Anda di halaman 1dari 60

PERIODISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA

1
Pendahuluan
➢ Dinamika pembangunan ekonomi di suatu negara
banyak dipengaruhi oleh:
▪ Faktor internal

Meliputi kondisi fisik (termasuk iklim), letak geografi,


jumlah dan kualitas sumberdaya, kondisi awal
ekonomi, sosbudpol dan peranan pemerintah dalam
perekonomian
▪ Faktor Eksternal

Meliputi perkembangan teknologi, kondisi


perekonomian dan politik dunia, serta keamanan
global
▪ Kondisi perekonomian masa lampau (sejarah)
Kedatangan Belanda
 Tahun 1596, armada Belanda dipimpin Cornelis de
Houtman datang di Banten.
 Tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie) yang menjalankan usaha monopoli
dagang rempah. VOC mempunyai hak untuk
membuat kontrak, membangun kekuatan militer, dan
mencetak uang. Selain di Nusantara, VOC juga
berkuasa di Afrika Selatan, dan India.
 VOC bubar pada tahun 1799 karena gagal mengatasi
krisis keuangannya.

3
Zaman Kolonial
 Culturstelsel (1830-1870)
Sistem tanam paksa melalui perkebunan negara
dengan cara mobilisasi lahan pertanian &
peternakan serta tenaga kerja secara gratis.
Budidaya kopi, teh, tembakau, tebu, digalakkan
(karena permintaan di pasar dunia tinggi).
Belanda –dengan Gubernurnya Jenderal Van Den
Bosch- pada masa tersebut membutuhkan uang
untuk mendanai perang Diponegoro (1825-1829)
dan Perang Padri.

4
…lanjutan
 Tanam paksa berakhir pada tahun 1870, dimulailah
zaman baru kapitalisme kolonial. Kebun-kebun
negara diambil alih oleh swasta dengan perjanjian
sewa lahan sampai 75 tahun.
 Politik etis (balas budi) dipraktikkan di Hindia
Belanda pada awal 1900an. Fokusnya: irigasi,
edukasi, dan transmigrasi. Pada zaman politik ini
lembaga perkreditan rakyat mulai muncul
(modalnya diawali oleh lumbung desa).

5
Versi Richard Robinson
 Dalam bukunya The Rise of Capital, 1986, Robinson
mencatat bahwa pada tahun 1930-an seluruh
perkebunan Hindia Belanda mencapai luas hampir 3,8
juta hektar, ekspornya senilai 1,6 milyar gulden.

6
Kesenjangan…
 Namun dari penerimaan Hindia Belanda yang sekitar
670 juta gulden, hanya sekitar 3,6 juta gulden (0,54%)
yang diterima oleh 59,1 juta warga pribumi. Warga
Tionghoa (1,3 juta orang ) mendapatkan 0,4 juta
gulden.
 Orang Belanda dan kulit putih (241.000 jiwa)
menerima 665 juta gulden (99,4%).

7
Orde Lama
1945-1965

-Sejarah Perekonomian Indonesia-

8
Kemerdekaan (1945-1950)
 Rusaknya prasarana-prasarana ekonomi akibat
perang
 Blokade laut oleh Belanda sejak Nopember 1946
sehingga kegiatan ekonomi ekspor-impor
terhenti.
 Agresi Belanda I tahun 1947 dan Agresi belanda
II tahun 1948.
 Masalah: hiperinflasi, karena beredarnya uang
yang tidak terkendali. Terdapat 3 jenis mata uang:
uang keluaran De Javasche Bank, uang
pendudukan Jepang, dan mata uang Hindia
Belanda.
 Dimasyarakat masih beredar mata uang rupiah Jepang
sebanyak 4 miliar rupiah (nilainya rendah sekali).
Pemerintah RI mengeluarkan mata uang “ORI” pada
bulan Oktober 1946 dan rupiah Jepang diganti/ ditarik
dengan nilai tukar Rp 100 (Jepang) = Rp 1 (ORI).

