Anda di halaman 1dari 23

By : INDRAWATI BAUW 201502176B

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGI


POSTPARTUM

A.     Definisi
Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan sesaat
dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan.
Psikosa postpartum adalah gangguan kepribadian derajat berat yang mengurangi kemampuan
fungsi tanggung jawab ibu. Gejala-gejala ini diklasifikasikan sebagai psikologis manik
depresi, psikologis postpartum, skizofrenia, dan keadaan kebingungngan tiksik (toxic
confusion).

B.     Klasifikasi
1.      Postpartum blues
Tipe paling banyak dari depresi postpartum adalah postpartum blues, yang merupakan
suatu gangguan penyesuaian terhadap kehidupan baru (kelahiran). Ibu mengalami depresi
selama masa depresi selama masa transisi tersebut kurang dari 1-14 hari dengan puncak pada
hari kelima. (Beck, 1992)
2.      Severe postpartum depression
Disebut juga affective neurotic depression. Terjadi dengan singkat setelah kelahiran,
tetapi mungkin tidak terdiagnosis untuk beberapa bulan postpartum. Ibu akan mengalami
pengalaman yang mendalam berupa perasaaan kehilangan dan kesediahan yang menetap,
diikuti oleh kecemasan, mudah tersinggung, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan
perasaan bersalah.
3.      Women with borderline personalities
Ibu pada ambang gangguan emosi mempunyai beberapa gejala sperti diatas, tetapi
ditambah oleh perasaan putus asa, hampa, dan tak berguna. Perasaan ini bisa saja timbul
sebelum kehamilan, tapi menonjol saat kelahiran.
4.      Postpartum psychosis
Ibu dengan depresi psikotik kehilangan kontak dengan realita dan mengalami delusi
dan disorientasi. Umumnya berhubungan dengan kesehatan bayi.

C.     Etiologi
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan merupakan
kombinasi dari aspek biologis, psikososial, dan stress situasional (beck, 1999). Ini juga
berhubungan dengan latar belakang depresi personal atau keluarga, dukungan social yang
rendah, serta, serta masalah selama kehamilan dan kelahiran (Steward dan Robinson, 1998).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan.
1      Flukturasi hormon seiring dengan kelahiran.
2      Latar belakang depresi, gangguan mental.
3      Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat.
4      Kemarahan terhadap kehamilan.
5 Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga .
6      Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial, dan melahirkan bayi cacat.
7      Kehamilan yang tidak di inginkan.

D.     Manifestasi kinis


1.    Postpartum
Depresi ringan, menangis, perasaan kehilangan, dan kelelahan kosentrasi menurun.
2.    Affective (neurotic) depression
Mencakup tahap ansietas, fobia, ketakutan akan membahayakan bayi, berat badan, insomnia,
mudah tersinggung, perasaan bersalah, bahkan apatis.
3.    Women with borderline depression personalities
Bisa berfluktuasi dan neurotik depresi ke pisikotik.
4.    Postpartum psychosis
Delusi, halusinasi, disorientasi, serta rasa marah terhadap dirisendiri dan bayi.

E.      Dampak Depresi pada Keluarga


Depresi postpartum bisa berakibat pada seluruh keluarga, hal ini menciptakan keteganggan
pada metode koping yang bisa digunakanpada setiap anggota keluarga dan seiring
menimbulkan kesulitan dalam komunikasi. Selanjutnyastresor seiring menjadi besar dan
berbagai akibatnya anggota keluarga akan mengurangi interaksi dengn ibu yang depresi
tersebut pada saat ia membutuhkan dukungan lebih. Komunikasi bisa terganggu karena
penolakan ibu terhadap orang sekitarnya.
Pasangan merasakan ada beberapa perubahan dalam hidup mereka setelah kelahiran
seperti perasaan kehilangan teman, kehilangan control, marah, dan frustasi. Ibu yang depresi
berinteraksi berbeda dengan bayinya dibanding dengan tidak depresi, mereka cendrung lebih
mudah tersinggung dan merasa tidak kompaten menjadi seorang ibu (Meighan, 2000).

