawatan yang
conference. hampir penuh dihuni
 Merupakan rumah sakit pasien.
pendidikan yang setiap tahun
menjadi lahan praktek
manajemen sehingga proses
manajemen ruangan semakin
baik.
3.  Adanya protap komunikasi  Kurangnya motivasi dari  Pemberdayaan peserta  Terjadi kesalahan dalam
efektif melalui telephone. karu dan katim dalam didik untuk terlibat dalam penerimaan informasi antara
 Adanya sarana yang digunakan meningkatkan komunikasi pelayanan. petugas satu dengan yang
sebagai penempelan poster cara efektif. lainnya.
berkomunikasi melalui  Kurang minat dari petugas  Mempengaruhi status akreditas
telephone dengan benar. dalam membaca protap disebabkan karena komunikasi
yang tersedia. di rumah sakit lain dengan tipe
yang sama lebih optimal.
4.  Petugas ruangan seluruhnya  Ketidakpatuhan petugas  Pemberdayaan peserta  Terjadi kejadian tidak
sudah mengikuti pelatihan PPI. dalam melakukan 6 didik untuk terlibat dalam diharapkan seperti Hais di
langkah mencuci tangan. memberikan edukasi ruangan.
 Tersedianya handrub dan kebersihan tangan ke  Tuntutan masyarakat tentang
handwash diruangan perawat  Edukasi pada pasien, pasien, penunggu . pelayanan kesehatan semakin
dan tersedianya handrub disetiap penunggu dan pengunjung tinggi.
depan pintu kamar pasien. dalam melakukan
 Terdapat poster disetiap pintu kebersihan tangan sebelum

146
masuk kamar dan di ddekat dan sesudah berkujung.
kamar mandi pasien.
5.  Adanya perawat ruangan yang  Belum maksimalnya  Pemberdayaan peserta  Terdapat pengunjung yang
mengerti dan bisa menggunakan pemberian edukasi tentang didik untuk terlibat dalam dapat melakukan etika batuk
komputer di ruangan untuk etika batuk pada setiap edukasi etika batuk dengan benar.
pembuatan poster etika batuk pasien.  Rumah sakit yang tipe sama
dan perawat yang mengerti selalu mengajarkan kepada
tentang penyebaran infeksi pasien dan keluarga tentang
 Adanya tempat yang dapat etika batuk dengan benar.
digunakan untuk memasang
poster etika batuk
6.  Tersedianya linen yang sesuai  Tidak adanya wadah  Adanya protap yang dapat  Terjadi kejadian tidak
dengan standar alat dari Depkes. pemisah antara linen kotor menjadi acuan untuk diharapkan seperti Hais di
 Tersedianya protap infeksius dengan linen pengelompokan linen ruangan.
pengelompokan linen kotor dan kotor non infeksius. kotor dan linen bersih
linen bersih.
7.  Tersedianya sumber daya  Belum optimalnya tindakan  Ruangan merupakan kelas  Tuntutan masyarakat tentang
 Tersedia protap tentang admission care. 1 dan mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan semakin
admision care di ruangan yang cukup memadai tinggi karena berada di kelas
sehingga dapat satu sehingga dapat
meningkatkan mutu meningkatkan mutu rumah
pelayanan di ruangan dan sakit kompetitif lain.
rumah sakit.
8.  Tersedia protap resiko jatuh  Belum optimalnya  Adanya protap resiko jatuh  Terjadi kejadian tidak
 Tersedianya sarana untuk pemasangan tanda resiko  Adanya sarana untuk diharapkan seperti pasien jatuh
menandai pasien resiko jatuh jatuh menandai pasien resiko dari tempat tidur.
 Adanya perawat ruangan yang jatuh 
mengerti dan bisa untuk  Adanya peserta didik

147
menggunakan penanda untuk yang dapat terlibat dalam
resiko jatuh pemasangan tanda resiko
jatuh.

1.4. Plan of Action

NO MASALAH SUB PRIORI TARGET KEGIA-TAN URAIAN KEGIATAN SASARAN WAKTU PJ DANA
MASALAH TAS
1. SP2KP Belum 4 Perawat dapat Demonstrasi  Koordinasi dengan - Ketua tim 6 – 11 Diyan Uang
optimalnya mengaplikasikan pre pelaksanaan Kepala Ruang Februari mi kas
pelaksanaan conference di ruangan pre  Koordinasi dengan 2017
pre sehingga nilai pre conference ketua tim
conference conference bertambah  Review tentang pre
82,9%
sebesar 17,1% dari conference.
nilai 82,9% menjadi  Demonstrasi
100% dengan kriteria pelaksanaan pre
hasil: conference.
 Dijelaskannya tujuan  Observasi
pre conference. pelaksanaan pre
 Adanya pemberian conference
reinforcement positif  Evaluasi
dari ketua tim pada pelaksanaan
perawat pelaksana. preconference.
 Adanya kesimpulan
dari pelaksanaan pre
conference dari
ketua tim.
 Adanya motivasi

148
yang diberikan untuk
untuk perawat
pelaksana dalam
melakukan tugas
yang didelegasikan.
2. SP2KP Belum 1 Perawat dapat Demonstrasi  Koordinasi dengan - Perawat 6 – 11 Erni Uang
optimalnya mengaplikasikan post pelaksanaan Kepala Ruang pelaksana Februari kas
pelaksanaan conference di ruangan post  Koordinasi dengan 2017
post sehingga nilai post conference. ketua tim
conference
conference bertambah  Review tentang
33,3%
sebesar 46,7 % dari post conference.
nilai 33,3% menjadi  Demonstrasi
80% dengan kriteria pelaksanaan post
hasil: conference
 Dijelaskannya tujuan  Observasi
post conference. pelaksanaan post
 Adanya penjelasan conference
dari PA terkait  Evaluasi
asuhan keperawatan pelaksanaan post
yang telah conference
dilakukan.
 Adanya diskusi
masalah yang telah
ditemukan selama
melakukan asuhan
keperawatan.
 Adanya kesimpulan
dari pelaksanaan

149
post conference.
 Adanya motivasi
yang diberikan untuk
penyelesaian
masalah yang
didiskusikan.
3. Patient Belum 5 Perawat dapat Demonstrasi  Koordinasi dengan Perawat 7-11 Delly Uang
Safety optimalnya mengoptimalkan komunikasi Kepala Ruang atau Februari kas
komunikasi komunikasi efektif di efektif  Koordinasi dengan petugas 2017
efektif 75% ruangan sehingga nilai melalui ruangan
ketua tim
komunikasi efektif telepon.  Review tentang Flamboyan
bertambah 25 % komunikasi efektif.
menjadi 100% dengan  Demonstrasi
kriteria hasil : pelaksanaan
 Pasien dan keluarga komunikasi efektif
mengenal petugas  Observasi
yang melakukan pelaksanaan
tindakan komunikasi efektif
keperawatan.  Evaluasi
 Saat menyampaikan pelaksanaan
informasi ada nama komunikasi efektif
terang dari perawat
atau petugas.
 Saat menerima
telepon, perawat
menyebutkan salam,
nama, ruangan dan
tujuan penelpon.

150
4. PPI Belum 8 Perawat dapat Demonstrasi  Koordinasi dengan Semua 6-11 Riyo Uang
optimalnya mengoptimalkan Kepala Ruang petugas Februari kas
penanga- penanganan linen di  Koordinasi dengan ruangan 2017
nan linen ruangan sehingga nilai ketua tim
83,3% penanganan  Review tentang
bertambah 16,7 % penanganan linen.
menjadi 100% dengan  Demonstrasi
kriteria hasil : pelaksanaan
 Linen kotor penanganan linen
ditampung di satu  Observasi
wadah/tempat pelaksanaan
 Linen yang terkena penanganan linen
darah/ cairan tubuh  Evaluasi
di bedakan dengan pelaksanaan
linen yang kotor penanganan linen
 Menyiapkan 2
tempat linen, untuk
infeksius dan non
infeksius
5. PPI Belum 2 Pelaksanaan Review dan  Koordinasi dengan - Perawat 6 – 11 Adit Uang
optimal kebersihan tangan sosialisasi Kepala Ruang Februari kas
kebersihan optimal sehingga nilai  Koordinasi dengan 2017
tangan kebersihan tangan dari ketua tim
81% 81% menjadi 100%  Review tentang
dengan kriteria hasil : kebersihan tangan.
 Perawat dapat  Demonstrasi
melakukan cuci pelaksanaan
tangan 6 langkah kebersihan tangan

151
dengan benar.  Observasi
 Perawat melakukan pelaksanaan
5 moment mencuci kebersihan tangan
tangan.  Evaluasi
pelaksanaan
kebersihan tangan
6. Patient Belum 3 Perawat dapat - Review  Koordinasi dengan - Ketua 6-11 Adit Uang
safety optimalnya mengoptimalkan - Demonstra- Kepala Ruang tim. Februari kas
penanga- penanganan resiko si  Koordinasi dengan - Perawat 2017
nan resiko jatuh sehingga nilai ketua tim pelaksana
jatuh 73,3 resiko jatuh dari  Review tentang .
% 73,3% bertambah resiko jatuh.
26,7% menjadi 100%  Demonstrasi
dengan kriteria hasil : pelaksanaan resiko
 Tergantungnya jatuh
tanda resiko jatuh  Observasi
pada tempat tidur pelaksanaan resiko
pasien atau jatuh
gelang resiko  Evaluasi
jatuh berwarna pelaksanaan resiko
kuning. jatuh
 Terpasang bed
trail di setiap
tempat tidur
pasien.
 Roda tempat tidur
pasien dalam
kondisi terkunci.

152
 Skoring morse
scale setiap 2 hari
sekali pada
pasien resiko
jatuh sedang dan
1 kali sehari pada
pasien resiko
jatuh berat.
7. PPI Belum 7 Pasien dapat Review dan  Koordinasi dengan - Pasien 6 – 11 Erni Uang
optimalnya mengaplikasikan etika sosialisasi Kepala Ruang - Penjaga Februari kas
Etika batuk yang benar  Koordinasi dengan Pasien/Ke 2017
Batuk sehingga nilai etika ketua tim luarga
(80%) batuk bertambah  Review tentang - Pengunju
sebesar 20 % dari nilai Etika Batuk ng Pasien
80 % menjadi 100 %  Demonstrasi
dengan kriteria haisil : pelaksanaan Etika
 Pasien dapat Batuk
mengetahui etika  Observasi
batuk yang benar pelaksanaan Etika
 Penjaga dan Batuk
pengunjung dapat  Evaluasi
mengetahui etika pelaksanaan Etika
batuk yang benar Batuk
 Petugas dapat
mensosialisasikan
etika batuk yang
benar
8. SPO Belum 6 Perawat dapat Demonstrasi  Koordinasi dengan - Perawat 6-11 Maria

153
optimalnya mengaplikasikan pelaksanaan Kepala Ruang Februari
Admisssio admission care di admission  Koordinasi dengan 2017
n Care ruangan sehingga nilai care ketua tim
78,17% admission care  Review tentang
bertambah sebesar Admisssion Care
21,83% dari nilai  Demonstrasi
78,17% menjadi 100% pelaksanaan
dengan kriteria hasil: Admisssion Care
 Dijelaskannya hak  Observasi
dan kewajiban pelaksanaan
pasien Admisssion Care
 Dijelaskannya tata  Evaluasi
tertib diruangan pelaksanaan
Flamboyan Admisssion Care
 Dijelaskan peraturan
ruang Flamboyan
 Dijelaskan fasilitas
ruangan Flamboyan
 Adanya penjelasan
tentang etika batuk
dan kebersihan
tangan.
 Adanya penjelasan
tentang resiko jatuh
pada pasien dan
keluarga.

154

Anda mungkin juga menyukai