Anda di halaman 1dari 26

Metodologi Penelitian

Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Debt To Equity


Ratio (DER), Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return Saham pada
Perusahaan Good Consumer
( Studi Empiris pada Sub Sektor Makanan & Minuman yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)

Deddy Rizaldi Pratama Putra


1711031092

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Pasar modal di Indonesia kini telah menjadi suatu lembaga investasi yang
berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal di
Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode.
Seiring dengan pesatnya perkembangan tersebut, maka kebutuhan informasi
yang relevan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan investasi di
pasar modal. Pasar modal menjadi opsi tambahan bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana guna dapat menjalankan dan mengembangkan usaha
selain melalui lembaga keuangan lainnya seperti bank, koperasi dan
pegadaian. Pasar modal merupakan tempat dimana bertemunya antar
perusahaan dengan individu atau masyarakat atau sebaliknya dan juga antar
perusahaan. Keikutsertaan investor dalam kepemilikan modal dengan cara
membeli saham perusahaan selalu mengandung resiko (risk) didalamnya
walaupun yang diharapkan pemegang saham adalah laba (return). Untuk itu
perusahaan wajib memberi reward dalam bentuk deviden kepada para
pemegang saham (investor), yang dikenal dengan istilah return saham.

Para investor yang telah menginvestasikan dananya pasti memiliki


ekspektasi untuk bisa memperoleh return sebesar-besarnya dengan risiko yang
kecil. Oleh karena itu Investor harus melakukan penilaian harga saham
terlebih dahulu agar dapat memperoleh tingkat pengembalian saham (return)
dan keuntungan yang sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Husnan (2005)
bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba
yang akan diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten
dalam waktu yang akan datang dan tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi
oleh prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Salah satu industri yang menarik di Indonesia adalah Industri Fast Moving
Consumer Goods (FMCG). FMCG sekarang dianggap sebagai industri yang
menarik dengan pertumbuhan laba yang begitu mengesankan yakni sampai
mencapai hingga 15% per tahun. FMCG memang telah lama dianggap
sebagai salah satu faktor pendorong pergerakan ekonomi di Indonesia.
Dengan lebih dari 255 juta penduduk dan lebih dari setengahnya berada di
usia produktif, trend positif ini diharapkan akan terus berlanjut seiring
bertumbuhnya angka pertumbuhan belanja yang mencapai 11,8% pada kurun
waktu 2010-2015 dan rata-rata pertumbuhan industri retail FMCG yang
mencapai 10,8% pada tahun 2015. Namun, meski terdapat trend positif,
terdapat sejumlah variasi pada pertumbuhan tahunan untuk produk produk
tertentu, seperti misalnya industri makanan yang membukukan pertumbuhan
38% per Agustus 2016. Secara keseluruhan, produk-produk FMCG telah
sukses menyumbangkan 18,5% terhadap PDB nasional pada tahun 2016 dan
angka diharapkan mencapai 30% pada tahun 2030 (www.business.hsbc.co.id).

Fenomena ini sangat menarik karena walaupun industri FMCG dianggap


sebagai salah satu pendorong pergerakan ekonomi namun ternyata return
saham yang di hasilkan berbanding terbalik dengan laba yang dihasilkan. Dari
beberapa sub sektor yang termasuk ke dalam industri FMCG, terdapat sub
sektor yang memiliki kontribusi lebih banyak dalam industri FMCG yaitu sub
sektor Food & Beverage karena dari 18,5% PDB nasional tahun 2016 yang
dihasilkan oleh FMCG, sekitar 38% berasal dari sub sektor makanan &
minuman. Selain memiliki kontribusi yang besar dalam industri FMCG, sub
sektor makanan & minuman memiliki laba yang cukup baik seperti yang
penulis kutip dari www.antaranews.com bahwa pertumbuhan industri
makanan dan minuman di Tanah Air cukup menggembirakan karena mampu
memiliki laba yang konsisten yakni 9% per tahun, lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional. Melihat fakta yang terjadi bahwa ada
fluktuasi return saham yang akan investor dapatkan ketika melakukan
investasi saham, maka investor perlu melakukan pertimbangan yang rasional
dengan mengumpulkan berbagai jenis informasi yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Dalam hal ini investor dapat
melihat hal yang menyebabkan penurunan tersebut, salah satunya dengan cara
melihat sisi kinerja perusahaan sebagai tolak ukur. Tolak ukur ini
dimaksudkan untuk mengukur bagaimana kinerja dari perusahaan yang ingin
investor tanamkan modal. Dalam mengukur kinerja perusahaan, investor
dapat menggunakan analisis rasio keuangan sebagai alat bantu dalam
mengukur kinerja perusahaan. Sami (2018) mengatakan bahwa rasio
keuangan merupakan tekhnik yang umum digunakan untuk mengevaluasi
laporan keuangan perusahaan. Menurut Mamduh & Abdul (2016:74), analisis
rasio dibagi ke dalam 5 (lima) macam kategori, yaitu “Rasio Likuiditas, Rasio
Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar”. Kelima
rasio tersebut dapat digunakan untuk melihat prospek dan risiko perusahaan
pada masa yang akan datang. Rasio-rasio tersebut sangatlah penting bagi
investor dan juga calon investor untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan dan mendapatkan informasi mengenai kinerja perusahaan yang
akan ditanami modal. Dalam penelitian ini, rasio yang penulis gunakan adalah
rasio profitabilitas, rasio solvabilitas. Rasio profitabilitas menurut Mamduh &
Abdul Halim (2016:81), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan,
aset, dan modal tertentu. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang
digunakan yaitu Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE) dan
Return on Asset (ROA).

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mencerminkan


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto (bersih) dari setiap
penjualan (Werner R. Murhadi, 2015:64). NPM yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Ferdinan dan Paulus (2016) dalam penelitiannya
mengatakan semakin besar nilai NPM menandakan kinerja keuangan
perusahaan sedang baik serta keuntungan yang diperoleh pemegang saham
akan meningkat. Hal ini berarti NPM memiliki pengaruh terhadap return
saham. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Latipah dan Sugiyono (2016) di mana NPM berpengaruh terhadap return
saham. Namun hasil penelitian tersebut inkonsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pibrianti dan Raina (2014) yang berkesimpulan bahwa NPM
sebagai variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
(return saham).

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang sangat menarik bagi


investor dan juga manajemen karena semakin besar rasio ini maka hal tersebut
memberikan sinyal semakin kuat kedudukan dari pada pemegang saham.
Menurut Aryanti et al (2016) semakin tinggi ROE menandakan bahwa kinerja
perusahaan semakin baik dan berdampak pada meningkatnya harga saham
perusahaan. Jika harga saham semakin meningkat maka return saham juga
akan meningkat. Hal ini menandakan bahwa ROE memiliki pengaruh
terhadap return saham. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Neni et al (2016) di mana ROE berpengaruh terhadap return
saham. Namun penelitian yang dilakukan oleh Anistia et al (2016)
menghasilkan kesimpulan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap return
saham.

Return on Assets (ROA) dapat diartikan sebagai kinerja keuangan


perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk
operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja
perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
jumlah assets yang dimiliki, ROA akan dapat menyebabkan apresiasi dan
depresiasi harga saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang
saham perusahaan. ROA yang bertambah menggambarkan kinerja
perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan
keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat, atau semakin
meningkatnya harga maupun return saham. Namun dalam kenyataannya teori
tersebut bertentangan dengan bukti empiris yang dilakukan beberapa peneliti
sebelumnya. Salah satu bukti empiris yang dilakukan oleh Yeye Susilowati
(2011) menunjukkan bahwa return on assets (ROA) tidak signifikan
berpengaruh terhadap return saham.

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam
penelitian ini, rasio solvabilitas yang digunakan yaitu Debt to Equity Ratio
(DER). DER merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara utang
dan ekuitas perusahaan (Werner R. Murhadi, 2015:61). Semakin tinggi nilai
DER berarti semakin tinggi pula beban atau kewajiban yang ditanggung
perusahaan. Apabila beban yang ditanggung perusahaan tinggi maka investor
akan menahan modalnya untuk ditanamkan ke perusahaan, karena apabila
perusahaan memiliki beban atau kewajiban yang tinggi maka ketika
mendapatkan laba, perusahaan akan menggunakan labanya tersebut untuk
membayar atau memenuhi kewajiban yang dimiliki. Apabila investor
menahan modalnya untuk ditanamkan kepada perusahaan, maka hal tersebut
akan berdampak terhadap harga saham perusahaan yang akan menurun,
sehingga return yang didapatkan investor pun kecil. Studi empiris mengenai
hubungan DER dengan return saham digambarkan sebagai hubungan yang
signifikan terhadap nilai return saham (Ade dan Deanner : 2015). Hasil
penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ihsan et al
(2017) di mana DER memiliki pengaruh terhadap return saham. Namun
terdapat inkonsisten pada penelitian yang dilakukan oleh Badewin (2017) dan
Inne & Budiyanto (2017) bahwa DER tidak memiliki pengaruh terhadap
return saham.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai ROE, ROA, DER, dan NPM
pada return saham. Oleh karena adanya gap empiris dalam penelitian
sebelumnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Return On equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt To Equity
Ration (DER), dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan good Consumer (Studi Empiris pada sub sektor makanan dan
minumam yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)”

B. Rumusan masalah Penelitian


Berdasarakan uraian di atas, rumusan masalah yang muncul dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham?
2. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham?
3. Apakah Debt to Equity Ration (DER) berpengaruh terhadap return
saham?
4. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham?

C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh Net Profit
Margin (NPM) terhadap return saham.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh Return On
Equity (ROE) terhadap return saham.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap return saham.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh Return on
Assets (ROA) terhadap return saham.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu bahan informasi yang berguna serta dapat memberikan
gambaran bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh NPM, ROE, DER,
dan ROA terhadap return saham
2. Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu
informasi, evaluasi dan bahan pertimbangan bagi para calon
investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan
Consumer Goods sub sektor makanan & minuman maupun
kepada pihak pemakai laporan keuangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Teori Sinyal
Signalling Theory atau teori sinyal pertama kali dikembangkan
oleh Ross (1977), dinyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan
memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan
terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon
investor agar harga saham perusahaannya meningkat.
Menurut Brigham & Houston (2014:186), signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Teori sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor
memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan, karena
dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari
investor luar. Oleh sebab itu manajer harus memberikan informasi
yang dimiliki oleh perusahaan kepada publik agar dievaluasi dan
direspon oleh pasar. Informasi atau sinyal yang diberikan harus
menginformasikan kabar baik (good news) agar investor dapat
menerima dan merespon positif sehingga mampu memberi dampak
pada peningkatan harga saham. Sebaliknya, apabila perusahaan
mengirimkan sinyal berupa kabar yang buruk (bad news) maka akan
berdampak pada penurunan harga saham.
Dengan demikian, teori ini mendukung pengembangan return
saham perusahaan dengan memberikan petunjuk bagi investor
mengenai prospek perusahaan. Semakin jelas informasi keuangan
yang diberikan perusahaan, maka semakin mudah untuk menarik
perhatian para investor. Investor bisa menilai perusahaan dari
informasi keuangan perusahaan dan aktivitas perusahaan.

2. Pasar Modal
Menurut Fahmi (2013:55), pasar modal adalah tempat dimana
berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan
obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat
modal perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2014:182), Pasar
modal merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Dari
pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar
modal merupakan tempat di mana bertemunya pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana untuk
melakukan jual beli sekuritas, seperti saham dan obligasi.

3. Investasi
Jogiyanto (2015) mendefinisikan kegiatan investasi merupakan
suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama
periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh pendapatan atau
peningkatan atas nilai investasi awal (modal) yang bertujuan untuk
memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko
yang dapat diterima tiap investor. Sedangkan menurut Abdul Halim
(2015:13), Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
investasi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas untuk mendapatkan
keuntungan dimasa mendatang dengan cara memanfaatkan modal atau
aset di masa sekarang yang di pinjamkan atau di tempatkan pada suatu
perusahaan.

4. Saham
Kasmir (2014:183) menyatakan bahwa saham merupakan surat
berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik saham
merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang
dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan
tersebut. Saham adalah secarik kertas yang merupakan tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan dan
telah tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya. Selain itu, saham juga merupakan persediaan yang siap
untuk dijual oleh pemegangnya (Fahmi, 2013:81).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa saham
merupakan selembar surat atau kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik dari suatu perusahaan yang
menerbitkan saham tersebut sesuai dengan porsi kepemilikan yang
tertera pada saham.

5. Return Saham
Return saham merupakan hasil keseluruhan dari suatu kegiatan
investasi saham yang dilakukan dalam suatu waktu tertentu
(Jogiyanto, 2016:264). Menurut Risdiyanto & Suhermin (2016),
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu,
dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Return
saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas
suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa ada tingkat keuntungan
yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya seorang investor tidak
akan melakukan investasi. Dalam dunia investasi dikenal adanya
hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka
return (keuntungan) juga akan tinggi begitu juga sebaliknya, jika
return rendah maka risiko juga akan rendah (Fahmi, 2013:190). Oleh
karena itu, return menjadi salah satu pertimbangan paling penting yang
dilakukan para investor untuk memilih saham yang akan dibelinya.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
return saham adalah tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh oleh
investor dari hasil investasi pada saham berdasarkan selisih perubahan
harga saham di periode sekarang dengan periode yang lalu.

6. Net Profit Margin (NPM)


Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
berdasar pada perbandingan antara laba bersih dengan penjualannya
(Brigham & Houston, 2014:146). NPM merupakan rasio yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih (neto) dari setiap penjualannya. NPM yang tinggi menandakan
kemampuang perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu (Werner R. Murhadi, 2015:64). Rasio ini
bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. NPM mengukur
kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada
pemegang saham (Toto Prihadi, 2013:147).
Net Profit Margin (NPM) merupakan salah satu indikator yang
penting untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dan mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber
yang dimilikinya.

7. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan berdasar pada perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas
biasa yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
atas investasi pemegang saham biasa (Brigham & Houston, 2014:149).
Semakin besar rasio ini dihasilkan maka itu memberikan sinyal
semakin kuatnya kedudukan dari para pemegang saham, karena ROE
merupakan rasio profitabilitas dari para pemegang saham.
ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang
saham karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu (Mamduh &
Abdul Halim, 2016:82). Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri. ROE yang tinggi mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi
pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan
keuntungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut akan
diinginkan untuk dibeli (Aryanti et al : 2016).

8. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
milik perusahaan yang di cari dengan membandingkan antara jumlah
seluruh utang dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2017:157). Dengan
begitu dapat dikatakan bahwa rasio DER berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah dari modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Menurut Werner R. Murhadi (2015:61), DER merupakan rasio yang
menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan.
Semakin tinggi nilai DER berarti semakin tinggi pula beban atau
kewajiban yang ditanggung perusahaan.

9. Return On Asset
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunkan untuk
mengukur tingkat kemampulabaan (Profitabilitas). Profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
kegiatan operasional. Laba merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba
perusahaan selain merupakan indicator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham)
dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas.
Hanafi (2004) menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi
kebijakan pembayaran return saham dalam bentuk deviden karena
dividen dibagikan dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan,
maka besarnya keuntungan tentu akan mempengaruhi besarnya return
saham yang akan dibagikan. Menurut Machfoedz (1998) ROA
menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham
perusahaan. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja
perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan
mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin
meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham.

10. Penelitian Terdahulu


Sebagai dasar dan referensi dalam penelitian ini, sangat
penting adanya penelitian-penelitian terdahulu yang telah melakukan
penelitian mengenai return saham yang berkaitan dengan variabel-
variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham salam sebuah
penelitian.

Latipah Ratna Sari dan Sugiyono (2016) dalam penelitiannya


yang berjudul “Pengaruh NPM, ROE, EPS terhadap return saham pada
perusahaan Farmasi di BEI”. Objek penelitiannya adalah perusahaan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010
- 2014. Pada penelitian ini jumlah populasi yang digunakan yaitu
sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang diambil dengan menggunakan
purposive sampling. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Net Profit
Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap
return saham, sedangkan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh
terhadap return saham.

Pibrianti Dahlia Lastria Simanjuntak dan Raina Linda Sari


dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Return On
Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share Terhadap Return Saham
pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Objek penelitian ini adalah
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012. Teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dan berdasarkan metode tersebut diperoleh 21 (dua puluh
satu) perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On
Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham. Barbara Gunawan dan Rizki Putri
Hardyani (2014) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh
Pengukuran Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Return Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI selama 2009-2012. Teknik sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dan berdasarkan metode
tersebut diperoleh 95 (sembilan puluh lima) perusahaan. Dalam
penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa ROA dan ROE
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham
sedangkan NPM, CR, TAT, DER, DAR, MBV tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham.

Ade Kurnia dan Deanner Isyunawardhana (2015) melakukan


penelitian mengenai “Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Size Perusahaan Terhadap Return Saham
(StudI Kasus pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)”. Objek
penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di BEI tahun 2011-2014. Teknik sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dan berdasarkan metode
tersebut diperoleh 32 (tiga puluh dua) perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial DER memiliki pengaruh yang
signifikan dan arah positif terhadap return saham, sedangkan ROE dan
size perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.

B. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan laba yang cukup besar pada industri FMCG sektor food
& beverage menarik peneliti untuk melakukan penelitian pada perusahaan
food & beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), apakah
pertumbuhan laba pada industri FMCG sektor food & beverage memiliki
berpengaruh terhadap return saham. Untuk meneliti adakah pengaruh terhadap
return saham, peneliti menggunakan 4 (empat) variabel independen yaitu Net
Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
dan
Return On Asset (ROA).
Return On Equity

Debt to Equity Ratio

Return Saham

Net Profit Margin

Return On Asset

C. Hipotesis
H1 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Return Saham.
H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Return Saham.
H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return Saham.
H4 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham.
BAB III
METODOLGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek
atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014:119). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh perusahaan consumer goods sub sektor food &
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014 -
2018.

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:120). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling agar
sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Teknik purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014:126). Kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan consumer goods sub sektor food & beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014 - 2018.
b. Perusahaan consumer goods sub sektor food & beverage yang sudah
listing dan tidak melakukan delisting selama periode 2014 - 2018.
c. Perusahaan consumer goods sub sektor food & beverage yang selalu
mendapatkan laba selama periode 2014 - 2018.
d. Perusahaan yang laporan keuangannya dimulai pada 1 Januari dan
berakhir pada 31 Desember.
Tabel Perolehan Sampel

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan consumer goods sub sektor food & beverage 18

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014 -

2018.

2 Dikurangi perusahaan yang tidak listing di BEI sebelum (4)

periode 2014 - 2018.

3 Dikurangi perusahaan yang tidak selalu mengalami laba (3)

selama periode 2014 - 2018.

4 Dikurangi perusahaan yang memiliki laporan keuangan tidak (1)

dimulai pada 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember.

5 Jumlah perusahaan sampel 10

6 Jumlah tahun penelitian (2014-2018) 5

Total 50

B. Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (independent) (Sugiyono, 2014:64). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Return
saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang
(Jogiyanto 2016:263). Menurut Jogiyanto (2016:264), mengukur
return saham dapat dilakukan dengan menggunakan formulasi sebagai
berikut:
𝑅=
Keterangan :
R = Return Saham
Pt = Harga saham sekarang
𝑃𝑡−1 = Harga saham periode lalu

2. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2014:64). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah Net Profit Margin (NPM), Return On Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Asset (ROA).
Berikut adalah uraian mengenai variabel bebas terkait dengan
penelitian ini :

a) Net Profit Margin (NPM)


Net Profit Margin (NPM) merupakan salah satu indikator yang
penting untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba yang berdasar pada perbandingan antara laba bersih dengan
penjualannya (Brigham & Houston, 2014:146). Rasio ini bermanfaat
untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan. NPM mengukur kemampuan perusahaan
dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham (Toto
Prihadi, 2013:147). Rumus yang digunakan yaitu (Brigham &
Houston, 2014:146) :
𝑁𝑃𝑀 =
b) Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
berdasar pada perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas biasa,
yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham biasa (Brigham & Houston, 2014 : 149).
Rumus yang digunakan yaitu (Brigham & Houston, 2014:149) :

𝑅𝑂𝐸 =

c) Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan memilik perusahaan
yang di cari dengan membandingkan antara jumlah seluruh utang
dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2017:157). Rumus yang digunakan
yaitu (Kasmir, 2017:158) :

𝐷𝐸𝑅 =

d) Return On Asset (ROA)


Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunkan untuk
mengukur tingkat kemampuan laba (Profitabilitas). Profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
kegiatan operasional. Laba merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba
perusahaan selain merupakan indicator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. ROA dapat dirumuskan
dengan:

ROA =

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi
pustaka. Selain itu dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
yaitu berdasarkan laporan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) melalui situs resmi yaitu www.idx.co.id.

D. Metode analisis
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar
deviasi, maksimum dan minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemiringan distribusi) (Ghozali, 2016 :19).

2. Uji Asumsi Klasik


a) Uji normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu dan residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan analisa statistik (Ghozali, 2016:154).
3. Uji Kesesuaian Model
a) Uji Determinasi (𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅2)
Uji Determinasi (𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel-variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk
data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang
besar antara masing-masing pengamatan. Sedangkan untuk data runtun
waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi
yang tinggi (Ghozali, 2016:95).

b) Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat (Ghozali, 2016:96). Ha = NPM, ROE, DER, ROA
berpengaruh terhadap return saham. Ho = NPM, ROE, DER, ROA
tidak berpengaruh terhadap return saham. Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah sebesar 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) ;
(k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah
variabel. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F
hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
• Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima
• Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima
4. Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik setidaknya ini
dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai
statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik
apabila uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho
ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2016:95).
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:97). Tingkat
signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 5%
dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah
observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan signifikansi t hitung dengan t tabel dengan ketentuan
sebagai berikut :
• Jika t hitung ≤ t tabel, atau –t hitung ≥ -t tabel, maka Ho diterima
• Jika t hitung > t tabel, atau –t hitung < -t tabel, maka Ha diterima

b) Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Hasil dari analisis regresi adalah berupa koefisien untuk
masing-masing variabel independen. Dalam penelitian ini variabel
independen yang digunakan adalah Profitabilitas Ratio (NPM) (X1) &
(ROE) (X2), Solvabilitas Ratio (DER) (X3), Return On Asset (ROA)
(X4). Dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return
Saham (Y). Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y : indeks return saham sesuai model Discretionary Accrual
α : konstanta
b : koefisien regresi
X : variable yang digunakan
e : error
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti., Mawardi., Selvi Andesta. (2016). Pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS
Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index (JII). I-Finance Vol. 2, No.2.

Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston. (2014). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan


(Essentials of Financial Management). ISBN: 978-979-061-364-5. Jakarta:
Salemba Empat.

Fahmi, Irham. (2013). Pengantar Pasar Modal. ISBN: 978-602-9328-66-0. Bandung:


Alfabeta.

Gunawan, Barbara & Rizki Putri Hardyani. (2014). Analisis Pengaruh Pengukuran
Kinerja Keuangan dalam Memprediksi Return Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 2,
No. 1.

Halim, Abdul. (2015). Analisis Investasi di Aset Keuangan. ISBN: 978-602-318041-


7. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Kurnia, Ade & Deannes Isynuwardhana, SE., MM. (2015). Pengaruh Return On
Asset (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), dan Size Perusahaan Terhadap
Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014). E-Proceeding of
Management Vol. 2, No. 3. ISSN: 2355-9357.

Murhadi, Werner R. (2015). Analisa Laporan Keuangan : Proyeksi dan Valuasi


Saham. ISBN: 978-979-061-331-7. Jakarta: Salemba Empat.

Risdiyanto & Suhermin. (2016). Pengaruh ROI, EPS, dan PER Terhadap Return
Saham pada Perusahaan Farmasi. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol. 5, No.
7. ISSN: 2461-0593

Simanjuntak, Pibrianti Dahlia Lastria & Raina Linda Sari. (2014). Analisis Pengaruh
Return On Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share terhadap Return Saham
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Vol. 2, No. 7. ISSN: 2303-3525.

Anda mungkin juga menyukai