Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TELAAH KIMIA SMA I

STRUKTUR ATOM

DIUSULKAN OLEH :

Ni Made Diantari Pratiyaksi 2013031021 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA

2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Struktur Atom.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ikatan Kimia yang diberikan oleh Dr. I Gusti
Lanang Wiratma, M.Si dan I Putu Septian Eka Adistha Putra, SPd.,M.Si pada Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Pendidikan Ganesha dengan prodi S1 Pendidikan Kimia.
Selain itu, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca.

Selama penulisan makalah ini, saya selaku penulis banyak mendapat dukungan dan
bimbingan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh karena itu saya
menyampaikan terima kasih sebesar – besarnya pada Bapak Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si dan I
Putu Septian Eka Adistha Putra, SPd.,M.Si yang memberikan materi dan memberi bimbingan pada
saya.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan
ilmu dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu saya memerlukan kritik dan saran yang
membangun. Saya mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan. Tak lupa dengan
permohonan maaf yang saya sampaikan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Singaraja, 1 Oktober 2021

Ni Made Diantari Pratiyaksi (2013031021)


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang………. 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan ……………………….……………………..…………………………………................5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian Atom 6

2.2 Partikel Dasar Atom 6

2.3 Perkembangan Teori Atom 7

2.4 Model atom modern berdasarkan analisis para ahli 1

KESIMPULAN…………………………………………………………………………....................19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...………………………………………...20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan
neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan
atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom
dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah
proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop
unsur tersebut.

Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak
dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan
ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat
tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa ‘atom’ tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi.
Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan
atom.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian atom?


2. Bagaimana pengertian perkembbangan atom menurut para ahli?
3. Bagaimana penyusun dasar atom?
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian atom


2. Menjelaskan pengertian perkembangan atom menurut para ahli
3. Menjelaskan penyusun dasar atom
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Atom


Istilah atom pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani bernama Demokritus dengan
istilah “atomos” yang artinya tidak dapat dibagi. Kemudian dilanjutkan oleh Dalton. Menurut
Dalton atom dianggap sebagai bola kaku yang tidak dapat diurai lagi menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil. Namun berdasarkan hasil temuan dari penelitian dibuktikan bahwa ternyata atom
masih memiliki partikel-partikel dasar yang lebih kecil pembentuk atom tersebut yaitu elektron,
proton, dan neutron. Untuk mengetahui lebih jelas tentang struktur atom maka dalam tulisan ini
dibahas tentang pertikel dasar atom, perkembangan teori atom, konfigurasi elektron, dan sifat
atom.
2.2 Partikel Dasar Atom
a. Elektron
Penemuan elektron diawali oleh percobaan yang dilakukan oleh Crookes tahun 1875 dengan
menggunakan tabung sinar katoda yang menghasilkan sinar mengalir dari kutub negatif ke kutub
positif menunjukkan bahwa sinar bermuatan negatif. Penyelidikan selanjutnya menunjukkan bahwa
sinar katoda merupakan partikel paling kecil dan ringan. Penelitian ini dilanjutkan oleh Thomson
dengan mengganti katoda dengan logam lain ternyata hasilnya sama. Thomson menyimpulkan bahwa
sinar katoda adalah partikel negatif yang terdapat 2 pada semua atom yang disebut elektron dengan
lambang 𝑒−10 , massanya sangat kecil yaitu 9,11 x 10-28 gram sehingga dianggap tak bermuatan.
b. Proton Proton ditemukan oleh
Goldstein tahun 1886, dengan menggunakan alat mirip tabung Crookes. Katoda dibuat
berlobang, tabung diisi dengan gas hidrogen menghasilkan sinar saluran terusan melalui lobang
(saluran) pada katoda, sinat tersebut dibelokkan ke medan listrik negatif. Disimpulkan bahwa sinar
tersebut bermuatan positif yang disebut proton dengan muatan sebesarmuatan elektron tapi
1
tandanya berlawanan, lambangnya 𝑝.
1
c. Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick tahun 1932 yaitu melalui percobaan dengan
menembakkan inti berilium dengan sinar α ternyata menghasilkan partikel tak bermuatan atau netral
0
bermassa sebesar 1 atom H, lambangnya n . Sejak ditemukannya neutron diyakini bahwa atom
1
terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron, sedangkan disekitarnya terdapat elektron
yang berputar mengelilinginya. Antara satu atom dengan atom yang lain dibedakan oleh jumlah
partikel tersebut dan bukan jenisnya. Setiap atomnetral mempunyai muatan inti sama dengan
muatan elektron.
Secara umum lambang atom
A
ditulis sebagai : 𝑋 Dimana :
Z
A = jumlah p dan jumlah n
Z = jumlah e = jumlah p
N = A- Z = jumlah neutron

2.3 Perkembangan Teori Atom


a. Teori atom Dalton
Menurut Dalton atom adalah bagian terkecil dari suatu materi yang tidak dapat dibagi
lagi. Namun ternyata pendapat ini tidak benar karena ditemukannya partikel-partikel dasar elektron,
proton dan neutron.
Teori atom Dalton menyatakan bahwa:
• Setiap unsur tersusun dari partikel yang sangat teramat kecil yang disebut atom.
• Semua atom dari satu unsur yang sama adalah identik, namun atom unsur satu berbeda dengan
atom unsur-unsur lainnya.
• Atom dari satu unsur tidak dapat diubah menjadi atom dari unsur lain melalui reaksi kimia;
atom tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam reaksi kimia.
• Senyawa terbentuk dari kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dengan rasio
atom yang spesifik.
Teori atom Dalton ini memberikan gambaran model atom seperti model bola pejal atau model
bola billiard.
b. Teori Atom Thomson
Pada tahun 1897, J.J. Thomson melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Eksperimen
tersebut menunjukkan bahwa sinar katoda terdefleksi (terbelokkan) oleh medan magnet maupun
medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel yang bermuatan
listrik. Pada eksperimen dengan medan listrik, sinar katoda terbelokkan menuju ke arah kutub
bermuatan positif. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel bermuatan
negatif. Selanjutnya, partikel sinar katoda ini disebut sebagai elektron. Penemuan elektron ini
kemudian mengacu pada kesimpulan bahwa di dalam atom terdapat elektron yang bermuatan negatif.
Menurut model atom Thomson, elektron bermuatan negatif tersebar dalam bola bermuatan positif
seperti model roti kismis, di mana kismis-kismis adalah elektron-elektron, dan roti adalah bola
bermuatan positif.
Menurut Thomson bentuk atom menyerupai agar-agar tersusun dari muatan listrik positif
dan negatif. Muatan positif menyebar secara merata dalam bulatan yang merupakan atom dan
elektron terdapat di dalamnya. Thomson merumuskan teori yaitu: atom merupakan sebuah bola
kecil yang bermuatan positif dan dipermukaannya tersebar elektron yangbermuatan negatif. Model ini
disebut juga model roti kismis karena mirip dengan roti yang ditaburi kismis. Teori inimemiliki
kelemahan yaitu tidak menjelaskan kedudukan elektron, hanya mengatakan bahwa elektron berada
dipermukaan karena ditarik oleh muatan positifnya.
c. Teori Atom Ernest Rutherford
Penelitian yang dilakukan oleh Rutherford, Geiger dan Mersden pada permulaan abad ke-
20 memberikan banyak informasi tentang susunan atom yang terdiri dari partikel-partikel negatif dan
sebagian yang positif. Rutherford melakukan percobaan dengan menembakkan sinar α pada
lempeng platinum tipis, hasil pengamatan menunjukkan bahwa sinar α tersebut ada yangtembus,
membelok dan memantul. Sinar tembus karena atom mengandungdung ruang hampa, sinar
membelok karena dipusat atomterdapat unti partikel yang bermuatan positif sehingga sinar
membelok ketika mendekati inti karena tolak menolak. Sinar memantul karena menabrak inti tapi
sedikit sekali. Di luar inti tidak hanya kosong tapi terdapat elektron yang berputar mengelilingi