F.      Diagnosis Banding


Diagnosis banding harus membedakan gangguan emosi atau gangguan perkawinan dan
hubungan keluarga yg berat dapat membantu interprestasi gejala pada ibu ini.

G.     Penatalaksanaan dan Pendidikan Ibu


1.   Terapi terbaik dari depresi tersebut adalah kombinasi dari psikoterapi, dukungan social, dan
medikasi. Beberapa wanita mungkin membutuhkan ETC. Psikoterapi mungkin lebih berguna
dalam membantu ibu untuk mengatasi perubahan hidup mereka. Pasangan dan keluarga
terdekat harus ikut dalam sesi konseling, sehingga mereka bisa memahami apa yang mereka
butuhkan.
2.   Pengobatan psikoterapi, obat-obatan penenang, dan peningkatan suasana hati atau gabungan
obat-obat ini ini dapat dapat diindikasikan. Terapi spesifik bergantung pada sifat gangguan
psikiatri yang terdapat pada ibu.
3.   Antidepresan sering digunakan untuk depresi postpartum dan mungkin di teruskan selama 6
bulan atau lebih. Jika ibu ingin melanjutkan pemberian ASI, obat-obatan yang digunakan
harus aman selama laktasi, karena hal ini dapat mempengaruhi proses bonding (Laurence dan
Laurence, 1999).
4.    Rawat inap mungkin di perlukan untuk mencegah cedera diri atau kekejamanterhadap janin.
Rawat inap mungkin diperlukan bila ada ansietas yang tidak tertahankan atau kelainan
tingkah laku yg tidak dapat di control.
Asuhan Keperawatan

A.      Pengkajian
Identifikasi awal dari factor risiko untuk depresi postpartum akan memudahkan perawat
dalam memberikan langkah-langkah mencegah, sehingga gangguan depresi dapat dicegah
dan diminimalisasi. Latar belakang depresi postpartum, gangguan afektif keluarga, atau
depresi yang tidak berhubungan dengan kehamilan dapat dihubungkan dengan masalah
potensial. Factor risiko lain seperti status social ekonomi yang rendah, masalah perkawinan,
orang tua yg tunggal dengan system pendukung yang rendah, serta ambivalen atau pikiran
negative tentang peran sebagai orang tua. Latar belakang child abuse, kekecewaan terhadap
diri sendiri, perasaan tidak mampu menjadi ibu, dan stress baru.
Selama priode postpartum, perawat juga mengkaji tanda prediksi awal kebiasaaan ibu dan
interaksi dengan bayinya seperti kurangnya kehangatan dan perhatian, ambivalensi,
kecemasan kurang tertarik, dan kurang kasih saying dalam merawat bayi.

