Anda di halaman 1dari 27

D P S D A N K E PAT U H A N S YA R I A H

L E M B A G A K E U A N G A N S YA R I A H

M U H A M M A D YA S I R Y U S U F
MATERI
• Keniscayaan DPS Untuk Lembaga Keuangan Syariah
• Peraturan DSN tentang Dewan Pengawas Syariah
• Dewan Syariah Aceh Dalam Qanun No 11 Tahun 2018
KENISCAYAAN DPS DI LKS
• Dewan Pengawas Syariah adalah seseorang yang direkomendasikan pada
Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah, dan Lembaga
Perekonomian Syariah lainnya, yang memiliki tugas utama mengawasi
pelaksanaan fatwa dan keputusan DSN-MUI di masing- masing lembaga.
PROBLEM/ISU LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH DI ACEH→PERAN DPS
• Problem perbankan syariah......
– Pemahaman Pelaku Lembaga Keuangan Syariah...(Bank Syariah sama saja dengan lembaga
konvensional)
– Totalitas operasional LKS dalam implemtasi nilai-nilai syariah yang belum optimal.
– Dari sisi LKS: masih terbatasnya enterpreneur baik sektor keuangan atau sektor ril
– Kepuasaan masyarakat terhadap LKS khususnya pembiayaan masih rendah dan dampak ekonomi dari
LKS, isu bank syariah lebih mahal
– Produk LKS yang masih terbatas pada pola jual beli, belum banyak inovasi
• Sosialisasi implementasi nilai-nilai syariah dalam praktek LKS masih lemah kepada masyarakat
• Moral Hazard Pelaku dan Nasabah LKS
APA YANG MENJADI KEWAJIBAN DPS
1. Mengawasi dan memberikan nasehat serta saran kepada pengurus agar kegiatan usaha
LKS, LBS, dan/atau LPS sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah terutama Fatwa
DSN- MUI.
2. Melakukan penelaahan secara berkala atas penerapan fatwa DSN-MUI dalam kegiatan
usaha LKS, LBS, dan/atau LPS.
3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan LKS, LBS, dan/atau LPS yang diawasinya
secara rutin kepada DSN-MUI, sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4. Mendampingi perusahaan atau mewakili perusahaan yang diawasi dalam berdiskusi
dengan DSN-MUI.
5. Memberikan pernyataan kesesuaian syariah/opini atas produk atau jasa LKS, LBS,
dan/atau LPS yang diawasinya.
6. Menyelenggarakan rapat DPS secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Tugas DPS
1) Mengawasi produk dan kegiatan usaha LKS, LBS, dan LPS lainnya agar
sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh
DSN-MUI;
2) Membuat opini syariah atas permintaan/pertanyaan dan/atau temuan di lembaga
yang diawasinya sesuai fatwa DSN-MUI; dan
3) Melaporkan hasil pengawasan kepada DSN-MUI dua kali dalam satu tahun.

Wewenang:
Memberikan peringatan kepada direksi LKS, LBS, dan
LPS lainnya untuk melakukan upaya penghentian Hak DPS
penyimpangan syariah; dan berwenang melaporkannya Memperoleh honorarium (ujrah) dan
kepada pihak otoritas. tunjangan-tunjangan lainnya secara layak
sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku
27
Peraturan DSN-MUI tentang DPS
Dasar Hukum

Peraturan Dewan Syariah Nasional-Majelis


Ulama Indonesia No. PER-01/DSN-MUI/X/2017
tentang Dewan Pengawas Syariah di Lembaga
Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah, dan
Lembaga Perekonomian Syariah
Latar Belakang
Peraturan ini lahir karena:
1. Diperlukan pengawasan syariah yang
profesional oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS) untuk memastikan pelaksanaan Prinsip
Syariah secara benar; dan
2. Dibutuhkan pelaksanaan pengawasan syariah
oleh DPS yang efektif.

