Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, DAN FEE AUDIT

TERHADAP KUALITAS AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI PROVINSI LAMPUNG

(Proposal)

Oleh

Febryani Syahlim

1711031020

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung

Bandar Lampung

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Persaingan dalam dunia bisnis zaman modern ini semakin ketat, begitu juga
dengan persaingan dalam dunia jasa akuntan publik. Seiring banyaknya perusahaan di
Indonesia yang ingin go-public, maka mengakibatkan permintaan jasa audit laporan
keuangan yang juga meningkat. Laporan keuangan harus memenuhi dua karakteristik
penting yang telah ditetapkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB),
yaitu relevan dan dapat diandalkan.
Pengguna laporan keuangan mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik terbebas dari salah saji material, telah sesuai dengan
prinsip dan karakteristik berdasarkan FASB, serta dapat dipercaya kebenarannya
dalam proses pengambilan keputusan. Oleh sebab itu manajemen memerlukan pihak
akuntan publik independen yang dapat menjamin hal tersebut. Akuntan publik
berperan dalam pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik atau auditor lebih dapat
dipercaya dan diandalkan. Jasa dari para akuntan publik bekerja di suatu kantor
akuntan publik (Mulyadi, 2002).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan seorang akuntan publik,
antara lain pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu faktor
yang penting bagi akuntan publik karena berdampak pada kualitas audit laporan
keuangan. Menurut Mulyadi (2002), seseorang yang baru memasuki karier sebagai
akuntan publik harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan
akuntan senior yang lebih berpengalaman.
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan bahwa para akuntan publik dapat
memberikan opini yang tepat, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan audit
yang berkualitas. Kualitas audit yang baik dapat meningkatkan citra perusahaan.
Kualitas audit merupakan pekerjaan seorang auditor yang memberikan informasi
yang akurat. Informasi yang akurat adalah informasi yang bisa dengan tepat
menunjukan nilai perusahaan (Tandiontong, 2016).
Pelanggaran mengenai kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian
auditor. Sedangkan pelaporan pelanggaran bergantung pada dorongan auditor
melaporkan hal tersebut. Dorongan ini bergantung pada independensi yang dimiliki
auditor tersebut. Independensi menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas
audit.
Pada kasus PT Great River Internasional Tbk ditemukan adanya kesalahan auditor
independen dimana ketika terjadi audit investigasi yang dilakukan oleh BAPEPAM
ditemukan adanya indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset
hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan PT Great River Internasional
Tbk. BAPEPAM menyatakan bahwa auditor independen yang memeriksa laporan
keuangan PT Great River ikut menjadi tersangka. Hal ini mengakibatkan menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit, sehingga para auditor perlu untuk
meningkatkan kinerja mereka sehingga mengembalikan kepercayaan masyarakat.
Independensi dalam hal ini tidak mengharuskan ia bersikap sebagai penuntut,
melainkan ia harus bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap menyadari
kewajibannya untuk selalu bersikap jujur (SPAP, 2011:220.1). Auditor berkewajiban
untuk jujur terhadap manajemen perusahaan, pemilik perusahaan, para kreditur,
investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi
pajak). Disatu sisi auditor harus tetap menjaga kredibilitas dan etika profesinya
namun auditor juga menghadapi tekanan klien dalam proses pengambilan keputusan.
Jika auditor tidak mampu menghadapi tekanan tersebut maka independensi auditor
telah berkurang yang pada akhirnya akan memengaruhi kualitas auditnya.
Tidak hanya independensi auditor, akuntabilitas auditor juga merupakan salah
satu faktor yang memengaruhi kualitas audit. Akuntan publik dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya (Mulyadi, 2002). Akuntan publik tidak hanya mengambil keputusan
dan melakukan tindakan, namun juga memikirkan dampak yang akan datang.
Diasumsikan jika auditor yang berkualitas lebih tinggi akan mengenakan fee audit
yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas akan mencerminkan informasi
privat yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga calon investor akan mendapat
estimasi yang lebih akurat dalam pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan
bahwa jika pilihan pemilik akan auditor yang berkualitas, maka makin tinggi harga
saham perusahaan di pasar perdana (Ian, 2013).
Fee audit adalah faktor lain yang memengaruhi kualitas audit. Fee audit
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit laporan
keuangan. Menurut Mulyadi (2002), besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung
antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan
dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperbolehkan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi
akuntan publik. Jumlah serta pemberi fee ini yang kadang membuat auditor dilema,
dengan kewajiban mereka yang harus bersikap independen dalam memberi opini,
tetapi juga harus dapat memenuhi keinginan dari klien yang telah membayar fee atas
jasanya agar klien merasa puas dan tetap menggunakan jasa auditnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh independensi, akuntabilitas,
dan fee audit hasilnya adalah ketiga variabel tersebut berpengaruh positif terhadap
kualitas audit namun dilakukan pada objek yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh independensi, akuntabilitas, dan fee audit,
tetapi pada objek yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Lampung.
Dari latar belakang di atas peneliti ingin menguji pengaruh independensi,
akuntabilitas, dan fee audit terhadap kualitas audit dengan objek yang berbeda yaitu
Kantor Akuntan Publik di Lampung. Karena Lampung bukan merupakan kota
industri, sehingga jika dibandingkan dengan kota lain seperti Surabaya dan Jakarta.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Pengaruh Independensi, Akuntabilitas,
dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Lampung”.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit?
3. Apakah fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh independensi,
akuntabilitas, dan fee audit terhadap kualitas audit, dan peneliti memilih objek yang
berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Lampung.

1.4. Kegunaan Penelitian


Penelitian tentang pengaruh independensi, akuntabilitas, dan fee audit terhadap
kualitas audit Kantor Akuntan Publik di Lampung yang dibuat oleh peneliti dengan
harapan dapat memberikan kontribusi kepada pihak lain berupa:
1. Kontribusi Teori
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang beberapa faktor yang akan berpengaruh terhadap kualitas
audit dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
2. Kontribusi Praktik
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor
Akuntan Publik di Lampung, dan menjadi bahan evaluasibagi akuntan publik
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas audit.
BAB II

LITERATURE REVIEW

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Audit
Menurut Agoes (2004) Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Sedangkan menurut Mulyadi (2002) Audit adalah:

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti


secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan,
serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.”
Pengertian lainnya dari Jusup (2014: 10) mengatakan bahwa audit adalah

“Suatu proses sistematis dan mengevaluasi bukti yang berhubungan


dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif
untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.”
Jadi audit adalah proses pemeriksaan yang sistematis terhadap laporan
keuangan yang dilakukan untuk mengevaluasi catatan-catatan dan bukti-bukti
yang telah disusun oleh manajemen perusahaan yang dilakukan oleh pihak
independen yang bertujuan untuk memberi opini mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan
yang dikeluarkan oleh seorang akuntan publik diharapkan dapat memberi
cerminan bagi para pihak pengguna laporan keuangan.
2.1.2 Kualitas Audit
Seorang auditor bertugas untuk memberikan informasi yang akurat.
Informasi yang akurat adalah informasi yang bisa dengan tepat menunjukan
nilai perusahaan. “Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dalam
menemukan daln melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi
dalam suatu sistem akuntansi klien” (Tandiontong, 2016). Ikatan Akuntan
Indonesia menyatakan bahwa standar auditing tidak hanya berkaitan dengan
kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya (SA Seksi 150).
Kualitas audit merupakan hal yang sangat penting, karena laporan
keuangan yang telah diaudit menjadi dasar untuk pengguna laporan keuangan
mengambil suatu keputusan. Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 mengenai Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), kualitas audit diukur berdasarkan
beberapa indikator berikut:
1. Kualitas Proses (Keakuratan temuan audit)
Besarnya manfaat yang diperoleh dari pemeriksaan tidak terletak pada
temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi
pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa.
Selain itu, audit harus dilakukan dengan hati-hati, sesuai prosedur, dan
mempertahankan sikap skeptisisme.
2. Kualitas Hasil (Nilai rekomendasi, Kejelasan laporan, Manfaat dari audit)
Manajemen entitas yang diaudit bertanggungjawab untuk menindaklanjuti
rekomendasi dan membuat serta memelihara proses dan sistem informasi
untuk memantau status tindak lanjut dari rekomendasi pemeriksa.
3. Kualitas Tindak Lanjut Hasil Studi
Auditor wajib merekomendasikan bahwa manajemen mengawasi status
tindak lanjut sebagaimana direkomendasikan oleh auditor. Perhatian yang
terus menerus terhadap temuan pemeriksa yang material beserta
rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya
manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

2.1.3 Independensi
Menurut Mulyadi (2011) Independensi adalah

“Sikap mental yang bebas, tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada
pihak lain. Independensi mengharuskan seorang auditor memiliki
kejujuran dalam mempertimbangkan fakta dan penyimpangan yang ada
secara objektif dalam proses merumuskan dan menyatakan pendapatnya.”
Independensi adalah suatu pandangan yang tidak berprasangka (unbiased
viewpoint) saat melakukan pengujian serta penilaian terhadap hasil penyajian
laporan audit (Munawir, 1999: 71). Sikap independensi harus miliki oleh
seorang auditor agar dapat dipercaya oleh para calon klien nantinya. Sikap
independensi auditor dapat disimpulkan sebagai sikap yang tidak memihak
kepada pihak lain dalam mempertimbangkan opini atas fakta-fakta yang
ditemukan (temuan audit) dalam proses audit.

Ada beberapa hal yang memengaruhi independensi seorang auditor. Widya


(1995: 14) menyatakan bahwa ada dua faktor yang paling penting dari
independensi auditor, yaitu:

1. Integritas
Integritas adalah konsep mengenai konsistensi dalam bertindak. Seorang
akuntan publik harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya
dengan integritas tinggi untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik.
2. Objektivitas
Dalam konsep ini, objektivitas berarti sikap jujur dan tidak dapat
dipengaruhi. Seorang auditor harus memiliki dan mempertahankan
objektivitasnya serta bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan
tanggungjawab profesionalnya.
2.1.4 Akuntabilitas
Menurut Mulyadi (2002), setiap akuntan publik dalam melakukan
pertanggungjawaban sebagai profesional harus senantiasa menggunakan kinerja
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan. Menurut Kuraesin (2017),
akuntabilitas akuntan publik yang diperoleh berdasarkan 3 indikator sebagai
berikut:
1) Motivasi
Motivasi umum adalah kebutuhan dalam diri masing-masing yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan khusus
untuk mencapai tujuan. Akuntabilitas seseorang yang dapat memiliki
motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu.
2) Usaha
Orang dengan akuntabilitas tinggi akan mencurahkan usaha (daya pikir)
yang lebih besar daripada orang dengan akuntabilitas rendah kompilasi
menyelesaikan pekerjaan.
3) Keyakinan
Keyakinan tentang pekerjaan yang akan membantu atau mengumpulkan
orang lain dapat meningkatkan keingian dan usaha seseorang untuk
menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Seseorang dengan
akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi tentang pekerjaan
mereka akan disetujui oleh supervisor/ manajer/ pimpinan membandingkan
dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah.

2.1.4 Fee Audit


Menurut Gamal (2012) fee audit diartikan sebagai “jumlah biaya yang
dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan yang diaudit.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2002), “fee audit merupakan fee yang diterima
akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit”. Seorang auditor bekerja untuk
mendapatkan imbalan atau upah yaitu berupa fee audit.
Besarnya fee audit didasarkan pada kontrak antara akuntan publik
(auditor) dan perusahaan (audittee) sesuai dengan jangka waktu proses audit,
layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan dalam proses audit. Menurut Halim
(2015), fee audit merupakan hal yang penting dalam penerimaan penugasan,
maka perlu disepakati antara auditor dan klien. Berikut ini tedapat beberapa
cara penentuan fee audit (Halim, 2015), yaitu:
1. Per diem basis
Fee audit ditentukan berdasarkan waktu yang digunakan oleh tim
auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan
jumlah waktu/jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap
tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda.
2. Kontrak basis
Fee audit dihitung secara borongan tanpa memeprhatikan waktu audit
yang dihabiskan, yang penting pekerjaan selesai sesuai dengan aturan
atau perjanjian.
3. Maksimum fee basis
Menggabungkan kedua cara diatas dengan cara tentukan tarif per jam
kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan
maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ngulur waktu
sehingga menambah jam/waktu kerja.

