Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa;
dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang kuat,hal ini lebih tepat tergambar
sebagai tujuan pembangunan kesehatan. Gambaran masyarakat di masa depan
tersebut dapat dicapai dengan landasan visi, “Masyarakat yang Mandiri untuk
Hidup Sehat” dalam mencapai INDONESIA SEHAT 2010. Perilaku masyarakat
Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mecegah risiko penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, serta
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan
upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan
dan pemberantasan penyakit.

B. Rumusan masalah
1. Strategi dan program pembangunan
2. System pelayanan kesehatan
3. PKMD

1
4. Posyand
5. Posyandu lansia
6. Desa siaga
7. Rw siaga
8. Berbagai bentuk upaya pemeliharaan kesehatan
9. Masalah JPKM diindonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN


1. Pengertian pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat
sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali
dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi
kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas
pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta.
2. Tujuan pembangunan kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari
pembangunan kesehatan yaitu :
a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
b) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
c) Peningkatan status gizi masyarakat.

3
d) Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
e) Pengembangan keluarga sehat sejahtera
3. Program pokok pembangunan kesehatan
Sesuai dengan keadaan, masalah dan kecenderungan yang dihadapi serta
memperhatikan arah, tujuan dan sasaran serta kebijakan dan strategi
pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan pada dasarnya lebih
mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta
memperhatikan pula ketersediaan sumber daya kesehatan di masa depan, maka
program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok
program yang pelaksanananya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan
sektor lain yang terkait serta dengan dukungan masyarakat.Pokok-pokok program
pembangunan kesehatan tersebut adalah :
a) Pokok program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat
Pokok program ini bertujuan untuk memberdayakan individu dan
masyarakat dalam bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan, sikap
positif, perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
sosial budaya setempat untunk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri
dan produktif.
Sasaran program pokok ini adalah terciptanya keberdayaan individu dan
masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan perilaku sehat
dan peran aktif dalam memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan diri
dan lingkungannya sesuai dengan sosial budaya setempat.
Fokus programnya adalah Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga sadar gizi,
anti tembakau, alkohol dan mandat, pencegahan kecelakaan dan rudapaksa,
keselamatan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa, kesehatan lingkungan gaya
hidup termasuk olah raga dan kebugaran.
b) Program peningkatan perilaku sehat
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan jumlah ibu, keluarga, murid,
sekolah, pekerjaan, tempat kerja, penggunaan tempat-tempat umum, institusi
kesehatan, masyarakat pengguna dan petugas institusi kesehatan, anggota

4
masyarakat dan institusi masyarakat memperaktekkan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Sasaran yang dicapai adalah meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai dengan pokok sasaran dan sosial budaya di tatanan rumah tangga, tatanan
sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum(tempat ibadah,
rekreasi, pasar, terminal dll), tatanan institusi kesehatan dan masyarakat umum.
c) Program anti tembakau, alkohol dan madat
Program ini bertujuan untuk merubah perilaku dan memberdayakan
masyarakat dalam rangka mengurangi angka kematian dan kesakitan yang
disebabkan oleh penyakit-penyakit karena merokok, alkohol dan mandat.
d) Program pencegahan kecelakaaan dan rudapaksa
Program ini bertujuan untuk merubah perilaku dan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan dan rudapaksa
dirumah, tempat umum, pengembangan kebijakan /peraturan dalam mencegah
terjadinya kecelakaan.
Sasarannya adalah menurunkan angka kematian dan kecatatan karena
kecelakaan dan rudapaksa di rumah, jalan, sekolah, tempat kerja dan tempat-
tempat umum.
e) Program pembinaan kesehatan jiwa dan masyarakat
Program ini betujuan untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat
dengan menurunkan prevalansi dan mengurangi dampak gangguan jiwa sehingga
tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
f) Program kesehatan olah raga dan kebugaran jasmani
Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui peningkatan kesehatan olah raga dan kebugaran jasmani masyarakat.

4. Strategi pembangunan kesehatan


Untuk mencapai tujuan dan upaya pokok pembangunan kesehatan, maka
strategi pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah:

5
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus
sebagai investasi pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan
kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini
pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program
pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar
pembangunan kesehatan.
Untuk terselenggaranya pembangunan berwawasan kesehatan, perlu
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosi-alisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan,
sehingga semua penyelenggara pembangunan nasional (stake-holders) memahami
dan mampu melaksanakan pemba-ngunan nasional berwawasan kesehatan. Selain
itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur
tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan.

2. Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah


Masyarakat makin penting untuk berperan dalam pembangunan
kesehatan. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan
pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan
tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya
kemitraan antar berbagai stakeholders pembangunan kesehatan terkait.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah melibatkan masyarakat untuk
aktif dalam pengabdian masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan advokasi
kesehatan (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan
(to watch).
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh
karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya pendelegasian
wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan

6
menjalankan kewenangannya dalam pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi
oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi serta sumber
daya manusianya. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang jelas tentang peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya kesehatan
yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta pemberdayaan
SDM daerah.
3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan
Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan
bermutu. Penyelenggaraan upaya ke-sehatan diutamakan pada upaya pencegahan
dan peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Menghadapi lingkungan strategis pembangunan keseha-tan, perlu
dilakukan re-orientasi upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada
desentralisasi, globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan
bencana.
Pengembangan upaya kesehatan perlu menggunakan teknologi
kesehatan/kedokteran dan informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan
berbagai vaksin, pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan
intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi
kesehatan/kedok-teran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan
komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh (tele-health).
Dalam 20 tahun mendatang, pelayanan RS terus di-kembangkan dan
kegiatan-kegiatannya harus bertumpu kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan
sistem jaminan kesehatan sosial nasional.
4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-jangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya

7
manusia kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber
daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan
nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut
untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi.
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan, penentuan standar kom-petensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan atau
upaya peningkatan kualitas tenaga lainnya yang berdasarkan kompetensi,
registrasi, akreditasi, dan legislasi tenaga kesehatan. Di samping itu, perlu pula
dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan termasuk
pengembangan karirnya. Upaya pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan pemba-ngunan kesehatan serta dinamika pasar di era
globalisasi.

5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan


Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena ben-cana, baik bencana
alam maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan
darurat kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada
kehidupan masyarakat di daerah bencana, namun juga pada kehidupan bangsa dan
negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan yang
mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan,
dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor
dan peran aktif masyarakat.

Pengertian Sistem Pelayanan Kesehatan


Berikut ini adalah pengertian Sistem Pelayanan Kesehatan menurut para
ahli:
Menurut Dubois & Miley (2005 : 317) :
• Sistem pelayanan kesehatan merupakan jaringan pelayanan inter disipliner,
komprehensif, dan kompleks, terdiri dari aktivitas diagnosis, treatmen,
rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan untuk masyarakat pada
seluruh kelompok umur dan dalam berbagai keadaan.

8
• Berbagai sistem pelayanan kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan masyarakat,
rumah sakit-rumah sakit, klinik-klinik medikal, organisasi-organisasi
pemeliharaan kesehatan, lembaga kesehatan rumah, perawatan dalam rumah,
klinik-klinik kesehatan mental, dan pelayanan-pelayanan rehabilitasi.
• Pekerja sosial bekerja dalam berbagai sistem pelayanan kesehatan.
Menurut Zastrow (1982 : 319 – 322) , sistem pelayanan kesehatan
diorganisasi dalam komponen :
1) Praktek dokter sendiri, kurang disupervisi, hanya bertanggung jawab kepada
pasien, relatif terisolasi.
2) Setting pelayanan rawat jalan berkelompok, seperti balai-balai pengobatan atau
klinik-klinik khusus (seperti klinik ginjal, balai pengobatan gigi) atau yang
diselenggarakan di perguruan tinggi atau sekolah-sekolah, di pabrik-pabrik, di
perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja lain.
3) Setting Rumah sakit
4) Perawatan dalam rumah
5) Pelayanan kesehatan masyarakat yang diorganisir dalam berbagai tingkatan:
lokal, regional, oleh pemerintah pusat atau nasional, dan internasional.
Menurut Johntson, M. (1988: 7 - 18) ,
Sistem Pelayanan kesehatan terbagi ke dalam subsistem:
1) Yang menitik beratkan pada pelayanan kuratif
2) Yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif

Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan


1 .Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah ringan atau masyarakat sehat ini mendapatkan peningkatan
kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan
adalah layanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh
puskesmas atau balai kesehatan masyarakat, dll.

9
2. Secondary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua )
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit dan tersedia tenaga spesialis atau
sejenisya.
3 Tertiary Health Service ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Tingkat pelayanan kesehatan ini digunakan apabila tingkat pertama dan
kedua tidak lagi digunakan. Pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli
atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit A atau B.

