Anda di halaman 1dari 24

WORK PLAN COMPREHENSIVE CLINICAL NURSING SKILLS

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

KELOMPOK 5
1. Lia Puspitasari 17/409107/KU/19665
2. Sorta Uli Marbun V 17/409117/KU/19675
3. Aliya Wardana R 17/412226/KU/19939
4. Alya Maharani 17/412227/KU/19940
5. Annisa Qurrotun A 17/412228/KU/199941
6. Disa Yunara Anindi 17/412235/KU/19948
7. Lulu Damara 17/412240/KU/19953
8. Aisyah Aprilianti 17/414373/KU/20054
9. Astry Widayani 17/414374/KU/20055
10. Ditra Cholidya N 17/414377/KU/20058
11. Fitroh Mufidatul A 17/414381/KU/20062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT,
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
SKENARIO MANAJEMEN KEPERAWATAN KASUS A

Ruang Bougenville 4 di Rumah Sakit Tipe A Pendidikan merupakan bangsal kelas II


penyakit dalam khususnya bangsal Onkologi. Kapasitas pasien di bangsal ini adalah 30
tempat tidur dengan BOR 90 %. Terdapat 18 tenaga perawat, 2 perawat lulusan S1 dan yang
lainnya lulusan Diploma. Kepala Ruang dipegang oleh perawat senior lulusan D3, sedangkan
PN I dipegang oleh lulusan S1 dan PN II di pegang oleh lulusan D3. Di bangsal ini belum
semua perawat mendapatkan pelatihan pemberian perawatan pada pasien dengan Sitostatika.
Sebagian besar perawat tidak memperhatikan APD saat memberikan obat sitostatika pada
pasien.
Permasalahan yang muncul pada ruangan Bougenvile 4 adalah kegiatan post
conference tidak pernah dilakukan dikarenakan PN II dan kepala ruang harus meninggalkan
ruangan jam 1 atau sebelum pergantian shift untuk mengikuti sekolah S1. Kepala ruang
merupakan orang yang cukup ramah, baik dan perhatian terhadap bawahannya, namun dalam
administrasi seperti pelaporan indikator mutu klinik kepala ruang jarang membuat laporan
dengan alasan banyaknya tugas di luar ruang seperti rapat, pelatihan dan juga mengerjakan
tugas belajar. Struktur organisasi yang terpajang di ruangan pun sudah tidak sesuai dengan
yang seharusnya karena ada beberapa perawat yang dipindah kebangsal lain 3 bln yang lalu.
Dari hasil survey kepuasan pelanggan didapatkan kepuasan pasien cukup tinggi 80 %
pasien mengatakan puas dengan pelayanan perawat, namun ada beberapa pasien yang merasa
tidak nyaman dengan adanya pengunjung yang dengan bebasnya keluar masuk bangsal di
luar jam kunjung. Kepuasan mahasiswa praktek belum pernah di evaluasi. PN I merasa
sangat kewalahan karena harus mengurus mahasiswa yang jumlahnya 10 – 12 mahasiswa /
minggunya. PN I Ronde keperawatan jarang dilakukan karena kesibukannya, PN I belum
mengetahui bagaimana melakukan ronde keperawatan dengan cara yang tepat.

TUGAS DISKUSI MAHASISWA


1. Kaji unsur input
2. Kaji unsur proses
3. Kaji unsur output
4. Buat analisa data berdasarkan data pengkajian
5. Rumuskan masalah yang ada
6. Rencanakan penyelesaian masalah dalam bentuk POA (Plan of Action)
7. Rencanakan evaluasi secara detail untuk mengukur pencapaian dari masing-masing
target yang sudah di tetapkan
8. Lakukan analisis SWOT untuk ruang rawat tersebut

1. UNSUR INPUT
A. Man
a. Kualitas → pendidikan/ pelatihan
i. Tenaga keperawatan berlatarbelakang pendidikan S1 dan D3
ii. Sebagian tenaga keperawatan belum menerima pelatihan perawatan pasien
dengan sitostatika sehingga tidak terlalu memperhatikan penggunaan APD.
b. Kuantitas
Jumlah perawat belum mencukupi menurut:
i. Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 menyebutkan
perbandingan rasio jumlah tenaga keperawatan dengan jumlah tempat tidur
RS pada masing-masing tipe RS adalah:
RS Kelas A = 4 perawat: 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat: 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat: 1 tempat tidur
Jadi, menurut rumus ini jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 60
perawat.
ii. Rumus Douglas
Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999)
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar
per shift nya, yaitu sebagai berikut:
Perlu pengkajian lebih lanjut terkait tingkat ketergantungan pasien di masing
masing shift.
iii. Rumus Gilies
Gilies (1994) menyebutkan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di
suatu unit perawatan adalah sebagai berikut:

Prinsip perhitungan rumus Gilies:


1. Waktu keperawatan langsung (rata-rata 45 jam/klien/hari) dengan
pembagian adalah: keperawatan mandiri (selfcare) = ¼ x 4 = 1 jam,
keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam, keperawatan total
(total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive
care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
a. Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/ klien.
b. Menurut Wolfe & Young (Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari.
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien.
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata-rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus:

 Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari.


 Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu: 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari (untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13
hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan).
 Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% :
45%

Jumlah jam keperawatan langsung


 Ketergantungan parsial (100% dari 30) = 30 x 3 jam = 90 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
 30 orang klien x 1 jam = 30 jam
 Pendidikan kesehatan = 30 orang klien x 0,25 = 7,5 jam
Jadi, jumlah total jam keperawatan/klien/hari:
90 jam + 30 jam + 7,5 jam / 30 orang = 4,25 jam/klien/hari
Jumlah tenaga yang dibutuhkan
Jumlah perawat = 4,25 x 27 x 365 / (365-73) x 7
= 41.883,75 / 2.044
= 20,5 (21 orang)
Cadangan 20%, jadi 21 x 20% = 4,2 (5 orang)
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 21 + 5
= 25 orang/ hari
Dengan perbandingan profesional dan vokasional = 14 orang : 11 orang
 Jumlah tenaga keperawatan 18 orang (2 orang lulusan S1 dan 16
orang lulusan diploma) maka belum memenuhi perbandingan
profesional dan vokasional menurut Gillies (1994)
 Kepala ruang merupakan lulusan D3
 PN 1 = lulusan S1
 PN II = lulusan D3
B. Machine
 Alat-alat medis dengan energi listrik
C. Money
 Perlu dikaji lebih lanjut mengenai perencanaan anggaran dan sumber dana ruang
perawatan.
 Perlu dikaji lebih lanjut mengenai proses administrasi dan keuangan di ruangan
perawatan.
D. Method
 SAK terkait sepuluh besar penyakit terbanyak.
 SOP terkait alat perlindungan diri belum dijalankan dengan baik
 SOP ronde perlu dipertegas.
 SOP post conference perlu dipertegas.
 Perlu dikaji lebih lanjut mengenai SOP/Tupoksi di ruangan perawatan.
E. Materials
 Tersedia 30 tempat tidur
 Perlu dikaji terkait kelengkapan APD di ruang perawatan.

2. UNSUR PROSES
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
P = Planning
 Memberikan pelatihan terkait perawatan pasien dengan sitostatika kepada
tenaga perawat
 Membuat SOP terkait APD
 Pembuatan laporan mutu klinik secara disiplin
 Memperbarui bagan struktur organisasi
O = Organizing
 18 tenaga perawat dengan 2 perawat lulusan S1 dan sisanya D3
 Kepala ruang dipegang senior lulusan D3
 PN I dipegang lulusan S1
 PN II dipegang lulusan D3
 Model keperawatan yang dipakai adalah model modifikasi (Tim + Primery
Nurse) → RS memiliki PN yang terbagi menjadi 2 yaitu PN 1 dan PN II yang
masing-masing diikuti oleh AN. Sejatinya untuk menjadi PN diharuskan
menempuh pendidikan minimal S1, namun karena keterbatasan sumber daya
manusia dapat di berikan kepada perawat D3 seperti kasus modifikasi ini.
A = Actuating
 PN II terlalu sibuk dengan kegiatan perkuliahan S1 sehingga post conference
tidak berjalan. → Padahal post conference, preconference dan meeting
morning merupakan tanggungjawab PN. Jika hal tersebut terus berkelanjutan
maka akan mengganggu pelayanan asuhan kepada pasien. Post conference
sendiri bisa membantu perawat untuk lebih berpikir kritis karena terjadi proses
diskusi terhadap suatu permasalahan klien. Jadi diharapkan Karu dapat
bertindak lebih tegas seperti memberikan hukuman bagi PN yang tidak
disiplin.
 Karu jarang membuat laporan indikator mutu klinik karena kesibukkannya. →
Hal ini dapat mengganggu proses evaluasi asuhan perawatan pada klien
sehingga berdampak pada buruknya mutu pelayanan. Perlu adanya SOP yang
jelas termasuk penerapan punishment.
 PN 1 merasa sangat kewalahan menghadapi mahasiswa praktik → Jika
memungkinkan bisa dilakukan pembagian tugas dengan PN yang lain agar PN
1 tidak merasa kewalahan.
 PN 1 belum mengetahui cara ronde keperawatan yang tepat → Bisa dilakukan
sharing informasi terkait ronde dengan sesama rekan.
 Belum semua perawat mendapatkan pelatihan terkait pasien dengan sitostatika.
C = Controlling
Hal ini belum dilakukan dengan maksimal karena post conference tidak
berjalan, jam besuk tidak disiplin serta ronde keperawatan masih jarang
dilakukan.
b. Manajamen Asuhan Keperawatan
A: Studi dokumentasi (rekam medis) → perlu pengkajian lebih lanjut.
B: Angket (pasien) → sebagian besar pasien merasa puas. Namun, ada beberapa
pasien yang mengeluh karena masih ada pengunjung yang dengan bebas berkunjung
diluar jam besuk.
C: Observasi (semua tindakan keperawatan yang dilakukan) → SOP tentang PD, SOP
tentang press conference, dan SOP tentang ronde keperawatan belum tersedia dan
dilaksanakan dengan baik.
c. Manajemen Mutu Klinik Keperawatan
i. Angka dekubitus: tidak terkaji
ii. Angka plebitis: tidak terkaji
iii. Angka kecemasan: tidak terkaji
iv. Angka pemenuhan kebutuhan perawatan diri: tidak terkaji
v. Angka pemenuhan intervensi nyeri: tidak terkaji
vi. Angka risiko jatuh & pencegahan jatuh: tidak terkaji

3. UNSUR OUTPUT
a. Efisiensi ruang rawat
Berdasarkan JUKNIS SIRS Tahun 2011 terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk menilai rumah sakit, diantaranya:
 Bed Occupancy Ratio (BOR) sebesar 60-80%
 Average Length of Stay (ALOS) perlu pengkajian lebih lanjut
 Bed Turn Over (BTO) perlu pengkajian lebih lanjut
 Turn Over Interval (TOI) perlu pengkajian lebih lanjut
 Net Death Rate (NDR) perlu pengkajian lebih lanjut
 Gross Death Rate (GDR) perlu pengkajian lebih lanjut
b. Survey Kepuasan Pelanggan
80% pasien menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, namun terdapat
beberapa pasien mengeluhkan pengunjung keluar masuk diluar jam kunjungan.
c. Belum dilakukan survey kepada mahasiswa praktek keperawatan
d. Pengembangan sumber daya manusia  Kepala ruang dan PN II melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1

4. ANALISA DATA BERDASARKAN DATA PENGKAJIAN


A. Analisis Data Input
a. Jumlah perawat belum mencukupi berdasarkan:
1) Permenkes RI Nomor 262/Menkes/Per/VII/1979
Berdasarkan Permenkes 262/VII/1979 kebutuhan tenaga perawat
adalah 3-4 perawat untuk setiap 2 tempat tidur. Untuk rumah sakit tipe A-B
perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur adalah 3 – 4 : 2.
Ruang Bougenville 4 memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 30 tempat
tidur. Perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur yaitu 45 –
60 : 30. Sehingga berdasarkan Permenkes tenaga keperawatan yang
dibutuhkan di ruang Bougenville 4 yaitu sebanyak 45-60 perawat.
2) Rumus Douglas
Perlu pengkajian lebih lanjut terkait tingkat ketergantungan pasien di
setiap shift
3) Rumus Gillies (1989)

jumlah jam perawat yang dibutuhkan per tahun


Tenaga Perawat =
jumlah jam kerja perawatan pertahun X jam kerja perawat/hari

(jam efektif per 24 jam) X (BOR X jumlah tempat tidur) X 365


TP =
(365 − jumlah hari libur) X jam kerja per hari

4 X (90% X 30) X 365


TP =
(365 − 82) X 7

4 X 27 X 365
TP =
283 X 7
3942
TP =
1981

TP = 19,8 (dibulatkan menjadi 20)


