Disusun oleh
Kelompok 1
1. Rafiatul Rahmah A24080002
2. Rahayu Novrina Rosa A24080006
3. Andrixinata B A34070016
4. Jessica Valindria A34070067
5. Elysa Fitri A34080001
6. Swinda Kristina S A34080003
7. Ni Nengah Putri A A34080013
8. Iis Risa Maftuhah A34080014
9. Lestari Pebriyeni A34080017
2010
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu bahan pangan pokok, padi banyak dibudidayakan oleh
petani Indonesia. Dalam budi-dayanya sering dijumpai ber-bagai kendala, seperti
musim, serangan hama dan penyakit, kebijakan pemerintah sampai harga jual
yang rendah. Adanya serangan hama dan penyakit seperti penggerek batang,
wereng coklat maupun tungro dan dain-lain masih menjadi kendala utama bagi
petani. Petani seakan sudah kehilangan akal untuk mengatasi serangan-serangan
ini. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit dan mengancam produksi beras nasi-
onal. Akibat serangan ini, produksi bisa turun dari serangan rendah (15%) sampai
serangan berat (79%). Penurunan produksi akibat serangan ini dapat dikurangi
bila kita mengenali terlebih dahulu karateristik hama dan penyakitnya sehingga
kita dapat mencari cara yang efektif dalam me-ngendalikannya.
Berikut ini adalah beberapa jenis hama pada tanaman padi yang juga
merupakan hama-hama utama pada pertanaman padi di indonesia khususnya.
Hama-hama tersebut adalah penggerek batang, dan wereng. Kudua jenis hama ini
memiliki berbagai jenis spesies dan serangan. Dampak serangan yang pernah
ditimbulkan di pertanaman padi di indonesia juga sudah sangat banyak sehingga
hama-hama ini sudah dikategorikan sebagai hama penting dalam pertanaman padi.
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN WERENG
Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada padi
dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata.
Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman
dan larva di dalam batang. Mekanisme kerusakan disebabkan larva merusak
sistem pembuluh tanaman di dalam batang. Stadia tanaman yang rentan terhadap
serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala
kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep
pada tanaman stadia vegetatif dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia
generatif. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya. Ambang
ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per
rumpun (pada fase bunting). Perlu diketahui bahwa kerusakan pada stadia
generatif maka tindakan pengendalian sudah terlambat atau tidak efektif lagi.
Sesamia inferen disebut sedagai pengerek batang padi merah jambu karena
ulatnya berwarna merah jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek
batang padi putih dan pengerek batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit
dan belum pernah dilaporkan yang mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek
batang padi merah jambu hanya menyerang bersama-sama dengan pengerek
batang padi kuning atau pengerek batang apadi putih.
Beluk
Sundep
Parasit Trichogramma
Dan masih banyak musuh-musuh lami yang lain, yang memangsa dari
hama pengerek batang padi sesuai dengan fase-fase dari hama pengerek batang
tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan dalam pertanian organic yang
memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan mengunakan
pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada
diekosistem tersebut.
Gejala Serangan
Pada padi yang terserang wereng coklat terlihat helaian daun padi yang
paling tua berangsur-angsur berwarna kuning. Bila hal itu dibiarkan akan
ditandai dengan adanya massa berupa jamur jelaga. Serangan wereng coklat
dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang
tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya seluruh
tanaman menjadi kering seperti terbakar. Berkembangnya serangan wereng coklat
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) wereng coklat adalah
serangga yang mampu berkembang biak dengan cepat dimana dalam masa
reproduksinya, satu buah induk betina wereng coklat mampu menghasilkan 100-
600 butir telur. Dengan daya sebar yang cepat dan ganas serta kemampuan
menemukan sumber makanan, membuat serangan wereng coklat ini semakin
meluas. (2) penanaman varietas padi yang peka/tidak tahan terhadap wereng
coklat, kemudian (3) adanya pola tanam yang tidak teratur dan (4) penggunaan
pestisida yang kurang tepat sehingga tidak efektif dalam membasmi wereng coklat
tersebut.
Berbeda dengan serangan hama wereng coklat, serangan penyakit tungro ini
disebabkan oleh virus. Penyebaran serangan penyakit ini sangat cepat karena
dibantu oleh vektor (serangga penular) yaitu we-reng hijau (Nephotettix virescens
dan N. nigropictus). Adapun gejala / tanda kerusakan yang ditimbulkan dari
penyakit ini adalah : Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar
secara acak. Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning
oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian
bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan
jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai
yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak
berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan. Seperti halnya wereng coklat,
penyebaran penyakit ini juga sangat cepat. Cepatnya perkem-bangan penyakit
tungro disebabkan antara lain oleh : (1) cepatnya perkembangan serangga penular
(wereng hijau),(2) masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui
asal usul dan kesehatannya, terutama dari daerah endemis tungro, (3) adanya
penanaman varietas tidak tahan tungro yang didu-kung pola tanam tidak teratur,
dan (4) para petani masih enggan melakukan pemusnahan (eradikasi) pada
tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain ikut
terkena penyakit ini.
Pengendalian hama wereng coklat dan penyakit tungro ini akan lebih efektif
bila kita mengetahui bagaimana gejala, sistem penularan dan siklus hidup
serangga penyebar penyakit itu. Penularan penyakit tung-ro pada padi bersumber
dari singgang (sisa tanaman padi setelah dipanen) dan rumput-rumput yang berada
di sekitar tanaman padi. Virus tungro ini dibawa oleh wereng hijau dengan
menghisap tanaman sakit dan me-nyebarkannya melalui jaringan tanaman padi.
Penularan penyakit oleh wereng hijau ini berlangsung secara non persisten, yaitu
segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah menghisap tanaman, dan menimbulkan
tanda serangan setelah 6 – 9 hari kemudian. Selain wereng hijau dewasa, nimfa
(larva) dari serangga ini pun dapat menularkan virus tungro. Virus ini tidak dapat
ditularkan melalui : telur wereng hijau, biji padi, atau gesekan antara tanaman
sehat dengan tanaman sakit. Berdasarkan hal itu, maka bila kita ingin
mengendalikan penyakit akibat virus ini, maka yang perlu kita kendalikan adalah
faktor penyebarnya yaitu wereng hijau, tanaman yang sakit dan singgang-
singgang sebagai sumber penyakit.
Dalam siklus hidupnya wereng coklat terbagi kedalam 3 fase yaitu telur,
nimfa dan serangga dewasa. Wereng coklat betina meletakkan telur-telurnya di
dalam pelepah dan tulang daun. Setelah 7-9 hari kemudian telur-telur tersebut
menetas dan menjadi nimfa. Pada fase nimfa inilah serangga wereng coklat
berbahaya karena pada fase ini nimfa-nimfa bersaing untuk men-dapatkan sumber
makanan agar bisa tumbuh menjadi serangga dewasa. Dalam menunjang
perkembangannya menjadi dewasa itulah nimfa ini kemudian merusak tanaman
dengan cara memakan dan menghisap cairan yang ada dalam tanaman padi.
Nimfa ini sendiri terbagi ke dalam 5 instar sesuai warnanya. Instar pertama ber-
warna putih dan selanjutnya berubah menjadi warna coklat. Pada umur 13-15
hari, nimfa sudah berkembang menjadi serangga dewasa. Wereng cok-lat
mempunyai keistimewaan yaitu mampu membentuk biotipe baru. Pembentukan
biotipe ini terjadi bila terjadi pergantian varietas padi yang tahan wereng.
Penggunaan perstisida yang kurang benar akan menimbulkan biotipe baru yang
menyebabkan wereng tersebut semakin kebal ter-hadap insektisida yang
diberikan.
Pencegahan
Pengendalian hayati
Bila musuh alami lebih banyak jumlahnya daripada wereng, risiko ledakan
serangan kecil. Musuh alami wereng termasuk laba-laba, predator Coccinella
reponda Theobold, C. arcuata F, Verania sp, Harmoni sp, Cyrtorhinus
lividipennis. Parasitoidnya adalah Anagrus sp, Oligosita, Gonatocerus sp.
Pipuncolus sp.
Pengendalian kimiawi
Wereng Hijau
Cara pengendalian
Tanam varietas tahan wereng hijau seperti IR72 dan IR66.
Pengendalian dilakukan jika di lapang terlihat gejala tungro.
Pemberian insektisida dilakukan apabila sudah mencapai ambang batas
ekonomi. Insektisida (bila diperlukan) antara lain gunakan yang berbahan
aktif BPMC, buprofezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran, MIPC, atau
tiametoksam.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Padi. 2008. Hama Penyakit Tanaman Padi.
http://balitpa.litbang.deptan.go.id (diakses 12 November 2010)
Untung K, Harsono Lanya, dan Yadi Rusyadi. Penerjemah. 1995. Permasalahan
Lapangan tentang Padi di Daerah Tropika. International Rice Research
Institute, APO Box 7777, Metro Manila, Filipina.
Zuliyanti S, Ameilia. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi. Medan : USU
Repository