12
 Juli 1946 rakyat diminta menyetor uang ke Bank
Tabungan Pos yang akan dipinjam Pemerintah
dan sekaligus bukti dukungan kepada
Pemerintah yang baru merdeka. Terkumpul Rp
500 juta.
 Pengeluaran yang besar untuk keperluan
tentara, menghadapi Agresi Belanda dan perang
gerilya. (Suroso, 1994).
 Masalah yang dihadapi Tahun 1951 – 1959
• Silih bergantinya kabinet karena pergolakan
politik dalam negeri.
• Defisit APBN yang terus meningkat yang
ditutup dengan mencetak uang baru.
• Tingkat produksi yang merosot sampai 60%
(1952), 80% (1953) dibandingkan produksi
tahun 1938.
• Jumlah uang beredar meningkat dari Rp 18,9
miliar (1957) menjadi Rp 29,9 miliar (1958)
sehingga inflasi mencapai 50%.
 Masalah yang dihadapi Tahun 1950 – 1965
 Ketegangan dengan Belanda akibat masalah Irian
Barat menyebabkan pengambilalihan
perusahaan-perusahaan asing (Barat).
 Tahun 1968, diterbitkan UU No 86 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda di
Indonesia.
 Tetapi nasionalisasi berdampak pada merosotnya
pasar modal (karena perginya para investor
Belanda dan merosotnya kepercayaan kpd bursa
Indonesia karena hiperinflasi)
…lanjutan
 Sementara itu di daerah-daerah terjadi pergolakan
yang mengarah disintergrasi, seperti Dewan
Banteng, Permesta, PRRI, sampai terakhir PKI
(Suroso, 1994).
 Untuk mengatasi jumlah uang beredar yang
terlalu banyak, Pemerintah menerbitkan Perpu No
2/ 1959 yang memotong nilai mata uang menjadi
1/ 10 (sepersepuluhnya).

16
…lanjutan
 Selama periode 1950-1965 RI banyak mengeluarkan
anggaran untuk proyek-proyek ‘nasionalisme’ (dari
mulai Monas, Patung Dirgantara, Stadion Utama
Senayan, Jembatan Semanggi, Hotel Indonesia, poros
Jkt-Moscow-Peking, merebut Irian Barat, dsb) namun
yang terjadi adalah inflasi sampai 3 digit.

17
Keberhasilan Orde Lama
1. Penyelenggaraan KTT Asia Afrika (20-24 April 1955 di
Bandung)
2. Asian Games IV di Jakarta pada tahun 1962
3. Pembangunan infrastruktur seperti TVRI, jembatan
Semanggi, Hotel Indonesia, jalanan utama (Thamrin,
Sudirman, Gatot Subroto), Monas, Patung Dirgantara,
Stadion Utama Senayan, poros Jkt-Moscow-Peking,
merebut Irian Barat, dsb
4. Menjadi tuan rumah Games of The Emerging Forces
(Ganefo) pada tahun 1963

18
Kemandirian Bangsa
Dalam Sidang Umum III MPRS pada bulan April 1965,
Bung Karno melancarkan program berdiri di atas kaki
sendiri (Berdikari). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
keluarnya RI dari PBB dan ditolaknya hutang IMF.

19
“Kekurangan” Orde Lama
1. Keluarnya Indonesia dari PBB pada tgl 7 Agustus
1964
2. Terbengkalainya perekonomian Indonesia (inflasi
sampai dengan 650%)
3. Situasi politik dalam negeri yang tidak menentu
karena lebih memikirkan urusan politik luar negeri

20
Akhir Orde Lama…
 Masyarakat tidak puas dengan kondisi perekonomian,
memunculkan tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur PKI
3. Turunkan harga dan perbaikan ekonomi
 Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto
melalui Supersemar 11 Maret 1966, Soeharto resmi
menjadi Presiden diangkat oleh MPRS pada 27 Maret
1967

21
Orde Baru
1966- 1998

-Sejarah Perekonomian Indonesia-

22
Awal Pemerintahan
Sehari setelah diberi mandat Supersemar, Jenderal
Soeharto langsung melarang keberadaan PKI. Kemudian
pada 25 Juli 1966 –setelah Soeharto diberi mandat
MPRS- terbentuk kabinet baru bernama Ampera
(Amanat Penderitaan Rakyat) yang dipimpin ‘presidium’
3 (tiga) orang Soeharto (Ketua), Adam Malik (Luar
Negeri), dan Sri Sultan HB IX (Perekonomian)

23
Warisan dari Periode Sebelumnya
 Orde Baru mewarisi hutang Orla sebesar US$ 530
juta (padahal pendapatan negara dari ekspor migas
dan non migas hanya US$ 430 juta)
 Inflasi sebesar 650%, harga beras naik menjadi
900%.
 Tim ekonomi Orba melakukan langkah pertama:
turunkan defisit anggaran –dengan cara
menurunkan pengeluaran Pemerintah.
 Menjalin kembali hubungan dengan lembaga
donor internasional –terutama IMF dan Bank
Dunia

24
Kebijakan Moneter Awal Orba
 Tahun 1967 diberlakukan UU anggaran berimbang
yang melarang pembiayaan dari hutang kepada
masyarakat
 Memakai bantuan LN untuk menutup defisit
anggaran
 Penerapan kebijakan uang ketat –untuk menurunkan
inflasi

26
Kebijakan Sektor Riil Awal Orba
 Liberalisasi perdagangan dan investasi dengan
membuka pintu bagi investor asing (diberlakukan UU
Penanaman Modal Asing pada tahun 1967)
 Fokus pembangunan pada sektor pertanian
 Sesudah tahun 1970an, pertambangan minyak
ditingkatkan eksplorasinya

27
Sejarah Ekonomi Orba
1. Rehabilitasi dan pemulihan (1966-1971)
2. Pertumbuhan cepat (1971-1991)
3. Penyesuaian terhadap anjlognya harga minyak
(1982-1997)
4. Liberalisasi dan pemulihan (1987-1997)
(versi Hal Hill dalam buku The Indonesian Economy)

28
Garis besar perjalanan Pembangunan
Indonesia
1945-1949 Mempertahankan kemerdekaan
1950-1960 Pembangunan infrastruktur politik
1961-1966 Pembangunan terkomando
1967-1980 Pembangunan ekonomi stabilitasi
1981-1987 Proteksi dan industrialisasi
1988-1997 Liberalisasi ekonomi
1997-1998 Vakum, dilanda krisis ekonomi
1999-…… Pembangunan demokrasi, otonomi daerah,
dan hak asasi manusia

29
Keberhasilan Orba
 Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun
 Pendapatan perkapita dari US$ 260 (tahun 1970)
menjadi US$ 500 (tahun 1980).
 Swasembada beras tahun 80-an yang mendapat
penghargaan FAO tahun 1986
 Penduduk miskin dari 54,2 juta jiwa (40,08%)
tahun 1976 menjadi 27,2 juta jiwa (15,08%) tahun
1990

34
Masa Transisi
1998-1999

-Sistem Perekonomian Indonesia-

37
Pemerintahan Transisi
 Rupiah bulan Juli 1997 Rp 2.500 menjadi Rp 2.650 per dolar AS.
 Juli 1997 BI melakukan intervensi:
 Memperlebar rentang intervensi.
 13 Agustus 1997 rupiah menjadi Rp. 2.682 per dolar AS dan ditutup
sekitar Rp 2.655 perdolar.
 BI memperluas rentang intervensi rupiah dari 8% menjadi 12%.,
rupiah menjadi Rp 2.755 per dolar AS.
 Januari – Februari 1998 menembus 11.000 rupiah per dolar AS.
 Maret 1988 rupiah menjadi Rp 10.550 per dolar AS.
 Pertengahan 1998 adanya kesepakatan dengan IMF memeorandum
tambahan berhubungan dengan kebijaksanaan ekonomi dan
keuangan.