inti. Elektron tidak mempengaruhi sinar α karena kecil dan ringan. Dari percobaan tersebut
Rutherford menyimpulkan bahwa: atom terdiri dari inti bermuatan positif yang merupakan
terpusatnya massa, di sekitar inti terdapat elektron yang mengelilingi inti dalam ruang hampa.
Namun model atom Rutherford ini menimbulkan kesukaran oleh karena bertentangan
dengan teori elektrodinamika listrik. Menurut teori ini suatu partikel yang bermuatan listrik apabila
dipercepat akan meradiasi energi. Elektron yang bergerak mengelilingi inti akan kehilangan energi
terus-menerus karena radiasi, sehingga akhirnya akan jatuh ke inti. Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh
Rutherford. Kesulitan ini dapat diatasi oleh Bohr yang mengaplikasikan teori kuantum pada model
atom ini.
d. Teori Atom Bohr
Teori atom ini bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum Planck. Bohr
merumuskan teori atom yang disebut teori atom Bohr yaitu sebagai berikut:
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan model atom untuk menjelaskan fenomena
penampakan sinar dari unsur-unsur ketika dikenakan pada nyala api ataupun tegangan listrik tinggi.
Model atom yang ia ajukan secara khusus merupakan model atom hidrogen untuk menjelaskan
fenomena spektrum garis atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron bermuatan
negatif bergerak mengelilingi inti atom bermuatan positif pada jarak tertentu yang berbeda-beda
seperti orbit planet-planet mengitari matahari. Oleh karena itu, model atom Bohr disebut juga model
tata surya. Setiap lintasan orbit elektron berada tingkat energi yang berbeda; semakin jauh lintasan
orbit dari inti, semakin tinggi tingkat energi. Lintasan orbit elektron ini disebut juga kulit elektron.
Ketika elektron jatuh dari orbit yang lebih luar ke orbit yang lebih dalam, sinar yang diradiasikan
bergantung pada tingkat energi dari kedua lintasan orbit tersebut.
e. Teori Atom Mekanika Gelombang
Pada tahun 1924, Louis de Broglie menyatakan hipotesis dualisme partikel-gelombang —
semua materi dapat memiliki sifat seperti gelombang. Elektron memiliki sifat seperti partikel dan
juga sifat seperti gelombang. Pada tahun 1926, Erwin Schrödinger merumuskan persamaan
matematis yang kini disebut persamaan gelombang Schrödinger, yang memperhitungkan sifat
seperti partikel dan seperti gelombang dari elektron. Pada tahun 1927, Werner Heisenberg
mengajukan asas ketidakpastian Heisenberg yang menyatakan bahwa posisi elektron tidak dapat
ditentukan secara pasti, namun hanya dapat ditentukan peluang posisinya. Teori-teori — dualisme
partikel gelombang, asas ketidakpastian Heisenberg, dan persamaan Schrödinger—ini kemudian
menjadi dasar dari teori atom mekanika kuantum. Penyelesaian persamaan Schrödinger
menghasilkan fungsi gelombang yang disebut orbital. Orbital biasanya digambarkan seperti awan
elektron, di mana kerapatan awan tersebut menunjukkan peluang posisi elektron. Semakin rapat
awan elektron maka semakin tinggi peluang elektron, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,
model atom mekanika kuantum disebut juga model awan elektron.

