Anda di halaman 1dari 6

INFORMASI

1. Membahas Tentang APBN ( Mbak Afifah )


- Dimana Objeknya membicarakan keadaan yang ada di Indonesia
- Disertai Data 3 Tahun Terakhir ( 2019-2021 )
- Covid-19 & APBN 2020
- Asumsi Dasar APBN Di Indonesia

2. Melihat dan memahami Alur PPT yang ibu berikan ( Mas Daniel )
- Indonesia menganut ekonomi apa ?
- Sifat perekonomian Indonesia
- Bagaimana kebijakan fiscal yang ada di Indonesia
- Mekanisme Kebijakan Fiskal di Indonesia

3. Sumber Pendapatan Negara


- Memberikan Deskripsi keadaan di Indonesia? ( Mashari )
Jika mendapat pertanyaan seperti itu, pajak menjadi kata pertama yang kemungkinan
tebersit di pikiran seseorang. Pajak memang sumber pendapatan di Tanah Air. Namun
pajak bukan satu-satunya sumber pendapatan negara.

Sumber Pendapatan Negara


Penerimaan Perpajakan:
Pajak Dalam Negeri

- Pajak Penghasilan
Kategori Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:

 PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai serta
bukan pegawai maupun pengusaha
 PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan, hingga
objek yang dikenakan PPh itu sendiri

- PPN
Subjek PPN
Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan, yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.

Tarif PPN
Tarif PPN adalah sebesar 10%
•         Pemerintah diberikan kewenangan untuk mengubah tarif PPN menjadi paling
rendah 5% dan paling tinggi 15% melalui penerbitan Peraturan Pemerintah.
•         Mengingat PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP di dalam
Daerah Pabean, maka ekspor BKP dan ekspor JKP tertentu dikenai PPN dengan
tarif 0%.

Realisasi Pendapatan Negara (Milyar Rupiah)


Sumber Penerimaan - Keuangan
2019 2020 2021
Bea Keluar 3 526,70 1 653,20 1 787,90

- PBB
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat kebendaan. Yang
berarti, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi dan/atau
bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut menentukan besarnya barang.
Contoh objek bumi seperti Sawah, Ladang, Kebun, Tanah, Pekarangan dan Tambang.
Sedangkan untuk onjek bangunan yaitu Rumah, Bangunan usaha, Gedung bertingkat,
Pusat perbelanjaan, Pagar mewah, Kolam renang dan Jalan tol. Subjek PBB sendiri
adalah orang pribadi dan badan yang secara nyata memiliki hak atas bumi tersebut
dan memperoleh manfaat atas bumi. Kemudian memiliki bangunan, menguasai
bangunan, dan memperoleh manfaat atas bangunan.
Dasar utama pengenaan pajak PBB adalah dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
NJOP adalah harga rata-rata atau harga pasar dari objek pajak pada transaksi jual beli
bumi dan bangunan. NJOP biasanya sudah ditentukan dari Kementrian Keuangan,
dan nilai NJOP setiap daerah berbeda-beda, tergantung faktor-faktor yang
memengaruhinya. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai NJOP
Bumi adalah lokasi, pemanfaatan, peruntukan, dan kondisi lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor NJOP bangunan meliputi bahan baku yang digunakan untuk
membangun, lokasi bangunan, kondisi lingkungan sekitar bangunan, dan rekayasa.
Semakin banyak faktor yang memengaruhi, maka akan semakin besar pula pajak PBB
tahunan yang harus dibayarkan.

- Cukai
Karena kata Cukai ini merujuk pada pungutan yang dikenakan oleh barang-
barang yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu, maka erat kaitannya
dengan istilah barang yang dikenai Cukai. Pengertian dari barang-barang Cukai
merupakan barang-barang tertentu yang memiliki sifat untuk dikonsumsi tetapi
perlu untuk dikendalikan dan peredarannya karena pemakaiannya dapat
menimbulkan efek negatif kepada masyarakat atau lingkungan hidup sehingga
barang-barang tersebut perlu dikenakan pungutan.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang (UU) Nomor 39
Tahun 2007 Tentang Cukai, pungutan negara yang dikenakan atas barang kena
Cukai ini adalah sah dan legal. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang (UU)
Apa Saja yang Termasuk Barang Kena Cukai?
Berikut ini merupakan barang dengan sifat dan karakteristik yang tergolong
dalam barang yang dikenakan pajak Cukai, yaitu:
1. Etanol atau etil alkohol
2. Minuman dengan kadar etil alkohol
3. Produk tembakau, seperti cerutu, sigaret, rokok, daun tembakau iris, dan hasil
tembakau lainnya yang proses pembuatannya tidak sesuai dengan himbauan dari
pemerintah.

- Pajak Lainnya
OBJEK BEA MATERAI
Bea Meterai dikenakan atas:
o Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu
kejadian yang bersifat perdata; 
o Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Dokumen yang bersifat perdata, meliputi:
o surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya;
o akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
o akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
o surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
o Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
o Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang,
salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
o Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:
 menyebutkan penerimaan uang; atau
 berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah
dilunasi atau diperhitungkan;
o Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

TARIF UMUM
Bea Meterai yang berlaku mulai 1 Januari 2021 (UU No. 10 Tahun 2020) adalah Rp. 10.000,-
1. Meterai tempel memiliki ciri umum dan ciri khusus.
a. Ciri umum paling sedikit memuat:
 gambar lambang negara Garuda Pancasila;
 frasa "Meterai Tempel"; dan
 angka yang menunjukkan nilai nominal.
b. Selain memiliki ciri umum, meterai tempel juga memiliki ciri khusus sebagai
unsur pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak yang dapat
bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penentuan ciri umum dan ciri khusus pada meterai tempel serta pemberlakuannya
diatur dalam Peraturan Menteri.
2. Meterai elektronik memiliki kode unik dan keterangan tertentu yang diatur dalam
Peraturan Menteri.
3. Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh Menteri merupakan Meterai yang dibuat
dengan menggunakan mesin teraan Meterai digital, sistem komputerisasi, teknologi
percetakan, dan sistem atau teknologi lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai Meterai
dalam bentuk lain diatur dalam Peraturan Menteri.

Pajak Perdagangan Internasional

- Bea masuk
Aturan mengenai Bea Masuk barang impor ini tertuang dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 10/1995 tentang Kepabeanan.
Berikut ini jenis-jenis bea masuk barang impor berdasarkan BAB IV Undang-Undang
Kepabeanan:
1. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)
Jenis Bea Masuk Tindakan Pengamanan atau BMTP ini disebut juga safeguard, yakni
bea masuk yang dikenakan pada barang impor, di mana jenis barang tersebut sudah
kebanyakan diimpor.
BMPT dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri dari barang sejenis yang
mengalami kerugian serius.
2. Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD)
Sedangkan jenis Bea Masuk Anti Dumping atau BMAD dikenakan pada barang
impor yang ditetapkan sebagai barang dumping.
Barang dumping adalah barang yang harganya lebih murah dibanding barang sejenis
di dalam negeri.
BMAD dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri supaya tidak kalah saing.
3. Bea Masuk Pembalasan (BMP)
Jenis Bea Masuk Pembalasan atau BMP adalah Bea Masuk yang dikenakan pada
barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang-barang ekspor
Indonesia secara diskriminatif.
4. Bea Masuk Imbalan (BMI)
Jenis Bea Masuk Imbalan atau BMI ini dikenakan pada barang impor, yang
ditemukan adanya subsidi dari pemerintah di negara pengekspor.
Dengan begitu, pengenaan Bea Masuk Imbalan atau BMI ini ditujukan untuk
melindungi industri dalam negeri dari barang yang sama

- Bea keluar
Berdasarkan Pasal 1 angka 15a UU No 17/2006, bea keluar adalah pungutan
negara berdasarkan undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang ekspor. Pasal
2A ayat (1) selanjutnya menerangkan bea keluar dapat dikenakan terhadap barang
ekspor.
Kata 'dapat' dalam pasal tersebut menandakan tidak semua barang yang diekspor
dikenakan bea keluar. Hal ini lantaran bea keluar dikenakan dengan tujuan tertentu.
Mengacu Pasal 2A ayat (2) UU No. 17/2006 terdapat 4 tujuan dari pengenaan bea
keluar terhadap barang ekspor.
Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Kedua, melindungi
kelestarian sumber daya alam. Ketiga, mengantisipasi kenaikan harga yang cukup
drastis dari komoditas ekspor tertentu di pasaran internasional. Keempat, menjaga
stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PMK 13/2017 terdapat beberapa komoditas yang
atas ekpornya dikenakan bea keluar, yaitu: kulit dan kayu; biji kakao; kelapa
sawit, crude palm oil, dan produk turunannya; produk hasil pengolahan mineral
logam; dan produk mineral logam dengan kriteria tertentu.

    2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi


wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-
tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku undang-undang mengenai kepabeanan.
    3. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan
ketentuan undang-undang mengenai kepabeanan.
    4. Pemberitahuan Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh
orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean di bidang
ekspor, dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam undang-
undang mengenai kepabeanan.

Apabila mengacu pada informasi di atas, pemerintah tengah memasang target-


target yang dirasa cukup realistis untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19.
Realisasi penerimaan bea keluar pada tahun-tahun sebelum terjadinya pandemi
menunjukkan tren perkembangan yang cukup baik.
Namun, wabah pandemi yang terjadi memaksa pemerintah untuk menurunkan target
cukup drastis melalui Perpres 72/2020, yakni dari senilai Rp2,6 triliun menjadi hanya
senilai Rp1,7 triliun. Sementara itu, target untuk 2021 hanya dipatok senilai Rp1,8
triliun.

Di sisi lain, pemerintah juga menurunkan target 2020 untuk bea masuk menjadi
hanya senilai Rp31,8 triliun. Padahal, realisasi penerimaan bea masuk pada tahun
sebelumnya mencapai Rp37,5 triliun.

Terlepas dari adanya pandemi, secara keseluruhan, pertumbuhan pajak


perdagangan internasional memang sudah terkontraksi sejak 2019, yakni mencapai
10,5%.

Oleh karena itu, di samping memperhitungkan dampak pandemi terhadap kinerja


pajak perdagangan international, pemerintah juga perlu untuk mengevaluasi
penurunan kinerja tersebut pada 2019.
Dengan demikian, strategi-strategi menyangkut optimalisasi pajak perdagangan
internasional yang akan dijalankan ke depan tidak hanya sebatas langkah antisipasi
dampak pandemi, tetapi juga faktor-faktor eksternal lain yang dapat memengaruhi
kinerja pertumbuhan.*

Penerimaan negara bukan pajak ( Mbak Novii )


- Penerimaan SDA
- Bagian laba BUMN
- PNBP lainnya
- Hibah
Belanja Negara
Belanja Pemerintah Pusat
- Kementerian dan Lembaga (K/L)
- Non Kementerian dan Lembaga
- Pembayaran Bunga utang
- Apa hubungan APBN dengan Utang Luar Negeri?

- Subsidi ( Rizaldy )
- Transfer ke Daerah
- Dana Perimbangan
- Dana otonomi khusus dan penyesuaian
- Surplus/Defisit
- Sumber Pembiayaan
- Dalam negeri
- Luar negeri

Anda mungkin juga menyukai