Panduan Lab Anak
Panduan Lab Anak
Oleh :
Tim keperawatanAnak
MATERI PRAKTIK I
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan anak sehat
maupun sakit
2. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran praktik laboratorium ini diharapkan :
a. Melakukan pemeriksaam status kesadaran
b. Melakukan pemeriksaan tanda vital
c. Melakukan pemeriksaan kulit,kuku, rambut, dan kelenjar getah bening
d. Melakukan pemeriksaan kepala dan leher
e. Melakukan pemeriksaan dada
f. Melakukan pemeriksaan jantung
g. Melakukan pemeriksaan abdomen
h. Melakukan pemeriksaan genetalia
i. Melakukan pemeriksaan tulang belakang dan ekstrimitas
j. Melakukan pemeriksaan neurologi
3. Dasar teori
a. Melakukan pemeriksaam status kesadaran
b. Melakukan pemeriksaan tanda vital
c. Melakukan pemeriksaan kulit,kuku, rambut, dan kelenjar getah bening
d. Melakukan pemeriksaan kepala dan leher
e. Melakukan pemeriksaan dada
f. Melakukan pemeriksaan jantung
g. Melakukan pemeriksaan abdomen
h. Melakukan pemeriksaan genetalia
i. Melakukan pemeriksaan tulang belakang dan ekstrimitas
j. Melakukan pemeriksaan neurologi
Respon Nilai
1. Membuka mata
a. Spontan 4
b. Dengan diajak bicara 3
c. Dengan rangsangan nyeri 2
d. Tidak membuka 1
2. Respons verbal
a. Sadar dan ada orientasi 5
b. Berbicara tidak kacau 4
c. Berkata tanpa makna 3
d. Hanya mengerang 2
e. Tidak ada suara 1
3. Respons motorik
a. Sesuai perintah 6
b. Terhadap rangsangan nyeri:
1) Timbul gerakan normal 5
2) Fleksi cepat dan abduksi bahu 4
3) Fleksi lengan dengan adduksi bahu 3
4) Ekstensi lengan, adduksi, ndorotasi bahu, pronasi lengan bawah. 2
5) Tidak ada gerakan 1
4. Lakukan penjumlahan ketiga respon dari aspek membuka mata + respons verbal +
respons motorik.
GCS
A. Pemeriksaan nadi
Prosedur pengukuran nadi meliputi frekuensi nadi, pola dan kekuatan nadi.
Alat dan bahan : Jam, pena dan buku catatan nadi.
Berikut ini ddijelaskan frekuensi, pola dan kekuatan nadi.
Tabel 1.3 frekuensi nadi
Umur Frekuensi nadi
Resting (awake) Resting (sleeping) Exercise (fever)
Newborn 100-180 80-160 Up to 220
1 minggu-3 bulan 100-120 80-200 Up to 220
3 bulan-2 tahun 80-150 70-120 Up to 200
2-10 tahun 70-110 60-90 Up to 200
10 tahun-remaja 55-90 50-90 Up to 200
5
B Perencanaan
Persiapan alat:
Jam tangan, format dokumentasi, stetoskop jika perlu.
6
C Implementasi
Cuci tangan
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang
tua/anak.
Mengatur posisi anak (supine atau semi fowler)
Mengidentifikasi lokasi arteri
Melakukan palpasi arteri, dengan meletakkan 3 ujung jari
(telunjuk, tngah dan jari manis) tepat di atas arteri yang akan
diukur.
Jika menggunakan nadi apical. Mengijinkan anak untuk
menyentuh stetoskop (jika memungkinkan)
Menempatkan diafragma stetoskop di atas titik maksimum
denyut jantung pada dada anak.
Menghitung nadi satu menit penuh
Membereskan alat
Cuci tangan
D Evaluasi
Mengevaluasi respon anak
Mengevaluasi hasil pengukuran
E Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian dengan tepat
Total nilai
B Perencanaan
Persiapan alat:
Stetoskop
7
Ukuran cuff:
BBL pj 5 cm x lb 5 cm
Bayi pj 8 cm x lb 5 cm
Anak pj 13 cm x lb 8 cm
Remaja pj 24 cm x lb 13 cm
Spignomanometer
C Implementasi
Cuci tangan
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang
tua/anak.
Mengijinkan anak menyentuh peralatan
Mengatur posisi anak (supine atau semi fowler)
Menggulung/ melepaskan bagian pakaian yang menutupi tempat
pengukuran.
Memasangkan manset kurang lebih 2-3 cm di atas arteri yang
akan diukur.
Mempalpasi arteri dengan 3 ujung jari
Menutup katup tensimeter
Melakukan pemompaan tensimeter sampai denyutan tidak teraba
lagi. Tandai uukuran nadi tidak terana dan turunkan air raksa
sampai angka 0.
Meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri yang akan diukur,
pompa kembali sampai ukuran/ tinggi air raksa 20-30 mmHg di
atas tanda tadi.
Menurunkan air raksa secara perlahan (2-3 mmHg/deetik)
Mengidentifikasikan ukuran systole dan diastole
Melakukan pengukuran ulang untuk keakuratan.
Melepaskan manset
Membereskan alat
Cuci tangan
D Evaluasi
Mengevaluasi respon anak
Mengevaluasi hasil pengukuran
E Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian dengan tepat
6 tahun 105/60
8 tahun 110/60
10 tahun 115/60
12 tahun 118/60
14 tahun 120/65
C. Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan pernafasan meliputi frekuensi, irama dan pola nafas
Nama Mahasiswa :
Prosedur : Menghitung Pernafasan
No Aspek yang dinilai Penilaian Ket
1 2 3 4
A Pengkajian
Kaji kebutuhan mengukur pernafasan
Kaji perubahan pernafasan seperti pucat, sianosis, menangis
lemah, retraksi
Kaji faktor yang mempengaruhi pernafasan : usia, aktivitas, suhu
tubuh, emosi, kondisi kesehatan, pengobatan, infeksi, premature,
diet dan kondisi lingkungan..