Sebelumnya, pada tahun 1919, Rutherford berhasil menemukan partikel bermuatan


positif, yang disebut proton, dari eksperimen penembakkan partikel α pada atom nitrogen di
udara. Lalu, pada tahun 1932, James Chadwick menemukan partikel netral, yang disebut neutron,
dari eksperimen bombardir partikel α pada berbagai unsur. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa dalam model awan elektron, awan elektron terdiri dari elektron-elektron bermuatan negatif
yang bergerak sangat cepat mengelilingi inti atom yang tersusun dariproton yang bermuatan
positif dan neutron yang tak bermuatan.

 Hipotesis De Broglie
Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian didukung
denganpercobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan tentang dualisme (sifat
kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai gelombang, tetapi cahaya juga dapat
bersifat partikel. Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa :
cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat
berkelakuan seperti gelombang.

Gambar Skema Percobaan Louise de Broglie


Sebuah foton dengan frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki
momentum p karena c = f λ, maka momentum foton dapat dinyatakan p = hf/c sehingga
panjanggelombang foton dapat dinyatakan λ = h/p. Untuk benda yang bermassa m
bergerak dengan kecepatan memiliki momentum linier sebesar mv maka panjang
gelombang de Broglie dari benda itu dinyatakan dengan persamaan

 Hubungan Ketidakpastian Heissenberg


Pada tahun 1927, Werner Heisenberg menyatakan prinsip ketidaktentuan.
Menurutnya, suatu partikel yang bergerak mempunyai posisi dan momentum tertentu pada
setiap saat. Kedua hal itu dapat diukur dengan menabrakan partikel lain kepadnya.
Tabrakan itu akan mengubah memontum dan posisi partikel yang diukur. Akibatnya hasil
pengukuran menjadi tidak tepat dan mempunyai kesalahan terntu. Heisenberg menyatakan
bahwa kesalahan itu adalah:
Kesalahan momentum dan kesalahan posisi dan perkaliannya setara dengan h.
Berarti, jika kesalahan momentum diperkecil maka menjadi besar dan sebaliknya, jika
kesalahan posisi diperkecil maka kesalaham momentum menjadi besar. Hal ini bukanlah
kesalahan pengukuran atau kekurangtelitian alat, melainkan merupakan ketidakberdayaan
manusia untuk mengetahui sesuatu dengan pasti.
Demikian juga elektron di sekitar inti, posisi dan momentumnya tidak dapat
ditentukan dengan pasti, karena selalu bergerak. Akibatnya, kita tidak mungkin mengetahui
lintas elektron, seperti kemukan teori Bohr. Yang dapat ditentukan hnaya orbital. Orbital
adalah daerah keboleh jadian kebolehan terbesar menemukan elektron. Tiap titik
menujukkan kemungkinan elektron berada didaerah itu. orbital bukanlah bidang melainkan
ruang, dan kira-kira seperti lapisan- lapisan umbi bawang.

Gambar Orbital, daerah kebolehjadian ditemukan elektron.

 Persamaan Gelombang Schrodinger’s

Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan


dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin
Schrodinger pada tahun1927, yang mengajukan konsep orbital untuk menyatakan
kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron paling
mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan. Schrodinger sependapat dengan Heisenberg
bahwa kedudukan elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti, namun yang
dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik pada jarak
tertentu dari intinya. Ruangan yang memiliki kebolehjadian terbesar ditemukannya
elektron disebut Orbital.
Model atom Schrodinger terbukti lebih tepat dan berdasarkan model ini,para ahli
fisika tidak lagi mencoba untuk menemukan lintasan elektron dan posisinya dalam sebuah
atom, akan tetapi mereka menggunakan persamaan yang menggambarkan gelombang
electron tersebut untuk menemukan daerah dimana elektron paling mungkin ditemukan.
Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai “awan”. Beberapa
orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit. Persamaan gelombang ( Ψ=
psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum)
untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu:
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik
(m).

2.4 Model atom modern berdasarkan analisis para ahli adalah sebagai berikut:
 Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron yang
mencirikan ukuran orbital. Bilangan kuantum utama ini pernah diusulkan oleh Niels Bohr
dan hanya disebut dengan bilangan kuantum saja.nBilangan kuantum utama (n) dapat
berharga 1, 2, 3, ….. dan seterusnya sampai tak terhingga. Selain itu harga n biasanya
disesuaikan dengan tingkat energi dan kulit-kulit elektron seperti pada teori atom Bohr.
Contoh : n = 1 elektron berada pada kulit K, n = 2 elektron berada pada kulit L n = 3 elektron
berada pada kulit dan seterusnya
 Bilangan Kuantum Azimut (l)
Mekanika gelombang meramalkan bahwa setiap kulit (tingkat energi) kulit tersusun
dari beberapa sub kulit (sub-tingkat energi) yang masing-masing sub kulit tersebut dicirikan
oleh bilangan kuantum azimut (l) yang juga disebut bilangan kuantum orbital, sebab
bilangan kuantum ini menentukan bentuk ruang orbital dan besarnya momentum sudut
elektron.
Bilangan kuantum azimut mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1) untuk setiap
n, dan menunjukkan letak elektron dalam sub kulit. Setiap kulit terdiri dari sub- kulit (jumlah
sub- kulit tidak sama untuk setiap kulit elektron), dan setiap sub-kulit dilambangkan berdasar
pada harga bilangan kuantum azimut (l ).
Untuk setiap sub-kulit diberi lambang berdasarkan harga bilangan kuantum ,
1. Sub-kulit yang mempunyai harga = 0 diberi lambang s
2. Sub-kulit yang mempunyai harga = 1 diberi lambang p
3. Sub-kulit yang mempunyai harga = 2 diberi lambang d
4. Sub-kulit yang mempunyai harga = 3 diberi lambang f

Lambang s, p d, dan f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali
dari Li s.d. Cs. yang terdiri dari empat deret yaitu tajam (Sharp), utama (principal), kabur
diffuse) dan dasar (fundamental). Untuk harga selanjutnya (jika mungkin) digunakan
lambang huruf berikutnya yaitu g, h, i dan seterusnya. Terdapat hubungan yang jelas antara
kulit dan jumlah sub kulit seperti tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hubungan jumlah sub kulit dengan kulit

Tingkat energi (Kulit) ke n akan memiliki jumlah sub tingkat energi (sub kulit)
sebanyak n.
 Bilangan kuantum Magnetik ( ml )
Bilangan kuantum magnetik menentukan arah orientasi dari orbital di dalam ruang.
Untuk setiap nilai l akan memberikan nilai ml antara –l sampai dengan
+l, Untuk harga l = 0 hanya ada sebuah harga m yaitu = 0
Untuk harga l = 1 mempunyai tiga harga m yaitu = – 1, 0 dan +1
Untuk harga l = 2 mempunyai lima harga m yaitu = – 2, – 1, 0, +1 dan +2
 Bilangan Kuantum Spin ( s atau ms)
Bilangan kuantum spin merupakan bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh
momentum sudut, hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara langsung
dengan tiga bilangan kauntum yang lain.
Bilangan kuantum spin bukan merupakan hasil dari penyelesaian persamaan
gelombang, tetapi diajukan oleh SA Goudsmit dan SE Uhlenbeck yang mendapatkan
adanya sepasang garis spektrum halus dari setiap satu garis spektrum bila diuraikan dengan
spektroskopi yang lebih teliti.
Diduga sepasang garis spektum halus tersebut diakibatkan oleh adanya perputaran
(spin) elektron pada sumbunya selama elektron mengelilingi inti. Dapat diandaikan bumi
berotasi pada sumbunya selama mengelilingi matahari.
Berasar hal tersebut diusulkan adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah
putaran (spin) elektron pada sumbunya. Setiap elektron dapat berputar pada sumbunya
sesuai dengan arah jarum jam atau berlawanan arah dengan jarum jam, maka probabilitas
elektron berputar searah jarum jam adalah ½ , dan probabilitas berputar berlawanan dengan
jarum jam juga mempunyai harga ½ . Untuk membedakan arah putarnya maka diberi tanda
negatif dan positip. Jadi bilangan kuantum spin hanya ada dua macam yaitu
+ ½ atau – ½ .
 Bentuk Orbital

Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk dan arah orientasi ruang yang ditentukan
oleh bilangan kuantum n, dan m. Orbital – orbital tersebut bergabung membentuk suatu
sub-kulit dan sub-kulit bergabung membentuk kulit atau tingkat energi.
Sub kulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum  = 0 dan
mempunyai ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan kuantum n (bagian dari
kulit yang mana). Probabilitas (kebolehjadian) untuk menemukan elektron pada orbital s
adalah sama untuk ke segala arah, maka bentuk ruang orbital s digambarkan seperti bola.

Gambar Bentuk Orbital s


Sub kulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum = 1. Tiga orbital p
tersebut adalah orbital px, py dan pz. Bentuk ruang orbital p digambarkan seperti
dumbell dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati
inti.

Gambar Bentuk Orbital p

Subkulit d tersusundari lima orbital yang mempunyai bilangankuantum= 2 Arah


orientasi dari orbital d dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu,
1. mempunyai orientasi diantara sumbu terdiri dari 3 orbital yaitu, dx-y , dx-z , dy-z
2. mempunyai orientasi pada sumbu terdiri dari 2 orbital ya2 itu2, ddan
x – yzd
2

Gambar Orbital d

Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron – elektron dalam


suatu atom. Konfigurasi elektron adalah khas untuk suatu atom misalnya tingkat energi
dari sub kulit 1s bagi atom Na adalah tidak sama dengan tingkat energi 1s bagi atom
Mg. Meskipun demikian terdapat suatu aturan yang bersifat umum dalam
memperkirakan penataan elektron dalam suatu atom.

 Aturan Aufbau
Aufbau berasal dari kata bahasa Jerman yang berarti membangun. Menurut
aturan Aufbau elektron di dalam suatu atom sedapat mungkin memiliki energi yang
rendah, dengan demikian maka elektron-elektron tersebut menempati orbital – orbital
yang energinya rendah. Besarnya tingkat energi elektron dapat diketahui dari
penjumlahan harga bilangan kuantum utama dan azimut ( n + l )
Orbital yang mempunyai harga n + l lebih besar akan mempunyai tingkat
energi yang lebih tinggi dan sebaliknya bila n + l kecil tingkat energinya juga kecil.
Untuk harga n+l yang sama maka orbital dengan harga n lebih besar akan mempunyai
tingkat energi yang besar.
Tabel ini menunjukkan harga ( n+ l) dan urutan tingkat energi dari masing-
masing orbital pada setiap kulit elektron dari suatu atom.

Tabel Harga (n+ l) dan tingkat energi sub-kulit

Berdasar tabel tersebut, maka urutan tingkat energi dari yang paling rendah ke yang
paling tinggi adalah sebagai berikut:

1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 4p …. dan seterusnya.
Cara lain untuk mengetahui urutan tingkat energi adalah dengan menggunakan deret
pancaran cahaya seperti berikut.
 Larangan Pauli

Larangan Pauli atau eksklusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak
boleh terdapat dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sma
akan mempunyai bilangan kuantum n, l dan ml yang sama dengan demikian yang bisa
membedakan hanya bilangan kuantum spin (s) akibatnya setiap orbital hanya dapat berisi 2
elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.
Dengan adanya larangan Pauli ini maka elektron yang dapat menempati suatu sub
kulit terbatas hanya dua kali dari jumlah orbitalnya, maka jumlah maksimum elektron
adalah sebagai berikut,
 sub kulit s terdiri dari 1 orbital dapat ditempati maksimum 2 elektron
 sub kulit p terdiri dari 3 orbital dapat ditempati maksimum 6 elektron
 sub kulit d terdiri dari 5 orbital dapat ditempati maksimum 10 elektron

Dengan menggunakan dua aturan tersebut dapat digambarkan konfigurasi


elektron dari suatu atom.
Contoh :
Konfigurasi elektron untuk atom 20Ca dan 26Fe
1. 21 Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1
2. 25 Mn : 1s2 2s2 2p63s2 3p6 4s2 3d5

Konfigurasi elektron dari gas mulia dapat dipergunakan untuk menyingkat


konfigurasi elektron dari atom – atom yang mempunyai jumlah elektron ( bernomor atom)
besar. Berikut ini adalah konfigurasi elektron dari gas-gas mulia:

1. 2He : 1s2
2. 10Ne : 1s2 2s2
2p6
3. 18 Ar : 1s2 2s2 3s2 3p6
2p6
4. 36 Kr : 1s2 2s2 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 16
2p6
5. 54 Xe : 1s2 2s2 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
2p6
Perhatikan cara menyingkat berikut :4Be : 1s2 2s2 disingkat menjadi
4Be : [He] 2s2
19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 disingkat menjadi

19 K : [Ar] 4s1
1. 15 P : [Ne] 3s2 3p3
2. 30 Zn : [Ar] 4s2 3d10
3. 33 As : [Ar] 4s2 3d10 4p3
Penyingkatan ini memberikan kemudahan di dalam menentukan elektron valensi
dan diagram orbital dari suatu atom. Elektron valensi dan diagram orbital ini akan
sangat berguna didalam mempelajari ikatan kimia.
Elektron valensi suatu atom adalah elektron – elektron yang terlibat di dalam
pembentukan ikatan kimia, biasanya merupakan elektron yang dim luar konfigurasi gas
mulia.
Contoh :
 Atom 15P dengan konfigurasi elektron [Ne]3s2 3p3 mempunyai 5 elektron
valensi yaitu elektron 3s2 dan 3p3
 Atom 26Fe dengan konfigurasi elektron [Ar] 4s2 3d6 mempunyai 6 elektron
valensi yaitu elektron 4s2 dan 3d6

Diagram orbital menunjukkan sebaran elektron dalam orbital – orbital pada


suatu atom. Penggambaran diagram orbital pada umumnya menggunakan kotak yang
mewakili jumlah orbital pada setiap sub kulit disertai dengan tanda panah ↑ atau ke
bawah ↓ yang menggambarkan spin elektron. Diagram orbital umumnya hanya diambil
pada elektron valensi.
Contoh :

 Atom 1H : 1s1 ( 1s1 )


 Atom 17Cl : [Ne] 3s2 3p5 ( 3s2 3p5

 Aturan Hund
Seperti dikemukakan di atas bahwa setiap sub kulit(kecuali sub kulit s) tersusun

17
atas beberapa orbital dengan energi setingkat, dengan demikian elektron dimungkinkan
menempati orbital di mana saja. Sebagai contoh pada atom 5B dengan konfigurasi 1s2
2s2 2p1, sebuah elektron yang terdapat pada sub kulit p dapat menempati orbital px, py
atau pz sebab ketiganya mempunyai tingkat energi yang sama. Ketiga kemungkinan
tersebut dapat digambarkan diagram orbitalnya sebagai berikut:

18
Untuk elektron – elektron yang menempati sub kulit dengan jumlah orbital lebih
dari satu (misalnya sub kulit p atau d) maka kemungkinannya akan lebih banyak lagi,
misalnya atom karbon akan mempunyai 15 kemungkinan penyebaran elektron pada
orbital baik yang berisi 2 atau 1 elektron. Berdasar pengamatan spektrum menunjukkan
bahwa yang paling rendah energinya (paling stabil) bila elektron – elektron tersebut
tersebar ke semua orbital dengan spin yang sejajar (spin sama), aturan ini dikenal
dengan Aturan Hund.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Perkembangan atom muncul
berdasarkan teori-teori dari para ilmuwan meliputi teori atom Dalton, J.J Thomson, Rutherford, Bhor,
dan mekanika gelombang. Berdasarkan penyampaian teori atom oleh para ilmuan melingkupi
kekurangan dan kelebihan temuan yang dikembangkan dan disempurnakan lagi oleh ilmuwan
lainnya. Pada atom terdapat bilangan kuantum, bentuk orbital, dan sub kulit atom. Konfigurasi
elektron adalah susunan elektron dalam atom atau penyebaran elektron dalam orbital-orbital atom.

3.2 Saran
Pada makalah ini menggunakan beberapa sumber sebagai referensi. Masih terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan sumber dan pengalaman penulis.
Dimohonkan untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Mohon maaf apabila masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. besar harapan penulis dalam menulis makalah ini
semoga dapat dimengerti dengan mudah isi makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Jenkins, et al. 2003. Nelson Chemistry 12. Toronto: Thomson Nelson.
Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications (10thedition).
Toronto: Pearson Canada Inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change (5th edition).
New York: McGraw Hill
Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman and
Company
Tro, Nivaldo J. 2011. Introductory Chemistry (4th edition). Illinois: Pearson Prentice Hall.
Sutarno, Erwin, Muhammad Syaipul Hayat. Titan Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences.
https://www.readcube.com/articles/10.30599%2Fjti.v9i2.92
Ramadani. 2020. Struktur Atom dan Perkembangan Teori Atom.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai