OLEH :
KELOMPOK 4)
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pengaruh sistem
pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan performans reproduksi ternak.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Salam Ningsih Aritonang yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
2
ABSTRAK
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................5
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13
4
BAB I
PENDAHULUAN
Domba di India digembalakan pada vegetasi natural dan lahan pengembalaan umum.
Domba tumbuh dengan input yang kecil sehingga mendatangkan keuntungan bagi peternak
marginal (Arora et al., 2016). Kontribusi ruminansia kecil seperti kambing dan domba sangat
menguntukan para paternak di perdesaan (Ramesh et al., 2012). Faktor utama yang
mempengaruhi jenis sistem pemeliharaan ternak adalah kondisi iklim dan geografis
sedangkan biaya produksi merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem
tersebut (Ocak et al., 2016). Pada sistem pemeliharaan secara intensif, ternak dipelihara di
dalam ruangan yang khusus serta membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan tenaga kerja
yang tinggi pula. Pakan yang diberikan kepada ternak berupa hijauan yang dibudidayakan
dan juga konsentrat. Dalam sistem pemeliharaan semi intensif, domba akan dilepaskan ke
padang pengembalaan untuk periode pengembalaan 4-8 jam. Namun, pakan suplemen tetap
diberikan kepada ternak setelah kembali masuk ke kandang. Sedangkan pada sistem
pemeliharaan ekstensif, pengembalaan dilakukan di daerah dengan curah hujan rendah
dengan ternak yang digembalakan untuk merumput sepanjang hari di tempat penggembalaan
umum.
Dewasa ini, permintaan masyarakat terhadap daging domba meningkat, untuk itu
perlu peningkatan pada kualitas daging domba agar semua permintaan dapat terpenuhi serta
gizi masyarakat tercukupi (Kulkarni et al., 2008). Produktivitas dari ternak tergantung kepada
ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan dari tempat ternak-ternak itu digembalakan.
Alasan mengapa rendahnya produktivitas dari system pemeliharaan ekstensif ialah sumber
hijauan tinggi nutrisi yang mulai menyusut, penyakit yang menyebabkan kematian pada
ternak, morbiditas, ekploitasi oleh perantara dan kurangnya pengetahuan tentang system
pemuliaan ternak yang baik (Sagar dan Biswas 2008).
1.2Rumusan Masalah
5
BAB II
Dixit et al., (2005) melaporkan bahwa suku Gaddi di Jammu dan Kashmir
memiliki domba Rampur bushhair mengikuti migrasi selama bulan-bulan musim
panas. Selama bulan-bulan musim panas yang ekstrem sepanjang tahun, kawanan
ternak digembalakan pada jam-jam yang lebih dingin di siang hari; penggembalaan
dimulai pada larut malam dan hewan-hewan itu dibawa ke titik air di sore hari.
Ananda Rao et al., (2013), memaparkan bahwa rata-rata waktu penggemabalaan
(dalam jam) and jarak penggembalaan (dalam km) adalah 8.48 ± 0.06 dan 6.02 ± 0.17
selama musim panas dan 6.08 ± 0.05 dan 3.78 ± 0.03 pada musim lainnya selain
musim panas. Alasan utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada system
ini adalah eksploitasi yang buruk dari potensi genetic ternak asli, wabah penyakit,
kematian domba, rendahnya penggunaan teknologi yang tersedia, sumber pakan dan
pakan ternak yang tidak memadai, eksploitasi oleh tengkulak dan kurangnya
ketersediaan dukungan keuangan dari berbagai tress .
6
Tanggal pubertas (hari) dicatatat berdasarkan estrus pertama dari domba betina
menggunakan domba jantan. Domba jantan diperkenalkan pada padang penggembalaan
dan perbolehkan untuk bergabung merumput Bersama domba betina dalam sistem
pemeliharaan ekstensif dan semi intensif. Domba betina yang mengizinkan domba jantan
dan berdiri untuk dinaiki oleh domba jantan bisa dikatakan estrus. Setelah tiba tanggal
pubertas, domba ditimbang pada hari berikutnya sebelum dikirim untuk penggembalaan.
Tingkah laku seksual domba betina diperiksa dengan memperkenalkan domba jantan
pemancing. Di mana domba jantan pemancing diperkenalkan pada interval tiga jam untuk
mengetahui waktu berhentinya perilaku domba betina. Perilaku yang diamati untuk
mengetahui estrus atau tidaknya domba betina ialah dengan mengendus skrotum dan area
genital, soliciting, cara berdiri tidak kokoh, memutar kepala, mengipasi ekor, dan
jongkok. Conception percent adalah persentase jumlah betina yang bunting diantara
seluruh domba betina yang estrus
. Periode bunting dihitung pada durasi antara tanggal bunting dan hari kelahiran anak
domba. Bobot badan akan ditimbang setelah 48 jam melahirkan
2.4 Asupan Bahan Kering (DMI) dari Sistem Pemeliharaan yang Berbeda
Domba memiliki kemampuan memilih hijauan dengan level rendah yang tidak
digunakan oleh ternak lain. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menempuh jarak
jauh untuk menari makanan dan minuman yang cocok. Dalam system pemeliharaan
intensif bahan kering yang didapatkan cukup tinggi karena kualitas dan kuantitas dari
pakan yang diberikan sehingga berdampak baik pada kinerja reproduksi ternak.
Sementara pada system pemeliharaan ekstensif, di mana ternak digembalakan di padang
penggembalaan tanpa ada control, mengakibatkan rendahnya bahan kering yang akan
berefek pada kinerja produksi ternak tersebut (Bhrambe and Burte 2012). Asupan Bahan
Kering (g/day /animal), Asupan Bahan Kering (g/kg/BW), Asupan Bahan Kering (g/kg
0.75) pada system pemeliharaan intensif dilaporkan; 944.7 ± 36.6, 36.5 ± 1.22, 83.4 ±
1.22. Sementara pada system pemeliharaan semi intensif didapatkan laporan asupan
bahan kering: 743.9 ± 48.65, 32.3 ± 2.17, 70.7 ± 4.50 (Shinde et al., 1995). Rendahnya
DMI, DCP dan TDN ditemukan di Malpura pada anak domba yang disapih, namun
kecepatan pertumbuhannya tinggi dengan system pemeliharaan semi intensive daripada
system pemeliharaan intensif (Karim dan Verma 2001).
7
2.5 Efesiensi konversi pakan
Efisiensi konversi pakan pada sistem pemeliharaan intensif lebih tinggi
dibandingkan dengan semi intensif dan ekstensif. Pada sistem pemeliharaan intensif,
pakan hijauan diberikan bersamaan dengan konsentrat sehingga daya cerna ternak lebih
tinggi yang memungkinan kenaikan bobot badan pada ternak tersebut. Pada kasus sistem
semi intensif, ternak digembalakan selama beberapa jam di pastura dan pemberian
konsentrat yang lebih sedikit menyebabkan berkurangnya efesiensi konversi pakan pada
ternak tersebut. Sementara pada sistem pemeliharaan ekstensif, di mana seluruh hidup
ternak tersebut berada di di padang penggembalaan sama sekali tidak mendapat
konsentrat dan juga rendahnya nilai nutrisi pada hijauan menyebabkan rendahnya
efesiensi konversi pakan.
8
BAB III
9
hubungan antara tingginya kenaikan bobot badan dengan jenis kelamin di mana
pertambahan bobot badan lebih tinggi pada ternak jantan sistem intensive dan
pertambahan bobot badan paling rendah dipegang oleh ternak betina sistem pemeliharaan
ekstensif. Hal ini disebabkan oleh dimorfisme, di mana ternak betina dewasa lebih lambat
dibandingkan dengan ternak jantan.
Serangan penyakit paling tinggi berada pada sistem pemeliharaan secara ekstensif
yang dilakukan pada musim hujan dibandingan dengan sistem pemeliharaan dan musim
lainnya. Studi menjelaskan bahwa menggembalakan ternak untuk merumput, terutama
pada musim hujan akan menyebabkan lebih banyak masalah penyakit. Tingginya angka
kasus anoreksia pada sistem pemeliharaan ekstensif di musim panas, secara langsung
disebabkan oleh stress panas (Heat Stress). Selama ternak mengalami heat stress,
efesiensi asupan bahan kering akan berkurang yang menyebabkan kambing atau domba
mengalami anoreksia.
Penggembalaan kambing dan domba pada hamparan rumput hijau yang subur
pada musim hujan, terutama pastura yang banyak terdapat leguminosa nya merupakan
salah satu penyebab utama ternak mengalami bloat. Disamping itu, bloat juga disebabkan
oleh persentase legum yang terlalu banyak, contohnya Stylo hemata.
Penyebab paling banyak terjadinya pneumonia lebih banyak terjadi di musim
dingin dibandingan dengan musim panas atau musim semi. Pregnancy Toxaemia
merupakan gangguan kehamilan yang paling umum terjadi pada ternak kambing dan
domba yang sedang bunting. Biasanya disebabkan oleh tingginya kebutuhan energi pada
tahap akhir kehamilan dibandingan dengan energi yang diberikan dari pakan yang
dikonsumsi. Kambing dan domba yang dipelihara dalam sistem pemeliharaan ekstensif,
di mana tidak adanya pemberian konsentrat menyebabkan banyaknya ternak yang
terjangkit pregnancy toxaemia. Oleh karena itu, pregnancy toxaemia hanya terjadi pada
sistem pemeliharaan ekstensif.
Patel et al., (2013) menyebutkan bahwa pertumbuhan kutu lebih tinggi pada
musim hujan dibandingan dengan musim dingin. Patel juga menegaskan bahwa tingginya
angka pertumbuhan kutu pada musim-musim tertentu dikarenakan kondisi yang
menguntungkan untuk kutu terus berkembang biak. Dengan kata lain, pertumbuhan kutu
berdasarkan kondisi geografis dan iklim dari tempat ternak dipelihara.
10
2.3 Parameter Reproduksi Pada Domba Betina
Pencapaian bobot badan di usia dini melalui intervensi selama periode pasca-sapih
merupakan hal yang sangat penting dalam kinerja reproduksi, yang didapatkan melalui
sistem pemeliharaan intensif. Domba betina yang digembalakan dalam sistem intensif,
dewasa lebih cepat. Hal ini bisa dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhannya. Dan juga,
Zohara et al., (2014) melaporkan bahwa kecepatan pubertas domba asli Bangladesh lebih
cepat saat diberikan suplemen dengan konsentrat di sisitem intensif dibandingan dengan
sisitem pemeliharaan secara ekstensif.
Bobot badan domba yang lahir dari induk yang dipelihara secara intensif lebih
besar daripada domba yang induknya dipelihara dengan dua sistem lainnya. Tidak adanya
bayi yang lahir mati menambah alasan lain berat badan domba yang lahir dari induk yang
dipelihara secara intensif lebih tinggi.
Tingginya bobot badan pada sistem intensif disebabkan karena nutrisi yang terjaga
dan tidak adanya terkena heat stress. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian Sejian
et al., (2010) yang menyatakan bahwa kombinasi stress (nutrisi yang rendah dan stress
panas) menurunkan berat badan domba yang akan lahir secara signifikan.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sistem pemeliharaan ekstensif dan semi intensif
menyenbabkan stres panas pada domba yang sedang tumbuh, sehingga menurunkan laju
pertumbuhan dan pertambahan berat badan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13