Anda di halaman 1dari 6

Nama : Raden Nurul Salsabil Retnawulan

NIM : 2009554

Kelas : 3B Pendidikan Seni Tari

UTS

1. Kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah.Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip
dan landasan dalam pelaksanaannya, berikan penjelasan anda dikaitkan dengan
pembelajaran tari!

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia. Dalam hal ini, nana syaodih sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan
utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;
dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun contoh konkrit bagaimana praktiknya atau implementasinya pembelajaran tari


yang dilandaskan pada 4 landasan kurikulum tersebut :

1. Bahan dan Materi


Pemilihan bahan pelajaran berpijak pada tujuan pendidikan dan karakter peserta
didik (psikologis). Demikian juga pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan
yang bertujuan membangun karakter peserta didik untuk kehidupan di masyarakat dan
sebagai warga bangsa. Maka dari itu materi seni tari harus disampaikan kepada peserta
didik secara menyenangkan, agar mampu mengembangkan kemampuan berimajinasi,
kreatif, dan apresiasi juga membantu siswa mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya tanpa adanya ketertekanan.
Apabila merujuk tujuan pendidikan seni di sekolah khususnya seni tari bahwa
perfeksi artistik bukan tujuan utama dari hasil pembelajaran, namun manfaat dari proses
belajar menari melalui proses berolah pengalaman dan pengetahuan seni tari yang dapat
mengembangkan multi kemampuan dari peserta didik. Model pembelajaran tari
pendidikan merupakan salah satu tawaran alternatif metodologis dalam pembelajaran seni
tari yang integrated, diharapkan dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan pembelajaran
seni di sekolah.
Berikut bahan dan materi yang digunakan dalam mata pelajaran seni budaya dan
keterampilan (seni tari) meliputi teori dan praktik adalah sebagai berikut:
 Penjelasan mengenai berbagai macam kesenian ( seni tari )
 Unsur – unsur tari ( ruang, waktu, tenaga)
 Kreasi ,eksplorasi, produksi dan iringan tari.
 Apresiasi melalui audio visual mengenai bermacam jenis tarian nusantara
 Pemilihan tarian bertema dari daerah setempat
 Imitasi gerak tari dari tarian bertema dari daerah setempat
 Kreasi pola lantai gerak
 Kreatifitas dalam membuat kostum tari

2. Konsep, Strategi dan Metode

Konsep yang digunakan konstruktivis ( membangun konsep-konsep melalui aktivitas


belajar dan mengajar yang melahirkan sebuah pemahaman yang akan dikembangkan),
behavioristik ( membangun prilaku ), Strategi yang digunakan dalam mata pelajaran seni
budaya dan keterampilan ( seni tari) ini adalah pendekatan pembelajaran tematik dengan
cara inquiri (mencari dan menemukan) , kontekstual learning (pengalaman pembelajaran
yang dipahami dari lingkungan yang berasal dari peserta didik), kooperatif learning
( berkelompok dan kerjasama), dan expositori (eksplanasi, ceramah, diskusi) . Sedangkan
metodenya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, kreatif, apresiatif dan demonstrasi.

3. Evaluasi

Jenis evaluasi yang diterapkan dalam mata pelajaran seni budaya dan keterampilan
(seni tari) adalah berupa tes lisan, tulisan dan praktek. Evaluasi berupa tes praktek dinilai
melalui koordinasi gerak tangan dan kaki, kelenturan, hapalan, keserasian gerak tari,
kostum dan musik dengan tema yang di tentukan, tugas-tugas, Ujian Tengah Semester
(UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS) pementasan. Sedangkan evaluasi non tes dinilai
berdasarkan kehadiran (minimal 80%), keaktifan dan kreatifitas dalam tarian baik
perorangan ataupun kelompok.

 
2. Kurikulum dimplementasikan dan memliki fungsi bagi perkembangan pendidikan di
Indonesia jelaskan dan kaitkan dengan kepentingan dari latar pendidikan anda sebagai
calon guru pendidikan Seni Tari
Sebagai pendidik kita bisa menanamkan nilai utama pada pembelajaran. Seperi Eksplorasi :
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari
aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
Bagian elaborasi :
1.Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan:
kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
Bagiankonfirmasi :
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)

3.Kita mengenal komponen kurikulum dan tentunya memiliki keterkaitan sebagai sebuah
sistem, jelaskan!

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum sebagaimana sentra kegiatan
pendidikan, maka di dalam penyusunannya memerlukan landasan yang kuat melalui pemikiran
dan penelitian secara mendalam. Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang
terdiri dari beberapa komponen-komponen suatu lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum
tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-
komponen kurikulum yang lain. Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek,
manusia, kegiatan, informasi dan masih banyak yang lainnya) yang terkait dalam proses atau
struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem di atas dipergunakan, melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan sistem terhadap kurikulum adalah kurikulum itu dipandang
memiliki sejumlah komponen yang saling berhubungan sebagai kesatuan yang bulat untuk
mencapaitujuan.
Definisi di atas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan
kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model
saling berhubungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara satu komponen dengan komponen
yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.
4. Pengembangan kurikulum memiliki beragam model pengembangan serta konsep yang
melandasinya, sebutkanlah dan jelaskan.

1. Model Grass Roots Model

Grass Roots dimulai dari bawah, yaitu gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di
sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para
pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil
dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots,
di antaranya: 1) guru harus memiliki kemampuan yang propesional;

2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum;

3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan
evaluasi

4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip,
maupun rencana-rancana. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya
adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah
dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu),
maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat. (E. Mulyasa, 2006: 99 – 100)

2. Model Terbalik Hilda

Taba Model yang dikemukakan Hilda ini berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif
karena caranya bersifat induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model terbalik.Model ini diawali
justru dengan percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian penerapan. Hal ini
dimaksudkan untuk meneukan antara teori dan praktek. Pengembangan model ini dilakukan
dengan lima tahap, yaitu:

- Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pengajar

- Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar mengajar.

- Menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta mengkonsolidasikannya.

- Menyusun kerangka teroritis. - Menyusun kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh


dam mengumumkannya.
3. Model Zais Robert S.

Zais mengemukakan empat macam model pengembangan kurikulum. Antara lain:

a. Model Administratif Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama
dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staf karena inisiatif dan
gagasan pengembangan datang dari administrator pendidikan dan mengunakan prosedur
administrasi. Model pengembangan ini bersifat sentralisasi. Cara kerjanya yaitu atasan –
bawahan (top – down) Kerjanya model ini adalah pejabat pendidikan membentuk panitia
pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti.
Panitia pengarah ini bertugas merencanakan memberikan pengarahan tentang garis besar
kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai pekerjaan
tersebut mereka menunjuk kelompok kerja sesuai dengan keperluan anggota, kelompok kerja
umumnya terdiri atas staf pengajar dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan
khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang
perlu, akan diadakan uji coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Dari uraian mengenai
model pengembangan kurikulum administratif kita dapat menandai ada 2 kegiatan di dalamnya
yaitu kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan agar dapat
melaksanakan kurikulum dengan baik, dan kegiatan evaluasi.

5. Dalam pelaksanaan kurukulum tentunya komponen evaluasi harus dilaksanakan.


- Apa fungsi evaluasi kurikulum?

Fungsi Evaluasi kurikulum adalah :


 Menurut Tyler  untuk memperbaiki kurikulum (melalui hasil belajar evaluasi produk)
 Menurut Cronbach untuk memperbaiki kurikulum dan memberi penghargaan
 Menurut Scriven untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.

Scriven membedakan evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi
Sumatif

- Fungsi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian
tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan.

- Fungsi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya


(evaluasi terhadap hasil kurikulum).

Evaluasi memiliki beberapa fungsi :


1.  Fungsi Formatif, berfungsi untuk perbaikan sistem pembelajaran
2.  Fungsi Diagnostik, berfungsi untuk mengetahui faktir kesulitan belajar siswa dalam proses
pembelajaran
3.  Fungsi Sumatif, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik           
4. Fungsi Penempatan penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempersalahkan bagaimana
pengajar dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah di lakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pembelajaran telah mengerti bahan yang telah di ajarkan atau sejauh
mana tujuan dari kegiatan pembelajaran yang di kelola dapat di capai.  

- Sebutkan dan jelaskan prinsip evaluasi !

1. Evaluasi kurikulum didasarkan atas tujuan tertentu : setiap program evaluasi kurikulum
terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan
itu pula yang mengarah kegitan-kegiatan sepanjang proses evaluasi kurikulum itu
dilaksanakan.
2. Evaluasi kurikulum harus bersifat objektif : pelaksanaan dan hasil evaluasi kurikulum harus
bersifat objektif , berpijak pada pada apa adanya dan bersumber dari data yang nyata dan
akurat yang diperoleh melalui instrument yang terandalkan.
3. Evaluasi kurikulum bersifat komprehensif : pelaksanaan evaluasi mencakup semua dimensi
atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum
harus mendapatkan perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum pengambilan
keputusan.
4. Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara kooperatif : tanggung jawab dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab
bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah,
penilik, orang tua, bahkan siswa sendiri di samping menjadi tanggung jawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan.
5. Evaluasi kurikulum harus dilaksanakan secara efisien : pelaksanaan evaluasi kurikulum harus
memperhatikan factor efisiensi, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga,
peralatan yang menjadi unsur penunjang, dan oleh karenanya harus diupayakan agar hasil
evaluasi lebih tinggi atau paling tidak berimbang dengan material yang digunakan.
6. Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara berkesinambungan : hal ini perlu mengingat tuntutan
di dalam dan diluar system sekolah yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk
itu peran guru dan kepala sekolah sangat penting karena merekalah yang paling mengetahui
tentang keterlaksanaan dan keberhasilan kurikulum serta permasalahan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai