Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUMBUH


KEMBANG

I. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK


A. Pengertian
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan
keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

B. Tumbuh kembang pada anak usia todler


1. Pertumbuhan
Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan
perlambatan pertumbuhan fisis yaitu dengan kenaikan BB berkisar
antara 1,5 – 2,5 kg ( rata – rata ) dan PB 6 –10 cm ( rata – rata 8 cm
per tahun. Anak akan mengalami penurunan nafsu makan sampai
usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang
sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan
menjadi lebih langsing dan berotot. Demikian pula dengan
pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun
ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai pertambahan
sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2
cm, sedangkan lingkar dada pada tahun pertama berukuran sama.
Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel
NCHS WHO dengan menggunakan rumus : Bila nilai riel hasil
pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB. Bila nilai riel
hasil pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB.

2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik :


a. Ukuran antropometrik
1) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting,
karena dapat digunakan untuk menilai peningkatan/
penurunan semua jaringan yang ada dalam tubuh, antara
lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain. Untuk
menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat
dilihat di tabel NCHS terlampir.
2) Tinggi badan
Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal
tercapai dan akhirnya berhenti pada umur 18 – 20 tahun.
Untuk menilai tinggi badan yang sesuai dengan usia todler
dapat dilihat ditabel NCHS terlampir.
3) Lingkar kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial,
dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Untuk rentang
normal menurut nellhaus pada anak usia 1 tahun adalah 43,5
– 49( perempuan) & 43,5 – 49 ( laki – laki ) , kemudian
anak usia 2 tahun adalah 45 – 51( perempuan ) & 46 –
51( laki – laki ) dan anak usia 3 tahun adalah 46,25 – 53
(perempuan) & 46,25 – 53 ( laki – laki ). namun demikian
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik Nellhaus
terlampir.
4) Lingkar lengan atas
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan
otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan
tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh
lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu
tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3
tahun.

5) Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular
merupakan refleksi tumbuh jaringan lemak dibawah kulit,
yang mencerminkan kecukupan energi. dalam keadaan
defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya
menebal jika masukan energi berlebihan.
b. Gejala/tanda pemeriksaan fisik
Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi
geligi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Hb, serum protein dan hormon.
d. Pemeriksaan radiologis Umur tulang

3. Perkembangan
Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia

todler adalah sebagai berikut :


a. Usia 12 – 18 bulan
1) Berjalan sendiri tidak jatuh
2) Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk
3) Mengungkapkan keinginan secara sederhana
4) Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah
b. Usia 18 – 24 bulan
1) Berjalan mudur setidaknya lima langkah
2) Mencoret – coret dengan alat tulis
3) Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya
4) Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
c. Usia 2 – 3 tahun
1) Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan
2) Meniru membuat garis lurus
3) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata
4) Melepas pakaian sendiri
4. Parameter penilaian perkembangan dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan
DDSTadalah :
a. Alat yang Digunakan
1) Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik,
kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak,
botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.
2) Lembar formulir DDST
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-
cara melakukan tes dan cara menilainya
b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak
yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3
tahun, 4 tahun,5 tahun.

2) Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai


adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama
kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang
lengkap.
c. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah
anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No
Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada
masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam
normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat
dites (Untestable).
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2
sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau
lebih.
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
a) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
a) Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di
atas.

C. Tahapan Tumbuh Kembang


Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan
berlangsung sampai dewasa.
1. Tahap prenatal
a. Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
b. Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
c. Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
2. Tahap postnatal

a. Masa neonatal : lahir – 1 bulan


b. Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
c. Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
3. Masa anak 2-12 tahun :
a. Masa prasekolah : 2 – 6 tahun
b. Masa sekolah : 6 – 12 tahun
4. Masa remaja (adolesen) : 10-18 tahun
a. Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun
b. Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
c. Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

D. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


Menurut Nursalam (2005 : 32-33) menjelaskan bahwa pada umumnya
pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa. Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir
seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara
berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai
dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya reflex primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks
sekunder, dan perubahan lainnya.
3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya
masa- masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi,
dimana terjadi pertumbuhan cepat. Dan masa prasekolah dan masa
sekolah dimana pertumbuhan berlangsung lambat.

