Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK BERTETANGGA

Di susun oleh :

1. Sarni ode Ibrahim


2. Siti hardianti sangaji

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Ambon

Tahun 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

A. Definisi Tetangga .................................................................................

B. Wasiat Islam Terhadap Tetangga ..................................................................

C. Kategori Tetangga ...............................................................................

D. Hak-Hak Tetangga ...............................................................................

E. Adab bertetangga menurut islam ........................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


Kata Pengantar

Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta
hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutnya makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi hadist yang
membahas tentang “ akhlak bertetangga “ semoga makalah ini menjadi suatu ilmu yang
bermanfaat bagi kita khususnya bagi kami pribadi.

Ambon 21 oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama fithroh yang memperhatikan hak-hak yang berhubungan dengan
asasi seseorang atau masyarakat. Agama yang mengatur hubungan hamba dengan Rabbnya dan
hubungan antar hamba dengan keserasian dan keselarasan yang sempurna. Di antara hubungan
antar hamba yang diatur dan diperhatikan Islam adalah hubungan bertetangga, karena hubungan
bertetangga termasuk hubungan kemasyarakatan yang penting yang dapat menghasilkan rasa
saling cinta, kasih sayang dan persaudaraan antar mereka.
Yang dinamakan tetangga bukan hanya mencakup seorang muslim dan seorang kafir, tetapi
juga seorang ahli ibadah dan seorang fasik, teman dan musuh, orang asing dan orang senegeri,
orang yang bisa memberi manfaat dan orang yang memberi madharat, orang dekat dan orang
jauh serta yang paling dekat dengan rumahnya dan paling jauh.
Bertangga adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak. Sebab manusia
memang tidak semata-mata makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Satu sama lain harus
bermitra dalam mencapai kebaikan. Islam memerintahkan segenap manusia untuk senantiasa
berjamaah dan berlomba dalam berbuat kebaikan. Sebaliknya, Islam melarang manusia
bersekutu dalam melakukan dosa dan permusuhan.
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-orang
yang memiliki penyakit hati saja yang menolak suasana hubungan harmonis itu. Keharmonisan
hubungan bertetangga sebenamya sangat amat penting, sebab kekuatan sendi-sendi sosial suatu
masyarakat sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar anggotanya.
Sebaliknya, bila dalam suatu masyarakat terjadi disharmoni (ketidak harmonisan) hubungan di
antara anggotanya, maka akan melemahkan sendi-sendi sosial masyarakat tersebut. Kendati
demikian kita tidak pernah bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik, kecuati kita
paksa diri kita sendtri untuk bersikap baik terhadap siapapun.
Alangkah beruntungnya jikalau kita hidup dan bertetangga dengan orang-orang yang baik.
Walaupun rumah sempit, kalau tetangganya baik tentu akan terasa lapang. Dan alangkah
ruginya, jika rumah kita dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang busuk hati. Walaupun rumah
lapang, niscaya akan terasa sempit.Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan, “seorang tetangga
memiliki peran sentral dalam memelihara harta dan kehormatan warga sekitarnya”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan tetangga ?
2. Apa saja hak – hak tetangga ?
3. Apa saja adab bertetangga dalam islam ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Tetangga
Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Ibnu
Mandzur berkata: “ ‫ ْان ُم َج َبو َزة‬, ‫انج َىاز‬
ِ dan ‫بز‬ُ ‫ ْان َج‬bermakna orang yang bersebelahan denganmu.
Bentuk pluralnya ‫ أَجْ َىاز‬, ‫ ِجٍ َْسة‬dan ‫”جٍ َْسان‬.
ِ Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang
bersebelahan secara syar‟i baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau
musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan.
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya, bertambah
dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan ketakwaannya
serta yang sejenisnya.

B. Kategori Tetangga
Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh.
Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya dengan
tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim. Yang
dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di
dekat rumah, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun
yang dekat rumah pun jika harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu
dikaitkan dengan hubungan kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau
keluarga sendiri.
Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab, bisa
terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau besan dan
ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan keluarga
daripada orang lain. Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya,
yang dimaksud dengan tetangga yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh
adalah orang- orang yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan
tetangga ada yang seagama, sama-sama muslim da berlainan agama.