Kaji hasil laboratorium : AGD, DPL, dan oksimeter
B Perencanaan
Persiapan alat:
Jam tangan
Formulir dokumentasi
9
C Implementasi
Cuci tangan
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang
tua/anak.
Mengatur posisi anak (supine atau semi fowler)
Mengidentifikasi keteraturan pernafasan
Menghitung pernafasan selama satu menit
Membereskan alat
Cuci tangan
D Evaluasi
Mengevaluasi respon anak
Mengevaluasi hasil pengukuran
E Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian dengan tepat
D. Pemeriksaan suhu
Nama Mahasiswa :
Prosedur : Pengukuran Suhu
10
Indikasi:
Oral: usia lebih dari 6 tahun
Axilla : tidak ada batasan usia
Rectal: usia lbih dari satu bulan
Kontra indikasi:
Oral: pos operasi bedah mulut
Rectal: prolap rectum, atresia ani, bayi kurang dari satu bulan,
bayi premature, diare, kemungkinan perdarahan (leukemia,
trombositopenia)
B Perencanaan
Persiapan alat:
Termometer
Cairan pembersih (desinfektan, sabun, air bersih)
Jelly (pengukuran melalui rectal)
Tissue
Bengkok
Kapas cebok pada tempatnya
Jam tangan
Formulir dokumentasi
Sarung tangan
D Implementasi
Cuci tangan
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang
tua/anak.
Mengeluarkan thermometer dari tempatnya.
E Evaluasi
12
umur Suhu (0 C)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
III. Melakukan pemeriksaan kulit, kuku, rambut dan kelenjar getah bening.
B Perencanaan
Persiapan alat:
Formulir dokumentasi
C Implementasi
Prosedur:
Cuci tangan
13
D Evaluasi
Mengevaluasi respon anak
Mengevaluasi hasil pengukuran
E Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian dengan tepat
Merah Alergi dingin, hipertermia, reaksi psikologis, alcohol atau inflamasi lokal
Biru (sianosis) Sianosis perifer karena cemas atau kedinginan atau sianosis sentral karena
pada kuku penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen, kebiruan terlihat di
bibir, mulut dan badan.
Kuning Ikterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi
saluran empedu atau infksi berat yang dapat dilihat pada sclera, membrane
mukosa dan abdomen.
14
Kekurangan albinisme
pigmen
Cara Patologi
Amati kelembaban daerah kulit Kulit kering di darah bibir, tangan atau genital
menunjukkan adanya dermatitis kontak.
Kering
Kekeringan yang menyeluruh termasuk di area lipatan
Normal: membrane mukosa lembab dan membrane mukosa yang lembab menunjuukkan
terpajan sinar matahari yang terlalu lama dan sering
mandi atau kurang gizi.
Kering di membrane mukosa menunjukkan adanya
dehidrasi, kedinginan, syok .
Cara Patologi
Lakukan inspeksi dan palpasi Hipertermia menunjukkan demam, terbakar sinar
terhadap tekstur kulit. matahari, gangguan otak
Cara Patologi
Lakukan inspeksi dan palpasi Kulit kasar dan kering menunjukkan terlalu sering
terhadap tekstur kulit. mandi, kurang gizi, terpajan cuaca, gangguan endokrin.
Normal: kulit bayi dan anak lembut Kulit mengelupas atau bersisik pada jari-jari tangan
atau kaki menunjukkan adanya eczema, dermatitis atau
infeksi jamur.
Cara Patologi
Lakukan palpasi di daerah kulit Kembalinya lipatan kulit lambat dan ada tanda-tanda
dengan mencubit lengan atas atau yang menunjukkan dehidrasi atau malnutrisi, penyakit
abdomen dan melepaskannya kronis, atau gangguan otot.
dengan cepat.
Pemeriksaan Kuku
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien berbaring atau duduk
4. Lakukan inspeksi pada kuku, kemudian lakukan penilaian terhadap warna, tekstur,
kualitas, distribusi, elastisitas, dan hygiene.
5. Catat hasil
6. Cuci tangan
Pemeriksaan Rambut
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien berbaring atau duduk
16
4. Lakukan inspeksi pada rambut kemudian lakukan penilaian terhadap warna, tekstur,
kualitas, distribusi, elastisitas dan hygiene rambut.
5. Catat hasil
6. Cuci tangan
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien berbaring atau duduk
4. Lakukan palpasi dengan menggunakan bagian distal jari, kemudian tekan perlahan tapi
tegas menggunakan gerakan melingkar pada:
5. Lakukan penilaian kelenjar limfe antara lain ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
6. Catat hasil
7. Cuci tangan
Kepala
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien anak berbaring atau duduk di pangkuan
4. Kepala: Lakukan inspeksi dan pengukuran lingkar kepala, keadaan ubun-ubun atau
fontanel.
5. Wajah: Lakukan inspeksi daerah wajah untuk menilai kesimetrisan, adanya paralisis
fasialis serta adanya pembengkakan wajah.
6. Mata: Lakukan inspeksi pada mata:
a. Kemiringan palpbra dengan cara tarik garis imajiner melalui dua titik median
kantus.
b. Lipatan epikantus dengan melakukan pengamatan adanya kelebihan dari atas
hidung sampai ujung dalam alis mata
c. Kelopak mata dengan mengamati posisi, gerakan dan warna.
d. Konjungtiva palpebra dengan cara menarik kelopak mata ke bawah dan anjurkan
anak melihat ke atas.
e. Bulu dan alis mata dengan cara mengamati pertumbuhan dan distribusi.
f. Sklera dengan mengamati warna
g. Kornea dengan cara memberi sinar terang pada mata
h. Pupil dengan membandingkan ukuran bentuk dan gerakan .untuk menguji reaksi,
beri sinar yang menjauh dari mata dan pemeriksaan akomodasi dengan cara
membiarkan anak untuk focus pada objek dari jarak jauh kemudian membawa objek
dari jarak jauh kemudian membawa objek ke focus terdekat.
i. Iris dengan cara mengamati bentuk, warna, ukuran, dan kejelasan.
j. Lensa dengan cara inspeksi
k. Fundus dengan cara menggunakan optalmoskopi
l. Pemeriksaan penglihatan lain seperti uji reflex cahaya kornea dengan cara
mengarahkan cahaya langsung ke dalam mata dari jarak kurang lebih 40,5 cm.
17
m. Cover test dengan meminta anak untuk mendekati objek kurang lebih 33 cm atau
menjauh 50 cm, kemudian tutup salah satu mata dan kemudian amati gerakan mata
yang tidak ditutup.
n. Penglihatan warna dengan menggunakan ishihara.
7. Telinga:
a. Inspeksi daun telinga dan liang telinga atau gunakan otoskop untuk menilai struktur
telinga tengah (membrane timpani).
Anak di bawah 3 tahun dengan cara mendudukkan anak dalam posisi miring di atas
pangkuan orang tua dan minta orang tua untuk memeluknya, masukkan speculum di
antara posisi jam 3 dan 9 miring ke bawah dan ke depan tarik spina ke bawah dank
e belakang dengan posisi rentang jam 6-9.
Anak usia lbih dari 3 tahun, posisi duduk dengan kepala sedikit miring, tarik pinna
ke atas dank e belakang pada posisi jam 10, masukkan speculum 0,6-1,25 cm.
b. Uji pendengaran:
Uji Rinne dengan meletakkan batang vibrasi dan garputala pada tulang mastoid
sampai anak tidak mendengar dan pindahkan garputala ke dekat liang telinga.
Uji Weber dengan cara garputala pada garis tengah kepala atau dahi, kemudian
lakukan penilaian lateralisasi.
8. Hidung: Lakukan pemeriksaan :
a. Tengadahkan kepala ke belakang
b. Dorong ujung telinga ke atas dan arahkan sinar kea rah lubang hidung
c. Lakukan penilaian adanya perforasi septum
d. Arahkan sinar ke salah satu lubang hidung dan observasi adanya perforasi atau
peradangan.
9. Mulut dan Tenggorok:
a. Atur posisi telentang, kedua tangan diangkat di sisi kepala dan anjurkan orang tua
untuk mempertahankannya.
b. Gunakan spatel lidah dan hindari redfleks muntah dengan mnekan bagian samping
lidah dan gunakan lampu senter untuk melihat kondisi mulut dan tenggorok.
c. Lakukan pemeriksaan di daerah laring dengan laringoskop dan bagian leher untuk
menilai tekanan vena jugularis, dengan cara mengatur posisi telentang dengan dada
dan kepala elevasi 15-30 derajat, untuk menemukan ada tidaknya distensi pada vena
jugularis.
d. Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya massa leher. Pada bayi dengan posisi
telentang. Palpasi kelenjar thyroid dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan tengah,
dan perhatikan adanya pergerakan tiroid ke atas saat anak menelan.
V. Melakukan pemeriksaan dada.
a. Inspeksi bentuk dada, besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas atau
tidak, adanya penonjolan, pembengkakan.
b. Palpasi adanya kesimetrisan, fremitus suara dan krepitasi.
18
c. Perkusi dengan cara mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk langsung ke dinding
dada, sedangkan cara tidak langsung meletakkan satu jari di dinding dada dan
mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah dan kanan
atau kiri dengan membandingkannya.
d. Auskultasi untuk menilai bunyi nafas dasar dan bunyi nafas tambahan, yang dapat
dilakukan di seluruh dada dan punggung. Bandingkan dari kanan atau ke kiri, kemudian
dari bagian atas ke bawah dan menekan stetoskop agak kuat. Khusus pada bayi, bunyi
nafas akan lebih keras karena dinding dada masih tipis.
Tabel 1.19
Derajat bising Criteria
Derajat 1/6 Bising lemah hanya terdengar oleh praktisi
berpengalaman
20
- Telapak tangan: minta anak meremas jari tangan anda sekuat mungkin
- Telapak kaki: minta anak untuk memfleksikan plantar (mendorong telapak kaki kea
rah lantai) saat anda menekan telapak kaki.
4. Cuci tangan dan catat hasil.
X. Melakukan pemeriksaan neurologi
1. Cuci tangan dan jelaskan prosedur
2. Lakukan inspeksi kelainan umum neurologis seperti kejang, tremor, korea, parese,
paralisis, hemiparese, diplegia, paraplegia, tetraplegia.