B. PKMD
Definisi PKMD
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam
bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan,
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya
didasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota
masyarakat di Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan
kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan
mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya (Dirjen Binkesmas Depkes
RI, 1976).
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu
atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas
dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif

10
dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan.
(Kanwil Depkes Jawa Timur).

Pokok- pokok Pikiran dari PKMD


Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD
tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
a. Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan
operasional terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi
pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan
antar program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi
displiner (multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational
approach), dsb.
b. Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan
edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik
sebagai komplemen maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem
kesehatan nasional ini.
c. Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara
bertahap dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka
kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui
pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih
nyata
d. Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan
kegiatan diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan
“intervensinya “ di dalam memacu secara edukatif terhadap kelestarian
kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan
prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa
khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat

11
kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk
kegiatan PKMD.

Ciri-Ciri PKMD
a. Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan
dilaksanakan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-
royong yang menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat
setempat
b. Setiap keputusan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh
masyarakat sendiri melalui musyawarah mufakat
c. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat
setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut dipersiapkan
terlebih dahulu sehingga pengetahuan sikap dan ketrampilannya sesuai
dengan kegiatan yang akan dilakukan
d. Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas
sektoral baik dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan selalu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak sampai menimbulkan
ketergantungan
e. Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan yang
merupakan salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”
Lima Program PKMD dalam PUSKESMAS
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran, dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan cara membina
masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5
program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

12
Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
Langkah pemetaan PKMD
1). Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang
dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary Health
Care sebagai berikut:
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
perlindungannya
b. Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi
c. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi untuk penyakit yang utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
h. Penyediaan obat esensial
2). Pengembangan dan pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut :
a. Berpedoman pada GBHN
b. Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui
pendekatan edukatif
c. Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur,Bupati,atau
Camat.
d. Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan
e. Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif
anata instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.
f. Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan
berfungsi sebagai dinamisator.

C. Primary Health Care (PHC)


Pengertian
Primary Health Care ( PHC ) adalah : pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat

13
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.
Primary Health Care:
a. Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat dan
berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
c. Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara
pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan gizi,
penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit menular utama dan
penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit umum dan cedera serta
penediaan obat esensial.
d. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan, terutama
pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan, agama,
perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
e. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC
serta penggunaan sumberdaya yang ada.
Dengandemikian, konsep pelayanan kesehatan primer(PHC) merupakan
pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan
kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana
konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta
mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.

14
Unsur Utama
Tiga ( 3 ) unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah :
1. Mencakup upaya – upaya dasar kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif)
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerja sama lintas sektoral
Fungsi
PHC hendaknya memenuhi fungsi – fungsi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
Prinsip Dasar
Lima ( 5 ) prinsip dasar PHC adalah :
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Menggunakan teknologi tepat guna
4. Melibatkan peran serta masyarakat
5. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
Elemen Esensial/Ruang Lingkup PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essensial.

15
D. POSYANDU
Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen
Kesehatan RI. 2006). Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi,Nasrul1998:267)

TujuanPosyandu
Tujuan posyandu antara lain:
 Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil),
melahirkan dan nifas.
 Membudayakan NKBS
 Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
 Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
ManfaatPosyandu
Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak,KB,imunisasi,gizi,
penanggulangan diare.
1. Kesehatan ibu dan anak
 Ibu: Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilandan
nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.
 Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan
Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.
2007). Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95)
 Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu
untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin
penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian

16
dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan
balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu
baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik
pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan
melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat
diketahui status pertumbuhan anaknya.
Kriteria Berat Badan balita di KMS
Berat badan naik : Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat
badan bertamabah ke pita warna diatasnya.
Peningkatan Gizi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat
tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo. 2003: 205).
Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa
memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI, Imunisasi,
Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita (Dinas Kesehatan
RI. 2006: 24).
Penanggulangan diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127).
Melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukan tanda bahaya di
Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129). Memberikan penyuluhan
penggulangan diare oleh kader posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 132)

Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu:


 Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
 Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
 Pekerjaan iu
 Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
 Sarana dan prasarana di posyandu
 Jarak dari posyandu tersebut(Widiastuti. 2006)

