1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT
INFEKSI
A. INFEKSI
Suatu penyakit sebagai akibat adanya pathogen di dalam atau pada tubuh
6 komponen siklus infeksi :
1. Agen infeksi
- Virus : ukuran terkecil
Ex : influenza
- Bakteri dan protozoa : sering di dapati di pelayanan kesehatan
Ex : TBC, disentri (disebabkan bakteri), Kolera (disebabkan
protozoa)
- Jamur : plantlike organism
Dipengaruhi oleh :
- Jumlah organisme = Semakin banyak, semakin kuat.
- Virulence = lebih ganas, lebih kuat
- Sistem imun = tergantung sistem imun host. Kalau lemah, lebih
berpotensi terkena.
- Lama dan kedekatan kontak antara seseorang dan
mikroorganisme = Semakin lama berinteraksi, kemungkinan
terinfeksi semakin besar.
Ex: Jika ada satu orang di suatu rumah terkena TBC, orang yang
berada di rumah tersebut akan lebih berpotensi terkena dibanding
dengan tetangga yang sesekali menjenguk.
Metabolisme dan pertumbuhan
Mikroorganisme membutuhkan :
a. Oksigen
b. Nutrisi
c. Temperature
Harus sesuai. Jika terlalu dingin, tidak bisa berkembang
Ex : Vaksin, biasa dibuat di luar negeri. Diuji di lab lalu di uji
coba. Setelah dibuat, kemudian di kirim ke negara-negara. Selama
perjalanan, vaksin harus ada SOP “ vaksin ini selama perjalanan
suhu dan kelembapan harus sesuai, jika tidak akan menjadi
virulence, sehingga vaksin menjadi virus.”
d. Kelembapan
e. PH
f. Cahaya
Ex : TBC, mati kalo terkena cahaya.
2
2. Reservoir.
Reservoir untuk tumbuh dan bermultiplikasi dari mikroorganisme
Orang lain : TBC, HIV
Binatang : virus rabies
Tanah: gas gangren, tetanus
3. Pintu masuk (portal of entry)
Organisme harus menemukan pintu masuk ke host
Pintu masuk (portal of entry) sering sama dengan portal of exit
Hepatitis : mulut ( makanan dan alat yang terkontaminasi,
Melakukan hubungan seksual
AIDS, darah mengandung virus (lewat transfuse, hubungan seks,
ASI, jarum suntik)
4. Penularan
Bisa lebih dari 1 rute
Ex :
- Hepatitis
Lewat mulut, lewat hubungan seksual dengan orang yang
hepatitis
- AIDS
Lewat Air susu ibu, darah, seks
Kontak langsung maupun tidak langsung (vehicle, vektors, airbone)
5. Pintu keluar
Setelah berkembang membutuhkan pintu keluar dari reservoir
Mis: respirasi, gastrointestinal, genitourinary tracts, darah dan
jaringan.
Ex : hepatitis dan diare ( gastro)
B. Tahapan infeksi
1. Periode inkubasi : Organisme masuk ke tubuh lalu menimbulkan
gejala
2. Periode Prodormal : muncul gejala. Orang nganggep itu ga perlu
butuh pengobatan
3. Full penyakit : orang akan merasakan keluhan , mulai mencari
bantuan
4. Perode pemulihan
C. Pertahanan tubuh di dapat
Saat kita terserang infeksi -> respon inflamasi -> respon tubuh melawan
infeksi -> 3 x 24 jam -> bisa ditolerir 5x24 jam
- Tanda Inflamasi : Rumor = merah, Kalor = panas , Dolor = nyeri ,
Fungsiolaisa = perubahan fungsi.
3
D. Faktor yang mempengaruhi resiko infeksi :
Kerentanan host dipengaruhi oleh :
Menurut Rosdhal & Kowalski, 2008
1. Keutuhan kulit dan membran mucus.
Tidak utuh, lesi, kering dapat meningkstkan resiko infeksi.
Ex : Leprospirosiss, HIV/AIDS (seks lalu luka), abis operasi intake harus
seimbang
2. Level PH normal sekresi gaster.
3. Sel darah putih
Tidak boleh terlalu tinggi, tidak boleh terlalu rendah
4. Umur, jenis kelamin, ras, factor herediter
o Umur ekstrim : bayi & -> sistem imun tidak maksimal.
o Jenis kelamin : laki-laki merokok, keluar malam dapat menjadi infeksi.
Wanita suka pake pembersih kewanitaan dapat merubah PH.
o Ras : ada suku- tertentu yang mudah terkena infeksi
o Faktor herediter : faktor gen
5. Imunisasi alami atau didapat -> alami : pernah sakit; di dapat : vaksin
6. Kelelahan iklim, nutrisi, status kesehatan umum, penyakit sebelumnya,
tindakan atau pengobatan sebelumnya.
7. Stress
8. Penggunaan invasif atau tindakan medis
9. Gaya hidup
Tidak mau olahraga dan kerja sampe malem
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Problem -> NANDA label : resiko infeksi
Descriptor -> gambaran masalah sepesifik : penurunan keterampilan motorik
Etiologi -> related factor : prosedur invasive
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DEFINISI NANDA 2015-2017
1. Domain 11 : Safety / Proctection
Class : Infeksi
Dx : Resiko infeksi
Definisi: meningkatnya resiko untuk diserang organisme patogen.
2. Domain 1 : Health Promotion
Class: health management
Dx : Proteksi tidak efektif
Definisi:menurunnya kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman
internal maupun eksternal seperti sakit atau luka
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN NANDA 2012 -2014
1. Resiko Infeksi
Faktor Resiko
o Penyakit kronis: DM, obesitas
o Pertahanan didapat tidak adequat
4
o Hambatan Pertahanan primer: peristaltik, kulit luka, perubahan PH,
merokok, stasis cairan, aksi siliari, trauma jaringan)
o Pertahanan sekunder tidak adekuat: HB , imunosupresi, leukopeni
o Prosedur invasif
o Malnutrisi
o Kurang pengetahuan tentang pencegahan paparan patogen
o Agen farmasetik
*PENJELASAN :
Prosedur Invansif
Suatu prosedur medis yang dimasukan ke tubuh, selalu dengan memotong
atau menusuk kulit atau memasukan instrumen ke dalam tubuh
Contoh: pasang infus, NGT, kateter, injeksi
Trauma
Luka pada tubuh atau kejadian yang menyebabkan kerusakan mental dan
emosional dalam jangka panjang
Contoh: terkilir, perkosaan, kematian pasangan
Kerusakan jaringan dan meningkatnya paparan lingkungan
Suatu kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan integument, kornea,
atau jaringan membran mukosa dan terpapar oleh mikroorganisme/zat
berbahaya dan tidak berbahaya dari lingkungan
Contoh: luka terbuka dan pasien berada di lingkungan penuh dengan
kotoran kuda.
Malnutrisi
Suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya nutrisi atau
ketidakmampuan menyerap nutrien (komponen kimia makanan) dari
makanan.
Orang mengalami kekurangan nutrisi yang sangat diperlukan untuk
penyembuhan luka
Contoh: Albumin rendah ( min 3,5),
Agen farmasetik
Obat atau zat yang menurunkan sistem imun
Contoh : kortikosteroid, kloroquin, kemoterapi
Rupturnya membran amnion
Robeknya membran amnion secara spontan setelah servik dilatasi 4 cm
Contoh: ketuban pecah dini
Kurangnya pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Keterbatasan pengetahuan tentang cara menghindari terpaparnya patogen
Contoh: memakai masker, cuci tangan, jarum suntik
Meningkatnya paparan lingkungan untuk patogen imunosupresan
Contoh: pasien chemoterapi yang dirawat di RS bersama dengan pasien
infeksi
5
Imunitas didapat tidak adekuat
Imunitas yang didapatkan dengan infeksi atau vaksinasi (active immunity)
atau ditransfer dari antibodi atau lymfosit dari donor imun (pasive
immunity) tidak adekuat.
Pertahanan sekunder tidak efektif
Contoh: HB turun, leukopeni, respon inflamasi ditekan
Pertahanan primer tidak adekuat
Contoh: kulit robek, trauma jaringan, stasis cairan tubuh, perubahan PH
sekresi, gangguan peristaltik, menurunnya aksi siliari,
Penyakit Kronis
Penyakit yang sudah diderita lebih dari 6 bulan
Contoh: Cancer, DM, CKD,
2. Proteksi tidak efektif
Definisi Karakteristik :
o profil darah tidak normal o Agen farmasetik
o penggunaan obat-obatan o Efek samping terkait
o cancer treatment imobilisasi
o terapi obat o Insomnia
o usia yang ekstrim o Respon stres maladaptif
o gangguan imun o Hambatan neurosensori
o nutrisi tidak adekuat o Kelemahan
o tindakan
Faktor yang berhubungan:
o Profil darah abnormal o Penggunaan alkohol
o Nutrisi tidak adekuat o Tindakan(pembedahan,
o Usia yang ekstrim radiasi)
o Terapi obat (kortikosteroid, o Penyakit
antikoagulan)
* PENJELASAN
Profil darah abnormal
Komponen darah dan nilainya tidak sesuai standar
Contoh leukopeni, trombositopeni, anemia
Usia yang ekstrim
Usia yang rentan bayi, dan usila
Terapi obat
Obat imunosupresan, antineoplastic, anticoagulant
Pengguna alkohol
Kasus CH
Tindakan
Pembedahan,radiasi
Nutrisi tidak adekuat
Gangguan menelan
6
Gangguan gerakan lidah
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Merupakan bagian dari proses keperawatan
Setelah menetapkan tujuan
Intervensi bersifat individual
Perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan perawat
Mandiri dan kolaboratif
Menggunakan NIC (Nursing Intervention Classification)
Managemen keperawatan pada pasien dengan masalah Infeksi
1. Resiko infeksi
Yang dianjurkan:
Kontrol infeksi ( pioritas) Management
Pencegahan infeksi cairan/elektrolit
(prioritas) Perawatan perineal
Management lingkungan Managemen nutrisi
Imunisasi (prioritas) Perawatan luka
Promosi latihan
Pilihan:
Managemen jalan nafas Monitor respirasi
Management pengobatan Edukasi: proses penyakit
Perawatan post partum Edukasi:seksualitas
Perawatan bayi baru lahir Perawatan Tube
2. Imunisasi/ vaksinasi
Definisi: Pemberian imunisasi untuk pencegahan penyakit menular
Aktivitas :
Ajarkan jadwal imunisasi
Sediakan informasi dalam format tertulis
Sediakan catatan tanggal dan tipe imunisasi
Informasikan imunisasi jika berkunjung ke negara lain
3. Kontrol infeksi
Definisi; Meminimalkan masuknya dan transmisi agen infeksi
Aktivitas:
Sediakan tempat untuk Ajarkan cuci tangan ke
alas kaki pasien tenaga kesehatan
Bersihkan lingkungan Instruksikan pasien dan
setelah digunakan setiap pengunjung untuk cuci
pasien tangan
Isolasi pasien dg penyakit Gunakan SP
menular Rubah posisi IV perifer
Batasi pengunjung dan Central line sesuai
rekomendasi
7
Promosi intake nutrisi Terapi antibiotik
4. Pencegahan infeksi
Definisi: Pencegahan dan deteksi awal pasien yang berisiko
Aktivitas:
Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Monitor jmlh granulosit, AL, hasil lab abnormal
Batasi pengunjung
Lakukan asepsis untuk pasien beresiko
Inspeksi kondisi luka operasi
Lakukan kultur jika perlu
Instruksikan pasien untuk mendapatkan antibiotik
Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
5. Proteksi tidak efektif
Yang disarankan:
Pencegahan perdarahan Pencegahan infeksi
Managemen khemoterapi (prioritas)
Monitor fetal Perawatan postanestesi
elektronik: intrapartum ( prioritas)
( prioritas) Bantu perawatan diri
Management lingkungan Pencegahan bedah
Kontrol infeksi (prioritas)
(prioritas) Pengawasan
keselamatan ( prioritas)
Pilihan :
Pencegahan Managemen nutrisi
penyalahgunaan Konseling nutrisi
Management demensia Grup pendukung
Managemen lingkungan : Perawatan luka
komunitas
6. Memonitor fetal elektronik: intrapartum
Definisi: Evaluasi elektronik Respon HR fetal untuk kontraksi uterus
selama perawatan intrapartal
Aktivitas:
Verifikasi HR fetal dan maternal sebelum dipasang EFM
Leopold untuk mengetahui posisi janin
Gunakan SP
Catat perubahan pola HR setelah resusitasi
7. Managemen lingkungan: pencegahan kekerasan
Definisi: Monitor dan manipulasi lingk. fisik untuk menurunkan potensi
perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan
8
Aktivitas:
Singkirkan benda berbahaya dari lingkungan
Tempatkan pasien bersama pasien lain untuk mencegah kekerasan
diri sendiri
Berikan ruangan tersendiri untuk pasien yang berisiko melukai orang
lain
Tempatkan pasien dekat ruang perawat
8. Perawatan postpartum
Definisi: Monitor dan managemen pasien yang baru saja melahirkan
Aktivitas:
Monitor tanda-tanda vital
Monitor lochia (karakter, jml, bau)
Monitor tanda infeksi
Monitor dan catat tinggi fundus dan pemendekan 15 min/hr, lalu 30
min/hr, 30 min/hr
Ambulasi awal untuk meningkatkan mobilisasi bowel
Monitor episiotomi
9. Pencegahan pembedahan
Definisi: meminimalkan potensi cedera iatrogenik ke pasien
berhubungan dengan prosedur pembedahan
Aktivitas:
Verifikasi fungsi peralatan
Cek suction
Pindahkan alat yang tidak aman
Hitung alat, kassa sebelum, selama dan setelah digunakan
Inspeksi kulit pasien setelah dilakukan elektrosurgery
10. Pengawasan: keselamatan
Definisi: Pengawasan terus menerus, interpretasi dan synthesis dari data
maternal fetal untuk tindakan dan observasi
Aktivitas:
Monitor pasien akan adanya hambatan fisik dan kognitif yang
dapat menimbulkan perilaku tidak aman
Menyediakan pengawasan untuk monitor pasien dan terapi
Komunikasikan kondisi pasien ke perawat lain
9
G. CONTOH KASUS
KASUS 1
Seorang laki-laki berusia 55 th dirawat di RSA UGM karena mengalami
lemas, bengkak di kakinya, mual dan tidak nafsu makan, BB turun 4 kg, dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
TD 200/100 mmHg, S: 37 C, RR: 24x/mnt, HR: 100x/mnt.
Dari hasil pemeriksaan Lab: Hb: 8, Alb: 2, AL: 14 Pasien terpasang IV RL
15 tpm, cateter.
Diagnosis : Resiko infeksi
KASUS 2
Seorang laki-laki berusia 27 th dirawat di Rumah sakit karena mengalami
lemas, ada luka di tungkai, wajah mual dan tidak nafsu makan, BB turun 8
kg, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
TD 110/80 mmHg, S: 38,5 C, RR: 24x/mnt, HR: 100x/mnt. Dari hasil
pemeriksaan Lab:
Hb: 8, Alb: 2, AL: 14, GDS : 160, CD4 :250
Pasien dinyatakan positif HIV
Pasien terpasang IV RL 15 tpm, cateter.
Diagnosis : Resiko Infeksi
KASUS 3
Seorang laki-laki berusia 60 th pensiunan PNS, dirawat di RS sejak 1
minggu yang lalu karena luka tertusuk paku di kakinya yang tidak
kunjung sembuh.
Hasil pemeriksaan fisik:
TD: 160/100 mmHg, S: 37,5 C, RR:20x/mnt, HR: 90x/mnt
Kondisi luka terbuka jaringan sekitar berwarna hitam, lebar 5 cm
kedalaman: 2cm, ada cairan pus, berbau
Hasil pemeriksaan lab: GDS: 250, AL: 16, Alb: 2,
Pasien terpasang iv NaCl 20 tpm, mendapat injeksi iv dan sc
Dari hasil pengkajian perawat didapatkan pasien dan klg sering
membersihkan luka dengan kapas tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
Diagnosis : Proteksi tidak Efektif
KASUS 4
Seorang anak berusia 2 tahun harus dirawat di RS karena perutnya yang
semakin hari semakin membesar, orang tua klien bekerja sbg buruh
menyatakan An. Y jarang diberi makanan yang bergizi karena keterbatasan
ekonomi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :TD: 102/55 mmHg (
normal) S: 38 C, HR: 120, RR: 28, status gizi jelek tidak sesuai usia, LP
besar tidak proporsional dengan anggota tubuh yang lain. Anak tampak
lemah. Pasien terpasang iv line NaCl 20 tpm, NGT.
10
Dari pemeriksaan Lab: Hb : 8, Alb: 2,00, AL: 16,
Diagnosis : Resiko Infeksi
KASUS 5
Seorang wanita berusia 55 th, dirawat di RS karena Ca mamae grade
III C yang dia alami. Saat ini kondisi klien tampak lemah, sering murung.
Saat ini program terapi yang dia dapatkan adalah khemoterapi yg ke-2.
klien mengeluhkan setelah khemo dia merasakan mual yang sangat sehingga
tidak nafsu makan.
Dari pemeriksaan fisik: TD;110/80, S;36,5 C, RR;22x/m, N: 90x/m, BB: 42
( turun 5 kg dari sebelumnya)
Diagnosis : Proktesi tidak efektif
KASUS 6
Serang wanita usia 20 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan badan
sering lemes, mudah lelah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik: konjungtiva
anemis, RR: 24x/menit, TD; 100/80
Hasil lab: HB: 7, trombosit: 120.000sel/mm3
Klien dinyataan mengalami ITP (Ideopatic Thrombcytopenic purpura)
Diagnosis : Resiko infeksi
11
SENSORI PRESEPSI
Pendahuluan
> 65000 stimuli setiap hari (angin, suara motor, lampu, sinar matahari,dll)
Stimulasi adalah dasar fungsi manusia,hidup,tumbuh dan berkembang.
Semakin banyak stimulasi yang kita lakukan pada seorang anak maka
tingkat perkembangannya akan semakin bagus.
Adanya gangguan permanen membutuhkan adaptasi penting
Perawat membantu klien dengan gangguan sensori karena stress terhadap
penyakit
Sistem syaraf perifer
Motor
Keduanya
Pengalaman sensori
Sensory Reseption
Menerima data dari indra
Sensory Perseption
Definisi: proses seleksi, organisasi, dan interpretasi, data dr indra
menjadi informasi yg bermakna. Contoh : saat terkena knalpot,
indra peraba menerima informasi ada yang membahayakan kulit
kemudian akan masuk ke sensori persepsi, diorganisasi kemudian
12
diinterpretasikan dengan menjauhkan kaki dari knalpot sambil
mulutnya berteriak aduh.
Mekanisme terjaga
Sensoritasis RAS
Adaptasi
13
Faktor yang mempengaruhi persepsi sensori
Lingkungan
Suasana yang tenang : kalo ada stimulus sensori lebih mudah diterima
seseorang misal ketika test Accept lebih enak kalo tenang
Pengalaman sebelumnya
Ketika kita pernah mencicipi sesuatu misal opor, maka ketika mata kita
ditutup lalu mencicipi makanan tersebut, kita akan tahu apa nama
makanan itu
Gaya hidup dan kebiasaan
Seseorang yang tidak pernah mengkonsumsi makanan yang mengandung
micin, ketika diberi makanan yang mengandung micin dia akan tau dan
biasanya ngga mau.
Penyakit
Seseorang yang mengidap DM akan mengalami neuropaty (kerusakan/
menurunnya fungsi saraf perifer) ketika berjalan kesandung batu, tertusuk
duri tidak akan terasa.
Pengobatan dan penyakit
obat analgesik => penurun nyeri, reseptor nyeri diblok => sehingga pasien
tidak teriak-teriak merasa nyeri
Usia
Bayi => sering ngompol, karena dia belum bisa mengontrol fungsi senori
sedangkan pada toodler fungsi sensori untuk defekasi mulai berkembang
sehingga dia sudah bisa diajarkan, kalo misal pengin pipis bilang mau
pipis
Budaya
Stress
Hambatan sensori
1) Sensory deprivasion:
Kesulitan mengartikan stimuli => ketika ada stimulasi panas,
dingin, tajam, tumpul dia tidak mampu mengartikan. Gejala yang muncul:
mengantuk, menguap berlebihan, sulit berkonsentrasi, penurunan
penyelesaian masalah, hambatan memori (mudah lupa), disorientasi
periodic (disorientasi = mengalami gangguan disorientasi tempat, waktu,
orang), keluhan somatik (palpitasi/ deg-degan, halusinasi = salah satu ciri
gangguan jiwa, ada halusinasi pendengaran, penglihatan, dll (seperti ada
stimulasi tapi sebenarnya tidak ada), delusi, depresi.
14
2) Sensory oveload:
Seseorang tidak dapat memproses atau memanage sejumlah stimulasi
sensori . Terjadi karena peningkatan kuantitas dan kualitas stimulai
internal (nyeri, dyspneu/ sesak napas, cemas = ketika mau OSCE),
stimulasi eksternal (bising, studi diagnostik, kontak dg banyak orang,
dosen killer) . Tanda: cemas, ketegangan otot, lelah, mengantuk
3) Sensory deficit:
Manifestasi;
Cemas
Disfungsi kognitif
Sensory deficit
Depression
- Stimulus
- reseptor
- impuls syaraf
- area pertikular di otak
Sensory awareness
RAS membawa informasi dari cerebelum dan bagian lain dari otak yang berasal
dari organ indra
15
Input by sense
Input by sense
Ex : ditanya yang sakit sebelah mana? Ini lho nyeri perut sebelah kiri =>
yang diminta bekerja adalah indra yang ada di visceral/organ dalam
Sensasi
Sering disebut sensori. Informasi sensasi dapat kita dapatkan melalui panca indra
yang kita miliki ( lihat, dengar, bau, kecap, rasa)
Temperatur
Tekanan
Reseptor yang sensitif di tubuh kita ada di kelopak mata, bibir, ujung jari.
Misal : untuk memeriksa permukaan kulit menggunakan ujung jari,
mencari denyut nadi dianjurkan menggunakan 3 ujung jari karena
reseptornya lebih sensitif.
Proprioception
Nyeri ;
- Nyeri visceral
Berasal dari organ dalam tubuh yang memiliki rongga, seperti
lambung, usus, kantung empedu, pankreas dan jantung.
16
- Referred pain
Nyeri yang dipindahkan, contohnya pada rahim yang tidak memiliki
saraf yang dapat melaporkan nyeri, sehingga akan dipindahkan ke
bagian tubuh yang lain, dalam hal ini akan disampaikan melalui perut
bagian bawah yang merasakan sakit.
Tes vibrasi dg
Development stage
Budaya
17
Stres
Tingkatan kesadaran
Delirium
Disorientasi (orang, tempat, waktu), lelah, bingung, halusinasi
Dementia
Kesulitan sebagian orientasi, ingatan , memori
Confusion (orangnya bingung)
Penurunan kesadaran, mudah didistraksi, mudah distimulasi
Normal consciousness
Sadar panuh: orang, lingkungan, responsive
Ex : ketika sedang kuliah di gedung ismangoen pada hari selasa, 28
agustus 2018 pukul 09.00
Somenolance
Stimulasi yg diulang-ulang. Pada orang somenolance akan
diberikan stimulasi berulang agar orang tersebut dapat menangkap
stimulasi yang diberikan
Chronic vegetatif state
Sadar tapi tidak responsive. Orangnya sadar tapi ketika diberi
stimulasi dia diam saja.
Unconsious states
Asleep
Dapat dibangunkan dengan stimuli, misal : alarm, teriakan ibu,
ketukan pintu
Stupor
Dapat dibangunkan dengan ekstrim stimuli. Misal: dengan dicubit
perutnya baru bisa bangun
Coma
18
Tidak berespon dengan stimuli. Ex: pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran misal pada pasien yang mengalami
kecelakaan dan mengalami cedera kepala berat.
Pengiriman Pesan dari salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain dengan
beberapa cara:
Potensial aksi
Elektroencephalogram
Refleks
Managemen keperawatan :
Pengkajian:
Cemas
Fatigue
19
Managemen sensasi perifer
Aktifitas:
- Jika bisa dibangunkan dengan stimuli teriakan maka dia ada pada tingkat
kesadaran asleep
20
- Jika tidak bisa dibangunkan dengan stimuli teriakan tapi bisa dibangunkan
dengan stimuli ekstrim dengan cara di cubit maka dia ada pada tingkat
kesadaran stupor
- Lalu jika dia tidak dapat dibangunkan dengan stimuli teriakan maupun
dicubit, maka dia ada pada tingkat kesadaran koma
Penilaian GCS dapat dilakukan pada pasien yang stupor dan koma
MIND MAPPING
Pengalaman sensori
Struktur dan fungsi
Persepsi sensori
Faktor yang
mempengaruhi
Hambatan
Management
keperawatan
21
THERMOREGULATION
A. Keseimbangan Termal
Core Temperature / Suhu inti (TCO) berada dalam kesetimbangan dinamis
sebagai hasil dari keseimbangan antara perolehan panas dan kehilangan panas.
Untuk mengukur suhu inti paling benar adalah dengan cara membuka organ
dalam, namun hal ini tudak mungkin dilakukan. Maka biasanya paling mudah
adalah di rectal (mendekati suhu inti). Sangat mudah dan menguntungkan
apalagi ketika mengukur suhu inti bayi. Perbedaan suhu perifer dan suhu inti
adalah antara 0,5 -1 °C.
Suhu inti tubuh manusia adalah 37°C
Suhu inti tubuh manusia termasuk organ dalam thorax, abdomen dan
kepala.
Disitulah terletak organ vital.
Enzim sistem harus selalu dalam keadaan yang optimal.
Suhu perifer akan menjaga penyimpangan dari suhu inti.
Mean body temperature/Suhu tubuh rata-rata (Tbody) adalah rata-rata suhu
kulit/perifer dan inti.
B. Pengaturan Suhu Tubuh Normal
Akan tercapai dengan aktivitas 3 subsistem berikut ini :
22
1) Thermoafferent system (reseptor):
Mengirimkan sinyal ke pusat
Thermoreceptors – skin, hypothalamus, spinal cord... afferent n. fibres
rostral brain stem thalamic nuclei and hypothalamus
somatosensory cortex
Thermoreceptors banyak di kulit.
Densitas thermoreceptors: kulit di wajah, leher dan dada mengandung 5-
kali lebih banyak theroreceptors daripada bagian tubuh yang lain.
2) Integrating system
Ada di beberapa CNS/sistem saraf pusat (mesencephalon, medulla
oblongata ...)
Hipotalamus adalah pusat termoregulasi.
Akan menghasilkan suatu aksi
3) Effector system
Yang terlibat adalah sistem saraf otonom dan hormon.
Sistem saraf otonom terlibat – vasodilatasi, vasokonstriksi, berkeringat,
menggigil (otot polos pun juga ikut menggigil).
Jalur saraf dari dorsal hipotalamus: pengontrol menggigil saluran saraf
muncul dan kemudian terhubung ke saluran motor ekstrapiramidal
terjadi menggigil
C. Kehilangan Panas dan Perolehan Panas
Tubuh harus menyeimbangkan suhu sesuai rentang.
a. Panas diperoleh:
- Dari konduksi suhu hangat lingkungan sekitar tubuh.
- Dari aktivitas metabolik yang menghasilkan panas misalnya ketika otot
bekerja. ATP adalah energi. Maka saat melakukan metabolisme kita
menghasilkan panas.
b. Panas dihilangkan (membuang panas ke lingkungan):
- Dari konduksi dan radiasi ke udara dingin (atau air)
- Dari evaporasi keringat pada permukaan tubuh. (c.f. properties of
water). 95% dari keringat adalah air, fungsinya untuk evaporasi.
Manusia dapat juga mengubah suhu tubuh mereka dengan mengubah perilaku.
Misalnya berganti pakaian, mencari tempat teduh/mencari bayangan, dll. Tidak
mengenakan baju akan mempercepat hilangnya panas dari tubuh kita.
D. Memelihara Suhu Tubuh
Keeping warm Staying cool
23
Mengurangi berkeringat dan menurunkan Meningkatkan sekresi keringat dan
evaporasi. evaporasi.
Panas yang diperoleh oleh tubuh dipengaruhi oleh luar dan dalam tubuh.
Faktor dari luar terdiri dari suhu lingkungan dan kelembapan. Di Indonesia ini
kelembapannya cenderung tinggi, sehingga walaupun suhu tidak terlalu tingi
sedangkan kelembapannya tinggi maka akan tetap terasa panas.
24
Faktor dari dalam tubuh salah satunya Metabolic Heat (panas yang dihasilkan
oleh proses metaboliseme di dalam tubuh) dipengaruhi oleh :
1. Resting Metabolic Rate / basal metabolisme. RMR tiap individu beda. Yang
mempengaruhi salah satunya adalah keseimbangan hormonal. Contoh : pada
individu dengan hipotiroid pasti BMR rendah, sedangkan hipertiroid BMR
tinggi karena hormon tinggi sehingga terus menerus melakukan metabolisme
meskipun tidak ada intake. Mengukur saat tidur / tidak beraktivitas pada suhu
ruang (25° C))
2. Akibat dari makanan. Beda makanan beda pula jumlah energi yang dihasilkan.
3. Aktivitas fisik. Sedentary life style membuat thermal heat lebih rendah
daripada yang melakukan aktivitas fisik.
- Hipotalamus saat mengatur suhu selalu ada reseptor yang bekerja, yaitu
Periferal receptor : di kulit.
Central receptor : di hipotalamus
Deep receptor : di organ dalam yaitu paru-paru, jantung, organ abdomen,
dan organ pelvis.
- Setelah dapat sinyal dari reseptor tsb, maka akan disalurkan ke thermal
effectors.
- Yang bekerja di thermal effector ada 2 jalur yaitu melalui saraf simpatis dan
neuron motoris.
- Simpatis bekerja pada : sweat gland, pembuluh darah yang ada di kulit, dan
kelenjar endokrin yaitu medula adrenalin.
- Sedangkan otot rangka bekerjanya melalui mekanisme neuron motorik
untuk bagaimana agar hipotalamus bisa menirimkan sinyal ke efektor.
Mekanisme diaktivkan dalam 2 cara
• Reseptor termal di kulit memberikan masukan ke perintah pusat
25
• Stimulasi langsung hipotalamus melalui perubahan suhu darah pada perfusing
area.
Peran hipotalamus
Area pada hipotalamus berfungsi sebagai integrator utama dari
keseluruhan refleks. Tetapi pusat otak lainnya juga mengerahkan kontrol
atas komponen spesifik dari refleks.
Output dari hipotalamus dan area otak lain ke efektor adalah melalui:
(1) saraf simpatik ke kelenjar keringat, arteriol kulit, dan medula adrenal;
(2) neuron motorik ke otot rangka.
E. Role of the hypothalamus
Sebuah area di hipotalamus berfungsi sebagai integrator utama dari
keseluruhan refleks, tetapi pusat otak lainnya juga mengerahkan kontrol atas
komponen spesifik dari refleks.
Output dari hipotalamus dan area otak lainnya ke efektor adalah melalui: (1)
saraf simpatik ke kelenjar keringat, arteriol kulit, dan medula adrenal; dan
(2) neuron motorik ke otot rangka.
26
(1) Saraf simpatis menginduksi
a. pembuluh darah kulit (skin arterioles), pada keadaan dingin akan
terjadi vasokonnstriksi, dan pada keadaan panas akan terjadi
vasodilatasi.
b. Kelenjar keringat, pada keadaan dingin, sekresi kelenjar keringat
akan dikurangi untuk mencegah pengeluaran panas tubuh. Pada
kaadaan dingin, kelenjar keringat meningkatkan sekresi untuk
meningkatkan pengeluaran panas.
c. Medula adrenal: memberikan repon simpatik dan respon stress
(fight or flight). Seperti, meningkatkan denyut jantung,
memperkuat kontraksi jantung, menaikkan cardiac output dan
tekanan darah, , meningkatkan aliran darah ke jantung, liver,
muskuloskeletal, dan adiposa, dilatasi airway paru, dan
meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah.
(2) Neuron motoris (involunter)
Dengan efektor otot rangka, dengan contoh pada respon dingin dengan
menggigil (shivering), sehingga meningkatkan metabolisme dan
membutuhkan energi. Maka akan terjadi peningkatan panas tubuh.
(3) Motor respon volunter (melalui korteks cerebral)
Respon tubuh terhadap perubahan suhu dengan yang terjadi berdasarkan
kehendak kita.
Eg: dingin –mengambil selimut, gasok-gosok tangan-
Panas –kipas2, menghentikan aktifitas-
27
F. *Maintain body temperature (mempertahankan temperatur tubuh)
Keep warming: insulator -> kulit-> subkutan fat (mengurangi konduksi panas)
Shivering: mengghasilkan panas 2-5 kali lebih besar. Sehingga mudah capek
karena ada energi untuk kontraksi otot, menghasilkan panas (2-5x). Juga mudah
untuk tidur.
G. Thermoregulation in Cold
Aktifitas otot: exercise energy metabolism and shivering. (ada energi yang
dihasilkan, mempertahankan suhu tubuh)
H. Thermoregulation in Heat
28
*Sakit bukan termoregulasi*
Rumah sehat: ventilasi 10% dari luas bangunan (jika tidak ada ventilasi, tidak ada
solar regulation, sehingga suhu rendah -> tumbuh bakteri)
Evaporasi bisa melalui respirasi (biasa memakai masker saat musim dingin,
bertujuan untuk mengurangi evaporasi->mengurangi keluarnya
panas )
I. Thermoregulation in Heat
Arus udara pada 4 mph kira-kira dua kali lebih efektif untuk
mendinginkan arus udara pada 1 mph.
Untuk keperluan kontrol suhu, akan lebih mudah untuk melihat tubuh
sebagai inti pusat (central core) yang dikelilingi oleh kulit yang terdiri
29
dari kulit dan jaringan subkutan; kita akan mengacu pada kulit terluar
kompleks ini hanya sebagai kulit.
Ini adalah suhu inti pusat (central core) yang diatur pada sekitar 37 ° C.
Seperti yang akan kita lihat, suhu permukaan luar kulit berubah secara
nyata.
30
Kedua kehilangan ini dikenal sebagai insensible water loss
(kehilangan air yang tidak dapat disadari) dan berjumlah sekitar 600
ml / hari pada manusia. Penguapan air ini menyumbang sebagian besar
kehilangan panas. Berbeda dengan kehilangan air pasif ini, berkeringat
membutuhkan sekresi aktif cairan oleh kelenjar keringat dan ekstrusi
ke dalam saluran yang membawanya ke permukaan.
Thermoregulation
31
J. Physiology of thermoregulation
32
Keringat adalah larutan encer yang mengandung natrium klorida sebagai
zat terlarut utamanya. Tingkat berkeringat lebih dari 4 L / jam telah
dilaporkan; penguapan 4 L air akan menghilangkan hampir 2400 kkal dari
tubuh
K. Nonshivering thermogenesis
Kontraksi otot bukan satu-satunya proses
yang dikontrol dalam refleks pengatur suhu.
Pada sebagian besar hewan percobaan,
paparan dingin kronis menginduksi
peningkatan laju metabolisme (produksi
panas) yang bukan karena aktivitas otot
meningkat dan disebut termogenesis
nonshivering.
Di dalam sel lemak berwarna coklat terdapat turunan dari lemak. Dalam
sel putih hanya ada satu tetes lemak. Kuantitas mitokondria, sitokrom
lebih banyak pada lemak coklat. Kecepatan oksidasi asam lemak 20 kali
lebih tinggi, tetapi tidak ada sintesis dan hidrolisis ATP, itulah sebabnya
panas yang dihasilkan dapat dengan segera. Itu disebabkan oleh hadirnya
polipeptida membran khusus - termogenin. Bila perlu peningkatan
oksigenasi lemak coklat dapat ditambahkan untuk meningkatkan produksi
panas dalam 2-3 kali. Anak-anak, terutama pada tahun pertama kehidupan,
33
tidak begitu sensitif seperti orang dewasa untuk mengubah homeostasis
suhu. Itu sebabnya mereka tidak menangis ketika kehilangan panas.
M. Shivering thermogenesis
Hal ini dapat menyebabkan menggigil, yang terdiri dari kontraksi otot
ritmik bergetar dan relaksasi terjadi pada tingkat yang cepat. Selama
menggigil, saraf motor eferen ke otot skeletal dipengaruhi oleh jalur
menurun di bawah kendali primer hipotalamus. Karena hampir tidak ada
pekerjaan eksternal yang dilakukan dengan menggigil, hampir semua
energi yang dibebaskan oleh mesin-mesin metabolik tampak sebagai panas
internal dan dikenal sebagai shivering thermogenesis. Orang-orang juga
menggunakan otot-otot mereka untuk menghasilkan panas secara volunter
(sadar) seperti foot stamping dan tepukan tangan.
Terutama pada respon otot terhadap dingin; reaksi otot yang berlawanan
terjadi sebagai respons terhadap panas. Kontraksi otot basal secara refleks
menurun, dan gerakan sadar juga berkurang
34
O. The skin’s effectiveness as an insulator
35
Unclothed (pathway heat loss) dan istirahat (metabolisme berada kondisi yg
rendah)
*Pada suhu 20*C, ada perbedaan antara suhu internal tubuh dengan suhu
lingkungan, sehingga ada kehilanagan panas untuk menyesuaikan suhu ruang,
yang lebih rendah sehingga ada panas yang dibuang. Dengan terdapat konduksi
dan konveksi sebesar 26%, paling banyak radiasi (61%)
*Pada suhu 36*C (lebih tinggi), suhu lingkungan dan suhu tubuh sama/hampir
sama. Sehingga tidak terjadi perpindahan dengan konduksi, konveksi, dan radiasi
(tidak perlu penyesuaian). Kompensasi hilangnya panas terjadi dengan evaporasi
(100%)
Q. Head Thermogram
Infrared thermography
36
Thermal imaging
S. Behavioral mechanisms
37
yang terpapar ke lingkungan, sehingga mengurangi kehilangan panas oleh
radiasi dan konduksi. Pada manusia, pakaian juga merupakan komponen
penting dari pengaturan suhu, menggantikan efek insulasi bulu dari burung
dan bulu pada mamalia lainnya. Permukaan luar pakaian membentuk
"eksterior" sejati dari permukaan tubuh.
38
Evaporation. Berkeringat dimulai dalam 1,5 detik setelah memulai
olahraga berat
Pakaian Cuaca Dingin menyediakan Pakaian Cuaca Hangat longgar pas untuk
penghalang udara untuk mencegah memungkinkan konveksi.
konveksi dan konduksi.
Permukaan tertutup yang lebih
Lapisan memberi lebih sedikit lebih pada evaporative
banyak udara yang cooling.
terperangkap
Pakaian harus dianyam dengan
Biarkan uap air untuk longgar agar kulit bisa bernafas.
melarikan diri
39
Konstriksi pembuluh darah viseral dan dilatasi pada kulit &otot.
Konsekuensi Dehidrasi
Perpindahan air
Penggantian elektrolit
Aklimatisasi mengacu
pada perubahan fisiologis
yang meningkatkan
toleransi panas.
o Rectal temperature • HR
∆ Sweat rate
40
Faktor-faktor yang Meningkatkan Toleransi Panas: Aklimatisasi
Tingkat kebugaran (fitness level) -> tingkat kebugaran yang tinggi, maka
tubuh lebih mampu untuk mengatur jumlah panas yg dipertahankan
Lemak tubuh
stress injuries
41
panas.
Y. Heat Illness
Jangan sampai mengalami heat stroke, jika sudah mengalami heat exhaution,
lakukan 3 hal:
Demam-> infus -> suhu tinggi ada peningkatan evaporasi-> akan ada
pembuangan cairan yg banyak. (orangnya malas minum saat sakit)
Jika sampai heat stroke bisa sampai ke sistem saraf pusat, dan bersifat
irreversibel
42
Mencegah of Heat Illness.
Hindari exercise jika heat stess indeks berada pada zona risiko tinggi (high
risk zone)
Cold strain
43
Evaluating Environmental
Cold Stress
Udara menghangat
hingga antara 80 ° F
hingga 90 ° F saat
mencapai bronkus.
Kelembaban udara
dingin yang
terinspirasi menghasilkan air & hilangnya panas dari saluran
pernapasan
44
KONSEP GANGGUAN HEPAR
Sirosis hati merupakan kondisi pengkerutan hati akibat injuri (trauma) pada
penyakit hati kronik dengan mekanisme beragam serta menyebabkan terjadinya
nekroinflamasi dan fibrosis (kematian sel hati, regenerasi, dan fibrosis progresif)
Misalnya pada sel hati yang normal apabila terinfeksi virus Hepatitis B ataupun
Hepatitis C maka akan terjadi peradangan (inflamasi). Apabila peradangan
tersebut dapat sembuh maka akan kembali seperti semula (sel hati yang sehat).
Akan tetapi jika peradangan tersebut tidak membaik dan terjadi injuri yang terus
menerus maka akan menjadi ke tahap fibrosis kemudian terbentuk banyak
jaringan ikat maka akan menuju ke tahap sirosis.
Pada saat ini, ketika sudah terjadi sirosis dan mendapat treatment dengan baik
maka dapat kembali ke hepatitis kronik sehingga angka kematian menurun.
45
Sirosis= fibrosis tingkat 4
Untuk menjadi ke tahap sirosis membutuhkan waktu yang cukup lama (20-30
thn). Dimulai dengan hepatitis kronik yang dapat disebabkan oleh banyak hal,
terutama hepatitis B, hepatitis C, alcohol steatohepatitis, dan nonalkohol
steatohepatitis. Kemudian terjadi inflamasi, lalu ada aktivitas dari hepatic stellate
cells (HSC). Keedian mengkibatkan hal lain sehingga terjadi fibrosis yang apabila
tidak ditreatment dengan baik akan menjadi sirosis. Sirosis ini nanti dapat
berkembang menjadi kanker hati.
Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya sudah memasuki tahap asites
(timbunan cairan dalam rongga perut).
Fase asimtomatis fase kompensata. Yang bisa ditreatment kembali
menjadi hepatitis kronik.
46
Kalau sudah terjadinya hepatorenal syndrome artinya sudah terjadi
kegagalan ginjal dikarenakan adanya kelainan pada hati.
Pada fase hrs tipe 2 inilah yang bisa kita transplantasi. Dengan
ditransplantasi diharapkan keadaan pasien bias membaik. Akan tetapi bisa
saja virus yang sebelumnya menyerang akan datang lagi untuk membuat
radang pada sel hati yang baru.
Tipe sirosis secara klinis
a. Sirosis Kompensata
- Sirosis kompensata: terbentuknya jaringan fibrosis hati yang cukup
berat tetapi hati masih dapat memepertahankan fungsi hati secara
optimal.
- Pasien jarang datang ke dokter.
- Tidak menunjukkan gejala atau sedikit gejala dan dapat hidup lama
tanpa komplikasi yang serius.
- Angka survivalnya 2 kali lebih baik dari pada sirosis dekompensata.
b. Sirosis Dekompensata
- Sirosis dekompensata: terbentuknya jaringan fibrosis hati sangat berat
dan hati tidak mampu mempertahankan fungsinya secara optimal.
- Mengalami banyak gejala dan komplikasi yang dapat membahayakan
hidupnya dan memerlukan transplantasi hati perdarahan varises,
asites, ensefalopati dan ikterus.
Tanda dan gejala pasien dengan sirosis
47
Asites Portal hipertensi, hipoalbumin
Type 2 diabetes (15- Gangguan utilisasi glucosa dan/ atau berkurangnya pemindahan
30%) insulin oleh hati
48
(mata ikterik) (kuku putihhipoalbumin)
49
Parameter Points assigned*
1 2 3
Class C = 10 – 1-3 80
15 points (most severe disease / decompensa
ted)
Encephalopathy= kesadaran. Kalau ditanya masih bisa jawab artinya normal.
Kalau ditanya bingung itu derajat 1. Kalau suka tidur pada siang hari itu derajat
2 dan malam hari bergadang. Dan lebih sering lupa. Kalau sudah mulai hampir
koma itu derajat 3, kalau koma itu derajat 4 dibangunkan sudah tidak mau.
50
Sub-Category of Clinical LC
Compensated LC Dekompensated LC
Pemeriksaan Pendukung
a. Laboratories (platelete, albumin, bilirubin, INR)
Darah rutin, trombosit, anemia
b. Invasive (biopsi hati) etiology diagnosis baku, tetapi mempunyai
resiko perdarahan..contraindication in decompensated LC
c. Non-invasive pemeriksaan untuk fibrosis (imaging (usg, CT scan),
fibroscan & endoscopy varises esofagus
d. Fibrosis seromarker
HA/alb/AST.
51
Penyebab
Ada latar belakang sebelumnya, baik itu sirosis atau hepatitis (paling
sering B dan C). Misal, pada hepatitis bisa menjadi HCC melalui berbagai
jalur, seperti genetik. Pada dasarnya sebagian besar HCC berjalan melalui
fasenya (penyakit kronik hati sirosis HCC). Jika ada pasien hepatitis,
langsung terkena HCC tanpa jalur, biasanya dikarenakan variasi genetik,
hormon aflatoksin (contoh: tempe bongkrek), dan karsinogenesis lain yang
memicu percepatan progresivitas hepatitis B dan C menjadi HCC.
Diagnosis
Klinik
Laboratorium
Imaging
52
Jenis nodul (hipovaskuler atau hipervaskuler) menggunakan USG Kontras,
yang direkomendasi juga A1.
Tumor Markers
Alpha-fetoprotein (AFP) tidak direkomendasikan untuk nodul yang kecil
Nilai cut-off yang digunakan 200 ng/mL (Asia Pasifik) - 400 ng/mL (Eropa
Amerika) untuk surveilance (bukan untuk diagnosis) dikombinasikan dengan
ultrasonografi
Nilai cut-off bisa di set lebih rendah jika saat itu sebelumnya sudah terdeteksi
dan dalam supresi obat-obat antivirus
Singkatan
Des-gamma-carboxyprothrombin (DCP) / prothrombin induced by vitamin K
absence-II (PIVKA-II) (40 mAU/mL)
(Maksudnya doppler adalah pembuluh darah (Di foto yang besar ada tumornya)
53
Makroskopis HCC Mikroskopis HCC
Khusus untuk kanker ini tidak mudah, karena untuk rujukan ke rumah sakit
paripurna (misal RS Sardjito) butuh rujukan lama, apalagi saat belum ada BPJS,
karena di Puskesmas sering tidak dirujuk dengan anggapan fase pasien sudah
buruk, dan pasien dianggap akan segera mati.
54
Fase 3 sudah mengembangkan pengobatan, terutama yang diharapkan adalah
kemungkinanan adanya transplantasi jangka panjang. Saat ini masih dalam fase
pengobatan.
55
(Barone et al., 2013. Annals of Oncology 24 (Supplement 2): ii15–ii23)
Jika pasien mampu, lakukan transplantasi. Jika tidak mampu, cukup palliative
care dengan pemberian nutrisi dan obat anti nyeri.
Take Home
Sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler merupakan kondisi lanjut dari
penyakit hati kronik
Note
Untuk perawat karena dekat dengan pasien, maka safety untuk diri harus
diutamakan. Apalagi penularan hepatitis melalui darah.
56
MANIFESTASI HIPERSENSITIVITAS
Widya Wasityastuti
A. KONSEP DASAR
1. Reaksi Hipersensitivitas: respon sistem imun spesifik terhadap
antigen yang berlebihan, terjadi ketika seseorang dengan antigen yang
tidak berbahaya lalu bertemu dengan antigen yang sama, maka akan
menghasilkan cedera dan disfungsi jaringan.
Hipersensitivitas mengacu pada reaksi yang tidak diinginkan (merusak,
menyebabkan ketidaknyamanan, dan terkadang sesuatu yang fatal)
yang dihasilkan oleh sistem imun yang normal
2. Allergen: antigen yang menyebabkan kenaikan langsung
hipersensitivitas/ penyebab alergi. Alergi biasanya disebabkan karena
adanya protein, misal pada kacang, telur, susu, udang, debu
(mengandung protein dari tungau). Selain alergen, ada juga Tolerogen
yang masih dapat ditoleransi. Reaksi hipersensitivitas memerlukan
keadaan pre-sensitized (imun) pada host.
Karakteristik alergen:
Tidak sepenuhnya diketahui bagaimana
atau mengapa, tetapi jenis antigen ini
cenderung merangsang produksi
IL-4; Produksi IL-4 cenderung
mengarah pada lebih banyak
produksi IL-4 yang mendukung
pengalihan ke IgE.
57
Immunoglobulin adalah molekul dalam tubuh yang dihasilkan oleh
limfosit B untuk memberikan pertahanan. Terdapat 5 kelas
immunoglobulin, yaitu G, A, E, M, B. Yang biasa digunakan untuk
proses infeksi adalah IgM dan IgG, sedangkan yang terlibat dalam
alergi adalah Ig E (eosinofil).
B. REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Hipersensitivitas (Hiper artinya berlebihan dan sensitif artinya
peka) adalah reaksi klinis yang merugikan dari antigen atau ketika sistem
imun menghasilkan sesuatu yang buruk kepada host/ ketika ada suatu
antigen non self, lalu tubuh akan merespon berlebihan dan menyebabkan
tissue damage yang diwujudkan dalam tanda dan gejala.. Menurut
Clemens von Pirquet (1906), seorang dokter dan ilmuwan di Austria,
Reaksi Hipersensitivitas adalah reaksi yang berlebihan dari sistem imun
terhadap antigen lingkungan yang tidak berbahaya dan termasuk reaksi
yang tidak normal (altered reactivity).
Berdasarkan waktunya reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu:
1. Immediate/ Langsung: segera/ langsung timbul reaksi ketika terkena
paparan alergen.
Early respone: hipersensitivitas ditrigger oleh sel mast yang berperan
dalam alergi selain eosinofil. Sel mast banyak mengandung fesikel
yang didalamnya ada histamin (pentrigger timbulnya alergi). Histamin
lalu ke pembuluh darah dan menyebabkan vasodilatasi, manifestasinya
kulit merah dan gatal. Jika ke mukus maka terjadi sekresi kelenjer
mukus, sehingga produksi mukus menajadi banyak. Jika histamin ke
bronkus, terjadilah konstriksi (menyempit) yang menyebabkan sesak
napas.
2. Delayed/ Tidak langsung: membutuhkanhi paparan berkali – kali
untuk memunculkan reaksi.
Late response: membutuhkan keterlibatan sel lain, yaitu eosinofil dan
neutrofil yang terdapat di pembuluh darah, sehingga harus masuk ke
58
jaringan terlebih dahulu. Ketika alergen (debu) berada di saluran napas
→ asma → eosinofil dan neutrofil ke jaringan → peradangan di
jaringan, pelebaran membran basal dari bronkus.
59
Paparan dari alergen mengaktifkan sel B yang berasal dari sekresi
sel plasma IgE. Sekresi molekul IgE berikatan dengan reseptor
Fce pada sel mast. Paparan alergen selanjutnya menghasilkan
ikatan silang IgE yang memicu pelepasan berbagai komponen.
Sel Mast dan Respon Alergi
60
Kenapa??? Karena respon normal IgE berhubungan dengan
infeksi cacing. Respon tersebut membantu evakuasi tempat
dimana cacing itu tinggal.
Sel mast umumnya berada pada permukaan epitel (seperti di
kulit, paru – paru, usus). Kebanyakan IgE pada sel mast,
tidak berada pada darah.
Pelepasan komponen dari sel mast pada aktivasi [ ikatan antigen
(alergen) pada permukaan IgE]
Contoh Tipe I:
Atopi
Anafilaksis
Asma
Menaikkan permeabilitas kapiler
Urtikaria (penyakit gatal bintik merah dan bengkak)
Kenaikan produksi mukus
Alergi Rinitis (hay fever/ demam serbuk bunga)
Diare atau muntah
61
2. Tipe II - Reaksi (Sitotoksik) atau Ketergantungan Antibodi:
Cytotoxic Hipersensitivity (adanya sel yang mengalami toksisotas)
“dihafalin saja untuk Anda contoh-contohnya dari masing-masing
tipe.” (sumber: rekaman dosen)
Intinya, tipe II melibatkan Imunoglobulin G.
Pada tipe II ini sel bisa lisis/rusak/sitotoksik, contoh mekanisme
klinisnya yaitu tranfusi, karena ada penempelan antigen yang di
mediasi oleh Ig G, Ig M dan komplemen, sehingga sel nya bisa lisis.
Contoh penyakit tipe II:
Anemia hemolitik autoimun
Trombositopenia
Erythroblastosis fetalis
Sindrom Goodpasture
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe II. Ketika seorang ibu membawa janin Rh +
62
Intinya, tipr III melibatkan komplemen dan mekanisme fagosit
lainnya. Cenderung bersifat sistemik. Tipe III ini melibatkan
kompleks antigen-antibodi, karena tidak terdapat histamin dan sel
mast.
Mekanisme klinisnya adalah pembentukan imun kompleks, ini
cukup fatal karena bisa menyebabkan luka, contohnya sampai ke
glomerolo nefritis (radang glomerulous)
63
4. Tipe IV: Cell Mediated/ Delayed Hypersensitivity
Intinya, tipe IV melibatkan kompleks antigen-antibodi.
Pada tipe ini tidak cukup jika hanya diberikan obat anti-histamin
seperti tipe I, karena disini terjadi mekanisme yang kompleks.
a. Efek Histamin
Apabila terjadi, jika ada antigen yang masuk melalui jalur
oral/mulut, maka histamin ini juga bisa berefek pada saluran
cerna.
Implikasinya: akan terjadi peningkatan sekresi cairan,
peningkatan peristaltik.
Efek klinis: diare dan muntah, karena histamin yang
dikeluarkan oleh sel mast itu menyebabkan adanya sekresi
cairan yang berlebihan dan adanya peristaltik.
Begitu juga implikasinya pada pembuluh darah, sehingga jika
terjadi pendarahan maka akan terjadi peningkatan
64
permeabilitas dan peningkatkan aliran darah. Akibat dari hal
tersebut adalah cairan meningkat, terjadinya/timbulnya
edema(bengkak).
b. Contoh penyakit Tipe IV
Dermatitis kontak
Tes Mantoux
Penolakan transplantasi kronis
Multiple sclerosis
c. Mekanisme
Manifestasi klinis terjadi karena setiap dimana terdapat IgE, maka
disitulah ia berperan sesuai perannya, tidak selalu hanya berperan dalam
sisitem pernafasan saja. Khusus kecacingan (sistosomiasis) atau ke-
kremian, itu yang bekerja adalah imunoglobulin E. Jadi, IgE selain
mengatasi alergi juga dapat mengatasi kecacingan.
Ada juga alergi jam tangan, kalo misal alergi jam tangan kan gak bisa
cepet langsung gatel-gatel (eksposure), paling beberapa hari make baru
mulai gatel-gatel dan baru tau kalo itu alergi make jam tangan. Hal
tersebut, di mediasi sel pre-memori (proses sensitifasi dulu, baru kemudian
akan muncul gejala klinisnya).
65
C. Fungsi Sistem Imun
Untuk mengenali diri sendiri
Untuk mengenali yang bukan bagian diri sendiri/ non self
Untuk membedakan self dan non self
Untuk mempertahankan toleransi terhadap diri sendiri (autoimmunity)
Untuk memberikan reaksi terhadap non self (immunodeficiency)
Untuk menjauhkan reaksi antigen yang berbahaya (allergy)
Untuk mengenali dan menanggapi diri yang berubah/ tidak normal
(cancer)
66
Sistem imun merupakan net work yang melibatkan banyak players yang
berbeda yang akan berinteraksi satu sama lain.
67
Isinya: seseorang (A) yang mengalami alergi setelah berciuman
lewat bibir dengan pasangannya (B) yang sebelumnya
mengkonsumsi alergen si A, sehingga A mengalami alergi. Kasus
tsb sudah terjadi pada 11 orang.
Yang mempengaruhi alergi:
1. Genetik
2. Lingkungan (paparan terhadap alergi) memainkan peran dalam
menentukan alergi
Respon alergi ada 2, yaitu:
1. Respon akut
Dimediasi oleh IgE yang menempel pada sel mast. Antigen menempel
pada IgE → mengeluarkan histamin yang langsung berespon pada
jaringan dengan cepat/ akut → histamin akan ke pembuluh darah, sel,
jaringan → otot berkontraksi → ototnya menyempit → mukus
dihasilkan → permeabilitas pembuluh darah meningkat → terjadilah
migrasi komponen di pembuluh darah masuk ke jaringan
68
2. Respon kronik
Karena berbagai sel yang diundang oleh sel mast/ efek naiknya
permeabilitas. Terdapat sel TH2 yang akan mensekresikan sitokin
yang bersifat anti infamasi.
Susceptibility genes (kerentanan gen) pada asma (alel – alel tertentu membuat
individu lebih rentan terhadap alergi.
69
Hygiene Hypothesis menyatakan jika terlalu besih, kurangnya
infeksi selama kanak – kanak (termasuk adanya riwayat atropi) akan
menaikkan kemungkinan sistem imun TH2 dan IgE (intinya terlalu
bersih dan ada riwayat atropi menyebabkan semakin tinggi resiko
alergi).
Gejala Alergi
70
Dipengaruhi oleh antigen itu masuk mana, itu kunci pertama.
Semain tinggi dosisnya, maka gejala yang ditimbulkan akan semakin
kuat.
Contohnya, pemberian intravenus akan menghasilkan gejala klinis
yang semakin fatal di bandingkan ketika masuknya melalui inhalasi
atau ditelan.
Bersifat sistemik, tidak hanya lokal.
Manifestasinya macam-macam, dari saluran cerna, saluran
integumentum, termasuk saluran pernafasan, meskipun masuknya
melalui ingesti atau ditelan.
71
3. Spirometry or pulmonary function tests
Cara yang objektif untuk menilai asma
Pengukuran aliran puncak digunaknan untuk pasien yang berada
dirumah untuk memonitor status.
G. PENGOBATAN
H. PENCEGAHAN
1. Hindari Alergen, tetapi ketauhi dulu penyebab alerginya.
Meminimalisisr dan melakukan pengobatannya yang di sesuaikan
dengan tipe alerginya.
2. Desensitisasi (kepekaan/sensitivitasnya diturunkan).
Diinjeksi alergen sedikit demi sedikit hingga orang tersebut tidak
peka lagi.
3. Pastikan jika Anda alergi terhadap obat antibiotik tertentu, Anda
memiliki kartu keterangan alergi obat tersebut pada dompet ada. Dan
juga, sebelum memberikan obat kepada seseorang, cek dulu dan
pastikan dia alergi antibiotik atau tidak.
4. Di edukasi tentang alergi lebih lanjut
72
MIND MAP
KONSEP DASAR
REAKSI
HIPERSENSITIVITAS
TIPE
HIPERSENSITIVITAS
ALERGI
DIAGNOSIS
PENCEGAHAN
PENGOBATAN
73
PENGATURAN KADAR GULA DARAH
Kelenjar Paratiroid
HIPOFISIS
Oksitosin
Oksitosin berasal dari kata oksi dan tokos yang berarti hormon yang
membantu mempercepat persalinan, kerja hormon oksitosin bergantung pada
stimulan dari saraf
74
Fungsi hormon oksitosin:
Ejeksi/pengeluaran ASI
ADH
3. Hormon permisif, adalah hormon yang dapat bekerja apabila terdapat hormon
lain, contoh: hormon adrenalin dan hormon tiroid, hormon tiroiddapat
meningkatkan aktivitas hormon adrenalin. Semua orang hipertiroid akan
mengalami hipertensi dan denyut jantung meningkat.
Kelenjar Tiroid
Bahan baku dari hormon tiroid adalah asam amino sederhana dan iodium.
Iodium berperan sebagai prekursor untuk mengaktifkan T3 dan T4. Apabila
75
terjadi hipotiroid maka akan menyebabkan gangguan syaraf. Itulah mengapa kita
memerlukan konsumsi iodium yang cukup. Iodium dapat ditemukan di garam
dapur yang telah dilakukan fortifikasi (pengkayaan makanan dengan zat-zat
tertentu).
Kelenjar Paratiroid
Lawan dari hormon paratiroid adalah hormon kalsitonin, karena fungsi dari
hormon kalsitonin adalah melakukan penghematan kalsium dalam tubuh dengan
cara menurunkan kalsium dalam darah.
Kelenjar Adrenal
76
Testis
Ovarium
METABOLISME GLUKOSA
Insulin
High blood sugar atau kadar gula darah yang tinggi dapat disebabkan oleh:
Stres
77
Kadar kortisol tinggi (hiperkortisolemia) yang dapat disebabkan karena
stres
1. Glukosa sewaktu
2. Glukosa puasa
3. HbA1c
MIND MAP
Kelenjar Metabolisme
Glukosa
Endokrin
- Pineal
Glukosa
- Pituitari sewaktu HbA1c
- Tiroid
78 Glukosa
- Paratiroid
REAKSI HIPERSENSITIF
79
Alergen diproses oleh makrofag dipresentasikan ke sel T, terjadi
diferensiasi sel Th2 yang mensekresi IL - 4menginduksi sel B
berdiferensiasi menjadi sel plasma penghasil IgE
IgE berikatan dengan reseptor IgE afinitas tinggi (FcɛRI) di permukaan
sel mast.
Penjelasan :
o Alergen biasanya ukurannya sangat kecil, sehingga mampu berdifusi
di bawah jaringan di bawah epitelium. (Contoh : tungau debu mampu
mendigesti/memotong ikatan antar sel epitel sehingga mampu masuk
ke lamina propria)
o Alergen ditangkap oleh precenting cell yang ada pada lamina propria,
setelah selesai diproses oleh APC (Antigen Precenting Cell) maka
akan dipresentasikan ke limfosit T.
o Limfosit T akan terinduksi. Sel T akan berdifferensiasi menjadi sel T
Telper 2.
o Sel TH2 memproduksi Interleukin 4 yang akan menginduksi sel
limfosit B.
o Sel limfosit B menjadi sel plasma yg memproduksi immunoglobulin
E.
o IgE yang telah diproduksi tsb akan berikatan dengan reseptornya yang
ada di permukaan sel mast.
80
o Setelah cross link akan terjadi degranulasi. Degranulasi adalah
pengeluaran granula-granula yang berada di sitoplasma sel mast.
o Granula berisi substansi-substansi pro inflamatori. Karena granula
dikeluarkan maka akan berikatan dengan sel-sel lain yang akan
menyebabkan inflamasi.
o Substansi yang diproduski oleh sel mast yg teaktivasi :
-Langsung dikeluarkan setelah ada induksi (sudah disimpan dlm
sitoplasma- setelah aktivasi maka langsung dikeluarkan).
-Baru disintetis setelah aktivasi. TNF-α sebagian ada preformed dan
beberapa ada yang akan diproduksi lagi. . Akan diproduksi lagi jika
cross link terjadi berkelanjutan dalam jangka lama. Setelah yang
preformed dikeluarkan semua, maka ia akan memproduksi sitokin
lainnya seperti IL-4, IL 3 dll.
81
Atopi : penderita individu yang memiliki alergi terhadap seuatu
(alergen). Kemungkinan tadanya atopi adalah karena gen dan lingkungan
(masi hipotesis)
Alergi mengarah ke sel TH2 sedangkan infeksi mengarah ke sel TH1.
Aktivasi sel mast mengakibatkan efek yg berbeda pada jaringan yg
berbeda.
Apabila alergen masuk melalui pembuluh darah Di dekat pembuluh
darah banyak sel mast. Alergen akan menginduksi sel mast lalu terjadi
syok anafilaksis.
82
Alergen masuk melalui subcutan atopic dermatitis (bengkak dan merah)
Contoh : polen dan gigitan serangga.
83
Di permukaan sel mast
banyak reseptor yang dapat
menginduksi sel mast untuk
mngeleuarkan substansinya.
Jadi selain IgE ada
imunoglobulin yg lain yang
dapat menginduksi
degranulasi misal IgG.
Adapula reseptor terhadap
produk komplemen:
substansi P. Menimbulkan
rasa sakit yang
menyebabkan degranulasi.
84
C. Hipersensitivitas tipe III
Disebabkan oleh antigen solubel (ikut aliran) → pembentukan kompleks
Ag-Ab (kompleks imun)
Kompleks imun akan terbentuk pada semua reaksi antibodi. Menjadi
patologis bila ukuran, jumlah dan afinitas tidak normal.
Bila kompleks imun yg terbentuk kecil tidak cukup menginduksi
komplemen (tidak berhasil dieliminasi se imun) → ikut sirkulasi →
banyak → cenderung tertimbun (terakumulasi) di dinding vasa darah.
Aktivasi complemen hasilkan C3a dan C5a (di vasa) → mengaktifkan
sel mast (punya reseptor C5a) hasilkan histamin, memanggil sel lekosit
keluar dari vasa (inflamatori), akumulasi platelet membentuk blood cloting
(penjendalan) → vasa darah pecah → hemoragi . Sign: kulit ada merah2
besar karena blood cloting dan hemoragi
Deposisi kompleks imun pada jaringan, menimbulkan respon inflamasi
lokal yang dikenal dengan reaksi Arthus (reaksi hipersensitivitas tipe III).
Reaksi Arthus = IgG disuntikkan-> kompleks imun (Ag-Ab)-> ikut aliran
darah-> menginduksi sel mast-> terinduksi C5a (mast)-> histamin->
menaikkan permeabilitas vasa, dsb-> sairan dan sel sel keluar untuk
mengatasi kompleks imun yg tertimbun
D. Hipersensitivitas tipe IV
Tipe 2 IgG terhadap antibodi permukaan
Tipe 3 IgG terhadap antibodi solube (ikut aliran)
Tipe 4 efektor dilakuakan oleh sel T
Diperantarai oleh sel T (efektor oleh sel T)
Reaksi timbul 24-72 jam setelah Ag masuk (sensitisasi) →delay type
Respon diperantarai oleh khemokin dan sitokin yang disekresikan oleh sel
TH1 yg terstimulasi Ag (IFNɣ, TNFβ, dll) atau sel Tcyt CD8
85
Berdasarkan rute masuknya Ag, reaksi tipe IV dapat digolongkan menjadi
3 sindroma
86
fase II: sel Th1 yg sdh teraktifkan oleh Ag tsb→sitokin, migrasi ke tempat
injeksi. Sel menyekresi mediator inflamatori
87
Alergen tsb sbg hapten yg berikatan kovalen dg protein endogen →
diambil dan diproses oleh sel Langerhan & dendritik dipresentasikan ke
sel TH1 yg sudah tersensitisasi oleh alergen yg sama (spesifik)
Menginduksi sekresi interferon-γ (IFN- γ) → menginduksi se-sel kulit
dan sitokin lain (kemokin, IL) -> rekrut sel darah keluar dari vasa ke
tempat dekat antigen masuk-> inflamasi
Hapten: molekul kecil yang tidak menginduksi respon imun, menjadi imunogen
bila berikatan dengan protein pembawa
88
Gluten: terdapat pada beberapa biji2an (mis, gandum)
89
CTL => CD8
Delay, Th2 -> terinduksi biasanya eosinofil
Pada orang alergi, eosinofil meningkat
Alergi makanan -> diabsorbsi-> sistemik lewat pembuluh darah. Dekat pembuluh
darah dan mukosa ada sel mast, namun tidak secara langsung (cepat).
Alergi makanan biasanya gatal, vomiting, diare. Tidak bersin. (gejala bervariasi)
Reaksi lokal, kontak-> alergi local
90
-Protein apa yg menyebabkan alergi: belum diketahui. Alasan masih
hipotesis
Orang menderita alergi, hipotesis: ada sequence tertentu yang berbeda, pengaruh
lingkungan
Hipotesis: Kaitan penyakit infeksi, terinduksi diproduksinya Th1 & IgG lebih
banyak dibentuk. Yang tidak pernah terpapar, selnya tidak terlatih,
sehingga yg terinduksi ke arah Th 2
-Penelitian ke arah desensitisati: diberi paparan sedikit-sedikit dan meningkat,
harapannya mengalihkan ke arah Th1, supaya tidak terbentuk banyak IgE.
Salah satu pengobatan: menurunkan produksi IgE
Alergi latex: mungkin tipe 4 yang delay
91