Oleh :
Retno M. (19308141017)
Biologi B 2019
2021
JUDUL :
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
3. Pembatasan Masalah
4. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4)?
b. Bagaimana perubahan volume kompos sebelum dan sesudah proses pengomposan
menggunakan bioaktivator EM4 limbah sawi dan tomat?
c. Bagaimana kualitas fisik dan kimia kompos hasil pengomposan menggunakan
bioaktivator EM4 pada limbah organik sawi dan tomat?
5. Tujuan Penelitian GP
a. Mengetahui cara pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4).
b. Mengetahui perubahan volume kompos sebelum dan sesudah proses pengomposan
menggunakan bioaktivator EM4 limbah sawi dan tomat.
c. Mengetahui kualitas fisik dan kimia kompos hasil pengomposan menggunakan
bioaktivator EM4 pada limbah organik sawi dan tomat.
6. Manfaat Penelitian
a. Memberikan solusi alternatif pemanfaatan limbah sawi dan tomat sebagai bioaktivator
proses pengomposan.
b. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian
terkait pemanfaatan limbah sawi dan tomat sebagai bioaktivator.
1. Landasan Teori
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan
dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan
sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran,
yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.
Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik
yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : Pupuk
organik mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk organik dapat memperbaiki
struktur tanah.Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar
daya ikat tanah berpasir.Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam
tanah.Membantu proses pelapukan dalam tanah.Tanaman yang menggunakan pupuk
organik lebih tahan terhadap penyakit.
Karakteristik dari pengomposan anaerob adalah temperatur rendah, timbul bau
yang kurang sedap dan waktu proses yang cukup lama (3-6 bulan) (Tsabitah, 2007).
Pengomposan aerob yaitu proses pengomposan yang memanfaatkan mikroorganisme
yang kehidupannya membutuhkan oksigen untuk mendekomposisi limbah padat
organik.
Effective Microorganisms (EM) merupakan kultur campuran dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi petumbuhan tanaman. EM4 yang dikenal saat ini adalah
EM4 yang diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keanekaragaman dan
populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Pencampuran bahan organik seperti pupuk kandang atau limbah rumah tangga dan
limbah pertanian dengan EM4 merupakan pupuk organik yang sangat efektif untuk
meningkatkan produksi pertanian. Campuran ini disamping dapat digunakan
sebagai stater mikroorganisme yang menguntungkan yang ada didalam tanah juga
dapat memberikan respon positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Wididana, 1994).
EM4 diformulasikan dalam bentuk cairan dengan warna coklat kekuning-
kuningan, berbau asam dengan pH 3,5 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp dan
tiga jenis mikroorganisme lainnya, yaitu bakteri fotosintetik, streptomyces sp dan
yeast yang bekerja secara sinergis untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. EM4 memiliki sifat yang cukup unik karena dapat menetralkan
bahan organik atau tanah yang bersifat asam maupun basa. Mikroorganisme tersebut
dalam fase istirahat dan apabila diaplikasikan dapat dengan cepat menjadi aktif
merombak bahan organik dalam tanah. Hasil rombakan bahan organik tersebut berupa
senyawa organik, antibiotik (alkohol dan asam laktat) vitamin (A dan C), dan
polisakharida (Higa dan Wididana, 1994).
Habibi (2008:10) kompos merupakan
istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang menghasilkan sisa sayur, buah
dan makanan yang mudah membusuk. Sampah ini umumnya memberikan citra yang
kumuh pada sebuah kota bila tidak ditangani secara baik, karena tumpukan sampah
yang banyak dan menyebarkan bau tersebut berada di keramaian kota, kadang
menyatu dengan daerah komersial yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa
bahan organik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses
ini disebut dekomposisi atau penguraian. Teknologi pengomposan yang selama ini
diterapkan manusia meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan
mikroorganisme.
Pada dasarnya, mikroorganisme ini ada dua jenis, yaitu mikroorganisme yang
membutuhkan oksigen tinggi (aerob) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar
oksigen rendah (anaerob). Sebenarnya pengomposan dapat dibuat dengan dua cara,
yaitu dengan bantuan oksigen (aerobik) dan tanpa bantuan oksigen (anaerobik).
Masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan dalam proses pembuatannya
(Yuwono, 2006).
2. Kerangka Berfikir
3. Hipotesis
a. Keberhasilan proses pengomposan sampah organik sawi dan tomat dengan perlakuan
pupuk hayati (EM4).
b. Tidak ada perbedaan persentase volume kompos yang diproses menggunakan
bioaktivator EM4 limbah organik sawi dan tomat.
c. Tidak ada perbedaan kualitas fisik dan kimia kompos yang diproses menggunakan
bioaktivator EM4 limbah organik sawi dan tomat.
B. Jenis Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu sampah daun kering, sawi dan
tomat.Sampel dalam penelitian ini yaitu 1000 gram sampah daun kering, 1000 gram
sawi, dan 1000 gram tomat. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya yaitu pH meter, termometer, wadah kompos beserta tutupnya, pisau, alat
tulis, alat dokumentasi, EM4, sampah daun kering, tomat, sawi, dan larutan gula 500
ml.
Prosedur kerja diawali dengan menyiapkan alat dan bahan, memotong daun
kering, kulit pisang dan kubis menjadi beberapa bagian kecil-kecil. Sawi dan Tomat
yang sudah dipotong kecil-kecil ditambahkan larutan EM4 sebagai aktivator untuk
mempercepat proses pengomposan. Selama proses pengomposan, pembolak-balikan
kompos dilakukan 4 hari sekali. Pengujian produk kompos terdiri dari pengujian
kualitas kimia dan kualitas fisik. Pengujian kualitas kimia meliputi nilai pH yang
diukur setiap 4 hari sekali. Pengujian kualitas fisik kompos meliputi suhu, warna dan
bau. Hasil pengujian kualitas kompos dibandingkan dengan standar kualitas kompos
menurut Standar Nasional Indonesia nomor 19-7-30-2004. Pengamatan lainnya
adalah penyusutan kompos yang dilakukan pada akhir proses pengomposan.
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari
suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :
1. Tahap Penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Hasil Penelitian
Tabel 1. pH kompos
Pembahasan
Keterbatasan Penelitian
Saran
Implikasi
Daftar Referensi
Djuarnani, Nan. 2005. “Cara Cepat Membuat Kompos”. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Indriani, Yovita Hety . 2003 . “Membuat Kompos Secara Kilat” . Penebar Swadaya : Jakarta.
Wididana, G.N. 1994. Application of Effective Microorganism (EM) and Bokashi on Natural
Farming. Bulletin Kyusei Nature Farming 03 (2) : 47-54.
Lampiran
Lampiran berupa data mentah, foto atau gambar, video dan lain-lain yang berkaitan dengan
GP