17
E. Posyandu Lansia
Posyandu lansia merupakan suatu wadah untuk memberikan pelayanan
kesehatan dan pembinaan kepada kelompok usia lanjut di suatu wilayah dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui kader kesehatan dan kerjasama
lintas program dan lintas sektor dalam rangka untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat pada umumnya dan kususnya kelompok usia lanjut.(Dep
kes RI 2005)
Selasa, 29 Januari 2019. Petugas kesehatan dari Puskesmas Kokap II Iwan
Riswandi dan Lilian bersama dengan pelajar SMK Kesehatan Kulon Progo yang
sedang PKL, melaksanakan kegiatan Posyandu Lansia di dusun Bibis, Hargowilis,
Kokap. Kegiatan posyandu kali ini meliputi : Pemeriksaan kesehatan, Senam
lansia, Penyuluhan DBD, malaria, leptospirosis dan Sosialisasi screening lansia
yang dihadiri oleh 30 lansia dari dusun Bibis.
Jumlah posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Kokap II pada tahun
2018 sebanyak 29 posyandu dengan strata Posyandu Purnama sebanyak 28 dan
Posyandu Mandiri sebanyak 1. Perlu diketahui bahwa atas dasar 8 indikator yang
digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat kemandirian Posyandu,
Posyandu dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan.
Adapun intervensinya yaitu:
1. Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
Keadaan dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader
ulang. Artinnya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan
dasar lagi.
2. Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madtya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian
kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.

18
Untuk ini perlu dilakukan penggerakkan masyarakat secara intensif,serta
penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
o Pelatihan Toma dengan modul ekskalasi Posyandu yang sekarang
sudah dilengkapi dengan metoda stimulasi.
o Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk
menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk
menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
3. Posyandu Purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali pertahun, rata-rata junlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana
Sehat yang masih sederhana.
Intervensi posyandu tingkat ini adalah :
o Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan
masyarakat menentukan sendiri pengembangan program di
Posyandu.
o Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana
sehat yang kuat, dengan cakupan anggota minimal 50% kk atau
lebih.
4. Posyandu Mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana
sehat, telah menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Posyandu tingkat ini,
intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana
Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.

Sedangkan Tujuan Posyandu Lansia adalah sbb :

19
1. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor serta
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan.
3. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan
mandiri serta meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.
Kegiatan Posyandu Lansia yang bisa dilakukan adalah :
1. Pelayanan kesehatan setiap bulan.
2. Kegiatan kelompok :
o Pemberian makanan tambahan.
o Kunjungan rumah oleh petugas dan kader
o Kegiatan olahraga (senam dan gerak jalan)

F. DESA SIAGA / RW SIAGA


Pengertian Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.

20
RW SIAGA
RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya,
kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan/ kejadian luar biasa (KLB) secara
mandiri.
Tujuan Umum : Terwujudnya RW Siaga dengan masyarakat yang sehat,
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya pengetahuan & kesadaran masyarakat RW tentang pentingnya
kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat RW terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana wabah,
kegawatdaruratan,dsb)
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi.
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di masyarakat.
e. Meningkatnya kemampuan & kemauan masyarakat untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan (PHBS).
Konsep operasional RW Siaga sebagai dasar Kelurahan Sehat : Tiap RW
memiliki 1 buah Pos (Bisa Pos/ sekretariat RW) yang dapat dimanfaatkan untuk
pusat informasi kegiatan siaga di tingkat RW di Kelurahan Siaga; Memiliki 1
orang pamong/ Toma sebagai penanggung jawab Pos di RW Siaga; Memiliki 1
orang tenaga kesehatan/ bidan/ perawat yang berperan mengelola kegiatan
promotif dan preventif serta mengkoordinir pengelolaan informasi; Memiliki 2
orang kader yang membantu kegiatan di Pos RW Siaga.
Kriteria RW Siaga:
a. Memiliki pelayanan kesehatan dasar (di desa yang tidak memiliki akses ke
Puskesmas/ Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa atau Poskesdes).
b. Memiliki berbagai UKBM sesuai kebutuhan masyarakat setempat
(Posyandu, dll).

21
c. Memiliki sistem surveilans (penyakit & faktor-faktor risiko) berbasis
masyarakat.
d. Memiliki sistem kesiapsiagaan & penanggulangan kegawatdaruratan &
bencana berbasis masyarakat.
e. Memiliki Sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
f. Memiliki lingkungan yang sehat.
g. Masyarakatnya sadar gizi dan berperilaku hidup bersih dan sehat.

Strata RW Siaa:
a. PRATAMA : Memiliki Pos RW, UKBM dan Surveilans (3 keg)
b. MADYA : Memiliki Pos RW, UKBM, Surveilans, dan Kesiapsiagaan &
penanggulangan gadar dan bencana berbasis masyarakat (4 keg
c. PURNAMA : Memiliki 4 Keg + Sistem pembiayaan (JPKM)
d. MANDIRI : Memiliki 5 keg di atas + Lingkungan Sehat dan Kadarzi &
PHBS ( ada 7 keg) (Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta Tahun 2006)

G. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM)


Huruf dan tingkat pendidikan serta ketiga adalah indikator ekonomi yang
diukur dari pendapatan perkapita. Walaupun telah terjadi penurunan AKI dan
AKB serta peningkatan UHH namun Indonesia masih jauh tertinggal bila
dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya.
Tingkat kesehatan masyarakat diperburuk oleh adanya krisis multidimensi;
khusus dalam bidang kesehatan antara lain terjadi transisi epidemiologis yang
menyebabkan Indonesia mengalami “beban ganda penyakit” atau double burden
of diseases, yaitu saat masalah penyakit infeksi belum hilang, sudah muncul
masalah penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung yang memerlukan biaya
besar, sementara dipihak lain, pembiayaan kesehatan masih tetap merupakan
masalah yang belum terselesaikan.
Ada dua masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia yang merupakan
isyu penting pada saat ini dan sangat dirasakan akibatnya oleh masyarakat yaitu
disatu pihak biaya kesehatan semakin mahal, pada pihak lain subsidi pemerintah

22
untuk biaya kesehatan sangat kecil yaitu hanya mencapai 2-3 %. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan menurut WHO (2000) merupakan
salah satu Negara dengan anggaran kesehatan terkecil yaitu kurang dari 2% Gross
Domestic Bruto (GDB) selain Somalia. Dengan demikian sebagian besar biaya
kesehatan (70 %) ditanggung oleh masyarakat dan dari biaya tersebut 85 %
dibayar secara langsung oleh masyarakat dari kantong sendiri dan hanya sebagian
kecil (sekitar 15 %) saja dibayar melalui asuransi. Akibatnya masyarakat harus
1menyediakan dana tunai apabila mereka memerlukan pemeliharaan kesehatan
dan bagi yang tidak mampu menyediakan dana tunai, mereka tidak akan akses
atau mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dampaknya adalah derajat kesehatan masyarakat semakin buruk, Sumber
Daya Manusia yang dihasilkan sangat lemah, padahal keberhasilan pembangunan
suatu Negara sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
merupakan asset atau modal pembangunan. Sumber daya alam yang melimpah
tidak akan berarti apa-apa tanpa SDM yang sehat, handal, mandiri dan mampu
bersaing di era global.Dinegara maju khususnya Jerman, Inggris, Belanda,
Kanada, Amerika dan beberapa negara di Asia misalnya Jepang, pembiayaan
melalui asuransi merupakan jalan keluar dari masalah pembiayaan kesehatan yang
ada. Dibanding dengan negara maju lainnya, asuransi kesehatan di Amerika
Serikat boleh dikatakan kurang berhasil karena hanya mencakup 70% penduduk.
Hal ini terjadi karena asuransi kesehatan yang dilaksanakan bersifat komersial dan
membuka peluang persaingan diantara berbagai perusahaan asuransi yang
jumlahnya banyak, sehingga partisipasi masyarakat terpecah-pecah, akibatnya
hukum jumlah besar tidak tercapai.
Sistem di Inggris dan Kanada lebih ideal, namun tampaknya akan sulit
dijalankan di Indonesia karena peran pemerintah sangat besar sedangkan saat ini
keadaan keuangan negara belum memungkinkan. Asuransi kesehatan sosial
seperti yang dijalankan di Jerman lebih memungkinkan untuk diterapkan di
Indonesia karena premi dibayar secara proporsional berdasarkan persentase
pendapatan dan akan lebih cocok dengan budaya gotong royong masyarakat
Indonesia.

