Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERFORMANS REPRODUKSI KAMBING DAN DOMBA

OLEH :

KELOMPOK 4)

1. At Thahirah Arsy (1910613041)


2. Dewi Fortuna (1910612113)
3. Siti Khadijah (1910612097)

DOSEN PEMBIMBING :

Prof. Dr. Salam Ningsih Aritonang, MS

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pengaruh sistem
pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan performans reproduksi ternak.

Terima kasih saya ucapkan kepada  Ibu Salam Ningsih Aritonang yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Padang, 6 Oktober 2021

2
ABSTRAK

Pembuatan paper ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan selesainya tugas


kelompok mata kuliah manajemen produksi kambing dan domba. Serta mahasiswa
dapat mengetahui seputar materi tentang faktor system pemeliharaan dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ternak. Analisis ini menggunakan
metode deskriptif dan penalaran. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
jurnal yang berisikan materi tentang sistem pemeliharaan atau pembudidayaan ternak,
lalu membacanya secara bersama lalu mencatat hal-hal yang penting yang terdapat di
dalam buku dan jurnal tersebut. Kemudian, menjabarkannya dalam paper sehingga
mendapatkan kesimpulan bahwa materi tentang faktor sistem pemeliharaan dalam
mempengerahui pertumbuhan dan performans reproduksi ternak : sistem
pemeliharaan yang paling baik adalah sistem pemeliharaan intensif, diikuti dengan
sistem pemeliharaan semi intensif dan terakhir ekstensif.
Keyword : sistem reproduksi, pertumbuhan, intensif, semi intensif, ekstensif

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2

ABSTRAK..............................................................................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5

BAB II METODE DAN MATERI……….........................................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................9

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Domba di India digembalakan pada vegetasi natural dan lahan pengembalaan umum.
Domba tumbuh dengan input yang kecil sehingga mendatangkan keuntungan bagi peternak
marginal (Arora et al., 2016). Kontribusi ruminansia kecil seperti kambing dan domba sangat
menguntukan para paternak di perdesaan (Ramesh et al., 2012). Faktor utama yang
mempengaruhi jenis sistem pemeliharaan ternak adalah kondisi iklim dan geografis
sedangkan biaya produksi merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem
tersebut (Ocak et al., 2016). Pada sistem pemeliharaan secara intensif, ternak dipelihara di
dalam ruangan yang khusus serta membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan tenaga kerja
yang tinggi pula. Pakan yang diberikan kepada ternak berupa hijauan yang dibudidayakan
dan juga konsentrat. Dalam sistem pemeliharaan semi intensif, domba akan dilepaskan ke
padang pengembalaan untuk periode pengembalaan 4-8 jam. Namun, pakan suplemen tetap
diberikan kepada ternak setelah kembali masuk ke kandang. Sedangkan pada sistem
pemeliharaan ekstensif, pengembalaan dilakukan di daerah dengan curah hujan rendah
dengan ternak yang digembalakan untuk merumput sepanjang hari di tempat penggembalaan
umum.

Dewasa ini, permintaan masyarakat terhadap daging domba meningkat, untuk itu
perlu peningkatan pada kualitas daging domba agar semua permintaan dapat terpenuhi serta
gizi masyarakat tercukupi (Kulkarni et al., 2008). Produktivitas dari ternak tergantung kepada
ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan dari tempat ternak-ternak itu digembalakan.
Alasan mengapa rendahnya produktivitas dari system pemeliharaan ekstensif ialah sumber
hijauan tinggi nutrisi yang mulai menyusut, penyakit yang menyebabkan kematian pada
ternak, morbiditas, ekploitasi oleh perantara dan kurangnya pengetahuan tentang system
pemuliaan ternak yang baik (Sagar dan Biswas 2008).

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak perbedaan sistem pemeliharaan pada ternak terhadap


pertambahan berat badan, serangan penyakit dan performans reproduksi domba

5
BAB II

METODE DAN MATERI

2.1. Sistem Migrasi Pada Pemeliharaan Domba

Peternak miskin dan peternak yang tidak mempunyai lahan masih


menggunakan system pemeliharaan secara tradisonal. Roy dan Singh (2013)
melaporkan bawah terdapat 30 komunitas penggembala yang dilakukan di daerah
bukit beriklim gersang dibagian utara dan barat India, 20 di daerah bukit beriklim
sedang bergantung pada produksi ternak berbasis penggembalaan tradisional. Untuk
mencari tanah penggembalaan yang cocok, peternak terus mengarahkan ternak-
ternaknya untuk bermigrasi dari satu daerah ke daerah lainnya, bahkan sampai pada
negara bagian tetangga untuk menemukan lahan yang luas.

Ananda Rao et al., (2013) menginformasikan bahwa di daerah Kostal Utara,


dominan menggunakan dua sistem produksi pada ternak yaitu system stationer dan
migrasi (72.81%), di mana 14,47% menggunakan system migrasi dan sisanya
(12.70%) tetap pada system stationer. Pada umumnya, para peternak memigrasikan
ternaknya saat musim panas karena kelangkaan pakan dan sumber pakan di masa itu
dan kembali setelah musim hujan datang. Shinde dan Singh (1995) mempaparkan
bahwa daerah yang gersang atau semi gersang terdapat 86 hingga 67% yang
menggunakan system pemeliharaan migrasi. Secara umum, terdapat dua tipe dari
system pemeliharaan secara migrasi ini. Pertama, yang benar-benar nomaden, tidak
memiliki tempat pusat, hanya mengikuti rute migrasi musiman, tergantung pada
ketersediaan sumber makanan dan minuman untuk ternak. Kedua, tipe
penggembalaan yang dilakukan di tanah bera tetapi mengikuti rute migrasi musiman,
namun kembali ke tempat permanennya saat pergantian musim selanjutnya.

Dixit et al., (2005) melaporkan bahwa suku Gaddi di Jammu dan Kashmir
memiliki domba Rampur bushhair mengikuti migrasi selama bulan-bulan musim
panas. Selama bulan-bulan musim panas yang ekstrem sepanjang tahun, kawanan
ternak digembalakan pada jam-jam yang lebih dingin di siang hari; penggembalaan
dimulai pada larut malam dan hewan-hewan itu dibawa ke titik air di sore hari.
Ananda Rao et al., (2013), memaparkan bahwa rata-rata waktu penggemabalaan
(dalam jam) and jarak penggembalaan (dalam km) adalah 8.48 ± 0.06 dan 6.02 ± 0.17
selama musim panas dan 6.08 ± 0.05 dan 3.78 ± 0.03 pada musim lainnya selain
musim panas. Alasan utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada system
ini adalah eksploitasi yang buruk dari potensi genetic ternak asli, wabah penyakit,
kematian domba, rendahnya penggunaan teknologi yang tersedia, sumber pakan dan
pakan ternak yang tidak memadai, eksploitasi oleh tengkulak dan kurangnya
ketersediaan dukungan keuangan dari berbagai tress .

2.2. Parameter Reproduksi

6
Tanggal pubertas (hari) dicatatat berdasarkan estrus pertama dari domba betina
menggunakan domba jantan. Domba jantan diperkenalkan pada padang penggembalaan
dan perbolehkan untuk bergabung merumput Bersama domba betina dalam sistem
pemeliharaan ekstensif dan semi intensif. Domba betina yang mengizinkan domba jantan
dan berdiri untuk dinaiki oleh domba jantan bisa dikatakan estrus. Setelah tiba tanggal
pubertas, domba ditimbang pada hari berikutnya sebelum dikirim untuk penggembalaan.

Tingkah laku seksual domba betina diperiksa dengan memperkenalkan domba jantan
pemancing. Di mana domba jantan pemancing diperkenalkan pada interval tiga jam untuk
mengetahui waktu berhentinya perilaku domba betina. Perilaku yang diamati untuk
mengetahui estrus atau tidaknya domba betina ialah dengan mengendus skrotum dan area
genital, soliciting, cara berdiri tidak kokoh, memutar kepala, mengipasi ekor, dan
jongkok. Conception percent adalah persentase jumlah betina yang bunting diantara
seluruh domba betina yang estrus

. Periode bunting dihitung pada durasi antara tanggal bunting dan hari kelahiran anak
domba. Bobot badan akan ditimbang setelah 48 jam melahirkan

2.3 Serangan Penyakit

Domba yang dikelola di bawah tiga sistem pemeliharaan dievaluasi secara


hati-hati untuk masalah kesehatan seperti diare, kembung, pneumonia, anoreksia,
toksemia kehamilan, abses, busuk kaki, dan infestasi kutu. Angka paling tinggi dalam
kasus serangan penyakit diobservasi terjadi pada sistem pemeliharaan ekstensif,
diikuti oleh semi intensif dan intensif. Jika ditinjau dari segi musim, serangan
penyakit paling tinggi terjadi pada musim hujan dan musim dingin.

2.4 Asupan Bahan Kering (DMI) dari Sistem Pemeliharaan yang Berbeda

Domba memiliki kemampuan memilih hijauan dengan level rendah yang tidak
digunakan oleh ternak lain. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menempuh jarak
jauh untuk menari makanan dan minuman yang cocok. Dalam system pemeliharaan
intensif bahan kering yang didapatkan cukup tinggi karena kualitas dan kuantitas dari
pakan yang diberikan sehingga berdampak baik pada kinerja reproduksi ternak.
Sementara pada system pemeliharaan ekstensif, di mana ternak digembalakan di padang
penggembalaan tanpa ada control, mengakibatkan rendahnya bahan kering yang akan
berefek pada kinerja produksi ternak tersebut (Bhrambe and Burte 2012). Asupan Bahan
Kering (g/day /animal), Asupan Bahan Kering (g/kg/BW), Asupan Bahan Kering (g/kg
0.75) pada system pemeliharaan intensif dilaporkan; 944.7 ± 36.6, 36.5 ± 1.22, 83.4 ±
1.22. Sementara pada system pemeliharaan semi intensif didapatkan laporan asupan
bahan kering: 743.9 ± 48.65, 32.3 ± 2.17, 70.7 ± 4.50 (Shinde et al., 1995). Rendahnya
DMI, DCP dan TDN ditemukan di Malpura pada anak domba yang disapih, namun
kecepatan pertumbuhannya tinggi dengan system pemeliharaan semi intensive daripada
system pemeliharaan intensif (Karim dan Verma 2001).

7
2.5 Efesiensi konversi pakan
Efisiensi konversi pakan pada sistem pemeliharaan intensif lebih tinggi
dibandingkan dengan semi intensif dan ekstensif. Pada sistem pemeliharaan intensif,
pakan hijauan diberikan bersamaan dengan konsentrat sehingga daya cerna ternak lebih
tinggi yang memungkinan kenaikan bobot badan pada ternak tersebut. Pada kasus sistem
semi intensif, ternak digembalakan selama beberapa jam di pastura dan pemberian
konsentrat yang lebih sedikit menyebabkan berkurangnya efesiensi konversi pakan pada
ternak tersebut. Sementara pada sistem pemeliharaan ekstensif, di mana seluruh hidup
ternak tersebut berada di di padang penggembalaan sama sekali tidak mendapat
konsentrat dan juga rendahnya nilai nutrisi pada hijauan menyebabkan rendahnya
efesiensi konversi pakan.

8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pertambahan Bobot Badan Pada Sistem Pemeliharaan Yang Berbeda

Bobot badan domba atau kambing sangat bergantung kepada system


pemeliharaannya. Secara relative, pertambahan bobot badan yang paling tinggi berada
pada sisitem pemeliharaan intensif karena asupan nutrisi ternak yang tinggi. Selain itu,
sedikitnya faktor stress pada system pemeliharaan intensif juga mempengaruhi
pertumbuhan bobot badan ternak. Disamping itu hal lain yang menjadi faktor tingginya
pertumbuhan bobot badan ternak yang dipelihara dalam system semi intensif adalah
karena energi ternak yang digunakan ternak dengan sistem pemeliharaan lainnya untuk
merumput tetap utuh tersimpan, hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi kondisi tubuh
ternak. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan berat, yaitu umur dan jenis kelamin, di mana ternak jantan memiliki
pertumbuhan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak betina. Seorang
peneliti, menyebutkan bahwa pertumbuhan berat badan pada ternak jantan lebih tinggi
dikarenakan perbedaan kuantitatif dalam sekresi dan hormone seks.

Urutan kedua dalam sistem pemeliharaan yang menghasilkan kenaikan bobot


badannya ialah system pemeliharaan semi intensif. Ternak dalam pemeliharaan semi
intensif mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ternak yang dipelihara dengan system pemeliharaan ekstensif. Hal itu disebabkan
karena pada system pemeliharaan semi intensif diberlakukan periode penggembalaan 4
jam yang mengurangi terpaparnya ternak dengan kondisi stress lingkungan. Ternak
dengan sistem pemeliharaan ekstensif akan mendapatkan pertambahan bobot paling
rendah karena pada system ini sumber pakan terbatas untuk kawanan ternak dan terlalu
banyak terpapar sinar matahari. Zervas et al., (1999) dan Porwal et al., (2005) juga
menemukan bahwa pertambahan bobot badan ternak yang digembalakan dengan system
intensif dan semi intensif lebih tinggi jika dibandingkan dengan system pemeliharaan
ekstensif.. Carvalho et al., (2007) mengobservasi bahwa lebih banyaknya kuantitas pakan
kasar, dan rendahnya konsentrat dapat menurunkan bobot badan ternak. Anak domba
avivastra (yang masih disapih), menunjukkan pertamabahan bobot badan yang lebih
tinggi dengan system pemeliharaan intesif (33.5 kg) dari pada system pemeliharaan semi
intensive (27.3 kg) (Shinde et al., 1995).

Rendahnya pertumbuhan bobot badan ternak pada sistem pemeliharan semi


intensif dan ekstensif disebabkan oleh turunnya asupan pakan karena stress. Berkeliaran
di bawah matahari dapat meningkatkan Heat Stress pada ternak, sehingga ternak
cendrung merasa haus dan meningkatkan asupan air yang berakibat kepada turunnya
keinginan untuk makan sehingga asupakan pakan menurun.

Diantara ketiga sistem pemeliharaan tersebut, pertumbuhan bobot badan paling


tinggi terjadi pada usia 4 hingga 6 bulan dan menurun seiring bertambahnya usia ternak.
Hal itu terjadi karena pemanfaat pakan yang lebih efisien di usia tersebut. Kemudian,

9
hubungan antara tingginya kenaikan bobot badan dengan jenis kelamin di mana
pertambahan bobot badan lebih tinggi pada ternak jantan sistem intensive dan
pertambahan bobot badan paling rendah dipegang oleh ternak betina sistem pemeliharaan
ekstensif. Hal ini disebabkan oleh dimorfisme, di mana ternak betina dewasa lebih lambat
dibandingkan dengan ternak jantan.

2.2 Serangan Penyakit

Serangan penyakit paling tinggi berada pada sistem pemeliharaan secara ekstensif
yang dilakukan pada musim hujan dibandingan dengan sistem pemeliharaan dan musim
lainnya. Studi menjelaskan bahwa menggembalakan ternak untuk merumput, terutama
pada musim hujan akan menyebabkan lebih banyak masalah penyakit. Tingginya angka
kasus anoreksia pada sistem pemeliharaan ekstensif di musim panas, secara langsung
disebabkan oleh stress panas (Heat Stress). Selama ternak mengalami heat stress,
efesiensi asupan bahan kering akan berkurang yang menyebabkan kambing atau domba
mengalami anoreksia.
Penggembalaan kambing dan domba pada hamparan rumput hijau yang subur
pada musim hujan, terutama pastura yang banyak terdapat leguminosa nya merupakan
salah satu penyebab utama ternak mengalami bloat. Disamping itu, bloat juga disebabkan
oleh persentase legum yang terlalu banyak, contohnya Stylo hemata.
Penyebab paling banyak terjadinya pneumonia lebih banyak terjadi di musim
dingin dibandingan dengan musim panas atau musim semi. Pregnancy Toxaemia
merupakan gangguan kehamilan yang paling umum terjadi pada ternak kambing dan
domba yang sedang bunting. Biasanya disebabkan oleh tingginya kebutuhan energi pada
tahap akhir kehamilan dibandingan dengan energi yang diberikan dari pakan yang
dikonsumsi. Kambing dan domba yang dipelihara dalam sistem pemeliharaan ekstensif,
di mana tidak adanya pemberian konsentrat menyebabkan banyaknya ternak yang
terjangkit pregnancy toxaemia. Oleh karena itu, pregnancy toxaemia hanya terjadi pada
sistem pemeliharaan ekstensif.
Patel et al., (2013) menyebutkan bahwa pertumbuhan kutu lebih tinggi pada
musim hujan dibandingan dengan musim dingin. Patel juga menegaskan bahwa tingginya
angka pertumbuhan kutu pada musim-musim tertentu dikarenakan kondisi yang
menguntungkan untuk kutu terus berkembang biak. Dengan kata lain, pertumbuhan kutu
berdasarkan kondisi geografis dan iklim dari tempat ternak dipelihara.

10
2.3 Parameter Reproduksi Pada Domba Betina

Terlepas dari kenyataan bahwa domba dalam sistem pemeliharaan ekstensif


memiliki tingkat nutrisi yang rendah dan stress yang tinggi, jenis sistem pemeliharaan
tidak mempengaruhi berat badan saat pubertas, lama siklus estrus, lama estrus, persen
konsepsi, masa bunting, dan persen beranak. Namun, meskipun demikian, sehubungan
dengan laporan Naqvi et al., (2001) menyebutkan bahwa sistem pemeliharaan secara
intensif yang memberikan konsentrat pada ternaknya lebih menguntungkan pada
persentase estrus, durasi estrus, onset estrus, dan ovulasi. Pada studi lain, Berhanu et al.,
(2013) mengamati kenaikan konsepsi persen mencapai 29% pada ternak yang dipelihara
secara intensif yang diberi pakan campuran konsentrat dibandingan dengan ternak yang
dipelihara dalam sistem ekstensif. Meskipun tidak signifikan, pertmbahan berat pada
masa pubertas menjadi lebih tinggi jika dipelihara dalam sistem intensif. Berat badan
betina yang sedang tumbuh sangat diperlukan untuk mencapai masa pubertas.

Pencapaian bobot badan di usia dini melalui intervensi selama periode pasca-sapih
merupakan hal yang sangat penting dalam kinerja reproduksi, yang didapatkan melalui
sistem pemeliharaan intensif. Domba betina yang digembalakan dalam sistem intensif,
dewasa lebih cepat. Hal ini bisa dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhannya. Dan juga,
Zohara et al., (2014) melaporkan bahwa kecepatan pubertas domba asli Bangladesh lebih
cepat saat diberikan suplemen dengan konsentrat di sisitem intensif dibandingan dengan
sisitem pemeliharaan secara ekstensif.

Bobot badan domba yang lahir dari induk yang dipelihara secara intensif lebih
besar daripada domba yang induknya dipelihara dengan dua sistem lainnya. Tidak adanya
bayi yang lahir mati menambah alasan lain berat badan domba yang lahir dari induk yang
dipelihara secara intensif lebih tinggi.

Tingginya bobot badan pada sistem intensif disebabkan karena nutrisi yang terjaga
dan tidak adanya terkena heat stress. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian Sejian
et al., (2010) yang menyatakan bahwa kombinasi stress (nutrisi yang rendah dan stress
panas) menurunkan berat badan domba yang akan lahir secara signifikan.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sistem pemeliharaan ekstensif dan semi intensif
menyenbabkan stres panas pada domba yang sedang tumbuh, sehingga menurunkan laju
pertumbuhan dan pertambahan berat badan.

Keterbatasan sumber pakan dalam sistem peternakan ekstensif dapat memperburuk


penurunan berat badan pada domba. Juga terbukti bahwa jenis sistem pertanian memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap kuantitas dan kualitas asupan pakan. Selain itu serangan
penyakit paling rawan tejadi pada sistem pemeliharaan ekstensif karena bentuk
pemeliharaannya yang kurang pengontrolan, baik dalam segi pakan maupun penangan.
Dengan demikian sistem pemeliharaan yang paling baik jika megukur dari pertumbuhan dan
performansnya ialah sistem pemeliharaan intensif. Banyak faktor yang menyebabkan
pertumbuhan bobot badan sistem intensif, diantaranya: nutrisi yang terpenuhi, minimnya
terkenal tress lingkungan, daya cerna yang tinggi, asupan bahan kering tinggi, dan lain-lain

12
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Rao.K, Sarjan Rao,K.,Jagadeeswara Rao,S, Ravi,A and Anitha.A. 2013.


Analysis of sheep production systems: North coastal zone of Andhra Pradesh. Int. J. Agrl.
Sc. & Vet. Med. 1:131-144.
Arora, R., Kulkarni, V.S., Jain, A and Yadav, D.K.2016. Yalaga sheep - A
microsatellite based genetic profile. Indian Journal of Animal Sciences 86: 1155–1158.
Bharambe V.Y and Bhurte, G.2012. Comparative Growth Performance of Deccani
Lambs under Various Rearing Systems in Agro-ecological Conditions of Konkan. Indian
Journal of Hill Farming 25:44-47.
Carvalho, S., Brochier, M.A., Pivato, J., Vergueiro, A., Teixeira, R.C. and Kieling, R.
2007. Performance and economic evaluation of the feeding of feedlot lambs with diets
with different roughage:concentrate ratios. Ciencia Rural 37: 1411-1417.
Chaturvedi O.H., Mann J.S. and Karim S.A.2010. Effect of concentrate
supplementation to ewes grazing on community rangeland during late gestation and early
lactation. Indian
Journal of Small Ruminants 16: 97-100. Chellapandian M. and Balachandran S.2003.
Effect of concentrate supplementation on the body weight gain of range managed kids.
Indian Journal of Small Ruminants 9:71-72. Karim S.A. and Verma D.L. 2001. Growth
performance of weaner lambs under protocol of intensive feeding or grazing with
supplementation. Indian Journal of Animal Science 71: 586: 588.
Karim S.A., Mehta B.S., Suresh Kumar S. and Verma D.L.2004. Growth performance
and carcass traits of Bharat Merino lambs maintained under intensive feeding and grazing
with supplementation. Indian Journal of Animal Sciences 74: 977-979.
Karunanithi K., Thiruvenkadan A.K., Senthivel K. and Muralidharan J. 2007. Growth
rate and economics of rearing Mecheri lambs under different levels of concentrate feeding.
Tamilnadu Journal of Veterinary and Animal Science 3: 83-88.
Kramer C.Y.1957. Extension of multiple range tests to group
correlated adjusted means. Biometrics 13, 13.

13

Anda mungkin juga menyukai