A. Definisi
Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan sesaat
dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan.
Psikosa postpartum adalah gangguan kepribadian derajat berat yang mengurangi kemampuan
fungsi tanggung jawab ibu. Gejala-gejala ini diklasifikasikan sebagai psikologis manik
depresi, psikologis postpartum, skizofrenia, dan keadaan kebingungngan tiksik (toxic
confusion).
B. Klasifikasi
1. Postpartum blues
Tipe paling banyak dari depresi postpartum adalah postpartum blues, yang merupakan
suatu gangguan penyesuaian terhadap kehidupan baru (kelahiran). Ibu mengalami depresi
selama masa depresi selama masa transisi tersebut kurang dari 1-14 hari dengan puncak pada
hari kelima. (Beck, 1992)
2. Severe postpartum depression
Disebut juga affective neurotic depression. Terjadi dengan singkat setelah kelahiran,
tetapi mungkin tidak terdiagnosis untuk beberapa bulan postpartum. Ibu akan mengalami
pengalaman yang mendalam berupa perasaaan kehilangan dan kesediahan yang menetap,
diikuti oleh kecemasan, mudah tersinggung, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan
perasaan bersalah.
3. Women with borderline personalities
Ibu pada ambang gangguan emosi mempunyai beberapa gejala sperti diatas, tetapi
ditambah oleh perasaan putus asa, hampa, dan tak berguna. Perasaan ini bisa saja timbul
sebelum kehamilan, tapi menonjol saat kelahiran.
4. Postpartum psychosis
Ibu dengan depresi psikotik kehilangan kontak dengan realita dan mengalami delusi
dan disorientasi. Umumnya berhubungan dengan kesehatan bayi.
C. Etiologi
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan merupakan
kombinasi dari aspek biologis, psikososial, dan stress situasional (beck, 1999). Ini juga
berhubungan dengan latar belakang depresi personal atau keluarga, dukungan social yang
rendah, serta, serta masalah selama kehamilan dan kelahiran (Steward dan Robinson, 1998).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan.
1 Flukturasi hormon seiring dengan kelahiran.
2 Latar belakang depresi, gangguan mental.
3 Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat.
4 Kemarahan terhadap kehamilan.
5 Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga .
6 Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial, dan melahirkan bayi cacat.
7 Kehamilan yang tidak di inginkan.
A. Pengkajian
Identifikasi awal dari factor risiko untuk depresi postpartum akan memudahkan perawat
dalam memberikan langkah-langkah mencegah, sehingga gangguan depresi dapat dicegah
dan diminimalisasi. Latar belakang depresi postpartum, gangguan afektif keluarga, atau
depresi yang tidak berhubungan dengan kehamilan dapat dihubungkan dengan masalah
potensial. Factor risiko lain seperti status social ekonomi yang rendah, masalah perkawinan,
orang tua yg tunggal dengan system pendukung yang rendah, serta ambivalen atau pikiran
negative tentang peran sebagai orang tua. Latar belakang child abuse, kekecewaan terhadap
diri sendiri, perasaan tidak mampu menjadi ibu, dan stress baru.
Selama priode postpartum, perawat juga mengkaji tanda prediksi awal kebiasaaan ibu dan
interaksi dengan bayinya seperti kurangnya kehangatan dan perhatian, ambivalensi,
kecemasan kurang tertarik, dan kurang kasih saying dalam merawat bayi.
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1. Dampak pengalaman melahirkan.
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad,
1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan
orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka
untuk menjadi orang tua.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering
terlihatkira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
7. Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )
Adalah :
1) Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
2) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (perpindahan
cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek
anestesia.
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal /
rectal.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
5) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber – sumber.
6) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas
Rh )
7) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan,
ruptur ketuban lama, malnutrisi.
8) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat,
hemoragi )
9) Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan cairan
setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin.
10) Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
11) Ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri
sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari
klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
12) Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi
orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem
pendukung, persepsi tidak realistis
13) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi:
a) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat.
b) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan
terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
c) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi
edema dan vasodilatasi.
d) Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan
nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
e) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan
tekanan langsung pada perineum.
f) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bilaafterpain paling
hebat karena pelepasan oksitosin.
Intervensi:
a) Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional : Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien
karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
b) Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan.
Rasional : Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt
menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
c) Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ;
kemerahan, kehangatan, nyeri tekan ).
Rasional : Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi
placenta ), penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan
darah setelah kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
d) Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional : Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
e) Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan
perlunya untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi.
Rasional : Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas
dapat terjadi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan
lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan
penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak
febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi:
1. Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu
penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.
2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil,
anoreksia atau malaise
Rasional : peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi 3.,
3. Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam
Rasional : Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan
uterus.
4. Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih
Rasional : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
5. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih / defekasi
Rasional : Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal )
membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.
6. Hubungi agensi – agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung,
untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk
pemeriksaan medis
Rasional : Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan
banyak istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan
diri.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan
( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi )
Tujuan : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang,dan Hb / Ht
dalam kadar normal.
Intervensi :
1. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
2. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola
berkemih normal terjadi
3. Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan
karena kelahiran dan diaforesis.
5) Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek
infus oksitosin.
Tujuan : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan
penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi:
1. Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema.
Rasional : Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap /
terjadi pada periode pascaprtum.
2. Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
3. Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual
selambat – lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
4. Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.
6) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ) efek – efek
progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan: Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah
kelahiran.
Intervensi:
1) Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau
diastaksis rekti
2) Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
3) Kaji terhadap adanya hemoroid
4) Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal danketidaknyamanan,
dan meningkatkan vasokonstriksi lokal.
5) Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
6) Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal
dan mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
Intervensi:
1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan
latar belakang budaya.
Rasional : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber – sumber
pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2) Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3) Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien /
pengalaman selama kanak – kanak
Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4) Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan
peran pasangan pada persalinan
Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
5) Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,
atau pascapartal
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya
komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
6) Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti
bayi yang diharapkan.
7) Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama
kali ; selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
8) Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan
berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
9) Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap
masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak
terjadi.
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.
Kesimpulan
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh
Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan
seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.
Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar
postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang
menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi
wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka
diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar.