Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL GROUP PROJECT

“PERLAKUKAN PUPUK HAYATI (EM4) TERHADAP EFEKTIVITAS


PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK SAWI DAN TOMAT”

Oleh :

Rio Zabily (19308141001)

Retno M. (19308141017)

Zain Almas Mazin H (19308141030)

Biologi B 2019

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
JUDUL :

TOPIK 5 Perlakuan pupuk hayati (M-Dec, Nodulin, BioNutrient, AgrozeaBiochar, Jeranti,


Biodex, EM4 dll)

“PERLAKUKAN PUPUK HAYATI (EM4) TERHADAP EFEKTIVITAS


PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK SAWI DAN TOMAT”

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengelolaan sampah yang kurang baik dan ditambah dengan pertumbuhan


penduduk Indonesia yang sangat pesat terutama di perkotaan mengakibatkan
peningkatan jumlah sampah. Sampah organik adalah jenis sampah yang paling banyak
dibuang oleh masyarakat, dimana sampah organik ini memiliki kandungan air yang
tinggi sehingga cepat mengalami pembusukan. Salah satu sampah organik yang
banyak dihasilkan dari kegiatan rumah tangga adalah sampah sisa makanan seperti
kulit buah dan sayuran. Salah satu cara pemanfaatan sampah ini adalah dengan
mengelolanya menjadi pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan untuk para petani
sebagai pupuk alami yang ramah lingkungan.
Pengomposan atau dekomposisi merupakan metode pengolahan limbah padat yang
mempunyai kandungan tinggi (70%-80%). Pada proses pengomposan terjadi degradasi
bahan organik oleh mikroorganisme hingga temperatur tertentu. Hasil dari proses
pengomposan adalah humus. Berdasarkan pada penggunaan oksigen, pengomposan
dibedakan atas pengomposan anaerob dan pengomposan aerob. Pengomposan anaerob
yaitu proses pengomposan yang menggunakan mikroorganisme yang hidup tanpa
membutuhkan oksigen.
Effective Microorganisms (EM) merupakan kultur campuran dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi petumbuhan tanaman. EM4 yang dikenal saat ini adalah
EM4 yang diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keanekaragaman dan
populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Habibi (2008:10) kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia
yang menghasilkan sisa sayur, buah dan makanan yang mudah membusuk. Sampah ini
umumnya memberikan citra yang kumuh pada sebuah kota bila tidak ditangani secara
baik, karena tumpukan sampah yang banyak dan menyebarkan bau tersebut berada di
keramaian kota, kadang menyatu dengan daerah komersial yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa bahan organik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara
aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara
keseluruhan proses ini disebut dekomposisi atau penguraian. Teknologi pengomposan
yang selama ini diterapkan manusia meniru proses terbentuknya humus oleh alam
dengan bantuan mikroorganisme.
Pada dasarnya, mikroorganisme ini ada dua jenis, yaitu mikroorganisme yang
membutuhkan oksigen tinggi (aerob) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar
oksigen rendah (anaerob). Sebenarnya pengomposan dapat dibuat dengan dua cara,
yaitu dengan bantuan oksigen (aerobik) dan tanpa bantuan oksigen (anaerobik).
Masingmasing mempunyai keunggulan dan kekurangan dalam proses pembuatannya
(Yuwono, 2006).

2. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan sampah di daerah perkotaan dan perumahan warga


2. Pencemaran lingkungan terutama pada lahan tanah
3. Pengaruh penggunaan pupuk kompos dalam bidang pertanian

4. Efektivitas mikroorganisme dalam pengelolaan sampah

3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah


riset yang akan berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang akan
dimasukkan ke dalam lingkup masalah riset dan mana yang tidak. Dengan demikian,
pembatasan masalah akan membuat masalah riset menjadi lebih fokus dan jelas,
sehingga rumusan masalah dapat dibuat dengan jelas pula. Penelitian ini dibatasi pada
perlakuan pupuk hayati (EM4) terhadap keefektifan pengomposan sampah organik sawi
dan tomat dalam kurun waktu empat minggu, mulai dari hari Minggu, 28 Maret 2021
sampai hari Rabu, 28 April 2021 di Gesikan RT 06 Panggungharjo Sewon Bantul.

4. Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4)?
b. Bagaimana perubahan volume kompos sebelum dan sesudah proses pengomposan
menggunakan bioaktivator EM4 limbah sawi dan tomat?
c. Bagaimana kualitas fisik dan kimia kompos hasil pengomposan menggunakan
bioaktivator EM4 pada limbah organik sawi dan tomat?

5. Tujuan Penelitian GP

a. Mengetahui cara pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4).
b. Mengetahui perubahan volume kompos sebelum dan sesudah proses pengomposan
menggunakan bioaktivator EM4 limbah sawi dan tomat.
c. Mengetahui kualitas fisik dan kimia kompos hasil pengomposan menggunakan
bioaktivator EM4 pada limbah organik sawi dan tomat.

6. Manfaat Penelitian

a. Memberikan solusi alternatif pemanfaatan limbah sawi dan tomat sebagai bioaktivator
proses pengomposan.
b. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian
terkait pemanfaatan limbah sawi dan tomat sebagai bioaktivator.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan
dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan
sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran,
yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.
Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik
yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : Pupuk
organik mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah.Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar
daya ikat tanah berpasir.Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam
tanah.Membantu proses pelapukan dalam tanah.Tanaman yang menggunakan pupuk
organik lebih tahan terhadap penyakit.
Karakteristik dari pengomposan anaerob adalah temperatur rendah, timbul bau
yang kurang sedap dan waktu proses yang cukup lama (3-6 bulan) (Tsabitah, 2007).
Pengomposan aerob yaitu proses pengomposan yang memanfaatkan mikroorganisme
yang kehidupannya membutuhkan oksigen untuk mendekomposisi limbah padat
organik.
Effective Microorganisms (EM) merupakan kultur campuran dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi petumbuhan tanaman. EM4 yang dikenal saat ini adalah
EM4 yang diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keanekaragaman dan
populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Pencampuran bahan organik seperti pupuk kandang atau limbah rumah tangga dan
limbah pertanian dengan EM4 merupakan pupuk organik yang sangat efektif untuk
meningkatkan produksi pertanian. Campuran ini disamping dapat digunakan
sebagai stater mikroorganisme yang menguntungkan yang ada didalam tanah juga
dapat memberikan respon positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Wididana, 1994).
EM4 diformulasikan dalam bentuk cairan dengan warna coklat kekuning-
kuningan, berbau asam dengan pH 3,5 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp dan
tiga jenis mikroorganisme lainnya, yaitu bakteri fotosintetik, streptomyces sp dan
yeast yang bekerja secara sinergis untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. EM4 memiliki sifat yang cukup unik karena dapat menetralkan
bahan organik atau tanah yang bersifat asam maupun basa. Mikroorganisme tersebut
dalam fase istirahat dan apabila diaplikasikan dapat dengan cepat menjadi aktif
merombak bahan organik dalam tanah. Hasil rombakan bahan organik tersebut berupa
senyawa organik, antibiotik (alkohol dan asam laktat) vitamin (A dan C), dan
polisakharida (Higa dan Wididana, 1994).
Habibi (2008:10) kompos merupakan
istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang menghasilkan sisa sayur, buah
dan makanan yang mudah membusuk. Sampah ini umumnya memberikan citra yang
kumuh pada sebuah kota bila tidak ditangani secara baik, karena tumpukan sampah
yang banyak dan menyebarkan bau tersebut berada di keramaian kota, kadang
menyatu dengan daerah komersial yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa
bahan organik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses
ini disebut dekomposisi atau penguraian. Teknologi pengomposan yang selama ini
diterapkan manusia meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan
mikroorganisme.
Pada dasarnya, mikroorganisme ini ada dua jenis, yaitu mikroorganisme yang
membutuhkan oksigen tinggi (aerob) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar
oksigen rendah (anaerob). Sebenarnya pengomposan dapat dibuat dengan dua cara,
yaitu dengan bantuan oksigen (aerobik) dan tanpa bantuan oksigen (anaerobik).
Masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan dalam proses pembuatannya
(Yuwono, 2006).

2. Kerangka Berfikir
3. Hipotesis

a. Keberhasilan proses pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4).
b. Tidak ada perbedaan persentase volume kompos yang diproses menggunakan
bioaktivator EM4 limbah organik sawi dan tomat.
c. Tidak ada perbedaan kualitas fisik dan kimia kompos yang diproses menggunakan
bioaktivator EM4 limbah organik sawi dan tomat.

BAB III METODE PENELITIAN/GP


A. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian


campuran (mixed method) yang menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013, hlm. 5) bahwa,
“Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif.”
Sedangkan menurut Todd dkk (dalam Putra & Hendarman, 2013, hlm. 32) bahwa,
“Metode campur sari dapat digunakan untuk mengkaji masalah yang memang sulit
atau kompleks dan kurang efektif jika dilakukan dengan salah satu metode, serta
membutuhkan sekaligus penjelasan teoritis dan pemanfaatan praktis.”