21
Pengertian Umum
• Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, yang selanjutnya
disingkat DSN-MUI, adalah lembaga yang melaksanakan tugas Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam menetapkan fatwa dan mengawasi penerapannya
dalam rangka menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis, dan
ekonomi syariah di Indonesia.
• Dewan Pengawas Syariah, yang selanjutnya disingkat DPS, adalah seseorang
yang direkomendasikan pada Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis
Syariah, dan Lembaga Perekonomian Syariah lainnya, yang memiliki tugas
utama mengawasi pelaksanaan fatwa dan keputusan DSN-MUI di masing-
masing lembaga.
• Rekomendasi calon DPS adalah rekomendasi yang diterbitkan oleh DSN-MUI
atas permohonan LKS, LBS, dan/atau LPS lainnya untuk menyetujui
penempatan DPS pada lembaga tertentu.
• Opini DPS adalah pendapat DPS terhadap suatu akad, produk, dan/atau
kegiatan LKS, LBS, dan LPS lainnya, baik atas dasar permintaan/pertanyaan
dan/atau temuan di lembaga yang diawasinya, sesuai fatwa DSN-MUI.
22
Pengertian Umum
• DSN-MUI Institute adalah lembaga yang dibentuk dan berada
dalam struktur pengurus Harian DSN-MUI, yang bertugas
menyelenggarakan pelatihan, sosialisasi dan edukasi.
• Pelatihan Pengawasan Syariah adalah pelatihan yang
diselenggarakan oleh DSN-MUI Institute/lembaga pelatihan lain
yang diakui DSN-MUI, yang diikuti oleh peserta sebagai syarat
untuk mengikuti Sertifikasi Profesi Pengawas Syariah.
• Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pengawas Syariah adalah
lembaga sertifikasi berlisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) yang memberikan layanan sertifikasi jabatan kerja
pengawas syariah.
• Sertifikasi Profesi Pengawas Syariah adalah sertifikat sebagai
bukti pengakuan capaian kompetensi di bidang pengawas syariah
yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pengawas
Syariah. 23
Industri Jasa Keuangan Syariah

• Lembaga Keuangan Syariah, yang selanjutnya disingkat LKS,


adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha
bidang keuangan berdasarkan prinsip syariah.
• Lembaga Bisnis Syariah, yang selanjutnya disingkat LBS, adalah
badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan bisnis berdasarkan
prinsip syariah.
• Lembaga Perekonomian Syariah, yang selanjutnya disingkat
LPS, adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan
perekonomian syariah yang tidak masuk dalam kategori sebagai
LKS dan LBS.

24
Produk Hukum DSN-MUI
• Fatwa adalah keputusan hukum yang didasarkan pada prinsip
syariah yang diterbitkan oleh DSN-MUI.
• Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan yang
diterbitkan DSN-MUI kepada otoritas, LKS, LBS, atau LPS yang
menyatakan bahwa akad, produk, dan/atau kegiatan lembaga
tersebut telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI.
• Pernyataan Keselarasan Syariah adalah pernyataan yang
diterbitkan DSN-MUI, sebelum ditetapkan fatwa terkait, kepada
otoritas, LKS, LBS, atau LPS yang menyatakan bahwa akad,
produk, dan/atau kegiatan lembaga tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
• Surat Edaran (Ta’limat) adalah surat yang bersifat himbauan
yang diterbitkan oleh DSN-MUI kepada LKS, LBS, dan LPS lainnya
untuk melaksanakan ketentuan fatwa dan/atau kebijakan
tertentu yang ditetapkan oleh DSN-MUI. 25
Kedudukan DPS

1) DPS merupakan perangkat DSN-MUI yang dibentuk dan berada


dalam Struktur LKS, LBS, dan LPS lainnya.
2) DPS merupakan pihak terafiliasi dengan LKS, LBS, dan/atau
LPS lainnya yang diawasinya.
3) Dalam menjalankan tugasnya, DPS bertanggung jawab kepada
DSN-MUI dan pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

26
Tugas DPS
1) Mengawasi produk dan kegiatan usaha LKS, LBS, dan LPS lainnya agar
sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh
DSN-MUI;
2) Membuat opini syariah atas permintaan/pertanyaan dan/atau temuan
di lembaga yang diawasinya sesuai fatwa DSN-MUI; dan
3) Melaporkan hasil pengawasan kepada DSN-MUI dua kali dalam satu
tahun.

27
Wewenang DPS

1) Memberikan nasihat dan saran kepada komisaris, direksi, pimpinan


unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang LKS, LBS, dan LPS
lainnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah;
2) Sebagai mediator antara LKS, LBS, dan LPS lainnya dengan DSN-MUI
dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan kegiatan
usaha yang berupa produk dan/atau jasa yang memerlukan kajian dan
fatwa dari DSN-MUI;
3) Memberikan peringatan kepada direksi LKS, LBS, dan LPS lainnya untuk
melakukan upaya penghentian penyimpangan syariah; dan berwenang
melaporkannya kepada pihak otoritas.

28
Keanggotaan DPS

1) Setiap LKS, LBS, dan LPS harus memiliki sedikitnya 3 (tiga)


orang anggota DPS, dan salah satunya ditetapkan sebagai ketua.
2) Dalam hal LKS, LBS, dan LPS masih memiliki kelolaan bisnis
yang masih kecil, dimungkinkan jumlah DPS minimal 2 (dua)
orang dan salah satunya ditetapkan sebagai ketua.
3) Ketentuan tentang besar atau kecilnya kelolaan bisnis LKS, LBS,
dan LPS sebagaimana dimaksud ayat dua (2) akan diatur
dalam peraturan DSN-MUI.
4) Masa tugas anggota DPS sesuai dengan anggaran dasar LKS,
LBS, dan LPS.
5) Dalam hal terdapat perubahan pada keanggotaan DPS, maka
LKS, LBS, atau LPS harus memperoleh rekomendasi dari DSN-
MUI.
29
Rangkap Jabatan DPS

1) Anggota DPS dapat merangkap jabatan di LKS, LBS, dan/atau


LPS.
2) Rangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 5 (lima) lembaga di LKS, LBS, dan/atau LPS.
3) Ketentuan pada ayat (2) dikecualikan untuk DPS
koperasi/BMT/LKMS yang dimungkinkan seorang DPS
merangkap lebih dari 5 (lima) lembaga di
koperasi/BMT/LKMS.
4) Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya, terutama dalam hal melakukan rangkap jabatan.

30
Kewajiban DPS

1) Mengawasi dan memberikan nasehat serta saran kepada


pengurus agar kegiatan usaha LKS, LBS, dan/atau LPS sesuai
dengan ketentuan dan prinsip syariah terutama Fatwa DSN-
MUI.
2) Melakukan penelaahan secara berkala atas penerapan fatwa
DSN-MUI dalam kegiatan usaha LKS, LBS, dan/atau LPS.
3) Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan LKS, LBS,
dan/atau LPS yang diawasinya secara rutin kepada DSN-MUI,
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4) Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan
yang diawasi dan diberi nasehat.
5) Mendampingi perusahaan atau mewakili perusahaan yang
diawasi dalam berdiskusi dengan DSN-MUI.
33
… Kewajiban DPS

6) Memberikan pernyataan kesesuaian syariah/opini atas produk


atau jasa LKS, LBS, dan/atau LPSyang diawasinya.
7) Mengikuti program pendidikan lanjutan dan/atau kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan DSN-MUI dalam rangka
peningkatan kompetensi DPS.
8) Menyelenggarakan rapat DPS secara berkala sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9) Menjamin pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat
serta dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai
kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk
melaksanakan tugas secara mandiri.

34
Hak DPS

1) Memperoleh honorarium (ujrah) dan tunjangan-tunjangan


lainnya secara layak sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
2) Memiliki alat kelengkapan kerja berupa unit kerja yang bersifat
koordinatif dengan unit-unit kerja LKS, LBS, dan LPS lainnya
yang diawasinya.
3) Memperoleh akses dokumen, data, dan informasi perusahaan
yang diawasi dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan.

35
Syarat Mendapatkan Rekomendasi
sebagai DPS dari DSN-MUI

a. Beragama Islam yang berfaham ahlus-sunnah wal-jamaah.


b. Calon DPS yang diajukan LKS, LBS, dan/atau LPS di daerah wajib
mendapatkan surat pengantar dari MUI setempat.
c. Calon DPS yang diajukan LKS, LBS, dan/atau LPS yang bersifat nasional,
wajib mendapat rekomendasi dari MUI Pusat.
d. Takwa kepada Allah SWT, yakni telah tertib menjalankan rukun Islam.
e. Memiliki kompetensi di bidang muamalah maliyah dan pengetahuan di
bidang operasional LKS, LBS, dan/atau LPS yang secara umum
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dari DSN-MUI Institute atau
lembaga pendidikan/pelatihan yang diakui DSN-MUI.
f. Memiliki sertifikat kompetensi pengawas syariah dari LSP Pengawas
Syariah.

36

g. Memiliki komitmen untuk mengembangkan keuangan/bisnis/ekonomi
syariah.
h. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas secara profesional
sebagai DPS.
i. Tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan LKS,
LBS, dan/atau LPS yang diawasinya.
j. Mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk
mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak semestinya atau
menyebabkan kerugian bagi LKS, LBS, dan/atau LPS.
k. Menerima dan mematuhi Peraturan-Peraturan Organisasi yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia dan/atau DSN-MUI.
l. Menerima eksistensi NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
m. Tidak sedang menjadi pengurus atau pegawai aktif di LKS, LBS,
dan/atau LPS.
n. Persyaratan pada huruf g sampai huruf l dibuktikan dengan membuat
surat pernyataan (pakta integritas).

37
DSA DAN DSK (BAB VI PASAL 46-49)

• Dewan Syari'ah Aceh yang selanjutnya disingkat DSA adalah dewan yang berwenang
mengatur dan mengawasi penerapan Prinsip Syari'ah pada seluruh transaksi
keuangan yang dilakukan LKS.
• Dewan Syari'ah Kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat DSK adalah dewan
yang berwenang mengawasi penerapan Prinsip Syari'ah pada seluruh transaksi
keuangan yang dilakukan LKS di kabupaten/kota
DSA (PASAL 46)
1) Untuk kepentingan pengaturan, koordinasi dan pengawasan syari'ah ditingkat Aceh
dibentuk DSA.
2) DSA berfungsi sebagai perwakilan Dewan Syari'ah Nasional di tingkat Aceh.
3) DSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Peraturan Gubemur.
4) Masa jabatan keanggotaan DSA selama 5 (lima) tahun.
5) Keanggotaan DSA terdiri dari anggota tetap dan anggota pleno.
6) Anggota DSA berjumlah 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) orang anggota tetap dan
2 (dua) orang anggota pleno ex-officio mewakili OJK dan Bl.
7) Anggota tetap DSA ditetapkan dan diangkat setelah melalui fit and proper test.
8) Pemerintah Aceh wajib membentuk DSA paling lambat 1 (satu) tahun sejak Qanun
ini diundangkan.
DSA (PASAL 47)
1) DSA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 berwenang:
a) mengkoordinasi dan konsolidasi antar DPS pada setiap LKS;
b) mengkoordinasi dan konsolidasi antara DSA dengan DSK;
c) melakukan pengawasan terhadap putusan DSN atas produk dan transaksi LKS di
Aceh;
d) mengatur dan mengawasi LKS Iainnya yang belum memiliki DPS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
e) menjadi penghubung antara LKS dengan pemerintah;
f) meningkatkan koordinasi terkait edukasi keuangan syari'ah kepada masyarakat; dan
g) melakukan sertifikasi DPS setelah berkoordinasi dengan Dewan Syari'ah Nasional
Majelis Ulama Indonesia.
DSA (PASAL 47)

2) Dalam melakukan kewenangannya sesuai ayat (1) DSA perlu mempertimbangkan


rekomendasi Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan peraturan perundang-
undangan;
3) Dalam menetapkan produk dan/atau transaksi keuangan yang terjadi perbedaan
pendapat dalam masyarakat, DSA wajib melakukan koordinasi lebih lanjut dengan DSN
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai DSA diatur dalam Peraturan Gubemur.

Anda mungkin juga menyukai