Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ALAM (AL-QARI’AH DAN AL-ZALZALAH) DAN MENJAGA

KELESTARIAN ALAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Studi Materi Qur’an Hadits di MTs-MA
Dosen Pengampu:
Imro’atus Sholihah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 5: PAI I/ Semester 5
Ulul Azmi (201190284)
Yulinawati (201190295)
Adi Ikhwanul Muslim (201190307)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT.


yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum Alam (Al-Qari’ah dan Al-
Zalzalah) dan Menjaga Kelestarian Alam” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah dan zaman tidak
berakhlak kepada zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami selaku pemateri makalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
bagi pembaca.

Ponorogo, 26 September 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………...2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hukum Alam (Al-Qari’ah dan Al-Zalzalah) ……………………….3
B. Menjaga Kelestarian Alam………………………………………… 6
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Allah SWT mencipta alam semesta ini berdasarkan kuasa dan
kehendak-Nya yang mutlak. Dalam mencipta alam semesta, Allah SWT
melengkapinya dengan aturan yang berlaku atas semua ciptaan-Nya.
Aturan yang dicipta untuk mengatur alam semesta ini disebut sunnatullah
atau hokum alam. Semua makhluk tunduk (tidak dapat terlepas) dari
sunnatullah, baik rela maupun terpaksa.
Demikian kebijakan Allah SWT yang mencipta dan mengatur alam
semesta. Semua itu berjalan menurut kehendak Allah SWT. Adapun
fenomena hukum alam ialah hal hal yuang tejadi di alam ini dan dapat
disaksikan denagn panca indera, dapat diterangkan, serta dapat dinilai
secara ilmiah.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang menghuni bumi
hendaknya memelihara dan melestarikan alam sekitar untuk nantinya
diwariskan pada generasi berikutnya. Alam memiliki mekanismenya
sendiri untuk terus hidup dan menghidupi makhluk-makhluk di dalamnya.
Keseimbangan alam sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia sebagai
makhluk berakal dalam memanfaatkan dan mengolah sumber daya dari
alam sebaik-baiknya dan tidak berlebihan (eksploitasi). Oleh karena itu,
informasi terkait pentingnya menjaga dan melestarikan alam perlu
disebarluaskan agar mamusia dapat sadar dan berbenah diri terhadap apa
yang telah diperbuat pada alam, sehingga perilaku merusak alam dapat
dihindari.
Maka dari itu makalah ini dibuat untuk membantu memahami yang
berkaitan dengan hal-hal di atas dengan judul “Hukum Alam (Al-Qari’ah
dan Al-Zalzalah) dan Menjaga Kelestarian Alam”.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hukum alam dalam Q.S Al-Qari’ah dan Al-Zalzalah?
b. Bagaimana cara menjaga kelestarian alam?

1
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui hukum alam dalam QS. Al-Qari’ah dan Al-Zalzalah
b. Untuk mengetahui cara menjaga kelestarian alam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM ALAM (Surah Al-Qori’ah dan Al-Zalzalah)


1. Pengertian Hukum Alam
Hukum alam adalah hukum yang berlaku sesuai kodrat alam. Bentuk
keteraturan dari benda yang berada di alam ini tunduk kepada hukum yang
sudah ada. Secara ilmiah, adanya kehidupan di dunia ini karena adanya energy
dari matahari. Atas kehendak Allah SWT matahari memancarkan sinar dan
panasnya ke seluruh penjuru dunia. Allah SWT menakdirkan bumi berputar
dan mengelilingi matahari sehingga terjadilah siang dan malam. Adapun
fenomena hukum alam ialah hal-hal yang terjadi dan dapat disaksikan dengan
panca indera, dapat diterangkan, serta dapat dinilai secara ilmiah.1
Hukum alam, juga disebut dengan sunnatullah, yakni hukum yang
ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam semesta
yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Sunnatullah atau hukum alam,
hukum kemasyarakatan, atau ketetapan-ketetapan Allah yang menyangkut
situasi kemasyarakatan, tidak dapat dialihkan dan diubah oleh siapapun.2
2. Hukum Alam dalam Q.S Al-Qori’ah dan Al-Zalzalah
a. Surah Al-Qari’ah
Artinya:
“(1) Hari Kiamat, (2) apakah Hari Kiamat itu? (3) Dan tahukah kamu
apakah Hari Kiamat itu? (4) Pada hari itu manusia seperti laron yang
berterbangan, (5) dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-
hamburkan. (6) Maka adapun orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, (7) maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan (senang). (8) Dan adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, (9) maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.

1
Keterkaitan Antar Surah Al-Zalzalah dan Al-Qariah. https://pdfcoffee.com/keterkaitan-surah-
alqoriah-dan-alzalzalah-pdf-free.html. Diakses pada 26 September 2021 pukul 17.15 WIB
2
Hukum Alam. https://id.scribd.com/document/329936431/Hukum-Alam diakses pada 26
September 2021 pukul 19.05 WIB.

3
(10) Dan tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu? (11) (Yaitu) api
yang sangat panas”.
Secara bahasa, lafal Al-Qari’ah berarti bahaya besar, peristiwa
besar yang mengguncang hati (hari kiamat), hari hancurnya alam
semesta. Dengan demikian fenomena hukum alam yang dimaksud
pada surah ini adalah peristiwa besar yang disebut hari kiamat.
Pada ayat 1-3, Allah SWT menginformasikan tentang adanya
hari kiamat. Ayat ini dimulai dengan pernyataan “hari kiamat”.
Pertanyaan 1-3 tersebut bukan berarti menunjukkan ketidaktahuan
Allah. Allah SWT adalah dzat yang Maha Mengetahui atas segalanya.
Maksud pertanyaan ayat 2 dan 3 adalah untuk menekankan agar benar-
benar memperhatikan pada permasalahan yang ditanyakan. Oleh sebab
itu, Allah sendiri menjawab pertanyaan tersebut.
Pada ayat 4 dan 5, Allah SWT menjelaskan peristiwa pada saat
terjadinya hari kiamat. Pada saat itu, terjadi peristiwa yang sangat
dahsyat dan belum pernah terjadi sebelumnya. Kedahsyatan peristiwa
hari kiamat digambarkan pada ayat ini bahwa manusia berhamburan
seperti laron yang berterbangan. Gunung-gunung seperti bulu yang
dihamburkan.
Ayat 6-7 menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang
memiliki timbangan amal kebaikan yang lebih banyak. Setelah
terjadinya hari kiamat, ada tiga tahapan yang akan dilalui manusia,
yaitu yaumul ba’as, yaumul mahsyar, dan yaumul jaza’. Yaumul ba’as
ialah harai dibangkitkannya semua manusia dari alam kubur. Setelah
itu, manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar. Pada saat itu
manusia akan menerima catatan amalnya. Atas dasar catatan amal
tersebut manusia dihisab dan ditimbang semua amaknya. Orang yang
memiliki timbangan amal kebaikan yang berat, ia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (senang), yaitu surga.
Ayat 8-11 menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang
memiliki timbangan amal kebaikan yang sedikit. Kejelekannya lebih

4
banyak daripada kebaikannya. Orang yang seperti ini akan celaka. Ia
akan dimasukkan ke neraka Hawiyah, yaitu api yang sangat panas.
b. Surah Al-Zalzalah
Artinya:
“(1) Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, (2)
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, (3) dan manusia bertanya, “apa yang terjadi pada
bumi ini?”. (4) Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, (5)
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian
itu) padanya. (6) Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam
keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka
(balasan) semua perbuatannya. (7) Maka barangsiapa mengerjakan
kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (8)
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dalam ayat 1 dan 2, dinyatakan bahwa bumi diguncangkan
dengan dahsyat sehingga mengeluarkan beban berat yang
dikandungnya. Dari ketiga ayat tersebut dapat diambil suatu pengertian
bahwa berhamburnya gunung-gunung dan keluarnya beban berat bumi
adalah karena adanya guncangan yang hebat. Peristiwa ini merupakan
peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Pada ayat 7-8 diterangkan bahwa orang yang beramal baik
walaupun sebrat zarrah akan menerima balasannya, dan orang yang
beramal buruk juga akan mendapat balasannya. Hal ini sesuai dengan
hukum alam yang berlaku, yaitu adanya sebab akibat. Orang menerima
kebaikan disebabkan dirinya berbuat baik, dan orang yang menerima
keburukan disebabkan perilaku yang buruk juga.3

3
Hukum Alam. http://afifahchaysl.blogspot.com/2013/09/quran-hadits-mts.html?m=1 diakses
pada 26 September 2021 pukul 18.40 WIB.

5
B. Menjaga Kelestarian Alam
Alam adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Swt. yang sangat
bermanfaat sebagai pendukung keberlangsungan hidup manusia dan hewan.
Alam berserta seluruh isinya sudah terlebih dahulu ada dan tercipta, bahkan
sebelum manusia menghuni bumi. Seluruh jagad raya baik di bumi dan di
langit merupakan cakupan alam semesta yang tersusun begitu rapi dan terukur,
semua itu adalah karena kuasa Allah Swt. dalam mencipta sesuatu.
Manusia sebagai makhluk Allah SWT yang diberikan akal dan
nurani diperintahkan untuk melestarikan alam semesta beserta seluruh isinya.
Namun terkadang sebagian manusia menunjukkan perilaku-perilaku yang
merusak alam seperti eksploitasi lahan secara berlebihan, memburu dan
membunuh hewan yang sudah langka, maupun mencemari lingkungan sekitar
sehingga mengakibatkan banjir, erosi, bahkan kasus keracunan akibat limbah
berbahaya. Semua dampak negatif di atas tidak akan terjadi apabila manusia
memiliki kepedulian dan rasa ingin menjaga apa yang telah Allah Swt.
sediakan untuknya dan keluarganya.
Berikut ini akan dipaparkan hadist-hadist tentang Kelestarian Alam,
yaitu:
a. Hadist tentang perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan alam
1) Hadits Riwayat Tirmidzi
ً ‫م َمنْ أَ ْحيى أَ ْر‬.‫قال رسول هللا ص‬
)‫ضا َميِّتَةً فَ ِهى َي لَهُ (رواه الترميذى‬

Artinya :”Rasulullah SAW. bersabda: barangsiapa menghidupkan bumi


yang mati maka (bumi) itu menjadi miliknya.” (HR. Tirmidzi)

Bumi yang mati pada hadist tersebut dapat dimaknai sebagai bumi
yang kering, tidak berair sehingga gersang tidak menumbuhkan tanaman,
dan bisa juga diartikan sebagai bumi yang tidak terawat sehingga tidak
memberikan manfaat bagi makhluk di dalamnya dan tidak bertuan. Dari
hadist tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang berusaha untuk
merawat, melestarikan, menghidupkan bumi atau lahan yang gersang

6
sehingga menjadi lahan produktif dan menghasilkan, maka berhak baginya
mendapatkan lahan tersebut dan menjadikan itu miliknya.

Nah, konteks dari hadis tersebut adalah terjadi di masa Rasulullah


SAW, dimana tanah dan bumi di zaman itu sangat luas dan jumlahnya
lebih luas daripada jumlah penduduk pada saat itu, sehingga
dimungkinkan banyak tanah atau lahan yang tidak terawat dan tentunya
tidak bertuan. Maka Rasulullah SAW. menyatakan orang yang merawat
tanah tersebut berhak untuk memilikinya. Tujuannya adalah sebagai
penghargaan karena telah peduli dan menjaga kelestarian alam.4

2) Hadits Riwayat Ibnu Majah

ِ ‫ َمنْ َحفَ َربِ ْئ ًرا فَلَهُ أَ ْربَ ُع ْونَ ِذ َراعًا َعطَنًا لِ َما‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
)‫شيَتِ ِه (رواه ابن ماجه‬

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa menggali sumur maka ia


berhak 40 hasta sebagai kandang ternaknya. (HR. Ibnu Majah)

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup,


dengan adanya penggalian sumur maka membuka selebar-lebarnya pintu
kehidupan bagi makhluk hidup lain. Hadist ini diriwayatkan ketika saat itu
di zaman Rasulullah SAW. air sangat sulit didapatkan karena sebagian
besar keadaan wilayah yang gersang, berpasir, dan cuaca yang terik dan
tidak ada kehidupan, sehingga apabila ada sumur di suatu tempat pasti
disekitarnya terdapat kehidupan yang makmur karena tumbuh-tumbuhan
dan juga hewan dapat hidup dengan baik dan menjadi sumber makanan
bagi manusia.

Seperti kisah Nabi Ismail dan Ibunya Hajar, ketika sebelum ada
sumur zam-zam, keadaan wilayah tempat mereka ditinggalkan sangat
gersang, tidak ada tumbuhan dan hewan, bahkan manusia pun enggan
berada disana. Namun, setelah datang karunia Allah SWT. berupa air zam-
zam, wilayah tersebut berangsur-angsur banyak didatangi manusia yang
4
Kementerian Agama, Buku Siswa Al-Qur’an Hadis Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013 Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, (Jakarta: Kementerian Agama, 2016), hlm. 22

7
ingin menetap disana. Wilayah semakin padat dibarengi dengan
tumbuhnya berbagai macam tanaman dan dikembangbiakkan hewan
ternak hingga sekarang telah menjadi kota yang besar, kota tersebut ialah
Makkah Al Mukarramah.

Begitu besar manfaat dan dampak positif yang muncul karena


dibangunnya sebuah sumur, maka dari itu orang yang membangairun
sumur ialah orang yang sangat berjasa bagi kehidupan dan berarti ia
berjasa kepada kelestarian alam. Sedangkan makna kata “sebagai kandang
ternaknya” dalam hadist tersebut, memberikan motivasi kepada orang-
orang untuk menggali sumur yang memang pada saat itu banyak bermata
pencaharian sebagai peternak, maka hadiah sebidang tanah untuk kandang
di dekat sumber air merupakan sesuatu yang menggembirakan. Kalimat
tersebut juga menjelaskan pentingnya menjaga kelestarian alam hewani
karena hewan juga menjadi sumber makanan manusia selain tumbuh-
tumbuhan.5

b. Hadist tentang perilaku melestarikan hewan


1) Hadist Riwayat Ahmad
)‫صا ِء ا ْل َخ ْي ِل َو ا ْلبَ َها ئِ ِم (رواه أحمد‬
َ ‫م عَنْ إِ ْخ‬.‫س ْو ُل هللا ص‬
ُ ‫نَ َهى َر‬

Artinya: Rasulullah SAW melarang mengebiri kuda dan binatang-


binatang. (HR. Ahmad)

Hadist ini menjelaskan tentang menjaga kelestarian alam hewani.


Tidak hanya alam tumbuh-tumbuhan yang perlu kita lestarikan namun
kelestarian alam hewan juga perlu. Karena tumbuh-tumbuhan dan hewan
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Tumbuhan menyediakan makanan
atau sebagai produsen bagi makhluk hidup seperti manusia dan hewan,
sedangkan hewan membantu tumbuhan dalam hal penyerbukan,
pengendalian hama tumbuhan dan menjaga habitatnya agar tetap bersih
dan asri.
5
Kementerian Agama, Buku Siswa Al-Qur’an Hadis Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013 Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, (Jakarta: Kementerian Agama, 2016), hlm. 23

8
Cara menjaga kelestarian alam hewani menurut hadist riwayat
Ahmad adalah dengan tidak melakukan kebiri pada kuda dan binatang-
binatang. Mengebiri binatang adalah merekayasa sedemikian rupa
terhadap makhluk hidup agar tidak dapat bereproduksi. Pada zaman
dahulu pengebirian binatang dilakukan dengan tujuan, agar binatang yang
dikebiri dapat tumbuh dengan cepat dan gemuk, serta agar lebih kuat
fisiknya, karena makanan yang dikonsumsi tidak disalurkan untuk
reproduksi.

Islam melarang pengebirian semacam ini karena hal tersebut


menjadi salah satu sebab punahnya generasi binatang yang dikebiri dan
berarti pula telah merampas naluri dasar suatu binatang, yaitu melestarikan
generasinya.6

2) Hadist Riwayat Al-Bazzar

َ ‫صا ِء ا ْلبَ َها ئِ ِم نَ ْهيًا‬


)‫ش ِد ْي ًد (رواه البزار‬ َ ‫ح َوعَنْ إِ ْخ‬
ِ ‫الر ْو‬ َ ‫م نَ َهى‬.‫أَنَّ النَّبِ َّي ص‬
ُّ ‫ص ْير‬

Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang (seseorang)


mengurung setiap yang bernyawa dan mengebiri binatang-binatang
dengan larangan yang keras. (HR. Al-Bazzar)

Hadist ini menjelaskan tentang larangan mengurung binatang


karena bisa mengakibatkan binatang terampas kebebasannya, tidak
mendapatkan makanan yang ia kehendaki, terlepas dari habitatnya yang
asli. Selain itu, hewan yang dikurung juga bisa stres atau mengalami
tekanan batin, apalagi dikurung tanpa teman.

Di zaman sekarang tidak dapat dipungkiri, bahwa ada beberapa


kondisi dimana sejumlah hewan perlu dilakukan pengurungan/
dikandangkan/ ditangkarkan. Pertama, dilakukan penangkaran untuk
menyelamatkan hewan dari kelangkaan dan kepunahan populasi. Kedua,
beberapa hewan jenis ternak, seperti ayam, sapi, kambing yang memang
6
Kementerian Agama, Buku Siswa Al-Qur’an Hadis Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013 Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, (Jakarta: Kementerian Agama, 2016), hlm. 24

9
perlu dikembangbiakkan dengan cara dikandangkan yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia dalam skala
besar, seperti daging, telur, dll. Yang tidak dapat dipenuhi dengan cara
beternak konvensional dan dilepas dialam bebas dengan jumlah terbatas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
Hukum alam, juga disebut dengan sunnatullah, yakni hukum yang
ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam semesta
yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Sunnatullah atau hukum
alam, hukum kemasyarakatan, atau ketetapan-ketetapan Allah yang
menyangkut situasi kemasyarakatan, tidak dapat dialihkan dan diubah oleh
siapapun.
Lafal Al-Qari’ah berarti bahaya besar, peristiwa besar yang
mengguncang (hari kiamat), hari hancurnya alam semesta. Dengan
demikian fenomena hukum alam yang dimaksud pada surah ini adalah
peristiwa besar yang disebut hari kiamat. Dalam Surah Al-Zalzalah
dinyatakan bahwa bumi diguncangkan dengan dahsyat sehingga
mengeluarkan beban berat yang dikandungnya. Dalam surah ini juga
menjelaskan tentang hari kiamat. Dan dalam ayat 7-8 menjelaskan bahwa
apabila melakukan kebaikan sebesar zarrah maka akan mendapat balasan
dan begitupun sebaliknya.
Manusia sebagai makhluk Allah SWT yang diberikan akal dan
nurani diperintahkan untuk melestarikan alam semesta beserta seluruh
isinya. Namun terkadang sebagian manusia menunjukkan perilaku-
perilaku yang merusak alam seperti eksploitasi lahan secara berlebihan,
memburu dan membunuh hewan yang sudah langka, maupun mencemari
lingkungan sekitar sehingga mengakibatkan banjir, erosi, bahkan kasus
keracunan akibat limbah berbahaya. Semua dampak negatif di atas tidak
akan terjadi apabila manusia memiliki kepedulian dan rasa ingin menjaga
apa yang telah Allah Swt. sediakan untuknya dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama, 2016. Buku Siswa Al-Qur’an Hadis Pendekatan Saintifik

11
Kurikulum 2013 Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, (Jakarta:
Kementerian Agama)
Hukum Alam.
http://afifahchaysl.blogspot.com/2013/09/quran-hadits
mts.html?m=1
Hukum Alam. https://id.scribd.com/document/329936431/Hukum-Alam
Keterkaitan Antar Surah Al-Zalzalah dan Al-Qariah.

https://pdfcoffee.com/keterkaitan-surah-alqoriah-dan-alzalzalah-pdf
free.html.

12

Anda mungkin juga menyukai