PPH PASAL 21
OLEH:
MARLIATI
1910078201212
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. PAJAK.....................................................................................................................
A. KESIMPULAN .......................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
terutang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
pasal pph 21
PEMBAHASAN
A. PAJAK
1. Pengertian Pajak
Pajak didefinisikan dengan iuran kepada Negara terutang oleh yang wajib
kembali, langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pemerintahan.
Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat
pelaksanaan pemungutan pajak yang mengisyaratkan adanya alih dana dari sektor
swasta (wajib pajak yang membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama dan yang paling
besar pada APBN.Pajak merupakan sumber yang sangat penting dalam memenuhi
penerimaan pajak perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak , terutama para wajib
pajak untuk membayar pajak. Perkembangan dunia perpajakan dapat dilihat dari
dapat dilihat dalam APBN dan APBD.Negara semakin memiliki tuntutan untuk
pembangunan dari berbagai bidang yang membutuhkan dana yang besar jumlahnya,
yang berarti bahwa pajak yang diterima juga harus semakin besar pula. Dan untuk
2. Jenis-jenis Pajak
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak
Pusat dan Pajak Daerah.Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal
meliputi :
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikenakan PPN.Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang
PPN.Tarif PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%.Dalam hal ekspor, tarif PPN
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong
mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak
berpenghasilan tinggi
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian,
akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan
maupun Kabupaten/Kota.
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
ketentuan.
1. Pajak Propinsi
2. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Parkir
B. PPH PASAL 21
PPhPasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa. Subjek Pajak PPh
Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21
a. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah tertentu
secara berkala.
b. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja
d. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang– orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
huruf c Undang– Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21.
252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan
badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru adalah sebagai berikut:
Pegawai tetap.
Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima
upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang
berkesinambungan.
bruto.
c. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga
ahli, orang pribadi subjek pajak luar negeri, dan peserta pendidikan, pelatihan,
dan magang.
f. Penyelenggara kegiatan.
a. Pegawai tetap.
b. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola
warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
d. Penerima honorarium.
e. Penerima upah.
g. Peserta Kegiatan.
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
penghasilan di Indonesia.
5. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima
atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku
d. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
hubungan kerja.
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
seniman lainnya.
3) Olahragawan.
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
7) Agen iklan.
13) Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan
sejenis lainnya.
g. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-
tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh
bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakanPajak
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
246/PMK.03/2008:
Penerima harus memenuhi dua syarat, yaitu:
Ketentuan Lainnya :
orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun,
penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana
pensiun.
penerima pensiun bulanan dalam waktu dua bulan setelah tahun takwim
berakhir.
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun
pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak
dalam negeri.
a. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan
disetahunkan.
b. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa,
dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya
dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan
jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana
pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp
150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp
bruto setelah dikurangi Rp 150.000. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya
satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima
e. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari
imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau
Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan
bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke
PENUTUP
A. Kesimpulan
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbarupada tahun 2013 untuk
B. Saran
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan
tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Supramono, SE., MBA., DBA & Theresia Woro Damayanti SE, Perpajakan
http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru
https://sites.google.com/site/referensipajak/Contoh-cara-menghitung-pajak-penghasilan-
PPh-pasal-21-Pegawai-Tetap-berNPWP-TidakberNPWP-Dengan-Gaji-
Bulanan/Contoh-Cara-Menghitung-Pajak-Penghasilan-PPh-Pasal-21-Pegawai-
Tetap-Penerima-Uang-Pensiun-Manfaat-Pensiun-Tunjangan-Jaminan-Hari-Tua-
Pesangon-Diterima-Bertahap-Sekaligus