Jadi, berdasarkan rumus Gillies ruang Bougenville 4 membutuhkan
tenaga keperawatan sebanyak 20 perawat.
b. Kompetensi dan kualitas perawat
PN II pada bangsal Bougenville masih berstatus pendidikan D3, sedangkan
menurut praktik keperawatan professional, pendidikan minimal untuk PN adalah
S1 (Sitorus, 2011). Berdasarkan UU Keperawatan No 38 Tahun 2014:
1) Jenis perawat terdiri atas perawat profesi dan vokasi. Perawat profesi terdiri
dari ners dan ners spesialis.
2) Pendidikan keperawatan terdiri atas pendidikan vokasi (diploma
keperawatan), pendidikan akademik (program sarjana keperawatan, program
magister keperawatan, program doktor keperawatan), dan pendidikan profesi
(program profesi keperawatan dan spesialis keperawatan).
c. Beberapa perawat belum mendapatkan pelatihan perawatan pasien dengan
sitostatika
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien kanker adalah pemberian obat
kemoterapi dimana dalam pemberiannya memerlukan manajemen khusus.
Pemberian obat kemoterapi memerlukan perawat dengan kompetensi khusus
seperti mengikuti pelatihan perawatan kemoterapi (RSK Dharmais, 2019).
Obat sitostatika merupakan zat atau obat yang dapat menghancurkan dan
membunuh sel normal dan sel kanker serta dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan tumor ganas. Istilah sotostatika biasa digunakan untuk
kemungkinan karsinogenesis (penyebab kanker), mutagenesis (menyebabkan
mutasi gen), dan teratogenik (zat yang membahayakan janin) dan sifat berbahaya
lainnya. Obat sitostatika tergolong obat berisiko tinggi karena memiliki efek
toksik yang tinggi pada sel sehingga dalam pemberiannya memerlukan
penanganan khusus untuk menjamin keamanannya (Wignjosastro dalam
Abdullah, 2015).
d. Standar operasional penggunaan alat pelindung diri
Dalam pemberian obat stiostatika dibutuhkan alat pelindung diri berupa:
1) Baju pelindung yang terbuat dari bahan impermeable atau tidak tembus
cairan, tidak berserat kain, lengan panjang, bermanset, serta tertutup pada
bagian depan.
2) Sarung tangan yang memiliki permeabilitas minimal untuk memaksimalkan
perlindungan, sarung tangan cukup panjang menutup pergelangan tangan,
terbuat dari bahan latex dan tidak berbedak, penggunaan 2 lapis sarung tangan
dalam pemberian obat sitostatika.
3) Kacamata pelindung untuk yang cukup untuk melindungi area mata, jernih,
tidak mudah melorot.
4) APD yang hanya digunakan pada saat penanganan obat sitostatika, seperti
masker, tutup kepala, dan pelindung kaki.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009; Barbara, 2011)
B. Analisis Data Proses
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan: Organizing
Model keperawtaan yang dipakai adalah model modifikasi (Tim + Primary
Nurse). Berdasarkan Nursalam (2014), Beberapa rumah sakit di Indonesia
mengadopsi model keperawatan modifikasi, yaitu model tim + primary nurse.
Begitu juga pada kasus ini, dimana RS memiliki PN yang terbagi menjadi dua
tim, yaitu PN I dan PN II yang masing masing diikuti oleh AN. Untuk menjadi
PN, diharuskan perawat minimal S1, namun pada kasus modifikasi seperti ini
bisa diberikan kepada perawat D3. Hal tersebut dikarenakan terbatasanya sumber
daya manusia
b. Manajemen Pelayanan Keperawatan: Actuating
a) PN II tidak pernah melakukan post conference
Post conference, pre conferene, meeting moring dan operan merupakan
tanggung jawab dari seorang PN. Dalam kasus ini, PN II tidak melakukan
post conference. Hal tersebut dapat menghambat kesinambungan pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Selain itu, post conference
jika dilakukan dengan rutin dapat meningkatkan skills perawat dalam berfikir
kritis karena di dalam post conference selain memaparkan asuhan yang sudah
dilakukan juga dilakukan diskusi untuk memecahkan masalah yang ada di
alami pasien. Untuk mengatasi masalah ini, diharapkan Kepala Ruang bisa
bersikap tegas kepada PN untuk melakukan tanggung jawabnya dengan
menerapkan reward and punishment.
b) Kepala ruang jarang membuat laporan indikator mutu klinik
Kepala ruang tidak melaporkan indikator mutu klinik secara rutin. Hal
ini tentunya berdampak pada evaluasi proses keperawatan. Laporan indikator
mutu klinik merupakan salah satu dokumentasi yang digunakan sebagai
bahan evaluasi proses keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. Untuk mengatasi masalah ini, diharapkan ada SOP
yang jelas dari kepala bidang keperawatan serta diterapkanya sistem reward
and punishment.
c) PN I sibuk menangani mahasiswa yang praktik di bangsal
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
1069/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman klasifikasi dan standar rumah
sakit pendidikan bahwa jumlah ideal rasio pendidik dan peserta didik adalah
1: 5. Dari kasus yang ada, PN memiliki tugas yang diberikan. Seharusnya ada
pembagian tugas yang merata dan adil untuk PN I dan PN II.
d) PN I tidak melakukan ronde keperawatan
PN I tidak melakukan ronde keperawatan dikarenakan tidak
mengetahui bagaimana mekanisme melakuakan ronde keperawatan. Untuk
mengatasi hal tersebut, sebaiknya kepala ruang atau sesama rekan yang
mengetahui terkait ronde keperawatan sharing informasi terkait ronde
keperawatan, memberikan contoh secara nyata bagaimana melakukanya yang
nantinya bisa diikuti oleh PN tersebut. Selain itu kepala ruang juga ikut
membantu untuk mengingatkan terkait tugas dan tanggung jawab PN untuk
melakukan ronde keperawatan. Karena dengan adanya ronde keperawatan
bisa meningkatkan kepuasan pasien (Negarandeh et.al 2014). Dengan begitu
mutu pelayanan asuhan keperawatan dapat meningkat.
C. Analisis Data Output
a. Kepuasan pelanggan berdasarkan survey yang dilakukan masih cukup rendah
yaitu sebesar 80%. Berdasarkan Kepmenkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008,
kepuasan pelanggan pada pelayanan rawat inap minimal 90%. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengaturan manajemen keperawatan yang lebih baik agar dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan.
b. Terdapat beberapa pasien yang merasa tidak nyaman karena banyaknya
pengunjung keluar masuk diluar jam berkunjung. Hal tersebut bisa disebabkan
karena informasi pasien baru dan informasi jam kunjung pada tata tertib rumah
sakit tidak efektif. Pihak rumah sakit yang bertanggung jawab menginformasikan
saat pasien masuk yaitu kepala ruang atau bisa didelegasikan ke PN. Informasi
tersebut disampaikan kepada pasien atau keluarga yang bertanggungjawab
terhadap pasien. Kurangnya informasi tata tertib rumah sakit atau pengunjung
tidak patuh terhadap tata tertib yang sudah diinformasikan. Selain itu, pembatasan
pengunjung juga penting dilakukan untuk meminimalkan munculnya penularan
virus dan bakteri di udara dan juga orang luar yang datang berkunjung
dimungkinkan membawa kuman dari luar ke dalam ruangan.
c. Kepuasan mahasiswa praktek belum pernah dievaluasi
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang digunakan sebagai tempat
pembelajaran klinik guna mencapai kompetensi berdasarkan standart pendidikan
yang meliputi pengetahuan (knowledge), kemampuan psikomotor (skill) dan
perilaku (attitude). Untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi
berdasarkan standart rumah sakit sebagai wahana pembelajaran klinik diperlukan
sebuah evaluasi dalam proses pembelajaran klinik. Salah satu evaluasi kegiatan
pembelajaran klinik adalah kepuasan mahasiswa praktik. Kepuasan mahasiswa
merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan mahasiswa
dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap pelayanan yang dirasakan dan
harapan terhadap pelayanan (Pratiwi, 2010).
d. BOR Ruang Bougenville 4 terlalu tinggi. Hal ini berdasarkan Arsyad (2010)
BOR < 60% termasuk rendah, 60-85% normal, dan > 85% tinggi.

5. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ada yaitu:
1. Jumlah perawat belum mencukupi menurut Permenkes RI Nomor
262/Menkes/Per/VII/1979
2. Masih ada PN II yang merupakan lulusan D3 sedangkan pendidikan minimal untuk
primary nurse adalah S1
3. Pada bangsal ini belum semua perawat mendapatkan pelatihan perawatan pasien
dengan sitostatika
4. Sebagian besar perawat tidak memperhatikan APD saat memberikan obat sitostatika
pada pasien
5. Post conference tidak pernah dilakukan
6. Kepala ruang jarang membuat laporan indikator mutu klinik
7. Struktur organisasi yang terpajang tidak sesuai dengan kondisi saat ini
8. Kepuasan pelanggan berdasarkan survey yang dilakukan masih sedikit rendah (80%)
9. Beberapa pasien yang merasa tidak nyaman dengan adanya pengunjung yang dengan
bebasnya keluar masuk bangsal di luar jam kunjung
10. Kepuasan mahasiswa belum pernah dievaluasi
11. Primary Nurse (PN) I sibuk mengurus 10-12 mahasiswa/minggu yang praktik di
bangsal
12. Primary Nurse (PN) I tidak melakukan ronde keperawatan
13. BOR Ruang Bougenville 4 tinggi
Prioritas Masalah

Besar Tingkat Ketersediaan


Unsur Masalah Dampak Total Prioritas
masalah kesulitan fasilitas
Jumlah perawat belum 4 4 5 3 16 3
mencukupi menurut
Permenkes RI Nomor
262/Menkes/Per/VII/1979
Masih ada PN II yang 3 3 4 2 12 10
merupakan lulusan D3
sedangkan pendidikan
minimal untuk primary
nurse adalah S1
INPUT Pada bangsal ini belum 5 4 5 3 17 2
semua perawat
mendapatkan pelatihan
perawatan pasien dengan
sitostatika
Sebagian besar perawat 5 4 5 2 16 4
tidak memperhatikan
APD saat memberikan
obat sitostatika pada
pasien
Post conference tidak 3 3 4 3 13 8
pernah dilakukan
Kepala ruang jarang 3 3 4 2 12 9
membuat laporan
indikator mutu klinik
PROSES
Struktur organisasi yang 3 2 2 2 9 13
terpajang tidak sesuai
dengan kondisi saat ini
Primary Nurse (PN) I 4 3 4 4 15 5
sibuk mengurus 10-12
mahasiswa/minggu yang
praktik di bangsal
Primary Nurse (PN) I 3 3 3 2 11 12
tidak melakukan ronde
keperawatan
Kepuasan pelanggan 3 4 4 3 14 6
berdasarkan survey yang
dilakukan masih sedikit
rendah (80%)
Beberapa pasien yang 3 3 4 3 13 7
merasa tidak nyaman
dengan adanya
OUTPUT pengunjung yang dengan
bebasnya keluar masuk
bangsal di luar jam
kunjung
Kepuasan mahasiswa 3 3 3 3 12 11
belum pernah dievaluasi
BOR Ruang Bougenville 5 5 4 5 19 1
4 tinggi

Keterangan :
1 : paling kecil
5 : paling besar
6. RENCANA PENYELESAIAN MASALAH DALAM BENTUK POA (Plan of Action)

Data Pihak Indikator Penanggung


7. Program Deskripsi Tujuan Sasaran Waktu Dana
Masalah Terkait Keberhasilan jawab
1. Jumlah Mengusulkan Kepala Ruang Memenuhi Perawat Komite 12-16 Jumlah Bagian SDM Angga
perawat penambahan mengajukan jumlah minimal dan Bagian April perawat sudah perawat ran
belum tenaga perawat penambahan perawat lulusan Pelayanan 2021 mencukupi rumah sakit rumah
mencukupi kepada Kepala tenaga sesuai D3 Keperawat sesuai dengan sakit
menurut Bidang perawat dengan an Rumah standar yang
Permenkes RI Pelayanan (sesuai dengan standar. Sakit. ditentukan
Nomor Keperawatan Permenkes dalam
262/Menkes/P Nomor Permenkes RI
er/VII/1979. 262/Menkes/P Nomor
er/VII/1979) 262/Menkes/P
er/VII/1979.

2. Pada bangsal Mengusulkan Mengajukan Perawat Perawat Bagian 17-18 Seluruh Kepala Anggara
ini belum pelatihan adanya yang belum yang Manajeme April perawat sudah Ruangan n dari
semua perawatan pelatihan pernah belum n 2021 mendapatkan Rumah
perawat pasien dengan perawatan mendapatka mendapatk keperawata pelatihan Sakit.
mendapatkan sitostatika untuk pasien dengan n pelatihan an n Rumah perawatan
pelatihan perawat yang sitostastika bagi dapat pelatihan Sakit. pasien dengan
perawatan belum perawat yang meningkatk perawatan sitostatika dan
pasien dengan mendapatkan belum pernah an kualitas pasien memberikan
sitostatika pelatihan mendapatkan pelayanan. dengan pelayanan
. pelatihan. sitostatika sesuai dengan
Atau bisa standar.
dengan metode Mengadakan
sharing ilmu dan membuat
yang dipimpin jadwal sharing
oleh Karu / PJ/ yang dapat
perawat yang dilakukan oleh
sudah Karu/PJ/perawa
mendapatkan t yang sudah
pelatihan mendapat
perawatan pelatihan
pasien dengan perawatan
sitostatika. pasien dengan
sitostatika.
3. Sebagian - Memberikan - Memberikan Supaya Seluruh Bagian 20-23 Seluruh perawat Kepala Ruang Angga
besar perawat teguran untuk teguran (bisa perawat perawat Pelayana April menggunakan dan Kepala ran
tidak perawat yang dilakukan oleh disiplin terutama n 2021 APD saat bagian rumah
memperhatika tidak PN) dalam yang ada di Keperawa memberikan pelayanan sakit
n APD saat menggunakan menggunaka bangsal tan dan obat sitostatika keperawatan.
memberikan APD. - Memberikan n APD Bougenvill Komite pada pasien dan
obat reward dan setiap kali e 4. Rumah tidak ada
sitostatika - Mengusulkan punishment memberikan Sakit. kecelakaan
pada pasien pelatihan pelayanan kerja akibat
perawatan pada
- Apabila keperawatan tidak
pasien denganperawat masih terutama menggunakan
sitostatika. ada yang tidak saat APD.
menggunakan memberikan
- Mengusulkan APD, Karu obat
pembuatan SOP dapat sitostatika
terkait APD. melaporkannya pada pasien.
pada kepala
bidang
pelayanan
keperawatan

- Mengusulkan
pelatihan
keperawatan
pada pasien
dengan
sitostatika

-Mengusulkan
pembuatan SOP
terkait APD
kepada Komite
Rumah Sakit
4. Primary Membuat Membuat Beban PN dan PN dan 12-16 PN maksimal Kepala ruang Tidak
Nurse (PN) I aturan tentang aturan yang kerja PN mahasis mahasisw April membimbing ada
sibuk jumlah jelas terkait berkurang wa a praktik 2021 5 mahasiswa
mengurus 10- mahasiswa pembatasan praktik klinik dan
12 bimbingan jumlah klinik bimbingan
mahasiswa/mi mahasiswa mahasiswa
nggu yang bimbingan praktik
praktik di untuk PN berjalan
bangsal. (berdasarkan efektif tanpa
Keputusan menggangu
Menteri tugas PN
Kesehatan RI
No
1069/MENK
ES/SK/XI/20
08)
5. BOR mengusulkan Melapor ke BOR dalam Seluruh Tim 12- BOR dalam Kepala Angga
Ruang penambahan Kepala rentang perawat bangsal 16 rentang Ruang ran
Bougenvill perawat Bidang normal di dan April normal dana
e 4 tinggi Pelayanan dan bangsal Bagian 2021 (60-85%) dari
mengusulkan Bougenv SDM rumah
penambahan ille 4 sakit
perawat
7. RENCANA EVALUASI UNTUK MENGUKUR PENCAPAIAN MASING-
MASING TARGET
a. Evaluasi pengaturan BOR (90%) agar berada pada rentang normal (60-85%)
(Hosizah & Maryati, 2018)
 Mengatur jumlah tempat tidur yang tersedia di bangsal
 Mengatur jumlah hari kerja perawat bangsal
b. Melakukan evaluasi terhadap jumlah dan kualitas perawat yang bekerja di bangsal
 Menghitung kesesuaian jumlah perawat dengan beban pasien secara berkala
 Mengevaluasi keefektifan perawat dalam melakukan perawatan di ruangan
 Menentukan kriteria jenjang pendidikan perawat di ruangan agar sesuai dengan
Kepmenkes No 129 Tahun 2008
 Mengukur ketrampilan perawat dalam pemberian pengobatan sitostatika, serta
mengadakan pelatihan terkait dengan pemberian pengobatan sitostatika
 Pengawasan terhadap penggunaan APD dalam pemberian obat sitostatika
c. Evaluasi pengoptimalan kegiatan post conference di bangsal
 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan post conference oleh PN II dan
kepala ruang
 Mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan post conference di bangsal
d. Evaluasi terhadap pelaporan indikator mutu klinik
 Melakukan evaluasi terhadap pelaporan indikator mutu klinik bangsal
 Mengatur jadwal pelaporan indikator mutu klinik agar dapat dilaksanakan
dengan baik
e. Melakukan evaluasi terhadap struktur organisasi di bangsal
 Memperbarui sturktur organisasi sesuai dengan kondisi di bangsal
 Memperjelas struktur organisasi di bangsal agar lebih mudah dipahami dan
sesuai dengan SOP
f. Mengevaluasi hasil penilaian yang diberikan oleh pasien terhadap bangsal
 Melakukan peningkatan kualitas mutu pelayanan di bangsal sehingga kepuasan
pasien dapat meningkat
 Membuat peraturan mengenai jam kunjungan pasien di bangsal sehingga pasien
dapat merasa lebih nyaman
g. Melakukan evaluasi terhadap kepuasan mahasiswa praktek
 Menyusun prosedur penilaian kepuasan terhadap mahasiswa praktek yang
efektif
 Mengevaluasi kepuasan mahasiswa yang melakukan praktek di bangsal
sehingga dapat memberikan saran dan masukan kepada bangsal
h. Evaluasi terhadap tugas PN I dalam mengurus mahasiswa praktek
 Mengatur kesesuaian jumlah mahasiswa praktek dengan PN I
 Mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan mahasiswa praktek
i. Mengevaluasi pelaksanaan ronde keperawatan di bangsal
 Memastikan ronde keperawatan di bangsal dapat berjalan dengan baik
 Melakukan pelatihan kepada PN I mengenai pelaksanaan ronde keperawatan

8. ANALISIS SWOT UNTUK RUANG RAWAT


A. Strength
 Rumah sakit termasuk kedalam rumah sakit tipe A pendidikan dengan bangsal
kelas II penyakit dalam khususnya bangsal onkologi
 Kepala ruang merupakan orang yang cukup ramah, baik dan perhatian terhadap
bawahannya
B. Weakness
 Kapasitas pasien di bangsal yaitu 30 tempat tidur dengan BOR 90%
 Terdapat 18 tenaga perawat, 2 perawat lulusan S1, yg lainnya lulusan diploma
 Kegiatan post conference tidak pernah dilakukan karena PN II dan kepala ruang
harus meninggalkan ruangan 1 jam sebelum pergantiang shift untuk sekolah S1,
sehingga dapat berpengaruh terhadap penyampaian informasi perkembangan
pasien
 Kepala ruang kurang baik dalam hal administrasi seperti pelaporan mutu klinik,
kepala ruang jarang membuat laporan
 Struktur organisasi yang terpajang di ruangan tidak sesuai dengan yang
seharusnya
 Kepuasan mahasiswa praktek belum pernah di evaluasi
 PN I merasa sangat kelelahan karena harus mengurus mahasiswa yang berjumlah
10-12 mahasiswa perminggu, sehingga dapat mempengaruhi kualitas pemberian
perawatan kepada pasien
 PN I ronde keperawatan jarang dilakukan karena kesibukannya, PN I belum
mengetahui bagaimana melakukan ronde keperawatan dengan cara yang tepat
C. Opportunity
 Kepala ruang dipegang oleh perawat senior lulusan D3 dan sedang melanjutkan
pendidikan S1, sedangkan PN I dipegang oleh lulusan S1 dan PN II di pegang
oleh lulusan D3
 Terdapat mahasiswa praktek yang dapat membantu tugas perawat di bangsal
D. Threat
 Beberapa pasien merasa tidak nyaman dengan adanya pengunjung yang dengan
bebasnya keluar masuk bangsal di luar jam kunjung
 Belum semua perawat mendapatkan pelatihan pemberian perawatan pada pasien
dengan sitostatika sehingga kurang memperhatikan penggunaan APD saat
memberikan obat sitostatika yang dapat membahayakan pasien dan diri perawat
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abulkhair. (2015). Laporan Kegiatan Penanganan Sitostatika. Yogyakarta.

Arsyad, M. L. (2010). Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur Pada Rumah Sakit Umum Daerah.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(04).

Barbara, Holmes, et al. (2011). Cancer Nursing : Principles and Practice 7th Ed. By Jones
And Bartlett Publishers, USA.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian
Data Rumah Sakit. Jakarta.

Hidaya, Nurman, Alfianur, Handayani Fitria. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


DALAM KEPERAWATAN. Indramayu: Penerbit Adab.

Hosizah, & Maryati, Y. (2018). Sistem Informasi Kesehatan II Statistik Pelayanan


Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemkes, RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Kemkes, RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


1069/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan.

Kemkes, RI. (2011). Juknis SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit). Jakarta: Direktur Jenderal
Bina Upaya Kesehatan.

Negarandeh, R., Bahabadi, A. H., & Mamaghani, J. A. (2014). Impact of Regular Nursing
Rounds on Patient Satisfaction with Nursing Care. Asian Nursing Research, 8(4), 282-
285.

Pratiwi, E. (2010). Analisis Kepuasan Mahasiswa Diploma III Keperawatan Terhadap


Metode Bimbingan Klinik Di Instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember Tahun
2010.

Rumah Sakit Kanker Dharmais Dharmais. (2019). Penatalaksaaan pasien kanker dengan
kemoterapi bagi perawat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sitorus, R, (2011), Manajemen keperawatan; manajemen keperawatan di ruang rawat.
Jakarta: Sagung seto.

Undang -Undang Keperawatan No 38 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai