Kelompok 5 :
FAKULTAS KEDOKTERAN,
KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
KASUS A
Tn Parjo (45 th) telah didiagnosa DM oleh dokter Puskesmas karena hasil pemeriksaaan
gula darah PP 300 mg/dl. Tn Parjo tinggal bersama istri Ny Tini (39 th) dan ketiga anaknya
Anti (19 th), Bima (15th), dan Cemplok (5th). Menurut Ny Tini, Tn Parjo sudah makannya
sudah sesuai anjuran dokter dan ahli gizi di puskesmas. Namun yang menjadi keluhan Tn
Parjo kenapa hasil Laboratorium gulanya masih tinggi. Ketika ditanya Ny Tini
menyampaikan bahwa minum obatnya tidak teratur dan malas bila diminta jalan-jalan pagi
dengan alasan masih ngantuk.
1. Buatlah Daftar pertanyaan yang rinci sesuai data yang ingin Saudara fokuskan.
R Stase 2:
Buatlah SAP lengkap sesuai dengan tindakan yang akan Saudara lakukan.
R Stase 1
2. Susunan keluarga
Hub dg
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Ket
KK
1. Tn Parjo 45 th L Suami SMA Karyawan -
swasta
2. Ny Tini 39 th P Istri SMA Ibu rumah -
tangga
3. Anti 19 th P Anak SMA Karyawan -
swasta
4. Bima 15 th L Anak SMP Pelajar -
5. Cemplok 5 th P Anak TK Pelajar -
Genogram :
Aktivitas kreasi :
- Bagaimana keluarga Tn Parjo menghabiskan waktu saat senggang/liburan?
- Kapan waktu yang biasa digunakan keluarga Tn Parjo untuk rekreasi?
- Apa aktivitas yang biasanya dilakukan bersama?
- Tempat rekreasi apa yang sering keluarga Tn Parjo kunjungi?
- Apa hobi yang disenangi keluarga Bapak?
3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
● Tahap perkembangan keluarga saat ini :
- Keluarga dengan anak remaja (teenagerrs)
4. Lingkungan
● Karakteristik rumah :
- Apakah rumah milik pribadi atau hanya mengontrak?
- Bagaimana akses air bersih? (PDAM, air sumur bor, air sumur gali, air sungai)
- bagaimana pencahayaan rumah? (cukup atau kurang)
- bagaimana ventilasi rumah? (cukup atau kurang)
- bagaimana cara keluarga memproses sampah? (dibuang di
sungai/dibakar/dirimbun dll)
- Tipe jamban yang digunakan keluarga (jamban umum/jamban jongkok/jamban
duduk)
- bagaimana proses pembuangan limbah cair keluarga? (dibuang ke sungai/diolah
dulu baru dibuang/)
- apa bahan untuk bangunan rumah? (atap, dinding, lantai)
- apakah keluarga memiliki hewan peliharaan? (hewan apa, letak kandang)
● Fungsi sosialisasi
- apakah klien mudah untuk bersosialisasi? (observasi saat anamnesis)
- apakah klien memiliki kerabat (selain keluarga) yang mendukungnya?
● Fungsi ekonomi
- siapa yang menjadi tulang punggung keluarga?
- siapa yang bertanggung jawab untuk mengurus keuangan keluarga?
- apakah keluarga memiliki kesulitan dari segi ekonomi?
- apakah terdapat perubahan tulang punggung keluarga setelah Tn Parjo
terdiagnosis penyakit DM?
- Apakah keluarga mempunyai tabungan dan asuransi?
BB/TB
dilakukan pengukuran
Kepala
- Inspeksi (apakah ada jejas, apakah ada tanda trauma, bagaimana warna kulit
(apakah ada kemerahan), apakah ada edema)
Leher
Inspeksi :
- apakah ada jejas luka
- apakah ada tanda trauma
- bagaimana warna kulit (apakah ada kemerahan)
Palpasi :
- meraba bagian tiroid
- meraba nodus limpa
- apakah terasa nyeri
- apakah bisa digerakkan
Auskultasi :
- mendengarkan suara tiroid
- apakah terdapat suara yang tidak normal
Thorak
Inspeksi :
- apakah terdapat jejas luka
- apakah retraksi dinding dada terlihat
- bagaimana warna kulit (rata tidak)
- apakah bentuknya simetris (kanan dan kiri)
Palpasi :
- apakah ada permukaan yang tidak normal
Perkusi :
- batas tulang rusuk
- batas jantung
- batas dengan rongga abdomen
Auskultasi :
- mendengarkan suara paru
Abdomen
Inspeksi :
- apakah terdapat jejas luka
- bagaimana warna kulit (terdapat kemerahan, warna rata atau tidak)
Palpasi :
- aoakah terdapat permukaan yang tidak normal
- batas abdomen dengan thorak
Perkusi :
- apakah terdapat masa
- batasan thorak dengan abdomen
Auskultasi:
- bagaimana bising usus
- apakah terdapat suara abnormal
Genetalia
- apakah terdapat benjolan di area genital
- bagaimana warna kulit (terdapat kemerahan atau tidak)
- apakah mengalami kesulitasn saat BAK dan BAB
- bagaimana feses yang dikeluarkan (jumlah, bau, konsistemsi, warna)
- apakah ada perubahan suhu
Keterangan :
1 : tidak pernah
menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
Tindakan : Pelaksana
N Prosedur
berikan tanda (√) (Nama
o. Keperawatan
Mandiri Kolaboratif Mahasiswa)
1 Edukasi definisi dan √
komplikasi DM tipe
2
2 Edukasi latihan fisik √
yang
direkomendasikan
3 Edukasi kepatuhan √
minum obat
4 Monitor kadar gula √
darah
5 Manajemen √
hiperglikemia
Keterangan :
Mahasiswa tidak perlu mengisi kolom pelaksana, serahkan format yang telah diisi pada saat
simulasi sesuai setting.
Format Penyusunan SAP :
Kegiatan Uraian
Topik pengendalian diabetes melitus
Sub Topik aktifitas fisik dan medikasi
Tempat/waktu tempat : rumah Tn Parjo
waktu : 3 x 60 menit
Sasaran Tn Parjo dan keluarga
Latar Belakang Tn Parjo telah didiagnosa DM oleh dokter. Tn Parjo tinggal dengan
istri dan ketiga anaknya. menurut istrinya, pasien sudah
mengonsumsi makanan sesuai anjuran dokter dan ahli gizi
puskesmas. akan tetapi hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan bahwa kadar gula darah masih tinggi. istri pasien
menyampaikan bahwa pasien tidak teratur mengonsumsi obat dan
malas beraktifitas fisik seperti jalan-jalan pagi dengan alasan masih
mengantuk.
tujuan khusus :
pembuka : 5 menit
1. memberi salam, menjawab salam
memperkenalkan diri, dan dan
menjelaskan tujuan mendengarkan
kunjungan
2. menanyakan kabar Tn menjawab kabar,
Parjo dan keluarga sambil menerima leaflet
membagikan leaflet
pelaksanaan: 10 menit
1. menjelaskan tentang mendengarkan
pencegahan diabetes sambil
melitus terutama aktifitas menyimak
fisik dan medikasi leaflet
menggunakan media
leaflet kepada pasien dan
keluarga.
2. memberikan kesempatan
untuk bertanya dan mengajukan
memberikan jawaban pertanyaan
penutup 5 menit
1. melakukan evaluasi menjawab
dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan
2. menyimpulkan mendengarkan
bersama-sama hasil
kegiatan penyuluhan
3. menutup kegiatan menjawab salam
dengan baik dan
mengucapkan salam
Evaluasi perawat memberikan pertanyaan:
- berdasarkan materi tadi, informasi apa yang dapat
Bapak/Ibu peroleh?
Referensi
Materi SAP DM
1. Definisi
diabetes melitus adalah penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Kemenkes,
2016).
2. Komplikasi
a. penyakit kardiovaskular
- premature coronary artery disease (angina, MI, CHF)
- serangan jantung
- stroke
b. neuropati diabetik (gangguan saraf yang menyebabkan luka dan amputasi kaki)
ketika jaringan saraf di kaki rusak, sensasi rasa sakit menjadi berkurang. hal ini
menyebabkan penderita tidak menyadari jika kaki terluka atau terpotong. selain
itu diabetes dapat mempersempit pembuluh arteri sehingga mengurangi aliran
darah ke kaki yang menyebabkan kurangnya nutrisi untuk jaringan kaki sehingga
luka sulit disembuhkan. luka kecil yang tersembunyi di bawah kaki dapat cepat
berkembang menjadi luka besar yang parah, jika infeksi dan mengalami kematian
jaringan maka dapat amputasi kaki.
c. retinopati diabetik (penglihatan kabur/hilang)
d. nefropati diabetik (gagal ginjal)
3. Cara pengendalian DM
a. Aktivitas fisik
● Hubungan aktivitas fisik dan kadar gula darah
Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi kadar
glukosa dalam darah. Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan, akan
semakin tinggi penggunaan glukosa oleh otot sehingga kadar glukosa dalam
darah akan berkurang dan glukosa darah akan lebih terkontrol (Nurayati &
Adriani, 2017). Selain itu, aktivitas fisik yang rutin juga akan meningkatkan
sensitifitas sel terhadap insulin sehingga asupan glukosa dalam sel akan
meningkat dan glukosa darah menurun (Azitha, Aprilia, & Ilhami, 2018).
● Jenis aktivitas fisik yang direkomendasikan
Latihan fisik yang baik harus dilakukan minimal 3 sampai 4 kali seminggu
selama 30 menit setiap beraktivitas (Lisiwanti & Cordita, 2016). Biasanya,
dalam sekali latihan fisik, dapat menurunkan kadar gula darah sampai 3 hari ke
depan (Kurniawan & Wuryaningsih, 2016).
Beberapa contoh latihan fisik yang dapat dilakukan oleh penderita DM
tipe 2 yaitu :
- Rutin berjalan kaki di pagi hari selama 30 menit atau lebih
- Latihan aerobik dengan intensitas sedang minimal 3 hari dalam seminggu
dengan jarak antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Contoh
latihan aerobik dengan intensitas sedang yaitu jalan cepat, bersepeda dan
renang.
b. Pengobatan
● jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes
Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin (Decroli, 2019).
a. Insulin diperlukan apabila tidak dapat mengontrol kadar glukosa darah.
Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan
cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam
lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan
dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar
gula darah (blood glucose) dan merubah glukosa menjadi energi.
b. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada pengendalian glikemia diabetes
melitus (Sugondo, 2006), yaitu :
- Sulfonilurea :memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas dan menjadi pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal atau kurang tetapi tidak dianjurkan untuk pasien
geriatrik, gangguan ginjal, gangguan hati serta malnutrisi. Contoh dari
obat ini adalah glibenklamid, glimepirid dan glipizid.
- Glinid : cara kerjanya hampir sama dengan sulfonilurea, tapi lebih
ditekankan pada sekresi insulin fase pertama. Contoh dari obat
golongan ini adalah repaglinid.
- Biguanid : pilihan pertama untuk penderita DM gemuk disertai
dislipidemia dan resistensi insulin. Cara kerjanya menurukan kadar
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa hati.
Contoh dari obat golongan ini adalah metformin.
- Tiazolidinedion : menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan
glukosaperifer. Tiazolidindion dikontraindikasi pada gagal jantung
karena meningkatkan retensi cairan. Contoh dari obat golongan ini
adalah pioglitazone.
- Acarbose : bekerja mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
Acarbose memiliki efek samping pada saluran cerna seperti kembung
dan flatulens.
● hubungan konsumsi obat secara teratur (manfaat dan dampak)
tujuan dari pemberian obat-obatan pada penderita diabetes bukan bersifat untuk
menyembuhkan, tetapi mencegah dan menghambat komplikasi yang akan
terjadi. dampak konsumsi obat diabetes yang tidak teratur:
- akut : hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah <70 mg/dl secara tiba-
tiba) dan krisis hiperglikemia (diabetik ketoasidosis dan hiperglikemi
hiperosmolar, dimana kadar gula darah mencapai >600 mg/dl)
- kronik :
- makroangiopati (menyerang pembuluh darah besar). hal ini dapat
menyebabkan komplikasi pada pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner) dan pembuluh darah otak (stroke)
- mikroangiopati (menyerang pembuluh darah kecil). dapat menyebabkan
komplikasi nefropati (penurunan fungsi ginjal hingga gagal ginjal),
retinopati diabetik, neuropati (hilangnya sensasi di bagian ujung kaki,
tangan, sering kesemutan)
konsumsi obat diabetes secara rutin dilakukan seumur hidup untuk mengontrol
gula darah. meski kadar gula darah sudah mencapai target, bukan berarti dapat
berhenti mengonsumsi obat, karena komplikasi dapat terjadi sewaktu-waktu.
selain itu penderita diabetes juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan
rutin ke dokter untuk mengevaluasi kadar gula darah setiap bulan.
Sumber :
Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 400.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.893
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Kam, Y. P. Efendi, G. P. Decroli, & A.
Rahmadi (eds.); 1st ed.). Diterbitkan Pertama Kali Oleh : Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Kemenkes. (2021b). Inilah komplikasi kronis akibat Diabetes Melitus yang tidak terkontrol.
Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/inilah-komplikasi-kronis-akibat-diabetes-melitus-
yang-tidak-terkontrol
Lisiswanti, R., & Cordita, R. N. (2016). Aktivitas fisik dalam Menurunkan Kadar Glukosa
Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 5(3), 140–144. Diambil dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1051/846
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition, 1(2), 80.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6229
Putri, D. I. (2019). Haruskah Penderita Diabetes Minum Obat Diabetes Seumur Hidup?
Klikdokter Kemenkes RI. https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/3632621/haruskah-penderita-diabetes-minum-obat-diabetes-seumur-hidup