C. Wasiat Islam Terhadap Tetangga

َ ُ‫ظىَىْتُ أَوَّه‬
ُ ‫سٍُ َى ِ ّزثُه‬ ِ ‫ىصٍىًِ ِجب ِْسٌ ُم بِ ْبن َج‬
َ ‫بز َحتَّى‬ ِ ُ ٌ ‫َمب شَ ا َل‬
“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku dengan tetangga sehingga aku menyangka tetangga
tersebut akan mewarisinya.”
Hadits yang agung ini menunjukkan urgensi dan kedudukan tetangga dalam Islam. Tetangga
memiliki kedudukan arti penting dan hak-hak yang harus diperhatikan setiap muslim. Sehingga
dengan demikian konsep Islam sebagai rahmat untuk alam semesta dapat direalisasikan dan
dirasakan oleh setiap manusia.
Islam telah berwasiat untuk memuliakan tetangga dan menjaga hak-haknya, bahkan Allah
menyambung hak tetangga dengan ibadah dan tauhid-Nya serta berbuat bakti kepada kedua
orang tua, anak yatim dan kerabat, sebagaimana firman-Nya:

‫بز ذِي‬ِ ‫ٍه َو ْان َج‬ َ ‫سبوًب َو ِبرِي ْانقُ ْسبَى َو ْانٍَتَب َمى َو ْان َم‬
ِ ‫سب ِك‬ َ ‫شٍْئًب َو ِببنْ َىا ِندٌَ ِْه ِإ ْح‬
َ ‫َوا ْعبُد ُوا هللاَ َوالَت ُ ْش ِس ُكىا ِب ِه‬
َ‫ت أ َ ٌْ َمبو ُ ُك ْم إِ َّن هللاَ الٌَُ ِحب َمه َكبن‬
ْ ‫سبٍِ ِم َو َمب َمهَ َك‬
َّ ‫ب َواب ِْه ان‬ ِ ‫ب بِ ْبن َجى‬ ِ ‫بح‬ِ ‫ص‬ َّ ‫ب َوان‬ِ ُ‫بز ْان ُجى‬ ِ ‫ْانقُ ْسبَى َو ْان َج‬
ً ‫ُم ْختَبالً فَ ُخ‬
‫ىزا‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.” (QS. Annisaa’: 36)

Hal ini menunjukkan wasiat dengan tetangga tersebut meliputi penjagaan, berbuat baik
kepadanya, tidak berbuat jahat dan mengganggunya, selalu bertanya tentang keadaannya dan
memberikan kebaikan kepadanya. Ini semua adalah bentuk perhatian dan motivasi syariat dalam
menjaga dan menunaikan hak-hak mereka. Bahkan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
menetapkan pelanggaran kehormatan tetangga sebagai salah satu dosa terbesar dalam sabdanya
ketika ditanya:

Dosa apa yang terbesar di sisi Allah, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjawab:
“Menjadikan sekutu tandingan Allah, padahal Allah yang menciptakanmu.” Saya (Ibnu Mas‟ud)
bertanya: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Kemudian membunuh anakmu karena khawatir
dia makan bersamamu” lalu saya bertanya lagi: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Berzina
dengan istri tetanggamu.”

D. Hak-Hak Tetangga

Telah jelas tetangga memiliki hak yang besar dan kedudukan yang tinggi dalam islam. Hak-
hak mereka kalau dirinci akan sangat banyak sekali, akan tetapi semuanya dapat dikembalikan
kepada empat hak yaitu:

Pertama, berbuat baik (ihsan) kepada mereka.


Berbuat baik dalam segala sesuatu adalah karakteristik islam, demikian juga pada tetangga.
Imam Al Marwazi meriwayatkan dari Al Hasan Al Bashriy pernyataan beliau: “Tidak
mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik terhadap
tetangga dengan sabar atas gangguannya.” Sehingga Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda:

“Sebaik-baiknya sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-
baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik pada tetangganya.”
Di antara ihsan kepada tetangga adalah memuliakannya. Sikap ini menjadi salah satu tanda
kesempurnaan iman seorang muslim.Di antara bentuk ihsan yang lainnya adalah ta’ziyah ketika
mereka mendapat musibah, mengucapkan selamat ketika mendapat kebahagiaan, menjenguknya
ketika sakit, memulai salam dan bermuka manis ketika bertemu dengannya dan membantu
membimbingnya kepada hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat serta memberi mereka hadiah.
Aisyah radhiallahu „anha bertanya kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam:

‫بزٌ ِْه فَإِنَى أ َ ٌِّ ِه َمب أ ُ ْهدِي قَب َل ِإنَى أ َ ْق َس ِب ِه َمب ِم ْى ِك بَببًب‬
َ ‫َّللا ِإ َّن ِنً َج‬
ِ َّ ‫سى َل‬
ُ ‫ٌَب َز‬
“Wahai Rasulullah saya memiliki dua tetangga lalu kepada siapa dari keduanya aku memberi
hadiah? Beliau menjawab: kepada yang pintunya paling dekat kepadamu.”

Kedua, sabar menghadapi gangguan tetangga.


Ini adalah hak kedua untuk tetangga yang berhubungan erat dengan yang pertama dan menjadi
penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan memaafkan kesalahan dan perbuatan jelek mereka,
khususnya kesalahan yang tidak disengaja atau sudah dia sesali kejadiannya. Hasan Al Bashri
berkata: “Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat
baik terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya.” Sebagian ulama berkata:
“Kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada pada empat hal, (1) senang dan bahagia
dengan apa yang dimilikinya, (2) Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya, (3)
Mencegah gangguan darinya, (4) Bersabar dari gangguannya.”

Ketiga, menjaga dan memelihara tetangga.


Imam Ibnu Abi Jamroh berkata: “Menjaga tetangga termasuk kesempurnaan iman. Orang
jahiliyah dahulu sangat menjaga hal ini dan melaksanakan wasiat berbuat baik ini dengan
memberikan beraneka ragam kebaikan sesuai kemampuan; seperti hadiah, salam, muka manis
ketika bertemu, membantu memenuhi kebutuhan mereka, menahan sebab-sebab yang
mengganggu mereka dengan segala macamnya baik jasmani atau maknawi. Apalagi Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam telah meniadakan iman dari orang yang selalu mengganggu
tetangganya. Ini merupakan ungkapan tegas yang mengisyaratkan besarnya hak tetangga dan
mengganggunya termasuk dosa besar.”

Keempat, tidak mengganggu tetangga.


Telah dijelaskan di atas akan kedudukan tetangga yang tinggi dan hak-haknya terjaga dalam
islam. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam memperingatkan dengan keras
upaya mengganggu tetangga, sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu „alaihi wa sallam:
“Tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak
beriman mereka bertanya: siapakah itu wahai Rasulullah beliau menjawab: orang yang
tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhori)
Demikian juga dalam hadits yang lain beliau bersabda:
َ ‫اَّلل َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ ََل يُ ْؤ ِذ َج‬
ُ‫اره‬ ِ ‫َان يُ ْؤ ِمنُ بِ ه‬
َ ‫َم ْن ك‬

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya.”

E. Adab bertetangga menurut islam

Berikut ini adalah penjelalas tentang adab bertetangga menurut islam

1. Dahulukan Salam

Memberikan salam terlebih dahulu merupakan adab bertetangga yang pertama. Selain itu,
mengucap salam ketika berjumpa dinilai sopan dalam kebiasaan sehari-hari.

Orang-orang yang bertetangga dianjurkan saling menyapa ketika bertemu dengan mengucapkan
salam.

Bagi pihak yang mendahului mengucapkan salam, maka secara akhlak lebih baik dan karenanya
mendapatkan kebaikan yang lebih banyak.

2. Tidak Mengganggu Tetangga

Mendapat gangguan dari luar tentu sangat tidak nyaman ya, Moms? Maka dari itu, saling tidak
mengganggu adalah adab bertetangga yang harus diikuti oleh umat Muslim yang baik. Ini akan
menunjukkan bahwa adanya rasa saling menghargai.

Adab ini dibahas dalam Hadits Riwayat Bukhari, di mana Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu
tetangganya."

Maka ada baiknya, contoh ketika akan mengadakan sebuah acara di rumah, hendaknya meminta
izin tetangga terdekat terlebih dahulu agar mereka tidak merasa terganggu dengan acara yang
sedang selenggarakan.

4. Memaafkan Kesalahan Ucap

Ketika tetangga tidak sengaja melontarkan perkataan yang menyinggung, maka Moms harus
memaafkannya.

Sebab bisa jadi suatu saat Moms juga melakukan hal yang sama terhadap tetangga, secara
disadari maupun tidak.
Memendam dendam juga bukan hal yang dianjurkan dalam Islam. Karena bisa menimbulkan
kebencian yang merugikan.

5. Siap Sedia Menolong Tetangga

Jika tetangga kesulitan dengan harta, tertimpa musibah, bahkan kehilangan, umat Muslim
sepantasnya memberikan bantuan sesuai dengan adab bertetangga.

Berikan bantuan tersebut tanpa harus diminta, sebab itu adalah hak seorang Muslim terhadap
saudaranya.

6. Menjenguk Tetangga yang Sakit

Ketika tetangga ada yang sakit, maka ia berhak untuk dikunjungi.

Artinya, dalam adab bertetangga, tetangga yang tidak sakit berkewajiban mengunjunginya tanpa
memandang status sosial pihak yang sakit.

Bertetangga pada dasarnya adalah berteman sehingga kesetaraan di antara mereka harus dijaga
dengan baik.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Demikianlah besarnya hak tetangga yang terkadang kurang kita perhatikan, padahal
demikian besar dan pentingnya bagi kehidupan seorang muslim dalam bermasyarakat. Oleh
karena itu marilah kita perbaiki kehidupan kita dengan takwa dan iman sehingga kita dapat
mencapai kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

http://aleniariez.blogspot.com/2013/04/makalah-adab-bertetangga_7242.html

https://www.orami.co.id/magazine/adab-bertetangga/

https://riskaapriantisyam.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-bertetangga_31.html

Anda mungkin juga menyukai