1. Pendahuluan
Dalam mencipta atau menulis apa saja seyogyanya memiliki atau ada empat
kumungkinan di atas. Hal itu belum cukup untuk menjadi seorang penulis ulung. Di samping ada
motivasi, kemauan, kehendak, fasilitas, juga harus diawali dengan penyiapan atau perancangan
kerangka imajinatif. Kalau untuk tulisan ilmiah, kerangka imajinatif ini mirip dengan outline.
Jika tidak, Anda akan mendapatkan kesulitan dalam menulis. Anda mulai dari mana? Kalaimat
apa yang Anda pakai. Bagaimana kalimat pembukanya? Bagaimana kalimat lanjutannya, dan
seterusnya. Boleh jadi, konjungsi yang digunakan adalah setelah itu. Artinya, setiap kalimat
dimulai dengan konjungsi setelah itu. Mengapa begitu? Karena inspirasi tertutup, beku, tidak
cair. Pada materi/bahan yang diceritakan cukup banyak. Namun, dirangkai dalam kalimat amat
sulit.
Ada beberapa strategi menulis yang dengan strategi itu orang mudah menulis. Pertama,
membuat dahulu keranka imajinatif. Kedua, menulis di waktu gembira/senang, Ketiga, menulis
di waktu susah. Keempat, menulis di waktu marah. Kelima, menulis di waktu ada inspirasi. Lalu,
Anda bertanya, apa judul yang akan ditulis. Ingat baik-baik, judul sebanyak rumput di halaman.
Misalnya: (1) Cara ayam pacaran; (2) Jasa Sang Guru; (3) Pacar yang Tertukar; (4) Menanam
Cinta Menuai Petaka; (5) Mencari Pacar/Cinta di Balik Mimpi
2. Kerangka Imajinatif
Kerangka imajinatif merupakan kerangka yang menolong kita dalam mengembangkan tulisan.
Ketika kita mau menulis cerpen misalnya, maka sebelum menulis sebaiknya disiapkan lebih dulu
kerangka imajinatifnya. Tentu keranga imajinatf ini disesuaikan dengan jenis karya sastra yang
ingin ditulis. Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam menulis cerpen, Ada kerangka
imajinatif sebagai acuan dalam menulis novel, Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam
menulis drama, Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam menulis puisi.
Kerangka imajinatifnya:
Banyak cara mencipta puisi, di antaranya secara improfisasi, secara ekspresif. Kedua cara ini
bergantung kepada pencipta puisi sesuai dengan karakteristik jiwanya. Mungkin seseorang lebih
terinspirasi tanpa melihat alam sekeliling/semesta dan ada pula seseorang terinspirasi ketika
menyaksikan alam sekilingnya. Bagi aliran ekspresionisme, lebih suka mencipta tanpa bantuan
alam sekeliling. Namun, bagi aliran impresionisme akan terinspirasi bila menyaksikan alam
semesta.
Ilustrasi
Seseorang memperhatikan angin keras, awan hitam tebal, pepohonan. Angin bertiup dengan
kerasnya, sampai dahan-dahan pepohonan bergerak saling gesek, saling gosok antara satu dahan
dengan dahan yang lain. Bahkan ada dahan pohon yang patah-patah, pohon yang tumbang.
Peristiwa itu dapat menampilkan inspirasi seseorang yang tengah menyaksikan peristiwa
alam ini. Dia tidak menyia-nyiakan gejala ini. Diuntainya larik-larik puisi yang estetis, penuh
makna. Dahan-dahan yang berbunyi krepak-krepak, yang patah-patah disusun dalam untaian
kalimat yang konkret dan abstrak.
Ilustrasi:
b. Pepohonan merebah
Ketika seseorang menyaksikan pohon bambu yang tinggi sekali, lalu membuat rangkaian kalimat
puisi:
Ketika seseorang menyaksikan bulan purnama di malam hari yang sesekali dihalangi awan, lalu
membuat rangkaian dalam kalimat puisi:
Putri malam tersenyum di balik awan
Ketika seseorang menyaksikan bulan purnama di malam hari yang sebagian bola bulan dihalangi
oleh dahan kayu, lalu membuat rangkaian puisi:
Kuncinya adalah rakaian kalimat yang bernilai puitis jika untaian kalimatnya memiliki
kemampuan mengabstrakan yang konkret dan mampu mengokretkan yang abstrak.
Eremethik Sederhana
oleh Taufik Ismail
Ilustrasi di atas masih bisa dikembangan jika berminat menulis puisi. Menulis puisi yang puitis
tentu melalui proses panjang. Tanpa latihan, tanpa menulis, tidak bisa menghasilkan karya sastra
(puisi) yang bermutu. Oleh karena itu, menulislah secara terus-menerus. Tiada hari tanpa
menulis.
Semboyan kesadaran sebagai berikut ini.
“Sudah lama aku tak menulis”
3. Simpulan
Fungsi kerangka imajinatif merupakan pedoman dalam menulis karya sastra. Ada beberapa
model kerangka majinatif, seperti kerangka imajinatif menulis novel, kerangka imajinatif
menulis cerpen, kerangka imajinatif menulis puisi, kerangka imajinatif menulis drama.