E. Pola Perkembangan Anak

Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan


perkembangan pada anak.
1. Pola perkembangan fisik yang terarah Terdiri dari dua prinsip
yaitu cephalocaudal dan proximal distal (Wong, 1995).
a. Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan
ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang
kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan
menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas
bawah lengan ,tangan dan kaki
b. Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang
paling dekat dengan pusat/sumbu tengah, seperti
menggerakkan bahu dahulu baru kemudian jari- jari.

2. Pola perkembangan dari umum ke khusus


Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan
menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru
kemudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan
tangan kemudian memainkan jari.
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan.
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan
perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
perkembangan selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima
tahap yaitu :
a. Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat
padaalatdan jaringan tubuh
b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan
di luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik
dalam perubahan
c. Masa bayi , terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan
yang mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk
melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam
dirinya
d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek
sifat, sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
e. Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga
kematangan pada tanda-tanda pubertas.

F. Teori Tumbuh Kembang Menurut Pakar Keperawatan


1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar
dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah
yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada
anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi
penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau
hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar
psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar
gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan
kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap,
yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam
perkembangan menuju kedewasaan.
a. Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat
kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar
mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika
anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi
agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat
tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila
terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan
terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah
makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada
fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral.

Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka


persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini
meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan muncul
kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.
b. Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini
anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat
narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya
sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu
tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah
perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula- mula
hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya,
hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan
mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih
sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan
dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi
bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama
dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

c. Fase Falik

Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase
oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase
oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3
tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan
hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini
kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn
kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak
pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak
yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal
lebih suka berkelompok dengan anak sejenis.
d. Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten
yang terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke
permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi,
yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai
tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. Anak belajar
untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru
ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan
dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan
transisi yang sedang dialami si anak.
e. Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase
terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak
menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul
pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat
menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.
2. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson
Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia
mengungkapakan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar
dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan
fisis dan psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama
antara perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis. Erikson
membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir hayatnya
menjadi 8fase dengan brbagai tugas yang harus diselesaikan pada
setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan
berkembang.
a. Masa Bayi
Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini
terjadi interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang
menimbulkan rasaaman dalam diri si anak. Dari rasa aman
tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
b. Masa Balita
Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini
kira- kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang
belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum
dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mebdapat bimbingan
yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai
akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan
yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.
c. Masa Bermain
Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun.
Anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai
belajar mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat.
Inisiatifnya mulai berkembang pula dan bersama temannya
mulai belajar merencanakan suatu permainan dan
melakukannya dengan gembira.
d. Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa
anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang
berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia
belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya,
rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk
belajar bersama.
e. Masa Remaja
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur
13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja
dimulai.Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan mencapai
taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain.
Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.
3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget
Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan
kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan
itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik, kemudian makin
meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi
perkembangan menjadi empat fase :
a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun)
Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan
sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan
pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak
cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut
melangkah ke fase berikutnya.
b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun)
Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase
intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai
mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan
untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia
kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu
bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal
balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang
dewasa.
c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase
sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan teman-temannyadan belajar
menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.

d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)

Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai


taraf kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya
kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam
dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan
tinggi. Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori
Freud, Erikson, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana
para pakar tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut
yang berbeda namun semuanya sepeandapat bahwa :
a) Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan,
yang dimulai dari beberapa hal sederhana, dan terus
berkembang menjadi semakin kompleks.

b) Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya


kegagalan disalah satu fase untuk menyelesaikan suatu
tugas perkembangan tertentu.
c) Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari
pihak anak sendiri.

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang


anak, yaitu:
1. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa
atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom Turner yang
disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor Lingkungan
a. Faktor Lingkungan Pra natal, antara lain :
1) Gizi ibu pada waktu hamil
2) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi
janin)
3) Toksin / zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide,
pkenitoin, methadion, obna-obat anti kanker)
4) Endokrin (defisiensi hormon somatotropin, hormon
plasenta,hormon tiroid, insulin)
5) Radiasi
6) Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria,
Lues, HIV, polio, campak, teptospira, virus influenza,
virus hepatitis)
7) Stres
8) Imunitas
9) Anoksia embrio
b. Faktor Lingkungan Post Natal, yaitu :
1) Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, jenis
kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme,
hormon.
2) Faktor Fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis
suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.
3) Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar,
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah,
cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.

4) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/


pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara,
jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga,
kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama,
urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang
mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll.
(Soetjiningsih, 1998)
H. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang
yang diberikan Ibu pada anak
1. Usia 12 – 18 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak naik turun tangga
b. Gerak halus
Bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar
kemudian bola kecil.
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian
tubuh.
d. Begaul dan bicara
Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya
sendiri.
2. Usia 18 – 24 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak berdiri dengan 1 kaki
b. Gerak halus
Ajari anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar
wajah
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengikuti perintah sederhana.
d. Bergaul dan mandiri
Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu
3. Usia 2 sampai 3 tahun
a. Gerak kasar
Latih anak melompat dengan satu kaki
b. Gerak halus
Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengenal bentuk dan warna
d. Bergaul dan mandiri
Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya
sendiri
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Nursalam (2005), Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
anak dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
tumbuh-kembang anak sehingga dengan data yang ada dapat diketahui
mengenai keadaan anak. Hal-hal yang perlu dikaji pada pengkajian anak
adalah :

1. Riwayat pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-
lain serta apakah kehamilannya di pantau secara berkala.Kehamilan resiko
tinggi yang tidak ditangani yang tidak benar dapat menggagu tumbuh-
kembang anak.Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya
dapat diperkirakan.

2. Riwayat kelahiran

Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam
kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan
(cara kelahiran dengan tindakan seperti porceps, partus lama, atau kasep)
maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi tumbuh-kembang anak.

3. Pertumbuhan fisik

Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan pengukuran


antropometri dn pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri yang sering
digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh-kembang anak adalah BB,
TB, dan Lingkar kepala.
4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut,
genetalia, ekstermitas.Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu
dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah
sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu,
pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

5. Perkembangan Anak

Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku


pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita.Dari pedoman ini dapat
diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak
berada dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan, rujukan.
6. Data lain

Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada diklinik.
b. Pengkajian keperawatan meliputi dua tahap sebagai berikut :

1) Mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan


sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis).
2) Analisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan, mengidentifikasi berbagai masalah yang saling
berhubungan, dan mengembangkan rencana keperawatan yang
sifatnya individual.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan.
Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien.

Analisa data memerlukan pengenalan pola atau kecenderungan yang


ada pada kelompok data, membandingkannya dengan nilai normal, dan
kemudian dibuat kesimpulan mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan. Tahap analisa data : kenali pola atau kecenderungan tanda,
bandingkan dengan nilai normal, buat kesimpulan yang beralasan (potter &
perry, 2010).

2. Rumusan masalah
Diagnosa keperawatan merupakan keperawatan klinis tentang respon
individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana
asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi
terhadap penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan
(Dermawan, 2012). Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan
tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat,
yang dapat diandalkan (NANDA International , 2007).

C. Perencanaan/Intervensi
Rencana keperawatan adalah terapi atau tindakan berdasarkan
pertimbangan dan pengetahuan klinis yang dilakukan oleh perawat untuk
mencapai hasil pada klien.Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang
diharapkan (potter & perry, 2010).

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan, kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (potter & perry, 2010)

E. Evaluasi
Menurut Dermawan, D (2012), Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh
penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada sehingga
rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP (subjective, objective,
analisa, planning).
DAFTAR PUSTAKA

Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC

Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta :
EGC.

Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.
Jakarta : EGC

Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Soetjingsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC Suherman ( 1999 ). Buku
Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai