Anda di halaman 1dari 4

FUNGSI KERANGKA IMAJINATIF DALAM MENCIPTA KARYA SASTRA

Oleh: : La Ode Sidu Marafad


Universitas Halu Oleo

1. Pendahuluan

Banyak orang memiliki pengalaman empirik, pengalaman baca, pengalaman visual,


tetapi tidak memiliki pengalaman menulis, terutama pengalaman menulis di bidang sastra. Hal
ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama,tidak ada keinginan,
kemauan atau kehendak untuk menulis. Kemungkinan kedua, malas menulis tentang sastra.
Kemungkinan ketiga, tidak ada motivasi. Kemungkinan keempat, tidak ada fasilitas yang
mendukung untuk menulis.

Dalam mencipta atau menulis apa saja seyogyanya memiliki atau ada empat
kumungkinan di atas. Hal itu belum cukup untuk menjadi seorang penulis ulung. Di samping ada
motivasi, kemauan, kehendak, fasilitas, juga harus diawali dengan penyiapan atau perancangan
kerangka imajinatif. Kalau untuk tulisan ilmiah, kerangka imajinatif ini mirip dengan outline.
Jika tidak, Anda akan mendapatkan kesulitan dalam menulis. Anda mulai dari mana? Kalaimat
apa yang Anda pakai. Bagaimana kalimat pembukanya? Bagaimana kalimat lanjutannya, dan
seterusnya. Boleh jadi, konjungsi yang digunakan adalah setelah itu. Artinya, setiap kalimat
dimulai dengan konjungsi setelah itu. Mengapa begitu? Karena inspirasi tertutup, beku, tidak
cair. Pada materi/bahan yang diceritakan cukup banyak. Namun, dirangkai dalam kalimat amat
sulit.

Ada beberapa strategi menulis yang dengan strategi itu orang mudah menulis. Pertama,
membuat dahulu keranka imajinatif. Kedua, menulis di waktu gembira/senang, Ketiga, menulis
di waktu susah. Keempat, menulis di waktu marah. Kelima, menulis di waktu ada inspirasi. Lalu,
Anda bertanya, apa judul yang akan ditulis. Ingat baik-baik, judul sebanyak rumput di halaman.
Misalnya: (1) Cara ayam pacaran; (2) Jasa Sang Guru; (3) Pacar yang Tertukar; (4) Menanam
Cinta Menuai Petaka; (5) Mencari Pacar/Cinta di Balik Mimpi

2. Kerangka Imajinatif

Kerangka imajinatif merupakan kerangka yang menolong kita dalam mengembangkan tulisan.
Ketika kita mau menulis cerpen misalnya, maka sebelum menulis sebaiknya disiapkan lebih dulu
kerangka imajinatifnya. Tentu keranga imajinatf ini disesuaikan dengan jenis karya sastra yang
ingin ditulis. Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam menulis cerpen, Ada kerangka
imajinatif sebagai acuan dalam menulis novel, Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam
menulis drama, Ada kerangka imajinatif sebagai acuan dalam menulis puisi.

2.1 Kerangka Imajinatif Menulis Cerpen

Kerangka imajinatif menulis cerpen dapat dirancang sebagai berikut ini.


Pertama dirancang siapa tokoh utamanya. Apa profesinya, pekerjaan, jabatan, status, dan lain-
lain. Kedua, dirancang siapa tokoh pembantunya. Apa profesinya, pekerjaan, jabatan, status, dan
lain-lain. Ketiga, apa yang mau dilakukan tokoh utama, tokoh kedua, dan seterusnya. Peristiwa
apa yang menjadi fokus/tema. Apakah percintaan, perkawinan, perceraian, perselingkuhan, dan
lain-lain.

Misalnya, tentang percintaan.

Kerangka imajinatifnya:

1. Tokoh utama Boss.


2. status tokoh utama sudah menikah,
3. Istri tidak bersama boss
4. anak buahnya/pegawainya
5. status anak buahnya/pegawainya sudah menikah, anak 1, perempuan, SMA
6. Boss  di malam Minggu ke rumah anak buah
7. Dihidangkan teh
8. Tokoh yang mengeluarkan teh  ibu/anak SMA
9. Tokoh yang mengeluarkan the  anak SMA
10. Boss dan anak SMA terjadi pandangan pertama
11. MInggu kedua terjadi pandangan kedua
12. Minggu ketiga anak buah dipindahkan
13. Minggu keempat Boss tetap kerumah anak buah karena anak SMA tidak pindah
14. Anak SMA ada PR bahasa Inggris
15. Boss jago bahasa Inggris
16. Anak SMA minta bantuan.
17. Dengan senang hati Boss membantunya
18. Bagaimana selanjutnya? Tebak sendiri.
19. Hal yang penting, habis itu, Boss lari kembali ke tempat keluarganya.
20. Istri sahnya tahu peritiwa itu
21. Suminya dibunuh
22. Anak SMA melahirkan tanpa ayah
23. Bisa kita beri judul: MENANAM CINTA MENUAI PETAKA

Kerangka ini dirancang oleh penulis.

2.2 Kerangka Imajinatif Menulis Puisi

Banyak cara mencipta puisi, di antaranya secara improfisasi, secara ekspresif. Kedua cara ini
bergantung kepada pencipta puisi sesuai dengan karakteristik jiwanya. Mungkin seseorang lebih
terinspirasi tanpa melihat alam sekeliling/semesta dan ada pula seseorang terinspirasi ketika
menyaksikan alam sekilingnya. Bagi aliran ekspresionisme, lebih suka mencipta tanpa bantuan
alam sekeliling. Namun, bagi aliran impresionisme akan terinspirasi bila menyaksikan alam
semesta.

Bagi aliran ekspresionisme, cukup duduk dalam ruang tertentu, merenung,


menghayal, sambil menunggu inspirasi. Ingat baik-baik, inspirasi datangnya hanya sekali.
Oleh karena itu, jangan sia-siakan inspirasi yang ada. Kalau ada inspirasi, langsung
ditorehkan di atas kertas agar isnpirasi itu tidak sia-sia. Inspirasi datang tak pernah
diketahui, kapan datangnya, kapan perginya. Boleh jadi, datangnya inspirasi itu kita
sementara di tempat tidur. Boleh jadi, datangnya inspirasi kita sementara di kamar mandi.
Atau boleh jadi, datangnya inspirasi itu kita sementara menunggu seseorang. Boleh jadi,
datangnya inspirasi itu ketika mengenang masa lalu.

Berbeda dari ekspesionisme, aliran impresionisme mengutamakan bantuan alam semesta.


Inspirasi akan muncul setelah menyaksikan dengan penuh penghayatan terhadap gejala dan
gejolak alam semesta. Pada saat menyaksikan karakteristik alam itulah inspirasi muncul.

Ilustrasi

Seseorang memperhatikan angin keras, awan hitam tebal, pepohonan. Angin bertiup dengan
kerasnya, sampai dahan-dahan pepohonan bergerak saling gesek, saling gosok antara satu dahan
dengan dahan yang lain. Bahkan ada dahan pohon yang patah-patah, pohon yang tumbang.

Peristiwa itu dapat menampilkan inspirasi seseorang yang tengah menyaksikan peristiwa
alam ini. Dia tidak menyia-nyiakan gejala ini. Diuntainya larik-larik puisi yang estetis, penuh
makna. Dahan-dahan yang berbunyi krepak-krepak, yang patah-patah disusun dalam untaian
kalimat yang konkret dan abstrak.

Ilustrasi:

a. Angin bertiup dengan kerasnya

sambil menggosok-gossokkan punggungnya di dahan kayu

b. Pepohonan merebah

bersembah sujud mencium bumi

c. Angin bertiup sambil menyapu dada bumi

Ketika seseorang menyaksikan pohon bambu yang tinggi sekali, lalu membuat rangkaian kalimat
puisi:

Pucuk bambu menyentuh langit

Ketika seseorang menyaksikan bulan purnama di malam hari yang sesekali dihalangi awan, lalu
membuat rangkaian dalam kalimat puisi:
Putri malam tersenyum di balik awan

Ketika seseorang menyaksikan bulan purnama di malam hari yang sebagian bola bulan dihalangi
oleh dahan kayu, lalu membuat rangkaian puisi:

Ketika bulan bertengger di atas dahan

Kuncinya adalah rakaian kalimat yang bernilai puitis jika untaian kalimatnya memiliki
kemampuan mengabstrakan yang konkret dan mampu mengokretkan yang abstrak.

Eremethik Sederhana
oleh Taufik Ismail

Kita selama ini


selalu ragu-ragu
dan berkata
dua tambah dua
mudah-mudahan
sama dengan empat

Ilustrasi di atas masih bisa dikembangan jika berminat menulis puisi. Menulis puisi yang puitis
tentu melalui proses panjang. Tanpa latihan, tanpa menulis, tidak bisa menghasilkan karya sastra
(puisi) yang bermutu. Oleh karena itu, menulislah secara terus-menerus. Tiada hari tanpa
menulis.
Semboyan kesadaran sebagai berikut ini.
“Sudah lama aku tak menulis”

3. Simpulan

Fungsi kerangka imajinatif merupakan pedoman dalam menulis karya sastra. Ada beberapa
model kerangka majinatif, seperti kerangka imajinatif menulis novel, kerangka imajinatif
menulis cerpen, kerangka imajinatif menulis puisi, kerangka imajinatif menulis drama.

Anda mungkin juga menyukai