2.2. Kerangka Penelitian


2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Scott (2000), mengatakan bahwa perusahaan memiliki banyak kontrak,
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak
pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud
adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan, dimana
antara agent dan principal ingin memaksimumkan kemampuan masing-masing
dengan informasi yang dimiliki. Dari konflik ini kemudian muncul teori yang
disebut dengan teori keagenan atau agency theory.
Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya diharapkan dapat
menjembatani kepentingan pihak investor dan kreditor dengan pihak
manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Sebagai perantara, akuntan
publik harus mempunyai tanggung jawab bahwa informasi yang mereka
berikan disajikan secara lengkap dan jujur kepada para pengguna informasi
tersebut. Maka dari itu peran akuntan publik sangat penting dalam
terlaksananya hubungan yang ada dalam teori keagenan.
Penelitian ini mengukur variabel independensi, akuntabilitas, dan fee
audit terhadap kualitas audit. Kualitas audit berhubungan dengan kesesuaian
pemeriksaan dengan standar pemeriksaan. Kualitas audit secara tidak langsung
berhubungan dengan konflik yang disebutkan dalam teori keagenan, dimana
akuntan publik diharapkan menjadi penghubung dan dapat memberi informasi
yang jelas serta terpercaya kepada para pengguna informasi pada laporan
keuangan.

2.2.2 Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit


Independensi auditor merupakan sikap auditor yang tidak memihak dan
tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Independensi menjadi faktor penting
yang harus dimiliki oleh seorang akuntan publik. Jika seorang akuntan publik
memiliki sikap independensi yang baik maka hal ini akan menambah rasa
kepercayaan dari pihak yang terlibat dalam penggunaan laporan keuangan.
Sikap independensi juga berguna agar hasil pemeriksaan auditor dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.
Pratistha dan Widhiyani (2014) mengatakan bahwa sikap independensi
ditunjukkan oleh akuntan publik ketika melaksanakan tugas pemeriksaan
mencerminkan auditor jujur dan bebas dari apapun, sehingga laporan hasil
auditnya dapat dipercaya. Jika seorang audit tidak memiliki sikap independensi
akan berakibat pada rendahnya kualitas audit yang dihasilkan. Rendahnya
kualitas audit akan berakibat pada laporan keuangan yang telah diaudit tidak
sesuai dengan kenyataan dan informasinya tidak dapat dijadikan pedoman
dalam pengambilan keputusan.

2.2.3 Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas Audit


Menurut Mulyadi (2002), setiap akuntan publik dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Menurut Febriyanti (2014), akuntan publik memiliki kewajiban untuk menjaga
standar perilaku etis mereka kepada organisasi, profesi, masyarakat, dan pribadi
mereka sendiri dimana akuntan publik mempunyai tanggung jawab.
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi seseorang untuk menyelesaikan
kewajibannya yang kemudian akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungan.
Akuntabilitas audit berhubungan dengan rasa bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang dimiliki oleh auditor. Auditor yang memiliki akuntabilitas
tinggi hasil kerjanya akan lebih memuaskan. Akuntabilitas audit juga berkaitan
dengan kualitas audit. Semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki seorang
auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.

2.2.4 Hubungan Fee Audit dengan Kualitas Audit


Fee audit merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas audit.
Menurut Mulyadi (2002), “fee audit merupakan fee yang diterima akuntan
publik setelah melaksanakan jasa audit”. Besarnya fee tergantung dari resiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan
(Agoes, 2017). Gamal (2012) dalam Kurniasih dan Rohman (2014),
menyatakan bahwa perusahaan multinasional lebih memilih untuk membayar
biaya audit bernominal besar dengan alasan mencari auditor yang dapat
menghasilkan laporan audit yang lebih berkualitas.
Adanya skill dan pengalaman auditing yang dimiliki oleh auditor juga
memengaruhi besarnya fee audit yang ditetapkan. Berdasarkan uraian-uraian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa biaya audit atau fee audit yang tinggi
dapat memengaruhi kualitas audit. Fee audit yang tinggi mencerminkan bahwa
auditor tersebut memiliki jam terbang audit tinggi dan reputasi yang baik.

2.3. Penelitian Terdahulu


Penelitian menegenai kualitas audit telah dilakukan oleh beberapa peneliti
dengan variabel penelitian dan periode yang berbeda-beda. Peneliti sebelumnya
antara lain Burhanudin (2017), Lestari (2017), Jauhari (2013), dan Indah (2010).
Burhanudin (2017) dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas Dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di
Yogyakarta.” Sampel yang digunakan 134 auditor yang bekerja pada 10 Kantor
Akuntan Publik. Penelitian menggunakan variabel akuntabilitas dan independensi
sebagai variabel independen, dan kualitas audit sebagai variabel dependen. Alat
uji yang digunakan adalah uji validasi, uji reliabilitas, uji statistik deskriptif, uji
prasyarat analisis, uji normalitas, uji linieritas, uji asumsi klasik, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji hipotesis, uji regresi sederhana, uji
regresi berganda. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel
akuntabilitas dan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
Lestari (2017) “Pengaruh Fee Audit, Independensi, Kompetensi, Etika
Auditor, dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
Akuntan Publik Di Wilayah Kota Semarang dan Kota Surakarta”. Sampel yang
digunakan adalah 50 auditor yang tersebar di Kantor Akuntan Publik yang berada
di Kota Semarang dan Surakarta.Penelitian ini menggunakan fee audit,
independensi, kompetensi, dan etika auditor sebagia variabel independen, dan
kualitas audit sebagai variabel dependen. Alat uji yang digunakan adalah uji
statistik deskriptif, uji instrumen penelitian, uji asumsi klasik, uji ketepatan
model, analisis regresi, dan uji hipotesis. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa variabel fee audit, independensi, kompetensi, dan etika auditor
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit sedangkan tekanan
anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Kota Semarang dan Kota Surakarta.
Jauhari (2013) dengan judul “Pengaruh Independensi, Pengalaman dan,
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Wilayah
Surakarta dan Semarang.” Sampel yang digunakan adalah 3 Kantor Akuntan
Publik di Surakarta dan 4 Kantor Akuntan Publik di Semarang. Penelitian ini
menggunakan independensi, pengalaman dan akuntabilitas sebagai variabel
independen, dan kualitas audit sebagai variabel dependen. Alat uji yang
digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik berupa uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji auto korelasi, uji F,
uji T dan koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
variabel akuntabilitas dan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas audit sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Semarang.
Indah (2010) dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit pada Auditor Kantor Akuntan Publik di
Semarang”. Sampel yang digunakan adalah 79 auditor pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Semarang. Penelitian ini menggunakan kompetensi dan
independensi auditor sebagai variabel independen dan kualitas audit sebagai
variabel dependen. Alat uji yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji
asumsi klasik berupa uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
uji auto korelasi, uji F, uji T dan koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa variabel kompetensi dan independensi berpengaruh
positif signifikan terhadap kualitas audit sedangkan pengalaman tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Obyek Hasil


Burhanudin Independen: Kantor Akuntan 1. Akuntabilitas
(2017) X1 = Akuntabilitas Publik di berpengaruh positif
X2 = Independensi Yogyakarta signifikan terhadap
Dependen: kualitas audit.
Y = Kualitas Audit 2. Independensi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas audit.
Lestari (2017) Independen: Kantor Akuntan 1. Fee Audit
X1 = Fee Audit Publik di berpengaruh positif
X2 = Independensi Surakarta dan signifikan terhadap
X3 = Kompetensi Semarang kualitas audit
X4 = Etika Auditor 2. Independensi
X5 = Tekanan berpengaruh positif
Anggaran waktu signifikan terhadap
Dependen: kualitas audit
Y = Kualitas Audit 3. Kompetensi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas audit
4. Etika Auditor
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas audit
5. Tekanan Anggaran
Waktu tidak
berpengaruh terhadap
kualitas audit
Jauhari (2013) Independen: Kantor Akuntan 1. Kompetensi
X1 = Independensi Publik Surakarta berpengaruh positif
X2 = Pengalaman dan Semarang signifikan terhadap
X3 = Akuntabilitas kualitas audit
Dependen: 2. Pengalaman tidak
Y = Kualitas Audit berpengaruh terhadap
kualitas audit
3. Akuntabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas audit
Indah (2010) Independen: Kantor Akuntan 1. Kompetensi
X1 = Kompetensi Publik di berpengaruh
X2 = Independensi Semarang positif terhadap
Dependen: kualitas audit
Y = Kualitas Audit 2. Independensi
berpengaruh
positif terhadap
kualitas audit
Sumber: Penelitian-penelitian terdahulu
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Pratistha dan Widhiyani (2014) mengatakan bahwa sikap independensi
ditunjukkan oleh akuntan publik ketika melaksanakan tugas pemeriksaan
mencerminkan auditor jujur dan bebas dari apapun, sehingga laporan hasil
auditnya dapat dipercaya. Jika seorang audit tidak memiliki sikap independensi
akan berakibat pada rendahnya kualitas audit yang dihasilkan. Rendahnya
kualitas audit akan berakibat pada laporan keuangan yang telah diaudit tidak
sesuai dengan kenyataan dan informasinya tidak dapat dijadikan pedoman dalam
pengambilan keputusan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Burhanudin
(2017), Lestari (2017), Jauhari (2013), Indah (2010) independensi berpengaruh
positif signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori dan penelitian
terdahulu yang menunjukkan pengaruh positif signifikan, maka hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
HA1 = Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2.4.2 Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit


Menurut Mulyadi (2002), setiap akuntan publik dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit yang menunjukan bahwa
akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kualitas hasil kerja auditor.
Semakin tinggi akuntabilitas dalam proses audit laporan keuangan maka semakin
baik kualitas audit yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Burhanudin (2017) serta
Jauhari (2013), akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
audit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
HA2 = Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit
2.4.3 Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit
Menurut Mulyadi (2002), fee audit merupakan fee yang diterima akuntan
publik setelah melaksanakan jasa audit. Besarnya fee tergantung dari resiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan
(Agoes, 2017). Oleh karena itu Fee audit menjadi salah satu faktor dari luar diri
auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, semakin tinggi fee yang
diterima menandakan auditor yang berkualitas dan semakin teliti dalam
mengerjakan tugasnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lestari (2017) fee
audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori
dan hasil penelitian Lestari yang menunjukan pengaruh positif signifikan, maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
HA3 = Fee audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian


Menurut Hartono (2017), populasi adalah seluruh item yang ada. Populasi adalah
unit atau individu yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Akuntan Publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di
Lampung. Proses pengambilan sampel harus menghasilkan sampel yang akurat dan
tepat. Sampel yang akurat adalah sampel yang tidak bias, sedangkan sampel yang
mempunyai kesalahan pengambilan sampel yang rendah (Hartono, 2017).
Penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
nonprobabilitas (pemilihan nonrandom) berupa purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Akuntan publik yang menjabat sebagai auditor junior dan auditor senior yang
bekerja pada KAP di Lampung.
2. Minimal telah bekerja selama satu tahun, pemilihan kriteria ini dimaksudkan
bahwa responden sudah memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup
untuk diteliti.
3. Akuntan publik yang menjadi responden bersedia untuk mengisi kuesioner yang
diberikan.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Menurut Hartono (2017) terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data tergantung dari strategi dan sumber
datanya, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data survei. Teknik ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada para akuntan publik yang memenuhi kriteria sampel. Survei atau
lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan data primer
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Hartono,
2017).
Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian
mengenai independensi, akuntabilitas, fee audit, dan kualitas audit. Kuesioner
mengenai independensi terdiri dari 8 butir pertanyaan, kuesioner mengenai
akuntabilitas terdiri dari 10 butir pernyataan, kuesioner mengenai fee audit terdiri
dari 4 butir pernyataan, dan kuesioner mengenai kualitas audit terdiri dari 12 butir
pernyataan. Kuesioner dibagikan atau disebarkan kepada akuntan publik KAP di
Lampung yang telah memenuhi kriteria. Cara survei yang dipilih peneliti adalah
survei langsung.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan bahan dasar dari suatu informasi berupa fakta yang
mengangkat kejadian-kejadian nyata dan dituangkan ke dalam suatu simbol
(Hartono, 2013). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer didapatkan dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada
sampel yang memenuhi kriteria.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Menurut Hartono (2017), variabel adalah suatu simbol yang berisi suatu nilai.
Variabel dapat dibedakan menjadi variabel dependen (VD) dan variabel independen
(VI). Variabel independen yang digunakan peneliti adalah independensi (X1),
akuntabilitas (X2), dan fee audit (X3), sedangkan untuk variabel dependen yang
digunakan adalah kualitas audit (Y).
Menurut Hartono (2017), definisi operasional variabel berupa cara mengukur
variabel itu supaya dapat dioperasikan. Operasional variabel-variabel dalam
penelitian ini dapat diuraikan dalam tabel 3.1. sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Defisini Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Pengukuran Data


Variabel
Kualitas Audit Kualitas audit Terdapat dua belas Tipe data pada
(Y) merupakan butir pernyataan yang variabel ini adalah
probabilitas seorang berhubungan dengan: tipe data interval
auditor dalam 1. Dua butir yang diukur
menemukan daln pernyataan tetang dengan
melaporkan suatu pelaporan semua menggunakan
kekeliruan atau kesalahan klien skala likert 5 poin
penyelewengan yang 2. Dua butir pada kuesioner.
terjadi dalam suatu pernyataan tetang 1 = STS
sistem akuntansi pemahaman 2 = TS
klien (Tandiontong, terhadap sistem 3 = CS
2016). informasi klien 4=S
3. Dua butir 5 = SS
pernyataan tetang
Komitmen yang
kuat dalam
melaksanakan
audit
4. Dua butir
pernyataan tetang
berpedoman pada
prinsip auditing
dan prinsip
akuntansi dalam
melakukan
pekerjaan
lapangan
5. Dua butir
pernyataan tetang
tidak percaya
begitu saja
terhadap
pernyataan klien
6. Dua butir
pernyataan tetang
sikap hati-hati
dalam
pengambilan
keputusan
Independensi Independensi Terdapat delapan Tipe data pada
(X1) mengharuskan pernyataan yang variabel ini adalah
seorang auditor berhubungan dengan: tipe data interval
memiliki kejujuran 1. Dua butir yang diukur
dalam penyataan tentang dengan
mempertimbangkan lamanya menggunakan
fakta dan hubungan dengan skala likert 5 poin
penyimpangan yang klien pada kuesioner.
ada secara objektif 2. Satu butir 1 = STS
dalam proses pernyataan 2 = TS
merumuskan dan tentang tekanan 3 = CS
menyatakan dari klien 4=S
pendapatnya 3. Satu butir 5 = SS
(Mulyadi, 2011). pernyataan
tentang telaah dari
rekan auditor
4. Dua butir
pernyataan
mengenai jasa non
audit
5. Satu butir
pernyataan
tentang
kepercayaan
terhadap klien
Akuntabilitas Menurut Mulyadi Terdapat sepuluh Tipe data pada
(X2) (2002), setiap butir pernyataan yang variabel ini adalah
akuntan publik berhubungan dengan: tipe data interval
dalam melakukan 1. Empat butir yang diukur
pertanggungjawaban pernyataan dengan
sebagai profesional berhubungan menggunakan
harus senantiasa dengan motivasi skala likert 5 poin
menggunakan 2. Tiga butir pada kuesioner.
kinerja profesional pernyataan 1 = STS
dalam semua berhubungan 2 = TS
kegiatan yang dengan kewajiban 3 = CS
dilakukan. social 4=S
3. Tiga butir 5 = SS
pernyataan
berhubungan
dengan
pengabdian pada
profesi
Fee Audit (X3) Menurut Mulyadi Terdapat empat butir Tipe data pada
(2002), fee audit pernyataan yang variabel ini adalah
merupakan fee yang berhubungan dengan: tipe data interval
diterima akuntan 1. Satu butir yang diukur
publik setelah pernyataan dengan
melaksanakan jasa berhubungan menggunakan
audit. dengan risiko skala likert 5 poin
penugasan pada kuesioner.
2. Satu butir 1 = STS
pernyataan 2 = TS
berhubungan 3 = CS
dengan perkerjaan 4=S
audit yang 5 = SS
diberikan
3. Satu butir
pernyataan
berhubungan
dengan tingkat
keahlian yang
diperlukan dalam
penungasan.
4. Satu butir
pernyataan
berhubungan
dengan struktur
biaya KAP yang
bersangkutan
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2018), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Penelitian ini menggunakan memberi gambaran atau deskripsi mengenai variabel-
variabel penelitian yaitu fee audit, akuntabilitas, dan moral reasoning. Penelitian ini
menggunakan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik


3.4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2018). Uji normalitas dalam penelitian ini
adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Menurut Ghozali (2018), uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual berdistribusi tidak normal
Kriteria uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah
sebagai berikut:
1. Jika probabilitas atau nilai signifikansi > α = 0.05, maka hipotesis nol diterima
atau data terdistribusi secara normal.
2. Jika probabilitas atau nilai signifikansi < α = 0.05, maka hipotesis nol ditolak
atau data tidak terdistribusi secara normal.
3.4.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2018), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Dalam penelitian ini, uji
multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance).

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak
menunjukkan multikolinearitas.
2. Jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≤ 0,1 maka menunjukkan
multikolinearitas.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Menurut Ghozali (2018), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolut residual
terhadap variabel independen.
Kriteria pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser jika variabel
independen signifikan secara statistik akan mempengaruhi variabel dependen, maka
akan ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

3.4.3 Uji Hipotesis


3.4.3.1 Hipotesis Statistik
Hipotesis dapat dinyatakan dalam bentuk hipotesis nol (null hypothesis)
maupun hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol (null
hypothesis) merupakan dugaan yang menyatakan hubungan dua buah variabel
adalah jelas dan tidak terdapat perbedaan di antaranya. Hipotesis alternatif
(alternative hypothesis) yang berlawanan dengan hipotesis nol menunjukkan
terdapatnya perbedaan antara dua variabel (Hartono, 2016). Bentuk hipotesis
statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ha1 = Fee audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:
Ho1 : X1 ≤ 0
Ha1 : X1 > 0
2. Ha2 = Akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas audit.
Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:
Ho2 : X1 ≤ 0
Ha2 : X1 > 0
3. Ha3 =Moral reasoning berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas audit.
Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:
Ho3 : X1 ≤ 0
Ha3 : X1 > 0
3.4.3.2 Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2018), koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan nilai koefisien determinasi
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka nilai R2 akan meningkat tidak peduli apakah
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2. Adjusted R2 dapat bernilai negatif,
walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat
nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai 0 (Ghozali,
2018).

3.4.3.3 Uji Statistik t


Menurut Ghozali (2018), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel independen. Cara melakukan uji statistik t adalah sebagai berikut:
a. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima.
2) Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ha ditolak.
b. Uji statistik t dapat juga dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi dengan nilai alpha (α). Kriteria berdasarkan signifikansi ialah
sebagai berikut:
1) Jika signifikansi t > α, maka Ha ditolak.
2) Jika signifikansi t ≤ α, maka Ha diterima.

3.4.3.4 Uji Statistik F


Menurut Ghozali (2018), uji nilai F digunakan untuk mengukur Goodness of
Fit dari model persamaan regresi. Goodness of Fit digunakan untuk mengukur
ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Selain itu, uji nilai F
juga menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
a. Membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel:
1) Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima.
2) Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka Ha ditolak.
b. Membandingkan nilai probabilitas dengan nilai alpha (α):
1) Jika probabilitas signifikansi F ≤ α, maka Ha diterima.
2) Jika probabilitas signifikansi F > α, maka Ha ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2017). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor


Akuntan Publik. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.

Burhanudin, M. A. (2017). Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi Auditor


Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diambil kembali dari
https://eprints.uny.ac.id/31986/1/SKRIPSI.pdf

Febriyanti, R. (2014). Pengaruh Independensi, Due Professional Care dan


akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, J. (2016). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-


Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Indah, S. N. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Independensi. Semarang: Universitas


Diponegoro.

Jauhari, D. D. (2013). Pengaruh Independensi, Pengalaman dan Akuntabilitas


Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan
Semarang. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diambil
kembali dari http://eprints.ums.ac.id/26984/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Jusup, A. H. (2014). Auditing. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu


Ekonomi YKPN.

Lestari, W. (2017). Pengaruh Fee Audit, Independensi, Kompetensi, Etika Auditor,


dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan
Publik di WIlayah Kota Semarang dan Kota Surakarta. Diambil kembali dari
http://eprints.iain-surakarta.ac.id/829/1/skripsi%20full.pdf

Mulyadi. (2006). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, H. (1999). Auditing Modern. Yogyakart: BPFE-Yogyakarta.


Pratistha, K., & Widhiyani, N. (2014). Pengaruh Independensi Auditor dan Besaran
Fee Audit terhadap Kualitas Proses Audit. Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 6.3, 419-428.

Sukrisno, A. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.


Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indoneisa.

Tandiontong, M. (2016). Kualitas Audit dan Pengukurannya. Bandung: Alfabeta.

Yusup, A. J., & Supriyono, R. A. (1995). Pemeriksaan Manajemen (Management


Auditing) dan Pengawasan Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai