Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“MENGELOLA RISISKO ETIKA DAN PELUANG ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi

Dosen Pengampu: Roni Budiarto,S.E.,Ak.,M.E.CA.,CPA

Disusun Oleh:
Anisa Nur Aini 5552190134

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
MENGELOLA RISIKO ETIKA DAN PELUANG

1. Identifikasi Penilaian Risiko Etika dan Peluang

A. Risiko Etika dan Peluang dalam Penilaian perusahaan


Risiko Etika dan Peluang
Dalam konteks ini perhatian risiko etika dan peluang yaitu jika risiko tidak
memenuhi harapan pemangku kepentingan menyebabkan potensi kertugian dukungan
untuk tujuan perusahaan, dan ketika kenyataan melebihi harapan maka memberikan
peluang untuk menggalang dukungan. Peluang dan ancaman ini berdasarkan pada
keunggulan kompetitif atau perhatian kepetingan pemangku kepentingan.
Keterbatasan dari Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) Tradisional

Kerangka ERM dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organization


(COSO) yang menilai bagaimana mencapai tujuan suatu entitas pada 4 dimensi, masing-
masing dimensi melibatkan 8 kelompok yang saling terkait. Kajian COSO ERM ini akan
memeriksa kode etik, kesadaran karyawan, tekanan memenuhi tujuan tidak realistis,
kesediaan manajemen untuk menggantikan kontrol yang sudah ada, kepatuhan kode
dalam bekerja, pemantauan efektivitas sistem pengendali internal, program whiste
blowing dan tindakan perbaikan sebagai respon pelanggaran kode etik.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada masalah-masalah dari perspektif
dampak keuangan mereka pada pemegang saham, dan bukan pada dampak non finansial
pada pemangku kepentingan. Dampak lainnya terjadi ketergantungan keliru pada auditor
eksternal yang menduga bahwa audit ekternal yang melakukan tinjauan atas risiko,
membawa risiko menjadi perhatian manajeman dan direksi. Auditor luar meninjau
pengendalian internal perusahaan da kadang risiko bisnis mereka, mandat audit normal
eksternal memerlukan perhatian jika risiko akan menjadi materi yang akan menghasilkan
posisi keuangan perusahaan. Tanggungjawab tinjauan risko ini seharusnya dilakukan oleh
direksi dan eksekutif.
Tabel Kerangka Keja COSO

Dimensi
Komponen Strategis Operasi Pelaporan Kepatuhan
Lingkungan Eksternal
Menetapkan Tujuan
Identifikasi Kejadian
Penilaian Risiko
Aktivitas penengendalian
Informasi dan komunikasi
Pengawasan

Identifikasi Serta Penilaian Risiko Etika dan Peluang

Tahapan identifikasi risiko etika adalah:

1. Identifikasi pemangku utama perusahaan menggunakan teknik pemberian peringkat


kepentingan pemangku.
Pada tahap ini menggunakan kerangka kerja urgensi, legitimasi, dan kekuasaan
serta pengaruh dinamis. Selain itu juga mengkonfirmasi proyeksi interaksi pemangku
kepentingan representatif dengan pemangku kepentingan yang punya kepentingan
dengan menunjukkan kepedulian dan membuka dialog untuk membangun
kepercayaan.
2. Mempertimbangkan kegiatan koorporasi dan menilai risiko dari tidak memnuhi atau
peluang yang melebihi harapan.
Pertimbangan ini memperhitungkan input yang relevan, output, kualitas dan
variabel kinerja lainnya. Menggunakan enam nilai hypernom: kejujuran, keadilan,
belaskasihan, integritas, prediktibilitas, dan tanggungjawab.
3. Melibatkan penyusunan laporan yang dihasilkan oleh proses diatas.

Laporan menyajikan mempertimbangkan risiko dan peluang didasarkan kepada:


kelompok pemangku kepentingan, produk atau jasa, tujuan perusahaan, nilai
hypernom, dan pemicu reputasi
Manajemen Risiko Etika dan Peluang
Hubungan Pemangku Kepentingan Efektif
Untuk menentukan hubungan ini dikembangkan model oleh Savage (1991)
yang berfokus pada hubungan potensi pemangku kepentingan menimbulkan
ancaman bagiorganisasi atau untuk bekerja sama dengannnya.
Potensi ancaman pemangku kepentingan
Tinggi Rendah
Potensi koorporasi

Tinggi Tipe 4 berkah campuran Tipe 1 Mendukung

Strategi: Kolaborasi Strategi: Melibatkan


Tipe 3 Tidak mendukung Tipe 2 Marginal
Rendah Strategi: Membela diri Strategi: Mengawasi
pemangku kepentingan

Tipe 1: Kemungkinan Pemangku kepentingan menjadi ancaman rendah, dan tingkat


kerjasama dengan mereka tinggi sehingga keterlibatan pemangku
kepentingandalam keputusan diharapkan menjadi lebih tinggi.
Tipe 2: Kemungkinan Pemangku kepentingan menjadi ancaman rendah, dan tingkat
kerjasama dengan mereka rendah. Sehingga pilihan strateginya adalah
mengawasiharapan mereka jika kondisi berubah.
Tipe 3: Ancaman tinggi dan kerjasama rendah maka akan terjadi kondisi yang
sangat tidak mendukung dan memungkinan terjadi perang
Tipe 4: Ancaman yang tinggi dengan kerjasama yang tinggi maka lebih baik
pemangku kepentingan diajak berkolaborasi agar mereka tetap menjadi
pendukung.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan Kewarganegaraan Koorporat
Koorporasi secara hukum bertanggungjawab kepada pemegang saham, nanun pada
kenyataan mereka juga bertanggungjawab pada berbagai pemangku kepantingan
untuk menggalang dukungan untuk mencapai tujuan strategis. Diwujudkan dalam
bentuk CSR(Coorporat Social Responsibility) dengan elemen penting yaitu:

a. Tujuan organisasi untuk CSR

Organisasi mempertimbangkan tujuan strategis baik sebagai operasi maupun


warga koorporasi. Pertimbangan ini dengan memahami langkah-langkah yang
tersedia pada CSR, sehingga perancang sistem akan menyesuaikan aspirasi
dengan langkah-langkah yang akan memungkinkan pengawasan dan penguatan
sehingga dicapai tujuan strategis yang etis dan menghormati kepentingan para
pemangku kepentingan.
b. Membangun Kerangka Tanggungjawab Sosial Perusahaaan

Untuk membantu keterlibatan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan


keputusan perusahaan, mengatur kegiatan dan pelaporan, dan audit aktivitas dan
laporan.
c. Mengukur Kinerja CSR

Melalui peninjauan kerangaka CSR yang menyaring kegiatan untuk investor


etika baik investor individu maupun institusi dengan tujuan sosial. Ukuran
kinerja ini dikelompokkan dalam kategori:
• kode atau pernyataan bimbingan, tingkat kemutakhiran, dan penegakkan

• Penciptaan pekerjaan: keseluruhan dan dalam kaitan dengan kelompok


minoritas

• Hubungan masyarakat dan pemangku kepentingan lokal

• Pengobatan karyawan

• Program manajemen lingkungan

• kinerja lingkungan

• Etika pemanfaatan sumber dan perdagangan

d. Monitoring CSR

Memantau bagaimana korporasi berbuat secara selktif dengan mengacu pada


studieksternal. Pemantauan ini melalui perbandingan yang dapat membantu:
• Tujuan Strategis faktor kunci keberhasilan

• Organisasi serupa

• Alternatif praktik terbaik untuk perbandingan


• Standar terpublikasi

• Statistik dan rata-rata industri

• Manajemen dengan target tujuan

• hasil yang diperoleh pada periode sebelumnya

e. Pelaporan CSR

Laporan ini merupakan hasil dari pengukuran kinerja CSR, dan akan melaporkan
kinerja yang akan dibuat secara internal saja atau secara umum tetapi laporan
harus terfokus pada tujuan kinerja program.
• Laporan publik menajdi lebih umum memberikan manfaat:

• Meningkatkan kesadaran akan isu-isu etis dalam organisasi

• Memberikan dorongan bagi karyawan untuk mematuhi tujuan etis

• Menginformasikan pemangku kepentingan eksternal

• Meningkatkan citra perusahaaan

f. Assurance Audit Laporan CSR

Merupakan bentuk audit dari hasil laporan CSR, melalui cara ini penyusunan
laporan bisa dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri, namun hasil laporan harus
dapat dibuktikan kebenarannya dan mewajibkan pengungkapan publik atas hasil
kinerja lingkungan.
g. Pikiran Penutup

Akuntabilitas strategi perusahaan untuk pemangku kepentingan, manajer, dan


akuntan profesional telah jelas sehingga mendorong organisasi atau perusahaan
untuk mengembangkan konsep yang efektif tentang kewarganegaraan koorporat
dan programyang efektif dari tanggungjawab sosial.
Etika Di Tempat Kerja

Munculnya etika ini didasari oleh semakin tingginya kesadaran sosial dan tekanan
dari kelompok-kelompok aktivis yang telah didokumentasikan memiliki dampak
yang signifikan pada operasi internal dan eksternal organisasi. Tinjauan langsung
berbagai komponen di lingkungan tempat kerja.

a. Hak Karyawan
Perkembangan kesadaran akan hak-hak karyawan harus dihormati relatif
dibandingkan dengan hak-hak majikan. seperti majikan tidak lagi bisa
memerintah karyawan untuk membuat pencemaran, mengambil risiko kesehatan
dan keselamatan orang lain. Beberapa hak telah menajdi dilindungi oleh undang-
undang baru, sehingga praktek perusahaan harus lebih sensitif terhadap tekanan
pemangku kepentingan. Beberapa hal yang menjadikan harapan baru atas hak
karyawan:
• Hak privasi dan martabat

Berdampak pada adanya batasan yang jelas antara hak pribadi, atasan dan
publik, adanya prosedur yang sesuai melalui pemberitahuan atau persetujuan
karyawan, tidak adanya pelecehan dan seksual
• Perlakuan yang Adil

Diskriminasi menjadi tidak etis dan dianggap ilegal, sehingga karyawan


merasa mempunyai hak atas kebijakan yang adil.
• Lingkungan yang Sehat dan Aman

Hilangnya budaya memaksa karyawan bekerja melebihi jam kerja atau


menghukumkaryawan melalui evaluasi kinerja.
• Kemampuan untuk menjalankan suara nurani seseorang

Sebagai bentuk perlawanan adanya konsep loyalitas buta yang telah membuat
karyawan merasa kehilangan hak untuk menjalakan suara nuraninya.
Munculnya dorongan perubahan witle blowing menjadi untuk lebih berani
berbicara dalam organisasi.
b. Kepercayaan dan Maknanya

Tidak mungkin manajer dan karyawan bersedia mengikuti pemimpin yang tidak
bisa dipercaya atau tidak etis. Jika karyawan memiliki kepercayaan maka meraka
akan berpartisipasi sepenuh hati dalam melakukan restrukturisasi bahkan yang
melibatkan perampingan. Untuk menjaga kepercayaan diperlukan langkah
organisasi membuat komitmen yang terjamin untuk memberi karyawan status
secara penuh, memberikan pengaturan kontrak yang adil. Kelanjutan manfaat
bisa menjadi cara menjaga kepercayaan tenaga kerja kontingen atau paruh waktu
dengan dengan pemahaman besar.
c. Keseluruhan Manfaat
Terdapat pandangan tentang "cara karyawan memandang perlakuan perusahaan
terhadap mereka menentukan apa yang mereka pikirkan tentang program etika
perusahaan". Memperlakukan karyawan dengan tepat tidak hanya etis, tetapi
penting untuk menjalankan program etika organisasi dalam mencapai tujuan
strategis.
d. Kecurangan Kejahatan Kerah Putih

Salah satu tantangan yang dihadapi semua organisasi adalah prospek tindakan
kecurangan dan kejahatan kerah putih. Eksekutif diharapkan dapat
memastikan bahwa mereka akan melakukan semua langkah untuk membimbing,
mempengaruhi, dan mengendalikan karywan yang mungkin cenderung terlibat
dan auditor eksternal harus mewaspadai potensi potensi masalah yang akan
terjadi.
e. Memahami Motivasi Penipu (hirearki Kebutuhan Maslow)

Hierarki kebutuhan maslow yang menyatakan kebutuhan individu dapat


dikategorikan dan akan ditanggapi berdasarkan piramida hubungan
Rasionalisasi, Motif dan peluang.
f. Memahami Rasionalisasi Kecurangan (Tujuh
Rasionalisasi) Tujuh rasionalisasi tindakan tidak etis
1) Menolak tanggungjawab

2) Menolak dari cedera

3) Penolakan menjadi korban

4) Kencaman menjadi pengecam

5) Banding ke loyalitas yang lebih tinggi

6) Semua orang melakuka,

7) Mendapatkan hak pribadi


8) Peluang melakukan Kecurangan

g. Peluang melakukan kecurangan

Adanya peluang untuk melakukan kecurangan dengan tingkat rasio yang dapat
diterima untuk ditangkap dan mendapat hukuman yang berat.
h. Pembelajaran

Kerangka kerja diperlukan ketiga perusahaan merencanakan untuk melembagakan


insentif baru, sistem penghargaan. Kerangka kerja ini akan menilai apakah metode
motivasi yang digunakan. Sehingga dalam rangka untuk memastikan adanya
kesadaran dan pengetahuan yang memadai tentang kerangka kerja, penggunaan
mereka harus dibahas dalam sesi pengawasan supervisor yang sensitif/ peka.

Operasi Internasional

Perusahaan menempatkan operasi di suatu negara denga tujuan akses ke tenaga


kerja murah, biaya perlindungan lingkungan lebih rendah, kurangnya birokrasi, dan
diundang politisi daerah.
Ketika perusahaan beroperasi di pasar luar negeri, maka harus mempertimbangkan
berikut:
a. Dampak terhadap ekonomi lokal dan budaya mereka

Perusahaan multinasional harus berhati-hati untuk tidak memiliki dampak tidak


menguntungkan dari aspek lokal dari:
• Pasar tenaga kerja: tingkat upah, ketersediaan pasokan

• Bahan baku dan pasar input lainnya

• Politik dan proses hukum

• Adat dan sosial keagamaan

Jika perusahaan mengabaikan kebiasaan sosial setempat maka perusahaan akan


mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan kerjasama untuk kegiatan
mendatang, perusahaan sesuai ukurannya dapat mendominasi daerah lokal yang
mungkin bertentangan dengan pemerintah daerah, pengadilan atau pemilihan
umum yang akan mendatangkan kerugian di titik tertentu.
b. konflik antara budaya domestik dan budaya asing

Mungkin masalah yang paling sulit jika para pemangku kepentingan utama
perusahaanberbeda dengan yang ada di daerah lokal tersebut, perbedaan tersebut
diantaranya:
• Persetujuan penyuapan (asia tenggara)

• Penggunaan pekerja anak (Republik dominika, asia tenggara)

• Penggunaan tenaga kerja budak

• kondisi tenaga kerja yang tidak sehat

• Perlakuan terhadap perempuan

• Dukungan dari rezim represif melalui operasi lokal (aparteid, Cile, sudan)

• kurangnya kebebasan berserikat

• Menghormati lingkungan

• Berurusan dengan anggota keluarga adalah sesuatu yang diharapkan, tidak


dihindari

Berbagai contoh konflik yang terjadi jika para pemangku kepentingan utama
perusahaantertangkap telah menyinggung nilai-nilai lokal dunia:
• Boikot pakaian yang dibuat dalam situasi kerja ofensif seperti Kathy lee, nike,
reebok

• Frustasi akibat bencana penyimpangan kapal minya Brent Spar Shell di Laut Utara

• Boikot produk Nestle karena mendistribusikan produk makanan bayi dengan air
tercemar di Afrika selatan

• Aktivis investor Amerika utara mengerjar banyak perusahaan tambang karena


praktikperlindungan lingkungan yang rendah

• Boikot daging sapi karena di produksi di wilayah hutan amazon

Konflik-konflik ini sangat merugikan perusahaan berupa waktu produktif yag


hilang, biaya persidangan, dan yang paling besar dampaknya pada kerusakan
reputasi perusahaan.
c. Penyuapan dan pembayaran untuk memfasilitasi

Praktik ini biasanya digunakan untuk mempercepat hasil. Uang pelicin atau suap
merupakan sesuatu yang bermasalah yang melawan hukum dan juga:
▪ Menambah biaya operasi

▪ Meruntuhkan praktik pembelian berdasarkan prestasi


▪ Ketidakmungkinan menegakkan kinerja (mendapatkan kontrak) setelah suap
dibayar

▪ Menunjukkan karyawan bahwa suap bisa diterima meski melanggar kode etik

▪ Menunjukkan para pencari uang suap untuk meminta

Akibatnya banyak perusahaan multinasional melarang uang suap melalui penetapan


kebijakan. Konflik budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap atau
pembayaran memfasiltasi.
Langkah untuk menghidari konflik internasional:

1. Imaginasi moral

Pra manajer mengunakan imajinasi moral untuk merancang alternatif dalam


menjawab kebutuhan lokal, tetapi sesuai dengan norma perilaku yang diteima.
misalkan menolak menyuap dengan alasan kebijakan perusahaan, Melakukan
pembayaran suap di depan umum atau bukan secara rahasia
2. Konsultasi sebelum tindakan
Menurut Dunn(2006) Perbedaaan budaya berkontrbusi terhadap perbedaan
sikap. Membiarkan karyawan untuk mengetahui bagaimana berurusan dengan
berbagai budaya yang dihadapi dalam oprasi internasional adalah strategi yang
berisiko tinggi. Organisasi harus meningkatkan kepekaan karyawan mereka
tentang adanya perbedaan budaya dan melengkapi dengan pemahaman
bagaimana organisasi mengatur mereka berurusan dengan isu utama yang
kemungkinan muncul.
Manajemen Krisis

Suatu krisi memiliki potensi untuk memiliki dampak signifikan terhadap


reputasi perusahaan. Menurut Lerbinger: "suatu peristwa yang membawa atau
memiliki potensi untuk membawa keburukan dan membahayakan profitabilitas
masa depan, pertumbuhan, dan mungkin keberlanjutan organisasi". Manajemen
yang efektif akan meminimalkan dampak dari peristiwa tersebut.
Pengelolaan krisis yang baik adalah pemahaman dari empat fase krisis
yaitu: Pra Krisis, Tidak terkontrol, Terkontrol, Pemulihan reputasi. Tujuan utama
manajemen krisis haruslah untuk menghindari krisis. Permasalahan-permasalahan
yang teridentifikasi menimbulkan krisis menurut Lerbinger:
• Bencana alam
• Bencana teknologi

• Perbedaan harapan antara individu, kelompok, dan perusahaan sehingga ada


konfrontasi

• Tindakan jahat oleh teroris, ekstrimis, pemerintah, dan individu

• Nilai-nilai manajemen yang tidak mengikuti persyaratan lingkungan dan sosial

• Kecurangan manajemen

• Kesalahan manajemen

Identifikasi dan penilaian cepat dari suatu krisis berperan dalam


mempengaruhi hasil secara efektif dan efisien. salah satu karekteristik krisis yaitu
akaan berkembang jika tidak ada tindakan yang diambil. Sehingga salah satu yang
penting dalam penilaian krisis adalah menghindari atau meminimalkan dampak
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cara memasukkan Etika dalam Manajemen Krisis:

1) Pencegahan dan Peringatan


• Kode etik: Menidentifikasi nilai-nilai, menekankan, dan mengefektifkan

• Menidentifikasikan potensi masalah etika dan indikator peringatan

• Mendorong dengan melakukan publikasi yang baik

2) Pendekatan Analitis

• Menerapkan analisis kerangka pemangku kepentingan

• Daftar periksa atau waktu khusus untuk mempertimbangkan isu-isu etika,


alternatifdan peluang

3) Keputusan itu sendirI

Nilai etika diintegrasikan dalam pengambilan keputusan

4) Keputusan atas niat etis kepada

Media, karyawan, pelanggan, pemerintah, publik dan pemangku kepantingan

Anda mungkin juga menyukai