B.       Diagnosis Keperawatan


1. Koping individu tidak efektif yang berubungan dengan stress kelahiran, konsep dari
negative, dan system pendukung yang tidak adekuat.
2. Gangguan interaksi social yang berhubungan depresi berat
3. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidaknyamanan yang berhubungan dengan depresi
mental dan efek keluarga.
4. Resiko pencederai diri sendiri dan bayi yang berhubungan dengan psikosis postpartum.
5. Perubahan peran pada orang tua yang berhubungan dengan postpartum blues, perasaan
yang tidak adekuat, delusi dan halusinasi.
6. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dng depresi maternal.
Inteverensi Keperawatan
1.    Koping individu yang tidak efektif yang berhubungan dengan stress kelahiran, konsepdiri
negative, system pendukung yg tidak adekuat ditandai dengan :
Data objektif
a). Ansietas atau depresi, kelelahan, dan imsomia.
b). Ketidak mampuan masalah dan tugas
c). Perubahan komunikasi dan interaksi social
d). Tingkahlaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
e). Bimbang atau tidak yakin dengan keputusan yang diambil
Data subjektif :
a)    Mengungkapkan ketidak mampuan untuk melakukan koping.
b)   Mengungkapkan rasa kuarang percaya diri
c)    Mengeluh nyeri pada leher, ketegangan otot dan sakit kepala
Kiteria hasil :
a) Ibu menunjukkan kewaspadaan dari koping
b) Ibu menunjukkan kemampuan menyelesaikan maalah.
c) Ibu menunjukkan kebutuhan memenuhi kepenuhan fisiologis dan psikologis dan
eksperesi perasaan
d) Ibu menunjukkan kemampuan mengambil keputusan dan kepuasan terhadap pilihan
Interverensi mandiri :
a) Tetapkan hubungan terapeutik perawat ibu.
Rasional: ibu mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini
b) Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya teknik relaksasi, keinginan untuk
mengekspresikan perasaan.
Rasional: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa
lampau ungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan control
individu.
Rasional: menginformasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam
mengembangkan rencana keperawatan
c) Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini bagai mana mereka diterima ibu.
Rasional: sebagai orang terdekat mungkin berusaha membantu, namun tidak
dipersepsikan sebagai bantuan untuk ibu
d) Sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah, dan perawatan
ibu sesuai dengan kemungkinan.
Rasional: informasi dapat mengurangi perasaan tanpa harapan dan tidak berguna.
Keikutsertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan control dan harga diri.
e) Dorong pencarian bantuan sesuai dengan kebutuhan memberikan informasi mengenai
orang dan institusi yang tersedia bagi mereka.
Rasional: izin untuk mencari bantuan sesui kebutuhan dan membuat mereka memilih
unuk mengambil keuntungan dari apa saja yang tersedia.

C.       Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai degan yang telah di rencanakan, mencankup
tindakan mandiri dan kolaburasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan nerdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk tenag kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang di dasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

D.      Evaluasi keperawatan


Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak di capai.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1.      Dampak pengalaman melahirkan.
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad,
1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan
orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka
untuk menjadi orang tua.

2.      Citra diri ibu


Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana
perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku
dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya.Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian
perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua
baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena
takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan
jaringan perineum.

3.      Interaksi Orang tua – Bayi


Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini
kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau
kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda –
tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.

4.      Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif


Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan
bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak
matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika
mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas – tugas yang
diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,
dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.

5.      Struktur dan fungsi keluarga


Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan
anak – anak lain.Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit.

Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering
terlihatkira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6.  Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
7. Seksualitas

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )
Adalah :
1) Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
2) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal  (perpindahan
cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek
anestesia.
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal /
rectal.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
5) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber – sumber.
6) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas
Rh )
7) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan,
ruptur ketuban lama, malnutrisi.
8) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat,
hemoragi )
9) Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan cairan
setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin.
10) Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
11) Ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri
sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari
klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
12) Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi
orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem
pendukung, persepsi tidak realistis
13) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

C. Intervensi  Keperawatan

1) Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/


pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasiketidaknyamanan.

Intervensi:
a) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional          : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat.
b) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional          : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan
terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
c) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional          : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi
edema dan vasodilatasi.
d) Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional          : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan
nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
e) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional          : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan
tekanan langsung pada perineum.
f) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional          : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bilaafterpain paling
hebat karena pelepasan oksitosin.

2) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsiregulator


(misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella,
inkompabilitas Rh )
Tujuan : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor risiko / melindungi
diri, bebas dari komplikasi.

Intervensi:
a) Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional         : Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien
karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
b) Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan.
Rasional         : Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt
menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
c) Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ;
kemerahan, kehangatan, nyeri tekan ).
Rasional         : Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi
placenta ), penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan
darah setelah kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
d) Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional         : Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
e) Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan
perlunya untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi.
Rasional         : Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas
dapat terjadi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan
lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan
penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak
febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.

Intervensi:
1.    Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
Rasional        : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu
penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.
2.    Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil,
anoreksia atau malaise
Rasional        : peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi 3.,
3.   Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam
Rasional        : Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan
uterus.
4.   Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih
Rasional        : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
5.   Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih / defekasi
Rasional        : Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal )
membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.
6.  Hubungi agensi – agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung,
untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk
pemeriksaan medis
Rasional        : Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan
banyak istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan
diri.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan
( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi )
Tujuan : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang,dan Hb / Ht
dalam kadar normal.
Intervensi :
1. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
2.  Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola
berkemih normal terjadi
3. Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional         : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan
karena kelahiran dan diaforesis.
5) Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek
infus oksitosin.
Tujuan : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan
penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi:
1.   Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema.
Rasional         : Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap /
terjadi pada periode pascaprtum.
2.   Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
3.   Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual
selambat – lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
4.   Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.
6) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ) efek – efek
progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan: Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah
kelahiran.

Intervensi:
1) Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau
diastaksis rekti
2) Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
3) Kaji terhadap adanya hemoroid
4) Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal danketidaknyamanan,
dan meningkatkan vasokonstriksi lokal.
5) Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
6) Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal
dan mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.

7) Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan


dengankurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis
untuk diri sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi
sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial,
rumah tangga , pekerjaan )
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusikan
peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi
baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber – sumber.

Intervensi:
1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan
latar belakang budaya.
Rasional        : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber – sumber
pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2) Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional        : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3) Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien /
pengalaman selama kanak – kanak
Rasional        : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4) Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan
peran pasangan pada persalinan
Rasional        : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
5) Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,
atau pascapartal
Rasional        : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya
komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
6) Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional        : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti
bayi yang diharapkan.
7) Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional        : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama
kali ; selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
8) Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan
berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional        : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
9) Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap
masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak
terjadi.
Rasional        : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.

8. Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis


maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan
menjadi orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal,
ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu
dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber – sumber yang tepat sesuai kebuuhan.
Intervensi:
1.   Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi klien
tentang penampilannya selama persalinan.
Rasional        : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran
feminin dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui.
2.   Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran
Rasional        : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas
dari pengalaman fantasi.
3.   Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( " perasaan sedih " pascapartum ) pada hari ke-2
sampai ke-3 pascapartum ( misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk,
dan depresi ringan atau berat )
Rasional        : Sebanyak 80 % ibu – ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa setelah melahirkan.
4.   Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan
rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional        : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
5.   Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari
peran baru dan strategiuntuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional        : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari
6.  Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu – raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua
Rasional        : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
7.   Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua,
pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional        : Kira – kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
– gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera
dan istirahat.
Intervensi:
1.      Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional        : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
2.      Kaji faktor – faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional        : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang.
3.      Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali kerumah
Rasional        : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4.      Berikan informasi tentang efek – efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
Rasional        : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI , dan
penurunan refleks secara psikologis.
5.      Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain
Rasional        : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya
10. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber – sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan – alasan untuk tindakan.
Intervensi
1.      Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
Rasional        : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas – aktifitas perawatan diri / perawatan bayi.
2.      Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional        : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang
tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
3.      Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,
perubahan fisiologis
Rasional        : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
4.      Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi
Rasional        : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan
sebelum kunjungan minggu ke-
11.   Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengankecukupan
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkantujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas – tugas yang mengarah pada
kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan
dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi:
1.      Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain
Rasional        : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap – tahap perkembangan.
2.      Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional        : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu
mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah
pulang.
3.      Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode
pascapartum
Rasional        : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka
alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
4.      Berikan informasi tertulis mengenai buku – buku yang dianjurkan untuk anak – anak
( sibling ) tetang bayi baru
Rasional        : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan
akan kemungkinan penggantian atau penolakan.
5.      Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di
komunitas
Rasional        : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan
perkembangan anak.

Kesimpulan
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh
Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan
seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.

Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar
postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang
menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi
wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka
diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. 

Anda mungkin juga menyukai