Krisis politik tragedi Universitas trisakti.


Mei 1998 gedung DPR dikuasai mahasiswa.
21 Mei Suharto mengundurkan diri digantikan wakilnya Dr. Habibie.
23 Mei Presiden Habibie membentuk kabinet baru.
Orde Reformasi
1999- Sekarang

-Sistem Perekonomian Indonesia-

39
Masa Reformasi
Pada waktu NKRI dilanda krisis ekonomi lahir gerakan reformasi
sebagai responsi dan koreksi terhadap Orde Baru. Agenda reformasi
antara lain sbb:
1.Amandemen Undang-Undang Dasar 1945;
2.Penghapusan dwifungsi ABRI;
3.Penegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
4.Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah melalui
penyelenggaraan otonomi daerah;
5.Mewujudkan kebebasan pers;
6.Mewujudkan kehidupan demokrasi.

40
a. Pemerintahan BJ Habibie (1998)
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang
mengawali masa reformasi belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam
bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas
politik.
b. Pemerintahan Abdurrahman Wahid / Gusdur (1999)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid
pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada
berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru
harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.
Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden
Megawati.
C. Pemerintahan Megawati (2001)
Masalah-masalah yang mendesak untuk
dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan
penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan
ekonomi.Di masa ini juga direalisasikan berdirinya
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi
belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan
korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat
banyak investor berpikir dua kali untuk
menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.
d. Pemerintahan SBY 2004 - 2014
Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono
adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain
menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi
oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan,
serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat. serta bidang-bidang yang
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan lain yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi
masyarakat miskin, PNPM Mandiri dan Jamkesmas. Bank
Indonesia menetapkan empat kebijakan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini,
yakni BI rate, nilai tukar, operasi moneter dan kebijakan
makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas, serta
makroprudensial lalu lintas modal.
Keberhasilan SBY
 Institute for Development Economy and Finance
(Indef) mencatat ada 6 kesuksesan SBY di bidang
ekonomi
1. pemerintahan SBY dinilai sukses mendorong
ekonomi tumbuh dengan rata-rata 5-6%
2. peranan investasi dalam Produk Domestik Bruto
(PDB) meningkat dari sebelumnya 23% menjadi 31%
pada 2013
3. kinerja perbankan terus membaik dengan
perkembangan aset rata-rata tumbuh 16,44%, Dana
Pihak Ketiga (DPK) 15,88%, dan kredit 21,62%.
4. persentase angka kemiskinan menurun dan pekerja
formal naik dari 16,66% menjadi 11,25% pada 2013
5. tingkat pengangguran terbuka menurun dan pekerja
formal naik dari 29,38% menjadi 39,9%
6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dari
68,7 menjadi 73,45.
Kegagalan SBY
 Ketimpangan melebar, gini ratio naik 0,5.
 Deindustrialisasi dengan rendahnya kontribusi sektor
industri terhadap PDB.
 Neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar
menjadi defisit US$ 4,06 miliar.
 Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menciptakan
lapangan kerja. Elastisitas 1% pertumbuhan dalam
membuka lapangan kerja turun dari 436.000 menjadi
164.000.
 Efisiensi ekonomi semakin memburuk. Tercatat ICOR
melonjak dari 4,17 menjadi 4,5.
 Tax ratio turun sebesar 1,4%.
 Kesejahteraan petani menurun 0,92%.
 Utang per kapita naik dari US$ 531,29 menjadi US$
1.002,69 (2013). Pembayaran bunga utang menyedot
13,6% dari anggaran pemerintah pusat.
 APBN naik, namun disertai defisit keseimbangan
primer. Pada 2004, keseimbangan primer surplus
1,83% dari PDB. Tahun 2013 defisit 1,19%.
 Postur APBN semakin tidak proporsional, boros, dan
semakin didominasi pengeluaran rutin dan birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai