Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
Nevi Gusnita

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES YARSI SUMBAR
2021
I. KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi
gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan
orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan
terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada
seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah
individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi
aktifitas harus diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang
belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL
DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka
diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan
metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot
dan sistem rangka.
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh
manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari
katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy
dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi
maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel
melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam
sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap
air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi
ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic,
yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat
penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia
terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk
penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa
kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan
penyakit pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat
gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk
tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot
melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Tulang
merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan anorganik.Tulang
secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras
(osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan
kartilago adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya
tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih
eras tapi mudah patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan
membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun
bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika
terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus
intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks
organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan
osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran
yang didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi
tulang.Matriks anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium
dan phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada
tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan fosfor dalam
jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan mudah
patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin
terutama hormone kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.
Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan dan
bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau
disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan
bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan
meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang,
menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran
cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja
dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan
absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari
tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada
ginjal.
Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi kalsium
dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah
vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid. Vitamin ini dibentuk
di kulit dari precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin
D3. Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap epidermis kulit akan
menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3
(cholecalciferol). Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan
dimetabolisme di hepar menjadi 25-hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal
menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi
pada paparan radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau
disebut UVB.Vitamin D yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi
fisiologis tubuh yang salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium di
intestinal. Adanya gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi
defisiensi vitamin D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada
akhirnya berdampak pada sistem pergerakan tubuh.
Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal
ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada sebagian
besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat
melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel)
serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100μm yang disebutserat
otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu sendiri dan
merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat ototsendiri tersusun
dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang berdiameter 1-2μm
danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-tiap myofibril, tersusun
oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin,
tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas
dari keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses
pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin
berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser
di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi
pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini
memerlukan peran aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya
ion kalisum dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam
tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya
gangguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada
gangguan kontraksi otot.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS
DAN LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema
musculoskeletal
6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis
D. DAMPAK IMOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh antara lain :
 Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan
digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan
menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk
sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan
 Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena
berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.
 Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga
menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.
 Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan
sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen),
keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
 Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung
 Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang
laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc,
phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan
sekresi antidiuretik hormone selama bedrest
 Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan
dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan
kadar kalsium darah.
E. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu


dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban,
maksimal 57 %.
Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :
No Nilai Kekuatan Keterangan
. Otot
1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
sekali
2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa
gravitasi
4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak
untuk menahan berat (gravitasi)
5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
dan melawan tahanan
6. 5 (100%) Kekuatan normal

F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG


MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
LATIHAN
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari
Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,
Berpakaian, Makan, Toileting)
3. Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak napas
4. Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan
5. Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Pemeriksaan kekuatan otot
Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)
Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,
Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan
sendi)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas 5. Risiko kerusakan integritas
2. Gangguan mobilitas fisik kulit
3. Keletihan
4. Nyeri akut

III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


1 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
 Energy Energy
Definisi : conservation Management
Ketidakcukupan  Self Care : ADLs  Observasi
energui secara Kriteria Hasil : adanyapembatasa
fisiologis maupun  Berpartisipasi n klien dalam
psikologis untuk dalam aktivitas melakukan
meneruskan atau fisik tanpa disertai aktivitas
menyelesaikan peningkatan  Kaji adanya
aktifitas yang diminta tekanan darah, nadi factor yang
atau aktifitas sehari dan RR menyebabkan
hari.  Mampu melakukan kelelahan
aktivitas sehari hari  Monitor nutrisi
Batasan (ADLs) secara dan sumber
karakteristik : mandiri energi
a. melaporkan tangadekuat
secara verbal  Monitor pasien
adanya akan adanya
kelelahan atau kelelahan fisik
kelemahan. dan emosi secara
b. Respon berlebihan
abnormal dari  Monitor respon
tekanan darah kardiovaskuler
atau nadi terhadap aktivitas
terhadap  Monitor pola
aktifitas tidur dan
c. Adanya dyspneu lamanya
atau tidur/istirahat
ketidaknyamana pasien
n saat
beraktivitas. Activity Therapy
 Kolaborasikan
Faktor faktor yang dengan Tenaga
berhubungan : Rehabilitasi
 Tirah Baring Medik
atau imobilisasi dalammerencana
 Kelemahan kan progran
menyeluruh terapi yang tepat.
 Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan

2 Hambatan NOC : NIC :


Mobilitas Fisik  Mobility Level Exercise therapy :
 Self care : ADLs ambulation
 Transfer  Monitoring vital
Definisi : performance sign
Keterbatasan dalam Kriteria Hasil : sebelum/sesudah
kebebasan untuk  Klien meningkat latihan dan lihat
pergerakan fisik dalam aktivitas respon pasien
tertentu pada bagian fisik saat latihan
tubuh atau satu atau  Mengerti tujuan  Ajarkan pasien
lebih ekstremitas dari peningkatan atau tenaga
secara mandiri dan mobilitas kesehatan lain
terarah  Memverbalisasikan tentang teknik
Batasan perasaan dalam ambulasi
karakteristik : meningkatkan  Kaji kemampuan
- Postur tubuh kekuatan dan pasien dalam
yang tidak kemampuan mobilisasi
stabil selama berpindah  Latih pasien
melakukan  Memperagakan dalam
kegiatan rutin penggunaan alat pemenuhan
harian Bantu untuk kebutuhan ADLs
- Keterbatasan mobilisasi (walker) secara mandiri
kemampuan sesuai
untuk kemampuan
melakukan  Dampingi dan
keterampilan Bantu pasien saat
motorik kasar mobilisasi dan
- Keterbatasan bantu penuhi
kemampuan kebutuhan ADLs
untuk ps.
melakukan  Berikan alat
keterampilan Bantu jika klien
motorik halus memerlukan.
- Keterbatasan  Ajarkan pasien
ROM bagaimana
- Usaha yang merubah posisi
kuat untuk dan berikan
perubahan bantuan jika
gerak diperlukan

Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
pergerakan
fisik
- Tidak
nyaman, nyeri
- Kerusakan
muskuloskele
tal dan
neuromuskule
r
- Intoleransi
aktivitas/penu
runan
kekuatan dan
stamina

3 Keletihan NOC : NIC :


 Energy conservation Energy
 Nutritional status : Management
energy  Observasi adanya
Kriteria Hasil : pembatasan klien
 Memverbalisasikan dalam melakukan
peningkatan energi dan aktivitas
merasa lebih baik  Dorong anal
 Menjelaskan untuk
penggunaan energi mengungkapkan
untuk mengatasi perasaan
kelelahan terhadap
keterbatasan
 Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
 Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
 Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
 Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
4 Nyeri akut NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan
Sensori yang tidak  Comfort level pengkajian nyeri
menyenangkan dan Kriteria Hasil : secara
pengalaman  Mampu mengontrol komprehensif
emosional yang nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
muncul secara aktual nyeri, mampu karakteristik,
atau potensial menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan nonfarmakologi kualitas dan
atau menggambarkan untuk mengurangi faktor presipitasi
adanya kerusakan nyeri, mencari  Observasi reaksi
(Asosiasi Studi Nyeri bantuan) nonverbal dari
Internasional):  Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
serangan mendadak nyeri berkurang  Gunakan teknik
atau pelan dengan menggunakan komunikasi
intensitasnya dari manajemen nyeri terapeutik untuk
ringan sampai berat  Mampu mengenali mengetahui
yang dapat nyeri (skala, pengalaman
diantisipasi dengan intensitas, frekuensi nyeri pasien
akhir yang dapat dan tanda nyeri)  Evaluasi
diprediksi dan  Menyatakan rasa pengalaman
dengan durasi kurang nyaman setelah nyeri nyeri masa
dari 6 bulan. berkurang lampau
 Tanda vital dalam  Evaluasi bersama
Batasan rentang normal pasien dan tim
karakteristik : kesehatan lain
- Laporan secara tentang
verbal atau non ketidakefektifan
verbal kontrol nyeri
- Fakta dari masa lampau
observasi  Bantu pasien dan
- Gerakan keluarga untuk
melindungi mencari dan
- Tingkah laku menemukan
berhati-hati dukungan
- Gangguan tidur  Kurangi faktor
(mata sayu, presipitasi nyeri
tampak capek,  Ajarkan tentang
sulit atau teknik non
gerakan kacau, farmakologi
menyeringai)  Evaluasi
- Fokus keefektifan
menyempit kontrol nyeri
(penurunan  Tingkatkan
persepsi waktu, istirahat
kerusakan proses  Kolaborasikan
berpikir, dengan dokter
penurunan jika ada keluhan
interaksi dengan dan tindakan
orang dan nyeri tidak
lingkungan) berhasil
- Perubahan dalam  Monitor
nafsu makan dan penerimaan
minum pasien tentang
manajemen nyeri
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)

5 Risiko kerusakan NOC : Risk Control Pressure


integritas kulit b.d Dengan kriteria hasil : Management
immobilisasi fisik.  Pasien mengerti  Memberitahuk
tentang faktor risiko an pasien untuk
yang dapat menggunakan
menyebabkan pakaian yang
kerusakan integritas longgar.
kulit  Memonitor
 Tanda-tanda vital status nutrisi
dalam batas normal. pasien.
 Memodifikasi  Memonitor
lingkungan untuk area kulit yang
mengurangi faktor dapat terjadi
risiko. kemerahan dan
luka.
 Melakukan
perubahan posisi
pada pasien,
minimal setiap 2
jam.
 Mengajari
pasien ROM aktif
dan pasif.
 Mengajari
pasien tentang
faktor yang dapat
menyebabkan
terjadinya
kerusakan
integritas kulit.
6 Kerusakan NOC : Risk Control Pressure
. integritas jaringan Dengan kriteria hasil : Management
Definisi : kerusakan  Pasien mengerti  Memberitahuk
membran mukosa, tentang faktor risiko an pasien untuk
kornea, yang dapat menggunakan
integumenter, atau menyebabkan pakaian yang
jaringan subkutan kerusakan integritas longgar.
Batasan kulit  Memonitor
Karakteristik :  Tanda-tanda vital status nutrisi
- Gangguan dalam batas normal. pasien.
sirkulasi  Memodifikasi  Memonitor
- Iritasi kimia lingkungan untuk area kulit yang
- Kurang volume mengurangi faktor dapat terjadi
cairan risiko. kemerahan dan
- Kurang luka.
pengetahuan  Melakukan
- Kelebihan cairan perubahan posisi
tubuh pada pasien,
- Gangguan minimal setiap 2
mobilitas fisik jam.
- Faktor mekanis  Mengajari
(tekanan, pasien ROM aktif
regangan, dan pasif.
gesekan)  Mengajari
- Faktor nutrisi pasien tentang
(kekurangan atau faktor yang dapat
kelebihan) menyebabkan
- Radiasi terjadinya
- Temperatur kerusakan
ekstrem integritas kulit.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification


Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth


Edition. Mosby, Inc : Missouri.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :


Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan.Edisi 3.


Salemba Medika. Jakarta.

Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2: gastrointestinal,


endocrine, renal, reproductive and nervous systems. Nursing Times;
(2009), 105; 22

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta :
EGC

Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6,


no. 2, Oktober 2001

Anda mungkin juga menyukai