23
H. Masalah JPKM di Indonesia
Partisipan dengan karakteristik yaitu rerata usia pertisipan adalah lanjut
usia, status dalam keluarga sebagai orang tua (bapak dan ibu), perempuan,
suku terbanyak Sunda dan berpendidikan terendah SD. Lama anggota
keluarga mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa lebih dari 5 tahun dan
lama keluarga merawat dari mulai sakit atau sesuai dengan lamanya sakit
anggota keluarga. Sedangkan hanya ada satu partisipan yang usianya muda
dengan status dalam keluarga sebagai kakak perempuan, berpendidikan SMA
dan suku Sunda. Anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan jiwa lebih
dari 5 tahun dengan lama perawatan yang dilakukan keluarga sama dengan
masa gangguan. Perpektif pengguna pelayanan kesehatan ini terdiri dari
beberapa tema-tema, di mana tema pertama adalah Pemahaman masalah
gangguan kesehatan jiwa, Pemahaman tentang masalah gangguan kesehatan
jiwa terdiri dari 3 sub-tema yaitu persepsi gangguan kesehatan jiwa, penyebab
masalah gangguan kesehatan jiwa dan tindakan pertama kali yang dilakukan
partisipan dalam mengatasi masalah gangguan kesehatan jiwa. Sebagian besar
partisipan mengatakan gangguan kesehatan jiwa terjadi karena kemasukan jin,
dan perlu dicek darahnya, akibat stres, dan banyak pikiran. Hanya sebagian
kecil partisipan yang sudah lebih dari sepuluh tahun merawat anggota
keluarga yang gangguan jiwa menyatakan bahwa penyebab kambuh sakit jiwa
karena terlambat minum obat. Manifestasi perilaku sangat bervariasi mulai
dari jika ditegur tidak menjawab, tertawa sendiri, bicara tidak jelas, melamun,
senang mengurung diri di kamar atau menyendiri hingga mengamuk. Respons
pertama kali yang dilakukan keluarga yaitu membawa anggota keluarga yang
mengalami.
Tema kedua yaitu pemahaman tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat khususnya GAKIN/SKTM ada 4 sub-tema yaitu sumber informasi
pertama kali didapat oleh partisipan, manfaat dari JPKM (GAKIN/ SKTM),
prosedur pembuatan JPKM (GAKIN/ SKTM) dan penggunaan JPKM
(GAKIN/ SKTM). Masyarakat pertama kali mendapatkan informasi tentang
JPKM ketika mereka ke Puskesmas dan walaupun ada juga yang baru tahu

24
ketika mereka ke Posyandu. Hampir semua partisipan mengungkapkan bahwa
perawat sebagai sumber informasi pertama tentang JPKM ketika mereka ke
Puskesmas. Perawat juga memberikan informasi dalam perannya sebagai
tetangga, atau perawat di RS. Jiwa dan bekerja di Puskesmas. Manfaat
memiliki kartu GAKIN/ SKTM adalah bisa berobat dan tidak perlu bingung
karena sudah terdaftar di puskesmas. Pembuatan kartu dilakukan dengan
meminta surat dari kelurahan kemudian ke kecamatan lalu ke walikota,
selanjutnya akan diperoleh kartu keluarga miskin (GAKIN). Setelah dapat
kartu ditunjukkan ke puskesmas atau dokter yang ada di puskesmas untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan penggunaan kartu GAKIN
digunakan setiap kali berobat dan puskesmas langsung melayani serta kartu
GAKIN hanya berlaku untuk satu orang artinya tidak dapat digunakan oleh
orang lain (sesuai dengan nama yang tertera). Tema ketiga adalah Hak dan
Kewajiban menerima JPKM (GAKIN/SKTM), Hak yang diperoleh menurut
sebagian besar partisipan adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik
dan kewajiban yang diharapkan dari partisipan mengantar anggota keluarga
yang sakit untuk berobat. Selain itu, kewajiban untuk memp

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat adalah upaya upaya untuk mengatasi masalah
masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan
masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat antara lain : faktor genetik,
pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat, dan faktor lingkungan. Sasaran
kesehatan masyrakat yaitu keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Batasan pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan
penyedian air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah,
pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan
penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerj
limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga)

B. SARAN
Hendaknya kita sebagai mahasiswa maupun masyarakat giat belajar dan
ikut menjadi bagian dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan
masyarakat, sanitasi air dan limbah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka cipta

Entjang, indan, 2000, Ilmu kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2009/08/sejarah-kesehatan-
masyarakat.html
http://veteriner-island.blogspot.com/2009/12/sejarah-kesehatan-masyarakat.html

27

Anda mungkin juga menyukai