3. Lakukan pemeriksaan reflex;
a. Refleks suprfisial, menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang
membentuk segi empat di bawah xipoideus (di atas simfisis)
b. Refleks tendon dalam (profunda) dengan mengetuk menggunakan martil di tendon
biseps, trisep, patella dan achills dengan penilaian pada bisep (terjadi fleksi sendi
siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patella (terjadi ekstensi sendi lutut),
Achilles (terjadi fleksiplantar kki), jika hiperefleksia berarti ada kelainan pada
persarafan motorik atas dan jika hiporefleksia terjadi kelainan pada saraf motorik
bagian bawah.
c. Reflex patologis dapat menilai adanya reflex babinski dengan cara menggores
permukaan plantar kaki menggunakan benda agak runcing, hasilnya terjadi reaksi
ekstensi ibu jari.
4. Lakukan pemeriksaan tanda meningeal:
a. Kaku kuduk dengan mengatur posisi pasien telentang, kemudian leher ditekuk, jika
terdapat tahanan dagu dan tidak menempel atau mengenai bagian dada maka kaku
kuduk positif.
b. Brudzinki I dengan mengatur posisi klien telentang, letakkan satu tangan di bawah
kepala pasien, kemudian tangan lain diletakkan di dada mencegah badan terangkat,
kemudian kepala difleksikan ke dada. Hasil positif jika dengan rangsangan
meningeal kedua tungkai bawah fleksi (terangkat) pada sendi panggul dan lutut.
c. Brudzinski II dengan mengatur posisi pasien telntang, fleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya, jika sendi lutut lainnya dalam
keadaan ekstensi maka tanda meningeal positif.
d. Tanda Kernig, dengan mengatur posisi pasin telentang, fleksikan tungkai atas tegak
lurus kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dasar penilaiannya, dalam
keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap
tungkai atas.
5. Lakukan pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan cara member tahanan atau
mengangkat atau menggerakkan bagian otot yang akan dinilai.
6. Cuci tangan dan catat hasil
Tabel 1.20 Tingkatan reflex
Derajat Tanda Keterangan
0 0 Tidak ada
1 + Berkurang
2 ++ Normal
3 +++ Lebih cepat dari normal
4 ++++ Hiperaktif (klonus)
22
Materi Praktik II
1.Capaian Pembelajaran
Mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengukuran antropometri dengan tepat pada bayi
dan balita dengan benar
b. Melakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan balita dengan benar
2.Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran praktik laboratorium ini diharapkan mahasiswa mampu :
3.Dasar teori
Pertumbuhan dan perkembangan anak
4.Jenis keterampilan/praktikkum
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan pada bayi/balita : BB, TB/PB, lingkar
kepala, LLA
1).Definisi
2). Tujuan
3). Prinsip – prinsip
4). Alat dan bahan
5). Prosedur kerja
d. Imunisasi Polio
e. Imunisasi Campak
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilaksanakan
3. Ambil vaksin polio dari termos es
25
4. Atur posisi bayi dalam posisi telentang diatas pangkuan ibunya dan
pegang dengan erat
5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang akan diprogramkan
atau yang dianjurkan, yakni 2 tetes
6. Cuci tangan
7. Cuci reaksi yang terjadi
c.IMUNISASI DPT/DT
imunisasi ini dilakukan dengan memberikan vaksin DPT ( Dipteri pertusis
tetanus)/DT (Dipteri tetanus) pada anak yang bertujan untuk memberi kekebalan
dari kuman penyakit dipteri,pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin pertama
pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4 – 6 minggu (kurang lebih
3 kali), selanjutnya ulangan pertama satu tahun dan ulangan berikutnya tiga
tahun sekali sampai usia 8 tahun . imunisasi ini tidak dianjurkan untuk bayi usia
kurang dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis yang sangat reaktogenik dan
adanya hambatan tanggap kebal karena pengaruh antibody maternal untuk
imunogen difteri atau tetanus.
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program/anjuran yaitu 0,5 ml
5. Atur posisi bayi(bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi, tangan
kanan bayi melngkar ke belakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu
memegang kaki bayi dengan kuat )
6. Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi
dengan kapas alcohol
7. Regangkan daerang yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskuler di daerah
femur
9. Lepas sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi
IMUNISASI HEPATITIS B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin hevatitis B kedalam
tubuh yang bertujan untuk memberi kekebalan dari penyakit hevatitis. Pada ibu
yang menderita hevatitis B dengan HbsA negatif, imunisasi dapat diberikan ke –
26
pada anak sesuai dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan
yang ketiga pada usia 6 bulan. Apa bila HbsAg ibu positif , vaksin dapat diberikan
dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir kemudian suntikan kedua pada usia 1-2
bulan dan ketiga. Imunisasi ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai dengan program/anjuran
yaitu 0,5 ml
5. Atur posisi bayi(bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi,
tangan kanan bayi melngkar ke belakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu
memegang kaki bayi dengan kuat )
6. Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi
dengan kapas alcohol
7. Regangkan daerang yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskuler di daerah
femur
9. Lepas sarung tangan
10. Cuci tangan
11.Catat reaksi yang terjadi
IMUNISASI CAMPAK
Imunisasi camapak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada anak yang
bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit camapak yang dapat
diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan , kemudian dapat diulang dalam
interval waktu 6 bulan lebih setelah suntikan pertama.
MATERI PRAKTIK IV
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat :Melakukan perawatan kolostomi
2. Tujuan pembelajaran : Mahasiswa mampu melakukan perawatan kolostomi
1). Washlap
2).Kantong kolostomi
3).Pinset
4).Air bersih/boorwater
5). Kassa
6). Sarung tangan
e. Prosedur kerja
1). Cuci tangan
2).Gunakan saraung tangan
3).Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4).Lepaskan kantung secara perlahan
5).Cuci kulit dan keringkan secara perlahan
6).Ukur kantung kolostomi dan lubangi bagian tengah sesuia dengan
ukuran kolostomi dan rekatkan atau tempatkan kantong dengan stoma
dibagian tengah dan tekan dengan perlahan dari tepi stoma.
7).Tenangkan anak, pastikan tindakan memang diperlukan untuk
28
MATERI PRAKTIK IV
e. Prosedur kerja
1). Cuci tangan
2). Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3). Gunakan sarung tangan steril
4). Atur posisi anak (lihat daerah luka) , minta bantuan untuk memegangi
anak
5). Plester dan balutan dibuka dengan menggunakan pinset
29
MATERI PRAKTIK V
Pemasangan infus
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat : Memasang infus
2. Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan pemasangan infus
3. Dasar teori : Pemberian cairan infuse
4. Jenis keterampilan/praktikum
a. Definisi pemasangan infuse dengan jarum bersayap
Pemasangan infuse dengan jarum bersayap dilakukan dengan memasukkan ke
intravena yang dilakukan pada anak dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit melalui parentral, sebagai jalur untuk memasukkan obat, dan
pemberian nutrisi parentral
d. Prosedur kerja
1). Cuci tangan
2). Gunakan sarung tangan
3). Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dimengerti
anak atau orang tua
4).Atur posisi dengan tidur telentang atau dibedng atau minta bantuan orang lain
atau untuk memegangi anak
5).Beri alas
6). Daerah yang akan difasang infuse dicukur terlebih dahulu atau dibersihkan
7). Pasang cairan dan sambungkan dengan set infus
8). Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan diinfus
9). Lakukan penusukan dengan menggunakan jarum bersayap kearah aliran darah
10).Apabila jarum sudah masuk yang ditandai dengan adanya cairan darah kearah
jarum, keluarkan jarum, masukkan kateter lebih dalam dan kemudian
sambungkan dengan slang infuse
11). Lakukan fiksasi dengan memberi plester pada jarum, beri kasa dibawah
jarum sebagai penahan dan lanjutkkan fiksasi kebagian yang lain
12). Atur tetesan
13). Tenangkan anak dan pastikan infus diperlukan untuk membuat keadaan lebih
baik
14). Lepas sarung tangan
15).Puji anak atas kerja samanya
16). Catat reaksi yang terjadi
17). Cuci tangan
PEMASANGAN INFUS
Prosedur pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan cairan melalui
intravena dengan bantuan set infuse, yang bertujuan memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit dan sebagai tindakan pengobatan serta pemberian makan
Prosedur kerja
11).Periksa apakah sudah masukke vena yang ditandai keluarnya darah melalui
jarum infuse/ abocath
12). Tarik jarum infus dan hubungkan dengan slang infus
13). Buka tetesan
14). Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril
15). Gunakan spalk untuk fiksasi daerah infus
16). Tenangkan anak dan pastikan infus diperlukan untuk membuat kondisi anak
lebih baik
17). Buka sarung tangan
32
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat : Melakukan tranfusi darah
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu : Melakukan transfusi darah
3. Dasar teori : Tekhnik cara transfusi darah
4. Jenis keterampilan/praktikum
a. Definisi
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
menggunakan alat set transfuse, untuk memenuhi kebutuhan darah dan
memperbaiki perfusi jaringan
b. Tujuan
Memasukkan darah melalui vena menggunakan alat set transfuse, untuk
memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan
d. Prosedur kerja
1). Cuci tangan
2). Gunakan sarung tangan
3). Jelaskan prosedur yang akan dilakukan menggunakan bahasa yang dimengerti
anak atau orang tua
4). Hubungan ciaran NaCL 0,9 % dan tranfusi set dengan menusukkan spike
slang (kateter)
5). Isi cairan NaCL 0,9 % ke dalam set transfusi dengan menekan bagian ruang
tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga siang tkeluarerisi dan udara
keluar
6). Letakkan atas
33
7). Atur posisi dengan tidur tuelentang dan minta bantuan orang lain atau orang
tua untuk memegangi
8). Lakukan pembendungan denggan torniket
9). Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulet
10). Lakukan penusukkan dengan arah lubang jarum keatas
11). Periksa apakah sudah masuk ke pembuluhan vena ditandai dengan darah
keluar melalui jarum infusi/abocath
12). Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan slang transfusi
13). Buka tetesan
14). Lakukan desinsfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa stteril
15).Gunakan spalk untuk fiksasi daerah infuse
16). Tenangkan anak dan pastikan infuse diperlukan untuk membuat keaadaan
lebih baik
17). Buka sarung tangan
18). Puji anak atas kerjasamanya
19). Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester serta inisial perawat
yang melaksanakan memasang
20). Cuci tangan
21). Setelah NaCL 0,9 % masuk kurang lebih 15 menit ganti dengan darah yang
sudah disiapkan
22). Sebelum dimasukkan; cek darah untuk warnanya, identitas pasien, jenis
golongan dar, tanggal akhir penggunaan
23). Lakukan observasi tanda-tanda vital selama transfusi
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian tepid sponging
b. Menjelaskan tujuan tepid
c. Menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan tepid sponging
d. Menjelaskan urutan prosedur kerja tindakan tepid sponging
e. Mendemontrasikan tindakan tepid sponging
f. Mendukemtasikan hasil tindakan tepid sponging
2. Tujuan pembelajaran
a.Menjelaskan pengertian tepid sponging
b.Menjelaskan tujuan tepid sponging
c.Menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan tepid sponging
d.Menjelaskan urutan prosedur kerja tindakan tepid sponging
e.Mendemontrasikan tindakan tepid sponging
f.Mendukemtasikan hasil tindakan tepid sponging
3. Dasar teoiri
34
Tepid sponging adalah bentuk umum untuk mandi teurapeutik, tepid sponging
dilakukan bila anak mengalami demam tinggi. Prosedur ini meningkatkan
control kehilangan panas tubuh melalui proses evaporasi dan konduksi. Karena
proses pendinginan terjadi dengan lambat dan fluktuasi dapat dihindari. Peng -
gunaan air hangat mencegah menggigil pada anak yang dapat menyebabkan
kenaikan suhu tubuh akibat menggigilnya otot. Orang tua yang mempunyai
anak kecil harus belajar bagaimana melakukan tepid sponging yang aman
dirumah.Anak-anak kecil berisiko mengalami kejang bila terjadi demam tinggi.
Pada perawat dilingkungan perawatan kesehatan dapat melakukan tepid
sponging sambil meminta instruksi tambahan untuk control suhu.
MATERI PRAKTIK IX
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan pemberian oksigen
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu : Melakukan pemberian oksigen
3. Dasar teori :
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan memberi oksigen kedalam
paru melalui saluran nafas dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui dengan tiga cara, yaitu melalui kanula , nasal dan
masker yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadi
hipoksia.
4. Jenis keterampilan/praktikum
a. Definisi
Memberi oksigen kedalam paru melalui saluran nafas dengan menggunakan alat
bantu oksigen.
b. Tujuan
Tindakan keperawatan memberi oksigen kedalam paru melalui saluran nafas
dengan menggunakan alat bantu oksigen
d. Prosedur kerja
1). Cuci tangan
36
MATERI PRAKTIK X
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan tindakan pemberian nebulizer
2. Tujuan pembelajaran
a.Menjelaskan pengertian nebulizer
b. Menjelaskan tujuan nebulizer
c.Menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan nebulizer
d.Menjelaskan urutan prosedur kerja tindakan nebulizer
e.Mendemontrasikan tindakan nebulizer
f.Mendukemtasikan hasil tindakan nebulizer
3. Dasar teori
Tindakan pemberiannebulizer untuk memobilisasi sekresi paru dengn cara
humidifikasi. Humidifikasi meningkatkan hidrasi membran mukosa melalui
transudasi.Tindakan memberi penguapan pada saluran pernafasan agar lendir encer
sehingga mudah keluar dan diisap.Tindakan ini dilakukan pada anak yang sesak
nafasakibatnya obtruksi produksi sekresi yang menumpuk dan tidak dapat
dikeluarkan secara fisiologis.
4. Jenis keterampilan/praktikum
a. Definisi
Tindakan memberi penguapan pada saluran pernafasan agar lendir encer
sehingga mudah keluar dan diisap
b. Tujuan
Memberi penguapan pada saluran pernafasan agar lendir encer sehingga mudah
keluar dan diisap
c. Alat bahan
1). NaCL 0,9 %
2). Set nebulizer
3). Obat bronkodilator, kalau perlu
37
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan postural drainase
2. Tujuan pembelajaran
a.Menjelaskan pengertian postural drainase
b.Menjelaskan tujuan postural drainase
c.Menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan postural drainase
d..Menjelaskan urutan prosedur kerja tindakan postural drainase
e.Mendemontrasikan tindakan postural drainase
f.Mendukemtasikan hasil tindakan postural drainase
3. Dasar teori
Mukus adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru dan jalan nafas.Mukus
menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan membantu mencegah
iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain, tubuh menghasilkan lebih banyak mucus
tebal dan membantu paru menghindari infeksi. Bila mukus kental ini menyumbat
jalan nafas, pernafasan menjadi menjadi sulit. Postural drainase dilakukan untuk
membantu tubuh menghilangkan mukus kental dari paruke dalam trachea yang dapat
dibatukkan keluar.
Postural drainase dapat dilakukan 2-3 kali sehari.Tindakan ini harus dilakukan ketika
anak terjaga, sebelum waktu tidur, dan kira-kira 1 ½ jam sebelum makan siang dan
makan malam.Tindakan ini tidak boleh dilakukan setelah makan karena latihan
batuk dapat menyebabkan anak muntah. Latihan harus selesai dalam 30-40 menit
sebelum makan , sehingga anak mempunyai kesempatan untuk istirahat dan
tindakan.
Anak harus ditempatkan pada beberapa posisi yang berbeda untuk postural drainase
38
Perawat harus menyesuaikan prosedur dengan usia dan kekuatananak. Setiap sesi
biasanya selesai 20-30 menit dan terdiri dari 4-6 posisi. Posisi lain yang belum
digunakan dilakukan pada postural drainase berikutnya dihari yang sama.
4. Jenis keterampilan/praktikum
a. Definisi
Postural drainase dilakukan untuk membantu tubuh menghilangkan mukus kental
dari paru ke dalam trachea yang dapat dibatukkan keluar.
b. Tujuan
Postural drainase dilakukan untuk membantu tubuh menghilangkan mukus kental
dari paru ke dalam trachea yang dapat dibatukkan keluar.
d.Prosedur kerja
1). Cuci tangan
2). Gunakan sarung tangan
3). Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4). Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak diatas pangkuan, miring
kanan atau berbaring
40
1. Capaian pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan foto terafi
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mamapu melakukan tindakan foto terafi
3. Dasar teori
Foto terapi dapat memecah bilirubin menjadi dipirol yang tidak toksis dan di ekskresikan dari
tubuh melalui urine dan feses.Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi
fotokimia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi ke dalam
fotobilirubin dan kemudian di eksresi di dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi
adalah reversible dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi.Energy sinar dari foto
terapi mengubah senyawa 4Z-15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang
merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air.
MEMBERIKAN FOTOTERAPI
a. Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi telanjang pada pelbet atau
tempat tidur. Letakkan atau jaga bayi kecil dalam inkubator.
c. Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluorensen (sinar putih atau biru) dengan
menggunakan fotometer.
e. Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan kain tersebut
tidak menutupi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam untuk pemberian makan.
Sring pantau posisi.
- Selama pemberian makan, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan kain
penutup mata.
- Memberikan suplemen atau mengganti ASI dengan jenis makanan atau cairan lain
tidak diperlukan (mis: pengganti ASI,air, air gula,dsb)
b. Jika bayi mendapkan cairan IV atau perasaan ASI, tingkatkan volume cairan
dan/atau susu sebanyak 10% volume harian total perhari selama bayi dibawah
sinar fototerapi
c. Jika bayi mendapkan cairan IV atau diberi makan melalui slang lambung, jangan
memindahkan bayi dari sinar fototerapi.
R/ defekasi encer, sering dan kehijauan serta urin kehijauan menandakan keefektifan
fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin.
5. Dengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasi , inspeksi kulit terhadap
kemungkinan iritasi dan kerusakan.
R/ membantu mecegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering atau encer.
a. Pindahkan bayi dari unit foterapi hanya selama prosedur yang tidak dapat
dilakukan saat dibawah sinar fototerapi
b. Jika bayi mendapkan oksigen, matikan sinar sebentar saat mengamati bayi untuk
mengetahui adanya sianosis sentral (lidah dan bibir biru).
7. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil (mis, suhu
aksila 97,8 F, suhu rectal 98,9 F).
43
R/ fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar,
radiasi dan konveksi.
8. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari. Perhatikan
tanda- tanda dehidrasi (mis, penurunan haluaran urine, fontanel tertekan, kulit hangat
atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung).Tingkatkan masukan cairan per
oral sedikitnya 25%.
a. Hentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum di bawah kadar saat fototerapi di
mulai atau 15mg/dl (260umol), mana saja yang lebih rendah.
b. Jika bilirubin serum mendekati kadar yang membutuhkan tranfusi tukar atau
pemindahan dan segera rujuk bayi kerumah sakit tersier atau pusat spesialisasi
untuk tranfusi tukar, jika memungkinkan. Kirim sampel darah ibu dan bayi.
10. Jika serum bilirubin tidak dapat diukur, hentikan fototerapi setelah tiga hari. Bilirubin
pada kulit dengan cepat menghilang dibawah fototerapi. Warna kulit tidak dapat
digunakan sebagai panduan kadar bilirubin serum selama 24 jam setelah penghentian
fototerapi
b. Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar di mulainya fototerapi, ulangi fototerapi
dengan banyak waktu yang sama seperti awal pemberian. Ulangi langkah ini
setiap kali fototerapi dihentikan sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap
di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi.
12. Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan tidak terjadi
masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi.
13. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih
icterus.
2. Syndrome bayi Bronze : penurunan ekskresi hepatic dari foto produk bilirubin.
3. Diare : bilirubin menginduksi seksresi usus.
4. Intoleransi laktosa : trauma mukosa dari epitel villi.
5. Hemolisis : trauma fotosensitif pada eritrosist sirkulasi.
6. Kulit terbakar : paparan berlebihan karena emisi gelombang pendek lampu fluoresen.
7. Dehidrasi : peningkatan kehilangan air yang tak disadari karena energy foton yang diabsorbsi.
8. Ruam kulit
ALAT FOTOTERAPI
Bagian- bagian alat fototerapi
1. Kabel penghubung alat dengan sumber listrik
2. Pengatur jarak lampu dengan bayi
3. Tombol power on/off untuk menghidupkan atau mematikan lampu fototerapi
4. Hourmeter (petunjuk berapa jam fototerapi yang sudah dipakai).
Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC :Jakarta
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC : Jakarta.
4. Jenis keterampilan/praktik
a. Definisi
Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatesdengan
hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi
bilirubin indirect yang mudah larut di dalam plasmadalam plasmdan lebih mudah di ekskresi
oleh hati ke dalam saluran empedu.Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu menyebabkan
bertambahny pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan
bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus.
membutuhkan fototerapi.
12.Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan tidak terjadi masalah lain
yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi.
13. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih icterus.
b.Tujuan resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2.Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4.Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
VENTILASI
a. Pasang sungkup
1. Sungkup dipasang pada muka bayi, menutup hidung dan mulut
Ventilasi dilakukan 2 kali percobaan
2. Udara ditiupkan kemulut bayi 2 kali dengan tekanan 30cm air untuk membuka alveoli
3. Dada bayi dilihat apakah berkembang, bila dada bayi tidak berkembang lakukan
tindakan :
Posisi kepala bayi diperiksa dan dibetulkan agar sedikit ekstensi
Posisi sungkup diperiksa dan dipastikan tidak ada udara bocor
Cairan atau lendir dari mulut diperiksa dan di hisap bila ada
4. Ventilasi 2 kali diulangi kembali dan dinilai apakah dada berkembang.
5. Bila dada bayi berkembang langkah ventilasi dilanjutkan
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 = sanagat baik
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang
52
4. Dokumentasi
1) Mencatat dalam buku immunisasi anak
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
54
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 angat baik (……………………….)
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang
55
Keterangan :
56
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 angat baik (……………………….)
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang
58
2.Pinset sirurgis
3.Gunting steril
5.Larutan H2O2
6.Larutan boorwater
7.NaCL
8.Gunting perban
9.Plester/pembalut
10.Bengkok
11.Kassa steril
12.Mangkok steril
II Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan steril
4. Atur posisi anak (lihat daerah luka) , minta
59
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 angat baik (……………………….)
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang
60
a. Alat
1) Tabung O2 dan flow meter
2) Botol pelembab
3) Selang nasal canul/masker
4) Cotton bud
5) Tissu
6) Bengkok
b. Pasien
1) Menjelaskan prosedur tindakan
2) Menjaga privasi
3) Mempertahankan kenyamanan
2. Langkah kerja
a. Cuci tangan
b. Membersihkan lubang hidung dengan cotton bud
c. Mengatur posisi
d. Membuka flow meter
e. Mengukur dosis seara bertahap
f. Mengecek aliran udara dari selang ke punggung
tangan
g. Memasang selang canul/masker pada hidung klien
h. Memperhatikan reaksi klien, pernapasan dan nadi
i. Merapihkan posisi anak kembali
j. Mendokumentasikan hasil kegiatan
k. Membereskan alat
l. Cuci tangan
JUMLAH
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
61
mengeluarkan skret
11) Tetap dampingi klien selama prosedur
tindakan (tidak meninggalkan klien)
12) Observasi adanya reaksi klien apabila
terjadi efek samping obat
13) Tempatkan nebulizer pada posisi yang
aman (jangan sampai terjatuh)
14) Bereskan alat
15) Cuci tangan
16) Dokumentasikan
JUMLAH
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 angat baik (……………………….)
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang
63
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
persalinan
2) Kedua tangan di cuci dengan air mengalir dan
sabun lalu dikeringkan
Kedua sarung tangan dipakai menjelang kelahiran
4 PENILAIAN
Penilaian Resusitasi BBL dinilai :
1). Sebelum bayi lahir : apakah air ketuban
bercampur moconium
2). Segera sesudah lahir : bayi bernapas, megap-
megap,tidak bernapas
Keputusan Resusitasi BBL :
1). Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-
megap
2). Bila air ketuban bercampur mekonium
Tindakan Resusitasi BBL :
1). Tindakan resusitasi dilakukan bila BBL tidak
bernapas atau megap-megap
2). Potong tali pusat, ( tidak diikat dulu atau
dibubuhi apapun )
5 TINDAKAN RESUSITASI BBL : LANGKAH
AWAL
Bayi tidak bernapas atau megap-megap
1). Jaga bayi tetap hangat : Bayi dibungkus dan
dipindahkan ketempat resusitasi
2).Atur posisi bayi : bahu bayi diganjal kain
dan posisi kepaladiatur sedikit ekstensi
3).Isap lendir : Lendir pd mulut dihisap
terlebih dahulu sedalam 3Cm dan lendir
dihisap pd sat selang ditarik, tidak
memasukkan selang
4).Keringkan dan rangsang bayi :
Bayi dikeringkan mulai dari
muka,kepala,tubuh dengan sedikit tekanan
Rangsangan taktil diberikan dengan
menepuk /menyentil telapak kaki bayi
Punggung, perut, dada atau tungkai bayi
digosok dengan sedikit tekanan
5).Reposisi Kepala bayi dan bungkus bayi :
lain yang basah diganti dengan kain yang
kering
Bayi dibungkus dengan kain kering,
bagian muka dan dada dibuka
Posisi kepala bayi diatur kembali agar
sedikit ekstensi
6).Penilaian bayi dilakukan penolong : Bayi
dinilai apakah bernapasnormal, tidak bernapas
67
atau megap-megap.
Bila bayi bernapas Normal :
Bayi diletakkan didada ibu, diselimuti
keduanya
Ibu dianjurkan untuk menyusui bayi dan
bayi dibelai rambutnya
Bila bayi tidak bernapas normal atau
megap-megap, ventilasi segera dilakukan
dihisap pada saat menarik
1).Bayi dilakukan penilaian
2).Tali pusat dipotong cepat dan
dilanjutkan dengan langkah
awal
5) Dilakukan penilaian kembali, jika tidak
bernapas, megap-megap atau menangis
lemah.
6 VENTILASI
e. Pasang sungkup
1. Sungkup dipasang pada muka bayi,
menutup hidung dan mulut Ventilasi
dilakukan 2 kali percobaan
2. Udara ditiupkan kemulut bayi 2 kali
dengan tekanan 30cm air untuk
membuka alveoli
3. Dada bayi dilihat apakah berkembang,
bila dada bayi tidak berkembang
lakukan tindakan :
Posisi kepala bayi diperiksa dan
dibetulkan agar sedikit ekstensi
Posisi sungkup diperiksa dan dipastikan
tidak ada udara bocor
Cairan atau lendir dari mulut diperiksa dan
di hisap bila ada
4. Ventilasi 2 kali diulangi kembali dan
dinilai apakah dada berkembang.
5. Bila dada bayi berkembang langkah
ventilasi dilanjutkan
Ventilasi 20 X dalam 30 detik
6. Udara ditiupkan sebanyak 20 X dalam
30 detik ( dengan tekanan 20 mm air
1. Bila bayi mulai bernapas normal
ventilasi dihentikan
2. Asuhan pasca resusitasi diberikan
pada BBL
3. Jika bayi belum bernapas ventilasi
68
Jumlah
Nilai : -------------------------------- x 100% Bandar lampung ,
Jumlah aspek yang dinilai Penilai
Keterangan :
4 angat baik (……………………….)
3 = baik
2 – cukup
1 = kurang