Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dan saya Mahasiswi Fakultas Kedokteran Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya tahun 2016/2017 dapat mengikuti Ilmu Dasar
Keperawatan 2 ini dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memberikan laporan hasil tugas
yang diberikan.
Dengan selesainya makalah ini, saya berharap dapat berbagi pengetahuan bagi para
pembaca. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Saya sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
yang membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1.2Rumusan Masalah..........................................................................................
Ketajaman penglihatan adalah derajat persepsi detail dan kontur benda. Ketajaman
penglihatan biasanya didefinisikan berkaitan dengan jarak pemisah minimum (Minimum
separable), jarak terpendek ketika dua garis masih terlihat terpisah dan tetap terlihat sebagai
dua garis (Ganong, 2005).
Secara klinis, diagram untuk memeriksa mata yang biasanya terdiri dari huruf-
huruf dengan berbagai ukuran diletakkan 20 kaki jauhnya dari orang yang diuji. Bila dapat
melihat dengan baik huruf-huruf dengan ukuran yang memang seharusnya dapat dilihat pada
jarak 20 kaki, orang tersebut dikatakan memiliki penglihatan 20/20 yang merupakan
penglihatan normal. Bila hanya dapat melihat huruf-huruf yang seharusnya mampu dilihat
pada jarak 200 kaki, dikatakan orang itu mempunyai penglihatan sebesar 20/200. Dengan
kata lain, metodeklinis yang dipakai untuk menyatakan besarnya tajam penglihatan adalah
menggunakan angka pecahan matematis yang menyatakan rasio antara kedua jarak, yang juga merupakan
rasio tajam penglihatan seseorang dibandingkan dengan tajam penglihatan pada orang
normal. (Guyton, 2006)
1.3 Tujuan
Dapat diketahui derajat ketajaman penglihatan, menurut skala Snellen Chart, yang paling
sering dijumpai di Rumah Sakit, Klinik, Optik kacamata.
BAB 2
PEMBAHASAN
Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera,
Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor
vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu
aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-masing dari struktur mata
mempunyai Fisiologi mata itu sendiri.
Berikut Struktur mata :
1. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
2. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
3. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
4. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
5. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
6. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
7. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
8. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
9. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
10. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
2.3KETAJAMAN MATA
2.3.1 Perkembangan Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk
membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang optimal hanya dapat
dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta
kemampuan fokus mata yang tepat (RiordanEva, 2007).
Perkembangan kemampuan melihat sangat bergantung pada perkembangan tumbuh
anak pada keseluruhan, mulai dari daya membedakan sampai pada kemampuan menilai
pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola mata sudah lengkap waktu lahir,
mielinisasi berjalan terus sesudah lahir. Tajam penglihatan bayi sangat kurang dibanding
penglihatan anak. Perkembangan penglihatan berkembang cepat sampai usia dua tahun dan
secara kuantitatif pada usia lima tahun (Ilyas, 2009).
Tajam penglihatan bayi berkembang sebagai berikut:
- Baru lahir : Menggerakkan kepala ke sumber cahaya besar
- 6 minggu : Mulai melakukan fiksasi; Gerakan mata tidak teratur ke arah sinar
- 3 bulan : Dapat menggerakkan mata ke arah benda bergerak
- 4-6 bulan : Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata; Dapat melihat dan
mengambil objek
- 9 bulan : Tajam penglihatan 20/200
- 1 tahun : Tajam penglihatan 20/100
- 2 tahun : Tajam penglihatan 20/40
- 3 tahun : Tajam penglihatan 20/30
- 5 tahun : Tajam penglihatan 20/20 (Ilyas, 2009).
Secara klinis, derajat ketajaman anak-anak mencapai nilai yang mendekati 6/6 saat
mencapai usia 5 tahun. Hal ini dikarenakan pemeriksaan visus pada anak-anak secara
subjektif maupun objektif tidak dapat menghasilkan data yang valid. Ketajaman penglihatan
dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity. Recognition acuity adalah
Universitas Sumatera Utara ketajaman penglihatan yang berhubungan dengan detail dari
huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah
kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai
dua objek yang terpisah (Leat, 2009).
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah
dan perpaduannya berkurang.
Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau.
Tritanopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka untuk warna biru.
Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut mata yang
tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.
Selayang pandang tentang buta warna.Buta warna biasanya bersifat genetik, tetapi juga bisa
disebabkan oleh luka traumatik atau paparan bahan kimia.Ada tiga jenis buta warna ,jenis
pertama adalah kondisi dimana sulit untuk membedakan antara warna merah dan hijau. Jenis
kedua sulit untuk membedakan antara warna biru dan kuning, dan jenis yang ketiga adalah
buta warna lengkap di mana mata tidak dapat mendeteksi warna sama sekali.
Untuk mengetahui seseorang menderita buta warna dilakukan sebuah test yaitu tes
Ishihara. Tes Ishihara, banyak digunakan untuk menguji orang yang buta warna, diciptakan
oleh Shinobu Ishihara, seorang opthalmologist asal Jepang. Tes Ishihara terdiri dari 38
piring penuh dengan titik-titik berwarna.Di tengah-tengah piring yang penuh dengan titik
berwarna tersebut, terdapat titik-titik lagi yang berbeda corak dan warna berbentuk angka,
dimana orang yang buta warna tidak bisa melihat angka tersebut.
Sampai saat ini belum ada tindakan atau pengobatan yang dapat mengatasi gangguan
persepsi warna ini.Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna
dengan objek tertentu.
DAFTAR PUSTAKA