Peneliti memandang bahwa pendekatan mixed methode sangat tepat digunakan


dalam penelitian ini. Alasan penggunaan metode penelitian campuran (mixed method)
karena permasalahan yang dikaji adalah “Perlakukan Pupuk Hayati (EM4) Terhadap
Efektivitas Pengomposan Sampah Organik Sawi dan Tomat” membutuhkan sejumlah
data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Maksudnya adalah peneliti
membutuhkan sejumlah data di lapangan dengan menggunakan metode kualitatif
sebagai primer yang berisi pernyataan hasil perlakukan pupuk hayati (EM4) terhadap
pengomposan sampah organik sawi dan tomat dan diperluas dengan menggunakan
metode kuantitatif sebagai sekunder untuk menguji hasil hipotesis analisis data
kualitatif tentang hasil pengomposan sampah organik sawi dan tomat. Kedua,
pendekatan mixed methode yang didalamnya tergabung pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan hasil
penelitian. Ketiga, dalam pendekatan mixed methode digunakan sebagai bukti empiris
dalam menjawab rumusan masalah penelitian. Konsekuensinya, dengan penggunaan
metode campuran temuan penelitian akan lebih baik, lengkap dan komprehensif,
maka pendekatan mixed methode tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

B. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, dimana


menggambarkan kondisi penelitian apa adanya. Dengan kondisi yang sebisa mungkin
sesuai lingkungan aslinya. Desain penelitian ini yaitu desain penelitian ekperimen
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Waktu : Minggu, 28 Maret 2021-Rabu, 28 April 2021
2. Tempat : Gesikan RT 06 Panggungharjo Sewon Bantul
D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu sampah daun kering, sawi dan
tomat.Sampel dalam penelitian ini yaitu 1000 gram sampah daun kering, 1000 gram
sawi, dan 1000 gram tomat. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya yaitu pH meter, termometer, wadah kompos beserta tutupnya, pisau, alat
tulis, alat dokumentasi, EM4, sampah daun kering, tomat, sawi, dan larutan gula 500
ml.

E. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur kerja diawali dengan menyiapkan alat dan bahan, memotong daun
kering, kulit pisang dan kubis menjadi beberapa bagian kecil-kecil. Sawi dan Tomat
yang sudah dipotong kecil-kecil ditambahkan larutan EM4 sebagai aktivator untuk
mempercepat proses pengomposan. Selama proses pengomposan, pembolak-balikan
kompos dilakukan 4 hari sekali. Pengujian produk kompos terdiri dari pengujian
kualitas kimia dan kualitas fisik. Pengujian kualitas kimia meliputi nilai pH yang
diukur setiap 4 hari sekali. Pengujian kualitas fisik kompos meliputi suhu, warna dan
bau. Hasil pengujian kualitas kompos dibandingkan dengan standar kualitas kompos
menurut Standar Nasional Indonesia nomor 19-7-30-2004. Pengamatan lainnya
adalah penyusutan kompos yang dilakukan pada akhir proses pengomposan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari
suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :

1. Tahap Penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis dibuat untuk dibuktikan pada penelitian yang akan dilakukan.


2) Langkah Langkah dibuat untuk penelitian yang akan digunakan.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penelitian dilaksanakan sesuai dengan langkah -langkah yang telah disusun.
Setelah itu dilakukan uji coba dan menganalisis hasil penelitian .
c. Evaluasi
Pada tahap ini, dilakukan analisis dan pengolahan data yang telah
dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
d. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan
melaporkan hasil-hasil penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 1. pH kompos

Tabel 2. Suhu Kompos

Tabel 3. Warna Kompos

Tabel 4. Tekstur Kompos

Tabel 5. Aroma Kompos

Pembahasan

Keterbatasan Penelitian

BAB V SIMPULAN, SARAN/ REKOMENDASI, DAN IMPLIKASI


Simpulan

Saran

Implikasi

Daftar Referensi

Cahaya, A. T. S. dan Nugroho, D. A. 2004. Pembuatan Kompos Dengan Menggunakan


Limbah Padat Organik (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu). Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang.

Djuarnani, Nan. 2005. “Cara Cepat Membuat Kompos”. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Indriani, Yovita Hety . 2003 . “Membuat Kompos Secara Kilat” . Penebar Swadaya : Jakarta.

Djuarni, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Higa, T. dan Wididana. 1994. Teknologi Effective Microorganism. Kopkar Departemen


Kehutanan, Jakarta.

Muntoyah. 1994. Menuju Pertanian Alami dengan Teknologi Effective Microorganism.


Tumbuh 24-26, Jakarta.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah,124-127. Bina Aksara, Jakarta.

Wididana, G.N. 1994. Application of Effective Microorganism (EM) and Bokashi on Natural
Farming. Bulletin Kyusei Nature Farming 03 (2) : 47-54.

Lampiran

Lampiran berupa data mentah, foto atau gambar, video dan lain-lain yang berkaitan dengan
GP

Anda mungkin juga menyukai